Anda di halaman 1dari 7

P E N E L I T I A N I LM I A H

ABSTRACT
STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS
PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION DAN
Ischemic heart disease represents a group
DEEP BREATHING EXERCISE DALAM
of pathophysiologically related syndromes resulting
MENURUNKAN KECEMASAN PADA
from myocardial ischemia an imbalance between
PASIEN ISCHEMIC HEART DISEASE
perfusion (myocardial oksigen supply) and cardiac
demand for oxygenated blood. Ischemic heart
disease is usually followed by psychological
reactions such as anxiety. Based on preliminary
A Comparative Study Of The study in ICU room from 10 patients showed that
Effectiveness Of Progressive Muscle hospital admitted patients had mild anxiety level 2
Relaxation and Deep Breathing Exercise patients, had 4 patients, had heavy anxiety level
In reducing anxiety in Ischemic Heart 4.
Disease Patients This research used Quasy Experiment
design. The sample size was 16 people, with
simple random sampling method. Independent
variables was progressive muscle relaxation
techniques and deep breathing techniques and the
dependent variable was the level of anxiety. The
study instrument was an anxiety-scaled Zung
SARS (Self Rating Anxiety Scala) anxiety
Faisal Amir*) questionnaire. The test used was paired t-test to
*) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan know the difference before and after treatment and
(STIKes) Ngudia Husada Madura control group. Using independent t-test for different
treatment groups and control groups.
Result of paired t-test statistic test group ρ
value : 0,001 < α = 0,05, Ho rejected. This it
showed that there was differences in IMA patients
before and after the technique of progressive
muscle relaxation and the result of paired t-test
statistical test of control group was obtained ρ
value: 0,000 < α = 0,05, so Ho was rejected
showing the difference in IMA patients before and
after the technique of deep breathing relaxation.
The independent t-test statistical results obtained ρ
value : 0.768 > α = 0,05, Ho accepted that showed
no difference in IHD patients given progressive
muscle relaxation techniques and deep breathing
exercise techniques.
The results of this study suggested that it
can be used as a reference for the provision of
education and applied health workers in Syarifah
Ambami Rato Ebu Bangkalan Hospital.
Keywords: Acute Miokardial Infarction,
Progresive Muscle Relaxation, Deep Breathing
Exercise, Anciety

Correspondence : Faisal Amir, Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.


menyebabkan penurunan kualitas hidup
PENDAHULUAN dan inteloeransi aktivitas tubuh (Fathoni,
Penyakit jantung iskemik adalah 2011). Infark miokard akut adalah suatu
kumpulan tanda dan gejala dari kelainan keadaan dimana yang disebabkan oleh
patofisiologis karena ketidakseimbangan nekrosis otot miokardium jantung akibat
perfusi jaringan miokardium jantung dan ketidakseimbangan antara kebutuhan
gangguan oksigenasi jantung (Kumar et energy sistemik dengan suplai oksigen
al, 2015). Penyakit jantung iskemik bisa yang terjadi secara mendadak. Nekrosis
beresiko pada Infark Miokard Akut (IMA) miokard hampir selalu terjadi akibat
dengan berbagai komplikasi yang terjadi penyumbatan total arteri koronaria oleh

15
thrombus pada aterosklerosis yang tidak holistik care dalam menurunkan tingkat
stabil (Kumar et al, 2015). kecemasan pasien.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) Peran perawat adalah mengkaji
melaporkan bahwa penyebab kematian tingkat kecemasan penderita ischemia
utama dunia tahun 2008 sebesar 12,8%, heart disease selama perawatan di RS.
adalah penyakit jantung iskemik. Hasil Pemberikan tekhnik progressive muscle
penelitian oleh departemen kesehatan di relaxation dan deep breathing exercise
Indonesia penyakit iskemik menempati bisa menjadi salah satu terapi pilihan
urutan ke tiga. Sedangkan data angka yang secara fisologis berdampak positif
kejadian PJK berdasarkan diagnosis pada homeostasis pasien. Progressive
dokter sebesar 0,5 %, dan berdasarkan muscle relaxation mengkombinasikan
gejala sebesar 1,5 % (DEPKES, 2013). latihan nafas dalam dengan serangkaian
Noncommunicable Dieseases Country kontraksi otot. Sedangkan tekhnik deep
Profiles tahun 2014, juga mengungkap breathing exercise mengoptimalkan O2
bahwa di Indonesia penyebab kematian jaringan dan merelaksasi otot. Kedua
sebesar 37% dari total angka kematian tekhnik meregulasi denyut jantung serta
disebabkan oleh penyakit jantung. Riset pernapasan pada pasien. Smeltzer and
kesehatan dasar (2013) melaporkan Bare (2002) menjelaskan bahwa deep
bahwa prevalensi IHD dan IMA berkisar breathing exercise merupakan aplikasi
2.650.340 orang dan jumlah penderita di asuhan keperawatan dengan menahan
jawa timur jumlahnya sekitar 375,127 inspirasi maksimal kamudian ekspirasi
orang (Kemenkes RI, 2012). perlahan yang efektif menambah suplai
Studi pendahuluan pada Januari oksigen (O2) alveolus dan menurunkan
2018 menggunakan indikator Zung- intensitas nyeri.
SRAS, menunjukkan 10 pasien di ICU, 2 Tujuan dari penelitian ini adalah
mengalami kecemasan ringan, 3 pasien mengetahui perbedaan atau efektivitas
mengalami kecemasan sedang ditandai progressive muscle relaxation dan deep
dengan kesulitan untuk konsentrasi dan breathing exercise dalam memperbaiki
beradaptasi, sedangkan 5 pasien lain respon kardiovaskuler pada pasien
mengalami kecemasan berat ditandai dengan Ischemic Heart Disease (IHD).
sesak, takikardi, sakit kepala, dan mual.
Data di atas menunjukkan bahwa pasien
infark miokard akut mengalami tingkat METODE PENELITIAN
kecemasan terutama yang dirawat inap. Peneltian ini menggunakan desain
Penyebab kecemasan pasien IHD Quasy Eksperiment. Populasi penelitian
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik antara ini adalah pasien IHD (Ischemic Heart
lain petugas kesehatan, lingkungan baru Disease) di ruang ICU RSUD Syarifah
maupun dukungan keluarga saat sakit. Ambami Rato Ebu Bangkalan selama
Sedangkan faktor intrinsik meliputi usia, bulan Maret, April, Mei 2018. Jumlah
perkembangan, sosial ekonomi, tingkat pasien pada bulan Maret 12 orang, April
pendidikan, pengalaman, pengetahuan, 14 orang dan Mei 15 orang. Sampel
(Stuart G.W, 2007 ; Nursalam, 2009) yang diambil berdasarkan pada rumus
Kecemasan berdampak buruk adalah 8 responden pada tiap kelompok
terhadap pasien IHD dengan prevalensi yang ditentukan dengan simple random
cukup tinggi yakni 28% sampai 44%. sampling. Variabel independen dalam
Pasien dengan penyakit IMA memiliki penelitian ini adalah progressive muscle
kecemasan lebih tinggi dibandingkan relaxation dan deep breathing exercise.
populasi umum (Kadek Dwi, 2013) yang Variabel dependen dalam penelitian ini
berdampak terhadap rasa takut dalam adalah tingkat kecemasan pasien IHD.
menghadapi tindakan medis yang akan Langkah pertama yaitu responden
menambah berat penyakit pasien dibagi dalam dua kelompok perlakuan
(Nursalam, 2009). Rendahnya tingkat yaitu kelompok 1 mendapat intervensi
pendidikan kesehatan juga berdampak terstuktur progressive muscle relaxation
negatif terhadap psikososial sehingga dan kelompok 2 dengan deep breathing
muncul gangguan rasa nyaman (sesak, exercise. Lalu, Kedua kelompok mengisi
gelisah, cemas, emosi tak terkontrol, informed consent dan pengumpulan
dan perasaan takut meninggal). Oleh data pre-tes menggunakan Zung-SRAS
karena itu perlu dilakukan pendekatan qusioner untuk mengetahui gambaran

16
awal kecemasan. Setelah itu keduanya Tetap 0 0 0 0
Naik 0 0 0 0
diberikan intervensi sesuai langkah kerja
Total 8 100 8 100
penelitian. Setelah pemberian perlakuan Mean 8,75 9,38
diadakan pengukuran kembali tingkat Std. Dev 6,652 3,583
kecemasan menggunakan Zung-SRAS α :0,05 ρ:0,768
sebagai data post-test. Hasil kedua data PEMBAHASAN
sebelum dan setelah dilakukan tindakan Perbedaan kecemasan pasien IHD
dimasukkan dalam uji statistik dengan sebelum dan sesudah Progressive
menggunakan Uji Pair t-Test dan uji Muscle Relaxation di ruang ICU
Independent t-Test dengan signifikansi RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
nilai ᾳ = 0.05. Bangkalan
Berdasarkan data hasil penelitian
HASIL
tingkat kecemasan pasien IHD sebelum
Uji statistik menunjukkan ada perbedaan
progressive muscle relaxation 4 (50%)
tingkat kecemasan pasien IHD setelah
pasien mengalami kecemasan berat, 3
diberikan progressive muscle relaxation
pasien (37,5 %) mengalami kecemasan
dengan tekhnik deep breathing exercise
sedang dan 1 pasien (12,5 %) dengan
di ruang ICU RSUD Syarifah Ambami
kecemasan ringan. Setelah responden
Rato Ebu Bangkalan.
melakukan tekhnik progressive muscle
relaxation sebanyak 4 responden (50 %)
Tabel 1 Perbedaan kecemasan pasien
mengalami kecemasan sedang, lalu 3
IHD sebelum dan sesudah progressive
responden (37,5 %) mengalami tingkat
muscle relaxation di ruang ICU RSUD
kecemasan ringan dan 1 (12,5 %) tidak
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
Tingkat Pre Post mengalami kecemasan. Nilai rerata
Kecemasan Frekuensi % Frekuensi % kecemasan mengalami penurunan dari
Tidak 0 0 1 12,5 70,88 sebelum intervensi menjadi 62,12
Cemas setelah intervensi. Sedangkan pada uji
Ringan 1 12,5 3 37,5
Sedang 3 37,5 4 50
statistik menggunakan pair t-test didapat
Berat 4 50 0 0 hasil signifikan dengan ρ:0,001 < α :0,05
Total 8 100 8 100 yang berarti ada perbedaan kecemasan
Mean 70,88 62,12 sebelum dan setelah diberikan tekhnik
Std. Dev 6,534 10,508 progressive muscle relaxation.
α :0,05 ρ:0,001
Ischemic Heart Disesase sering
Table 2 Perbedaan tingkat kecemasan terjadi pada pasien berusia 35-55 tahun
pasien IHD sebelum dan sesudah Deep dan mencemaskan karena sering terjadi
Breathing Exercise di ruang ICU RSUD serangan spontan. Progressive muscle
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan. relaxation merupakan terapi relaksasi
Tingkat Pre Post yang diberikan dengan menegangkan
Kecemasan Frekuensi % Frekuensi % otot-otot, kemudian merelaksasinya lagi.
Tidak 0 0 1 12,5
Hal ini memberikan manfaat yang baik
Cemas
Ringan 1 12,5 3 37,5 dalam menurunkan tingkat kecemasan
Sedang 3 37,5 4 50 pada pasien IMA di ICU RSUD Syarifah
Berat 4 50 0 0 Ambami Rato Ebu Bangkalan. Gerakan
Total 8 100 8 100 meneganggangkan otot dan relaksasi
Mean 70,88 62,12 kembali efektif untuk mengehidupkan
Std. Dev 6,534 10,508 sel-sel saraf yang kaku selama proses
α :0,05 ρ:0,001 penyembuhan.
Progressive muscle relaxation
adalah Gerakan mengencangkan dan
Table 3 Perbedaaan kecemasan pasien melemaskan otot-otot yang berlangsung
IHD yang diberikan progressive muscle progresif dan dilakukan secara berturut-
relaxation dan Deep Breathing Exercise turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada
di ruang ICU RSUD Syarifah Ambami latihan relaksasi ini perhatian individu
Rato Ebu Bangkalan diarahkan untuk membedakan perasaan
Meditasi Deep Breathing
Tingkat saat otot dilemaskan dan dibandingkan
Spiritula Excersice
Kecemasan
Frekuensi % Frekuensi % saat otot dalam kondisi tegang. Tahu
Turun 8 100 8 100 lokasi dan merasakan otot yang tegang,

17
dapat merasakan hilangnya ketegangan Namun setelah pasien melakukan deep
sebagai salah satu respon kecemasan breathing exercise, 4 responden (50 %)
(Chalesworth & Nathan, 1996). dengan kecemasan sedang, 3 (37,5%)
Kecemasan harus dimekanisme responden dengan kecemasan ringan, 1
koping seadaptif mungkin agar tidak (12,5 %) responden tidak mengalami
menyebabkan komplikasi lain baik yang kecemasan. Rerata sebelum intervensi
bersifat psikolog ataupun yang bersifat adalah 70,88 dan nilai rerata setelah
fisiologis. Pailak dan Widodo tahun 2013 intervensi adalah 62,12. Hasil rerata
menjelaskan kecemasan maladaptif dan menggambarkan penurunan kecemasan
yang sulit diatasi dapat mengakibatkan dan uji pair t-test didapat hasil signifikan
munculnya emosi negatif dan stres yang dengan ρ:0,001 < α :0,05 artinya ada
mempengaruhi perilaku individu. perbebedaan kecemasan sebelum dan
Kecemasan bisa bersifat eksternal setelah deep breathing exercise.
meliputi usia, pengalaman, pendidikan, Pasien dengan penyakit jantung
petugas kesehatan, lingkungan baru, pada umumnya akan banyak mengalami
keluarga (Budiman, 2015). Usia pada kesulitan beradaptasi, baik beradpatasi
kelompok perlakuan hampir seluruhnya dengan penyakit atau dengan proses
7 responden (87,5%) berkisar antara 46- penatalaksanaan keperawatan intensif
50 tahun. Rentang usia ini permintaan sehingga sering menimbulkan berbagai
bantuan dari orang sekitar bertambah ketakutan. Cemas berlangsung dalam
dengan seiring dengan bertambahnya ranah psikologis, namun dampak cemas
usia, juga kebutuhan akan kenyamanan, bisa bersifat biologis dan mempengaruhi
meningkat (Budiman, 2015). berbagai sistem organ tubuh. Hal ini
Hasil kuisioner sebelum intervensi sesuai dengan Capernito (2008) bahwa
didapatkan domain nilai tertinggi dengan kecemasan adalah perasaan gelisah
pernyataan “Saya mudah marah atau (penilaian atau opini) yang juga terkait
merasa panik”. Hampir seluruhnya 7/8 dengan aktivitas sistem saraf otonom
responden (87,5%) menjawab hampir dalam berespon menghadapi ancaman
setiap waktu. Sedangkan domain yang yang tidak jelas atau non spesifik.
terendah pada post perlakuan terdapat Menurut peneliti semakin cemas
pada pernyataan “Saya terganggu oleh saraf akan semakin tegang sehingga
nyeri lambung & gangguan pencernaan” kontrol berbagai sistem organ terutama
dimana 2/8 responden (25%) menjawab kardio dan otot-otot pernapasan tidak
sebagian waktu. optimal. Hal ini akan menurunkan suplai
Hal ini membuktikan bahwa oksigen sel dan menambah kecemasan
kecemasan bisa menurun dengan teknik psikologis. Deep breathing ecercise
progressive muscle relaxation. Latihan membantu meningkatkan suplai oksigen
PMR secara teratur dan termanagemen jaringan sehingga energi bertambah dan
mengurangi ketegangan otot, stres dan kecemasan menurun.
menurunkan tekanan darah. Selain itu Juni (2000), menjelaskan bahwa
PMR juga meningkatkan toleransi pada deep breathing ecercise adalah usaha
aktivitas fisik sehari-hari, meningkatkan inspirasi dan ekspirasi optimal sehingga
imunitas tubuh, meningkatkan status kardiopulmonari mengalami peregangan
fungsional dan meningkatkan kualitas dan berespon positif terhadap masukan
hidup (Smeltzer & Bare, 2002). oksigen. Peregangan kardiopulmonari
dapat meningkatkan baroreseptor yang
Perbedaan kecemasan pasien IHD merangsang sistem saraf parasimpatis
sebelum dan sesudah Tekhnik Deep dan menghambat sistem saraf simpatis.
Breathing Exercise di ruang ICU Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu akan mampu menurunkan ketegangan,
Bangkalan kecemasan serta mengendalikan fungsi
Berdasarkan data hasil penelitian denyut jantung, meningkatkan ventilasi
didapatkan bahwa tingkat kecemasan paru dan oksigenasi darah serta mampu
pasien sebelum deep breathing exercise menurunkan nyeri (Price & Wilson 2005;
4 (50%) responden dengan kecemasan Muttaqin, 2009).
berat, 3 responden (37,5 %) mengalami Deep breathing exercise apabila
kecemasan sedang dan 1 responden dilakukan dengan baik, akan meregulasi
(12,5 %) mengalami kecemasan ringan. sistem kardiorespirasi dan menurunkan

18
tanda kecemasan. Respon kecemasan kecemasan dan meningkatkan kualitas
pada kardiovaskuler adalah palpitasi, hidup pasien hemodialisis. Penelitian
jantung berdebar, tekanan darah tinggi oleh Sheu, et al (2003) memperlihatkan
atau rendah, rasa mau pingsan, denyut bahwa PMR mampu menurunkan rata-
jantung menurun. Respon pernafasan rata tekanan darah sistolik sebesar 5,4
seperti nafas cepat, pendek, dangkal, mmHg dan rata-rata tekanan darah
tekanan dada, sensasi tercekik. Respon diastolik sebesar 3,48 mmHg pada
neuromuskuler yaitu : refleks meningkat, pasien hipertensi di Taiwan.
reaksi kejutan, insomnia, mata berkedip- Deep breathing exercise dilakukan
kedip, tremor, rigiditas, gelisah, tegang, bentuk pernapasan yang mengacu pada
kelemahan umum, dan gerakan janggal pendataran kubah diagfragma selama
dan kaki goyah (Stuart, 2007) inspirasi maksimal, lalu disimpan tiga
Menurut peneliti jika tubuh bisa detik di dalam tubuh dan dihembuskan
mendapatkan suplai oksigen optimal, perlahan melalui mulut (Juni, 2010). Hal
maka mekanisme respon fisiologis bisa ini memberikan rangsangan ke bagian
dikurangi sehingga energi akan dihemat otak untuk merelaksasikan diri sehingga
selama fase akut infark miokard. Jika tingkat kecemasan juga akan menurun.
pasien mempunyai cukup energi, maka Melalui Deep breathing exercise otak
metabolisme tubuh berlangsung baik dan seluruh jaringan mendapat pasokan
dan respon fisiologis akan homeostasis. oksigen yang cukup untuk metabolisme.
Efek lainnya adalah menekan intensitas Penelitian ini membuktikan tidak
nyeri yang membuat pasien lebih tenang terdapat perbedaan yang nyata pada
dan kecemasan menurun. perubahan kecemasan pasien. Hal ini
mungkin terjadi karena kedua tekhnik
Perbedaan Kecemasan Pada Pasien terdapat beberapa persamaan yaitu
IHD yang diberi Progressive Muscle sama-sama berdasarkan pada tekhnik
Relaxation dan yang diberi Deep napas dalam. Akibatnya kedua tehnik ini
Breathing Exercise di ruang ICU memfokuskan tubuh mengambil oksigen
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu sebanyak mungkin, lalu memberikan
Bangkalan mendistribusikan kepada seluruh sel.
Hasil uji independent t-test kedua Teknik deep breathing exercise
kelompok yaitu kelompok 1 progressive mengoptimalkan masukan oksigen sel,
muscle relaxation dan kelompok 2 deep meningkatkan ventilasi paru, oksigenasi
breathing ecercise didapatkan ρ:0,768 < darah dan jaringan, membantu batuk
α :0,05. Penelitian membuktikan bahwa efektif, mencegah atelektasis, stres fisik,
tidak ada perbedaan yang berarti antara dan emosional, menurunkan nyeri serta
progressive muscle relaxation dan deep kecemasan (Smeltzer & Bare, 2008)
breathing exercise dalam menurunkan Sementara itu progressive muscle
kecemasan pasien IHD di ICU RSUD relaxation mengarahkan pasien untuk
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan. membedakan perasaan saat kelompok
Pasien menurut penilaian peneliti, otot dilemaskan dan ketika otot dalam
setelah diberikan tekhnik relaksasi yaitu kondisi tegang. Relaksasi otot progresif
progressive muscle relaxation dan deep merupakan teknik relaksasi yang mudah
breathing exercise akan merasa relaks. dan sederhana. Progressive muscle
Melalui progressive muscle relaxation relaxation merelaksasi otot melalui dua
responden menghidupkan kembali otot- langkah, yaitu memberikan tegangan
otot yang kaku sehingga tubuh menjadi pada kelompok otot, dan menghentikan
nyaman dan tenang. Kenyamanan akan tegangan tersebut, lalu memusatkan
berdampak pada penurunan kecemasan perhatian terhadap otot hingga menjadi
dibanding responden sebelum diberikan relaks dan ketegangan menghilang
progressive muscle relaxation dan deep (Richmond, 2007).
breathing exercise. Teknik ini didasari Salah satu faktor yang mungkin
pada reaksi tubuh terhadap kecemasan terjadi dalam fisiologis tubuh responden
psikologis yang berdampak nyata pada adalah kesamaan dalam niat dan usaha
perubahan fisiologis. sehingga kedua tekhnik melahirkan nilai
Hasil penelitian Yildirim & Fadiloglu yang hampir sama. Selain itu kedua
(2006) menjelaskan bahwa progressive teknik juga melibatkan aktivitas menarik
muscle relaxation (PMR) menurunkan napas maksimal sehingga suplai O2

19
jaringan tercukupi yang akhirnya tingkat Kementrian Kesehatan Republik
kecemasan pada pasien Ischemic Heart Indonesia. 2012. Penyakit Tidak
Disease menurun. Menular. (diunduh 15 Agustus
2017).http://www.depkes.go.id/d
KESIMPULAN ownload /BULETIN%20.pdf
Tidak ada perbedaan progressive
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2015.
muscle relaxation dan deep breathing
Robbins and Cotran Pathologic
exercise dalam menurunkan kecemasan
Basis of Disease Ninth Edition.
pada pasien Ischemic Heart Disease.
Canada. Elsevier Saunders
Hal ini terjadi mungkin karena niat kuat
kedua kelompok responden dan adanya Muttaqin, A. 2013. Asuhan Keperawatan
kesamaan proses menarik napas dalam. Klien dengan Gangguan Sistem
Kerdiovaskular dan Hematologi.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta : Salemba.

Ankrom, S. 2008. Progressive muscle Nursalam. 2009. Konsep dan


relaxation can help you reduce Penerapan Metodologi Penelitian
anxiety and prevent panic : What Ilmu Keperawatan: Pedoman
is progressive muscle relaxation Skripsi, Thesis, dan Instrumen
http://panicdisorder.about.com/o Penelitian Keperawatan edisi 2.
d/living withpd/a/PMR.htm Jakarta: Salemba Medika.

Budiman F, Mulyadi N, Lolong J. 2015. Pailak H dan Widodo S. 2013.


Faktor-Faktor yang Berhubungan Perbedaan Pengaruh Teknik
Dengan Tingkat Kecemasan Relaksasi Otot Progresif Dan
Pada Pasien Infark Miokard Akut Napas Dalam Terhadap Tingkat
Di Ruangan Cvcu Rsup Prof. Dr. Kecemasan Pada Pasien Pre
Rd Kandou Manado. Jurnal Operasi Di Rumah Sakit
keperawatan, Telogorejo Semarang. Karya
Ilmiah S. 1 IlmuKeperawatan.
Charlesworth, E.A., & Nathan, R.G.
1996. Manajemen stres dengan Price, Sylvia A. and Wilson, Lorraine M.
teknik relaksasi, dalam Haryati 2005. Patofiologi, Konsep Klinis
(2009). Pengaruh latihan PMR Proses-proses Penyakit. Jakarta:
terhadap status fungsional dalam EGC.
konteks asuhan keperawatan Richmond, R.L. 2007. A guide to
pasien kanker dengan psychology and its practice.
kemoterapi di RS. Dr. Wahidin http://www.guidetopsychology.co
Sudirohusodo Makasar, (tesis). m/ pmr.htm
Perpustakaan FIK-UI
Sheu S, Irvin B.L, Lin, HS, and Mar, CL.
DEPKES, 2013. Riset Kesehatan Dasar. 2003. Effects of progressive
Jakarta: Badan Penelitian dan muscle relaxation on blood
Pengembangan Kesehatan pressure and psychososial
Kementrian Kesehatan RI status for clients with essential
Fathoni, M., 2011. Penyakit Jantung hypertension in taiwan. Holistic
Koroner: Patofisiologi, Disfungsi nursing practice. April 20, 2017.
Endothel, dan Manifestasi Klinis. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
Surakarta: UNS Press. med/12597674.

Juni, Wajan. 2010. Keperawatan Smeltzer ,S.C., & Bare B.G.,( 2010).
Kardiovaskuler. Jakarta: Brunner andSuddarth. Text book
Salemba Medika. of Medical Surgical Nursing. 11th
Edition Philadelphia: Wolters
Kadek Dwi. 2013. Jurnal penelitian Kluwer
depresi dan cemas pasien infark
miokard akut. RSUP Sanglah Snyder, M. and Lindquist, R. 2002.
Denpasar. (diakses 10 agustus Complementary / alternative
2017) therapies in nursing, (4th ed).

20
New York : Springer Publishing
Company.
Stuart, G W. 2007. Buku Saku
Keperawatan Jiwa . Edisi 5.
Jakarta. EGC
Yildirim, Y.K, and Fadiloglu T. 2006. The
effect of progressive muscle
relaxation training on anxity
levels and quality of life in
dialysis patients, April 20, 2017.
EDNA/ERCA Journal

21

Anda mungkin juga menyukai