Kelas : 10.4
No. Absen :3
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat nya,
sehingga dapat menyelesaikan laporan kegiatan ini yang berjudul Laporan Kegiatan Live In
Kampung Adat Cireundeu. Pada kesempatan ini berterima kasih kepada Bapak/Ibu guru,
karena telah membantu dalam memberikan pemahaman dengan kegiatan live in ini. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada para akang yang telah berkenan memberi dan membimbing
kami di dalam berbagai kegiatan yang dilakukan secara langsung, sehingga dapat
menyelesaikan hasil laporan kegiatan ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna, karena
kurangnya pengalaman dalam menyusun laporan kegiatan. Oleh karena itu kami berharap
adanya saran dan kritik serta masukan yang membangun, sehingga dapat diperbaiki lebih baik
lagi dalam kemampuan menyusun laporan kegiatan.
Semoga laporan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk orang sekitar yang membaca dan dapat
diambil pesan baiknya yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari bagi yang
membaca. Dan bisa bermanfaat khususnya bagi perkembangan diri kita.
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kehidupan yang dilakukan dengan cara tinggal di rumah – rumah penduduk dan
mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan oleh keluarga yang ditempati serta
dilaksanakan sekolah SMA Santa Maria 1 Bandung. Peserta Live In itu sendiri
Cimahi, daerah yang sebetulnya tidak jauh dari pusat kota Bandung, kegiatan ini
4
1.2 Tujuan Live in
Live in pada kali ini bertujuan untuk :
Melatih kemandirian.
Kita akan semakin peka terhadap kejadian yang berlangsung di lingkungan sekitar.
Perilaku kita akan menjadi lebih sopan dan lebih baik disbanding sebelumnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
saat itu para siswa siswi ikut hadir pula bersama dengan orang asli dari sana dengan
sebutan "Kang" di tempat bernama Bale Atikan dengan fisik rumah menyerupai Rumah
Panggung. Di saat itu pula, ada paparan informasi mengenai beberapa hal di Kampung
Adat yaitu berupa tempat (hutan, homestay, rumah adat), kesenian, tradisi, aliran
kepercayaan, prinsip, makanan, dan lainnya. Bisa dilihat dari penyampaian informasi
informatif dan juga menambah perasaan ingin tahu yang tinggi pula. Kemudian setelah
seputar kampung adat itu, disponsori oleh UNPAR (Universitas Parahyangan) dan
sudah disediakan di tempat itu juga. Saat memainkan permainan itu pula, ada suatu
nilai pesan atau amanat yang dapat dipetik seperti kerja sama ketika berkelompok
Dimana kerja sama itu mencerminkan rasa gotong royong dimana sifatnya
mengajak orang lain pula untuk turut ikut andil dalam kegiatan tersebut. Maka, bisa
diambil kesimpulan dari permainan tersebut bahwa ada rasa kekeluargaan yaitu
kerukunan dengan cara saling bekerja sama dan gotong royong satu sama lain,
menambah rasa persaudaraan agar semakin terikat dan begitu pula itu dapat diterapkan
pada kehidupan sehari hari. Kemudian ada kegiatan lain yaitu istirahat dengan makan
makanan khas disana yaitu rasi (beras singkong), merupakan sebuah makanan dimana
6
pengolahan beras padi disini dicampur dengan olahan singkong yang bentuknya sudah
menyerupai bubuk, sehingga menjadi rasi. Disini ketika pertama kali mencoba rasi ada
rasa aneh di mulut yaitu seperti rasa ketan hitam yang dikeringkan dan juga kasar.
Sampai ketika sudah dimakan sampai habis akan terasa sangat kenyang jika semisal
mengambil porsi rasi nya banyak dikarenakan karbohidrat yang ada di dalam singkong
Kemudian setelah mencoba rasi untuk pertama kali nya, ada aktivitas lain yaitu
untuk menginap di camping ground di daerah atas tanpa menggunakan alas kaki
karena adanya adat istiadat yang dipegang teguh disana agar kita bisa menyatu dengan
alam disana. Untuk yang pergi ke camping ground ini sudah dikhususkan untuk laki
laki pada malam hari kesatu dan perempuan menginap di homestay. Pada saat kami
menaiki berbagai banyak jalan yang penuh dengan berbagai tantangan seperti batu batu
sehingga harus berhati hati, namun pada akhirnya setelah perjalanan yang cukup
menguras energi ini sampai pula pada tempat camping ground. Di sana langsung
diperlihatkan tenda tenda yang akan kita tempati untuk 1 malam itu. Kemudian setelah
itu ada sesi untuk memasuki dan menata barang di tenda yang sudah ditentukan, lalu
mendatar seperti panorama dari atas membuat mata menjadi tergugah untuk terus
menikmati dan mendokumentasikan nya. Lalu pada saat matahari terbenam kami
melakukan aktivitas seperti makan bersama dengan menggunakan rasi beserta lauk
pelengkap nya disertai ada api unggun untuk menutup hari pertama kegiatan disana.
7
2.1.2 Kegiatan hari Kedua
Hari kedua, kami bangun saat matahari muncul sekitar jam 6, kami bangun pagi dan
melakukan aktivitas olahraga pagi dan permainan di pagi hari. Tapi tidak berselang terlalu lama
karena kita harus turun dari camping ground beserta dengan segala perlengkapan yang dibawa untuk
kebutuhan disana untuk melakukan aktivitas nantinya. Kami pun sesaat sebelum pergi sempat ada
waktu untuk berfoto bersama dan kemudian dilanjutkan dengan turun dan tentunya harus ekstra hati
hati karena ketika naik tekanan pada telapak kaki tidak sebesar ketika turun, sehingga nanti takut
tertancap batu atau segala hal yang ada di pijakan sana. Setelah sampai di bawah dan berhasil turun
kami pun membersihkan diri masing masing dengan mandi tentunya, lalu dilanjutkan dengan aktivitas
yaitu makan rasi lagi ditambah lauknya yang enak pula mengurangi beban sakit yang dirasakan ketika
menuruni berbagai pijakan anak tangga. Setelah itu kami melanjutkan aktivitas dengan membagi dua
kelompok antara laki laki dan perempuan yang sistemnya nanti saling bergantian aktivitas dimana laki
laki akan membuat kerajinan tangan dan perempuan memasak makanan olahan khas di sana.
Ketika saat membuat kerajinan tangan terbagi lah pula menjadi dua kelompok lagi antara ada
yang membuat senjata pecut dari daun kelapa dan adapula wayang dari tanaman singkong. Ketika
membuat pecut, awalnya merasa kesulitan dikarenakan antara rumitnya penjelasan yang dijelaskan
oleh akang disana atau memang rumit untuk membuatnya yang dikatakan mirip seperti teknik
mengepang rambut. Pada akhirnya dengan berbagai kesulitan itu berhasil membuat pecut yang bisa
dimainkan dengan teman teman lain namun tetap harus berhati hati jika memukulnya terlalu keras.
Setelah membuat pecut, dilanjutkan dengan membuat wayang dimana ada dua bahan yang digunakan
yaitu daun dan batang dari tanaman singkong. Tingkat kesulitan untuk membuat seni kerajinan ini
sudah mulai meningkat karena ada potensi ketika membuat wayang dari batang singkongnya dapat
patah ataupun terlalu pendek sehingga tidak bisa membuat postur wayangnya sempurna.
8
Pada akhirnya pula dengan menguras waktu yang cukup lama dan berbagai kesulitan, selesai
pula dan ada rasa gembira karena berhasil membuat wayang ini dengan kreatifitas sendiri ketika
memakaikannya dengan baju yang terbuat dari daun singkong tadi sehingga menambah keindahan
tersendiri. Kemudian setelah aktivitas keterampilan membuat produk kerajinan khas selesai
dilanjutkan dengan perpindahan lokasi ke tempat memasak salah satu makanan yang berbahan dasar
singkong yaitu egg roll dimana sudah disediakan cetakan semprong, kompor, dan bahan penunjang
masakan. Pada awalnya kami semua diperbolehkan mencoba untuk memasak di atas cetakan tersebut
beserta dengan adonan di dalamnya yang dipanaskan, lalu kami boleh mencoba hasil masakan kami
sendiri. Tentunya setelah mencoba untuk memasak dan mencicipi egg roll nya ada rasa nyaman di
lidah yaitu antara campuran manis dan juga kriuk saat di gigit, intinya bisa menjadi ketagihan ketika
mencobanya. Lalu saat kami mencoba memasak dengan menggunakan kompor lalu kami ke sesi
dilanjutkan dengan proses nya yaitu diawali dengan pengupasan kulit singkong, kemudian dilanjutkan
dengan perendaman di air biasa, lalu di parut, dan dikeringkan kemudian baru ditumbuh sampai nanti
di kukus namun disini hanya sampai proses penumbukan saja. Ada nya pembelajaran disini bahwa
rasi pula ada proses yang membutuhkan waktu yang lama ditambah dengan menunggu masa panen
singkong sekitar 9-12 bulan dan juga ditambah proses mengeringkan parutan singkongnya. Semua hal
itu dilakukan demi terwujudnya rasi yang dapat menjadi makanan pokok di daerah sana dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Pada akhirnya, setelah melakukan itu kami pun dibagi ke berbagai
kelompok yang sudah ditentukan untuk menempati sesi malam kedua yaitu di homestay dimana
kelompok kami di rumah Kang Entri. Kemudian sebelum kami menempati rumah tersebut untuk
menginap satu malam di hari kedua, ada kegiatan lain yang perlu kami lakukan yaitu pastinya makan
malam dengan rasi beserta lauk yang ada kuahnya menjadi kehangatan bagi tubuh.
9
Lalu dilanjutkan dengan kegiatan lain yaitu penampilan kesenian musik di Bale Atikan
disajikan oleh para akang disana, dengan berbagai alat musik yang dimainkan yaitu ada karinding,
siter dan celempung dan di padukan dengan berbagai lirik lagu yang di rekomendasikan termasuk
lagu sekolah dan nasional maupun daerah. Setelah itu kami selesai untuk menyelesaikan kegiatan di
hari kedua dan kembali ke homestay masing masing untuk beristirahat dengan nyenyak dan damai
Hari terakhir, pagi cerah menyinari homestay yang kami tempati dan disuguhi dengan hawa
sejuk yang merambat di seluruh tubuh menambah kenikmatan. Kami pun dapat bangun dengan
nyaman dan tenang dan turun ke daerah titik kumpul disana untuk melakukan aktivitas di hari terakhir
yaitu pergi ke Puncak Salam, namun sebelum melakukan itu kami yang laki laki berkumpul untuk sesi
makan terakhir disana untuk mengisi perut sebelum pergi ke daerah tinggi dengan pijakan yang tinggi,
diselingi dengan pemberitahuan instruksi mengenai susunan rangkaian kegiatan di Puncak Salam.
Lalu setelah berbagai pengelompokan yang dilakukan kami mulai pergi ke daerah Puncak Salam yang
dimana berbagai tanjakan dan pijakan disana sangatlah melelahkan dan juga menyakitkan apabila
tidak berhati hati, karena jangan lupa jika disana dilarang untuk memakai segala bentuk alas kaki.
Ketika sudah dekat kami berhenti sebentar di area teduh karena disana terjadi hujan yang cukup deras
dikarenakan proses presipitasi (jatuhnya titik air karena beratnya proses kondensasi pada siklus air).
Lalu sebelum kita sampai di puncak salam kami melakukan sebuah ritual kegiatan yang masyarakat
adat disana lakukan untuk memberi rasa syukur dan terimakasih karena kami bisa sampai disini
dengan selamat lewat perantara para akang yang membantu menjadi wadah ritualnya.
Adanya alunan alat musik karinding yang merupakan alat musik ritual dan kami disuruh
untuk bermeditasi dengan menutup mata dan mendengarkan alunan karinding yang menyejukkan
indra pendengaran kita. Sampai ketika sudah selesai kami disuruh untuk membuka mata lagi perlahan
lahan, dan kami takjub dan bingung karena ada banyak kabut yang menyelimuti daerah teduh dan
membuat kami merinding dan sadar akan kebudayaan adat disana benar benar kental dan kuat.
10
Lalu setelah fenomena tersebut kami pun lanjut melangkahkan kaki kita untuk sampai pada
Puncak Salam yang sebenarnya, kami pun sampai di atas sana dan menikmati udara yang begitu
dingin, bahkan kami sampai memakai jas hujan (terutama perempuan), namun tidak salah juga karena
kami tidak sia sia ketika datang kesana, selain disuguhkan hawa yang dingin adapula pemandangan
panorama kota Bandung dan daerah sekitar yang memanjakan mata walaupun agak terhalang oleh
kabut karena kita ada di dataran 903 mdpl. Kemudian kami disana saling berbincang bincang dengan
teman lain sampai │ada suatu kejadian tak terlupakan bagi saya sendiri karena ini peristiwa yang
belum pernah saya alami seumur hidup dan berpengaruh sampai sekarang efeknya│ada suatu sesi foto
bersama dengan kelas masing masing untuk menjadi memori tak terlupakan disana.
Kemudian setelah kami melakukan sesi foto, kami pun bersiap kembali ke bawah lagi karena
jika kita naik pasti akan turun juga. Nah ini letak sengsaranya dimana setiap pijakan yang kita injak
disini dicampur dengan air hujan dan campur dengan tanah sehingga menjadi lumpur dan licin. Inilah
berbagai tantangan yang dihadapi disana bahwa kami merasakan berbagai macam rasa sakit entah itu
bagian telapak kaki maupun tangan jika semisal jatuh. Namun ketika kami sudah sampai di area
bawah kami pun langsung membersihkan diri dengan mandi tentunya, dikarenakan kondisi nya yang
mungkin sudah berantakan dengan baju basah dan kotor serta anggota tubuh yang berlumuran lumpur
dari hasil becek tentunya harus membersihkan diri sebelum kami pulang kembali ke sekolah nantinya.
Setelah kami semua sudah melakukan kegiatan bersih diri, kami pun membereskan segala
Namun sesi terakhir yaitu ada penutupan yang ditutup oleh salah satu akang bernama Kang
Entri dan membuat kami sedih karena harus berpisah dengan mereka para akang dan juga ucapan
terimakasih sebesar besarnya karena telah membimbing di berbagai kegiatan di tiga hari dua malam
ini . Setelah itu kami pun melakukan sesi foto satu angkatan bersama guru guru serta para akang
untuk mengenang momen momen ini selamanya. Lalu kami pun selesai disini dan pulang
menggunakan truk tentara ke sekolah…Benar benar sebuah pengalaman yang benar benar dan sangat
11
2.2 Objek Live in
Objek Live in yang dimaksudkan kali ini adalah panorama alam serta objek – objek
lain yang ada di tempat Live in ini yang sekiranya menarik dan dapat diperlihatkan kepada
para pembaca sekalian. Di tempat live in pula mengambil beberapa foto disana, foto – foto
tersebut diantaranya :
*Foto 1 dan 2
Sebuah dusun di deka kolam dan Bale Atikan dapaat dilihat dari jarak yang cukup untuk
menggambarkan suasana disana dimana dengan cuaca agak mendung ditambah lagi
dengan suasana menyenangkan karena kami dapat berkegiatan disana dengan bantuan
* Foto 3 dan 4
12
*Foto 5 dan 6
Foto proses perjalanan menuju camping ground tanpa menggunakan alas kaki dan juga
ada foto pemandangan lingkungan hutan di sana yang begitu asri dan indah.
* Foto 7 dan 8
Foto salah satu makanan tradisional disana yang bernama rasi (beras singkong) dan
adapula foto lauk pauk yang menjadi bahan pendukung untuk makanan yang ada
disana.
13
*Foto 9 dan 10
Foto suasana saat hari pertama yaitu yang pertama bermain puzzle infografis Kampung
Adat Cireundeu dan juga ada permainan yang menggunakan anak panah bernama dart
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengalaman di Kampung Adat Cirendeu ini mengajarkan banyak sekali hal untuk
diserap dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari kita dari budaya hidup bersih, budaya
mengenal berbagai adat istiadat agar bisa saling toleransi dan juga semangat ikatan
persaudaraan yang merupakan unsur kemanusiaan pada diri kita masing masing dan banyak
hal lainnya yang dapat dipetik. Maka, pengalaman disini mengajarkan bahwa kita menjadi
sadar dan tahu bahwa ada Kampung Adat Cireundeu yang merupakan salah satu kampong yang
unik disini dengan salah satu kebudayaan yang mencolok yaitu terletak pada makanan pokok
nya yang berbahan dasar singkong dan dicampur dengan nasi, sehingga menjadi rasi. Oleh
karena itu dari semua hal pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada nya rasa kepuasan
tersendiri karena bisa menikmati segala pengalaman yang dapat diingat, didengar, dan
dirasakan serta pula mengambil berbagai amanat maupun pesan moral dari kegiatan yang
dilakukan ini agar diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan kita sehari hari bersama
dengan orang orang di perkotaan dan dihubungkan dengan orang orang di daerah pedesaan.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, karena semua atas dasar
pengalaman pribadi, kedepannya penulis akan lebih fokus dan teliti dalam menjelaskan tentang
laporan kegiatan di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tertunda dapat
15