Atas permasalahan tersebut, saya selaku Kepala Puskesmas Sapeken menyatakan sependapat
bahwa memang terdapat stok persediaan obat program HIV (ARV) yang sudah kadaluwarsa
yaitu 3 botol obat Lamivudin. Obat tersebut merupakan obat hibah yang kami peroleh dari
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan sudah dilaporkan dalam data persediaan (aplikasi
SIVA) namun kami belum melakukan pemusnahan dan masih menyimpannya sesuai SOP di
tempat yang terpisah dari obat yang belum kadaluwarsa yaitu di tempat karantina khusus obat
kadaluwarsa.
Faktor penyebab adanya obat ARV kadaluwarsa yaitu saat diterima dari Pemerintah Provinsi
Jawa Timur, obat ARV sudah mendekati masa kadaluwarsa, sementara obat tersebut
merupakan persediaan obat ARV yang wajib disediakan oleh puskesmas sebagai persyaratan
awal dalam membuka layanan poli PDP HIV.
Untuk selanjutnya kami akan lebih cermat lagi dalam melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan obat kadaluwarsa dan akan memerintahkan pengurus barang pembantu agar
menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah
serta mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang
melalui Kuasa Pengguna Barang atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah dan
pengecekan fisik barang, mengingat barang / obat-obatan yang kadaluwarsa sudah tidak dapat
digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan atau tidak dapat dipindahtangankan. Pengajuan
permohonan pemusnahan barang milik daerah dilakukan oleh Pengguna kepada Bupati
Sumenep.
S U H A R T O, SKM