Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SYOK HIPOVELOMIK

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Kritis

Disusun oleh:
1. Melinda Ayu F 2011010001
2. Hafni Alifia A 2011010004
3. Yuanita Asari 2011010005
4. Latifah Nuri 2011010006
5. Rifky Sidiq A 2011010007
6. Assha Annida A 2011010008
7. Zakia Rahma 2011010009
8. Nurul Dewi K 2011010011

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.
Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti
perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik),
sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor
yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok
anafilaktik).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ
dan oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari
darah (syok hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh
berbagai keadaan. Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya
adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun perdarahan karena
obsetri. Syok hipovolemik merupakan salah satu syok dengan angka
kejadian yang paling banyak dibandingkan syok lainnya.
Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan
mobilitas penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah
kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien
syok hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan obsetri
meninggal pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang.
Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa jam terjadi
perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.
Penatalaksanaan syok hipovolemik dapat dilakukan mulai dari saat
terjadinya kejadian, apabila pasien mengalami trauma, untuk menghindari
cedera lebih lanjut vertebra servikalis harus diimobilisasi, memastikan
jalan napas yang adekuat menjamin ventilasi, memaksimalkan sirkulasi
dan pasien segera dipindahkan ke rumah sakit. Keterlambatan saat
pemindahan pasien ke rumah sakit sangat berbahaya.
Salah satu terapi yang tepat untuk penatalaksanaan syok
hipovolemik adalah terapi cairan yang akan berdampak pada penurunan
angka mortalitas pasien. Akan tetapi terapi cairan yang tidak tepat akan
menyebabkan pasien mengalami edema paru dan gangguan elektrolit.

2. Tujuan
Untuk mengetahui definsi, epideminologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, pencegahan dan manajemen, serta prognosis
syok hipovolemik.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Syok secara tradisional sering diartikan sebagai hipoksia pada
jaringan karena kurangnya perfusi. Syok umumnya dikatakan sebagai
hipoksia, namun kata disoksia lebih tepat digunakan. Hipoksia merujuk
kepada kurangnya oksigenasi, sedangkan disoksia adalah kondisi dimana
metabolism sel dibatasi oleh penyebaran oksigen yang kurang atau
abnormal. Pada tingkat seluler, kondisi hipoksia akan menyebabkan
kegagain fungsi mitokondria, perubahan pada membran sel, pelepasan
radikal bebas, produksi sitokin, dan mengakibatkan beberapa reaksi
inflamasi.
Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan
sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan
kapasitas pembuluh darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang
disebabkan oleh kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa
darah atau plasma. Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan
salah satu penyebab yang umum, namun kehilangan darah yang tidak
terlihat dapat ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau
jaringan di sekitar retakan tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein
dapat diasosiasikan dengan penyakit seperti pankreasitis, peritonitis, luka
bakar dan anafilaksis.

2. Epidemiologi
Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya
menyebabkan terjadinya 5 juta kematian di seluruh dunia. Angka kematian
pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka
kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36%.
Dalam sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh Yamaguchi dan
Hopper (1964), dari 10 kasus ada 3 kasus dimana pasien mengalami syok
yang disebabkan oleh komplikasi dari sindrom nefrotik. Di Indonesia
sendiri, angka kematian penderita hypovolemic shock akibat Demam
Berdarah dengan ranjatan (dengue shock syndrome) yang disertai dengan
perdarahan yaitu berkisar 56 sampai 66 jiwa ditahun 2014.

3. Etiologi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat
berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi
akibat perdarahan bebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan
perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat
Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan
oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok
hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat
pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka
ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama.
4. Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah
rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang
menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah di
bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian
pada beberapa organ :
A. Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan
berusaha untuk meningkatkan tekanan sistemik guna
menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak
melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus
gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan
metabolisme di jantung dan etak sangat tinggi tetapi kedua sel
organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energi. Sehingga
keduanya sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan
nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk
waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak.
Ketika tekanan arterial rata-rata ( arterial pressure MAP) jatuh
hingga 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis dan
fungsi sel di semua organ akan terganggu.
B. Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh
haroreseptor dan kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi
berperan dalam respons autonom tubuh yang mengatur perfusi
serta substrak lain.
C. Kardiovaskular
Tiga variabel seperti: pengisian atrium, tahanan terhadap
tekanan (ejeksi) ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja
keras dalam mengontrol volume sekuncup Curah jantung,
penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali volume
sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya
menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi
jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung
D. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal,
maka terjadi peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan
oleh bakteri gram negatif yang mati di dalam usus. Hal ini
memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatan
metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel dan
menyebabkan depresi jantung.
E. Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan
hipoperfusi, frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya
pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah
nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan
pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan
media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi
hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat
aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen
meningkat untuk mengurangi laja filtrasi glomerulus, yang
bersama-sama dengan aldosteron dan vasopresin bertanggung
jawab terhadap menurunnya produksi urin.

5. Manifestasi Klinis
Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang :
a. Perdarahan derajat 1 (kehilangan darah 0-15%)
 Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
 Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi,
dan frekuensi pernapasan.
 Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk
kehilangan darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
 Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin,
perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan.
 Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar
katekolamin, yang menyebabkan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan
darah diastolik.
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
 Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan
tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental
yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi.
 Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-
40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
 Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi
keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada
respon awal terhadap cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
 Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah
sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak
terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar,
penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit
dingin dan pucat.
 Jumlah perdarahan ini akan mengancam
kehidupan secara cepat
6. Diagnosa
Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan
darahb ataupun cairan tubuh pada tubuh manusia yang mengakibatkan
jantung kekurangan darah untuk disirkulasi sehingga dapat mengakibatkan
kegagalan organ. Kehilangan darah ini dapat diakibatkan karena trauma
akut dan perdarahan, baik secara eksternal ataupun internal. Gejala-gejala
yang dimiliki bergantung pada persentase darah yang hilang dari seluruh
darah yang dimiliki pasien, namun ada beberapa gejala umum yang
dimiliki oleh seluruh penderita hypovolemic shock. Pada umumnya,
pasien yang menderita hypovolemic shock memiliki tekanan darah yang
rendah (dibawah 100mmHg) dan suhu tubuh yang rendah pada bagian-
bagian tubuh perifer. Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia
(dibawah 60 bpm), dan tachypnea juga umumnya terjadi pada pasien-
pasien yang menderita hypovolemic shock. Kandungan haemoglobin yang
relatif kurang (<=6g/l) pada darah juga dapat menjadi pertanda adanya
perdarahan dan dapat membantu dalam mendeteksi hypovolemic shock.
Pasien juga umumnya memiliki kegangguan kesadaran dan mengalami
kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem
saraf akibat kurangnya darah.
Pasien yang menderita hypovolemic shock dibagi menjadi tiga
kategori berdasarkan persentase volume darah yang hilang dari seluruh
tubuh pasien, dan gejala yang dialami oleh tiap kategori pasien disajikan
dalam tabel berikut :

Presentase darah yang Gejala yang dimiliki pasien


hilang dari seluruh volume
darah pasien
<15% a. Respon tachycardia minim
b. Perubahan TD umumnya tidak
signifikan
15-40% a. Tachycardia
b. Hypotensi
c. Periferal Hypofusion
d. Kesadaran pasien terganggu
.>40% a. Kemampuan tubuh menkompensasi
kehilangan darah sudah pada
batasnya
b. Kesadaran pasien terganggu
c. Tachycardia
d. hypotensi

7. Prevensi dan Manajemen


A. Manajemen dan Terapi
Ketika mendapati seseorang yang menunjukan gejala gejela
hipovolemia maka yang pertama harua dilakukan adalah mencari
bantuan medis sembari menunggu bantuan medis datang Berikan
pertolongan pertama pada penderita hipovolemia, perlu digaris
bawahi bahwa penangan pertama yang tepat pada penderita
hipovolemia sangat dibutuhkan karena dapat menghindari
kematian pada penderita. Berikut hal hal atau langkah langkah
untuk memberi pertolongan pertama pada penderita:
1. Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita
contoh memberi minum
2. Periksa ABC (airway, breathing, circulation)
3. Buat pasien merasa nyaman dan hangat, hal ini
dilakulan agar mencegah hipotermia pada pasien
4. Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau
punggung jangan memindahkan posisinya
5. Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka
segera lakukan penekanan pada lokasi perdarahan
dengan menggunakan kain atau handuk, hal ini
dilakukan untuk meminimalisir volume darah yang
terbuang. Jika dirasa perlu kain atau handuk dapat
diikatkan
6. Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada
tubuh penderita jangan dicabut hal ini ditakutkan akan
menyebabkan perdarahan hebat
7. Beri sanggaan pada kaki 45 atau setinggi 30 cm untuk
meningkatkan peredaran darah. Saat akan dipindahkan
ke dalam ambulans usahakan posisi kaki tetap sama
8. Jika adanya cedera pada kepala atau leher saat akana
dinaikan menuju ambulan berulah penyangga khusus
terlebih dahulu.
B. Field Care
Saat bantuan medis datang dan penderita dibawa menggunakn
ambulan, berikan oxygen pada pasien untuk mempertahankan
suplai oksigen ke jaringan. Terapi cairan intravena biasanya
dilakukan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, nmun cairan
intravena todak dapat mengankut darah sehingga tetap disarankan
untuk segera mendapatkan transfusi darah. Selain oemberian cairan
intravena sering pula dilakukan metode permissive hypotension
metode ini diutamakan bagi penderita trauma atau yang lebih
dikenal sebagai terapi cairan restriktif, metode ini digunakan agar
tekanan darahbsistolik meningkattanpa mencapai tekanan darah
normal dengan tujuan pencegahan terlarutnya faktor pembekuan
secara berlebih.
8. Prognosis
Pada umumnya, Hypovolemic shock dapat menyebabkan kematian
meskipun sudah diberikan penanganan medis. Faktor usia juga merupakan
faktor yang mempengaruhi Hypovolemic shock, biasanya orang-orang
yang sudah lanjut usia jika mengalami Hypovolemic shock akan sulit
ditangani dan disembuhkan. Hypovolumic shock dapat disembuhkan jika
segera diberikan penanganan atau tindakan meskipun tidak menutup
kemungkinan dapat menyebabkan kematian terhadap orang tersebut.
Hypovolemi shock biasanya tergantung dari hal-hal berikut:
1. Banyaknya darah yang hilang
2. Kecepatan penggantian cairan tubuh
3. Kondisi kesehatannya
4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang menuju ke organ-organ vital tubuh,
sehingga mengakibatkan disfungsi organ dalam tubuh. Salah satunya
adalah syok hipovolemik, syok hipovolemik. Syok hipovolemik
merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik).
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata
dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang
menimbulkan penurunan curah jantung (heart pulse rate). Ketika heart
pulse rate turun, ketahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup
bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan
khususnya traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan
metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu
tidak mampu menyimpan cadangan energi. Jika hal ini terus berlanjut
maka satu persatu organ tubuh akan mati dan berujung dapat
menyebabkan kematian.
B. Saran
Bagi korban yang terkena syok, utamanya syok yang bersifat hipovolemik
harus mendapatkan penangana secara langsung. Karena jika tidak dapat
ditangani secara cepat dan tepat, maka satu persatu organ mengalami
disfungsi dan mati sehingga berujung pada kematian
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai