⇅
1 Pengertian Proposal
2 Struktur Proposal (Sistematika)
2.1 Latar Belakang
2.2 Masalah dan Tujuan
2.3 Ruang Lingkup Kegiatan
2.4 Kerangka Teoretis dan Hipotesis
2.5 Metode
2.6 Pelaksana Kegiatan
2.7 Fasilitas
2.8 Keuntungan dan Kerugian
2.9 Lama Waktu
2.10 Pembiayaan
3 Kaidah Kebahasaan Proposal
4 Tujuan Pengajuan Proposal
5 Cara Menyusun Proposal
6 Referensi
6.1 Artikel Terkait
Pengertian Proposal
Proposal adalah rencana penelitian atau kegiatan yang akan dilaksanakan agar dapat
dipertimbangkan untuk disetujui oleh pihak atau lembaga penerima usul. Pengertian
tersebut diperkuat oleh pernyataan Kosasih (2017, hlm. 154) yang menyatakan bahwa
proposal adalah teks yang berupa permintaan kepada seseorang atau suatu badan
untuk melakukan suatu kegiatan atau penelitian ilmiah.
Senada dengan pendapat di atas, Tim Kemdikbud (2017, hlm. 143) menyatakan
bahwa proposal digunakan sebagai pengajuan, permohonan, atau penawaran. Melalui
proposal, kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik, karena kita akan
mendapat beberapa keuntungan seperti: mendapatkan izin pelaksanaan kegiatan,
hingga bantuan dana.
Lalu seperti apa format, sistematika, atau struktur dari proposal? Berikut adalah
pemaparan lengkapnya.
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan
3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-Jenis kegiatan
4. Kerangka Teoretis dan Hipotesis
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis
1. Latar Belakang Masalah
5. Metode
2. Perumusan Masalah
6. Pelaksana Kegiatan
3. Tujuan Penelitian
a. Penanggung jawab
4. Manfaat Penelitian
b. Susunan personalia
5. Landasan Teori
7. Fasilitas yang Tersedia
6. Metode Penelitian
a. Sarana
7. Kerangka Penulisan Laporan
b. Peralatan
8. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan-Keuntungan
b. Kemungkinan kerugian
9. Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat
10. Anggaran Biaya
11. Daftar Pustaka
12. Lampiran-Lampiran
Namun, secara umum terdapat beberapa bagian yang sebaiknya ada dalam proposal
meliputi: latar belakang, masalah dan tujuan, ruang lingkup kegiatan, kerangka
teoretis dan hipotesis, metode, pelaksana kegiatan, fasilitas, keuntungan dan kerugian,
lama waktu, pembiayaan (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 154). Masing-masing bagian
akan dijelaskan pada penjabaran di bawah ini.
Latar Belakang
Latar belakang proposal adalah berbagai keadaan, kejadian, atau hal lain yang
melatarbelakangi pentingnya dilaksanakan suatu penelitian atau kegiatan. Bagian ini
akan memuat berbagai alasan mengapa sesuatu yang diajukan dalam proposal penting
untuk dilaksanakan.
Karena merupakan alasan yang berarti berupa argumen, latar belakang harus dilandasi
data yang menyokongnya, bukan hanya berupa pendapat subjektif. Misalnya, gunakan
data statistik dari lembaga penelitian pemerintah atau jurnal penelitian para akademisi
dan ilmuwan.
Misalnya, jika penelitian atau kegiatan yang diajukan menyangkut kesehatan, maka
latar belakangnya adalah mengenai berjangkitnya suatu penyakit yang dalam taraf
mengkhawatirkan berdasarkan data atau statistik dari penelitian lain yang telah
diterbitkan.
Dalam beberapa format proposal, terutama proposal penelitian biasanya dua bagian
ini menjadi sub-bab yang terpisah menjadi: rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
Bagian ini secara rinci dan spesifik menyebutkan masalah apa saja yang ingin
diangkat berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan. Bagian ini juga memuat
tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai dan disampaikan secara rasional dan persuasif
sesuai dengan latar belakang yang diangkat.
Ruang lingkup kegiatan adalah berbagai batasan-batasan penelitian dan kegiatan yang
diusulkan. Batasan ini sangat penting untuk ditentukan agar hal yang diajukan tetap
pada jalur tujuan utamanya tanpa menyinggung hal lain yang tidak dibutuhkan.
Manfaat penentuan ruang lingkup bagi penerima usul adalah akan lebih mudah dilihat
kebaikan dan kelemahannya suatu penelitian atau kegiatan. Sementara itu, bagi
penerima usul, masing-masing dapat lebih fokus menguji dan mengkaji masalah dari
ruang lingkup dengan bahan-bahan literatur yang spesifik pula dalam
mempertimbangkan diterima atau tidaknya suatu usulan yang diajukan.
Misalnya, jika salah satu rumusan masalah proposal adalah menjaga kesehatan, maka
teori ilmu kesehatan dapat ditautkan dengan masalah tersebut untuk mencari
solusinya. Dari teori-teori yang dikemukakan, penerima usul dapat memahami bobot
usulan untuk mengetahui seberapa jauh persiapan pengusul dalam mengusulkan hal
yang diajukan.
Metode
Pelaksana Kegiatan
Salah satu faktor utama yang diperhitungkan oleh penerima proposal adalah susunan
personil (personalia) dari badan yang mengajukan proposal tersebut. Oleh karena itu,
pastikan untuk merekrut personalia yang ahli dan dapat diandalkan mengerjakan
kegiatan yang diajukan.
Fasilitas
Lalu mengapa kita harus mencantumkan kerugian? Tentunya karena apa pun yang
kita lakukan akan memiliki konsekuensi negatif juga. Namun, apakah konsekuensi
tersebut cukup sepadan dengan apa yang akan didapatkan? Itulah pertanyaan
utamanya. Dalam jangka pendek mungkin kegiatan yang kita ajukan akan membebani
keuangan penerima proposal, tapi jangka panjangnya tentu adalah hal yang berbeda.
Selain itu, apakah kegiatan kita akan menyebabkan kemacetan, dsb? Kerugian yang
dimaksud juga dapat berupa hambatan yang akan dihadapi ketika melaksanakan
kegiatan.
Lama Waktu
Tentunya pembiayaan adalah salah satu perhatian utama dari penerima usul. Oleh
karena itu, perincian biaya harus benar-benar digarap dengan baik dalam proposal.
Meskipun begitu, bagi badan penerima usul yang memiliki reputasi baik biasanya
kualitas adalah hal yang lebih diutamakan dibandingkan dengan masuk atau tidak
biaya yang diminta.
1. Menggunakan banyak istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri
ataupun tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya. Contohnya,
dalam ilmu pendidikan, istilah tersebut mencakup: afektif, kompetensi, minat baca,
psikologis.
2. Banyak menggunakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan
(metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, meliputi: mengamati,
mendokumentasikan, melakukan, berlatih, mengisi, membaca, mencampurkan.
3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefinisan, yang ditandai oleh
penggunaan kata: yakni, yaitu, merupakan, adalah.
4. Kaya akan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, petama, kedua,
ketiga.
5. Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti: akan, diharapkan,
direncakan. Hal tersebut sesuai dengan sifat proposal sendiri sebagai suatu usulan,
rencana, atau rancangan program kegiatan.
6. Banyak menggunakan kata-kata bermakna lugas atau denotatif (bukan kiasan). Hal ini
penting untuk menghindari kesalahpahaman antara pihak pengusul dengan pihak
penerima proposal.
1. Disetujui untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan agama, sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, dan budaya.
2. Mendirikan usaha kecil, menengah, atau besar.
3. Mengajukan tender dari lembaga-lembaga pemerintahan atau swasta.
4. Untuk mengajukan kredit kepada bank.
5. Mengadakan acara berupa seminar, diskusi, dan pelatihan.