0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan1 halaman
Van den Bosch lahir di Belanda dan tiba di Jawa pada 1797 sebagai letnan. Dia naik pangkat menjadi kolonel dan kembali ke Belanda pada 1810 karena perbedaan pendapat dengan gubernur. Setelah kembali ke Belanda pada 1813, dia aktif mendukung kembalinya Wangsa Oranje dan menjadi komandan di Maastricht dengan pangkat mayor jenderal. Pada 1830, dia diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Raff
Van den Bosch lahir di Belanda dan tiba di Jawa pada 1797 sebagai letnan. Dia naik pangkat menjadi kolonel dan kembali ke Belanda pada 1810 karena perbedaan pendapat dengan gubernur. Setelah kembali ke Belanda pada 1813, dia aktif mendukung kembalinya Wangsa Oranje dan menjadi komandan di Maastricht dengan pangkat mayor jenderal. Pada 1830, dia diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Raff
Van den Bosch lahir di Belanda dan tiba di Jawa pada 1797 sebagai letnan. Dia naik pangkat menjadi kolonel dan kembali ke Belanda pada 1810 karena perbedaan pendapat dengan gubernur. Setelah kembali ke Belanda pada 1813, dia aktif mendukung kembalinya Wangsa Oranje dan menjadi komandan di Maastricht dengan pangkat mayor jenderal. Pada 1830, dia diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Raff
membawanya tiba di Pulau Jawa tahun 1797, sebagai seorang letnan; tetapi pangkatnya cepat dinaikkan menjadi kolonel. Pada tahun 1810 sempat dipulangkan ke Belanda karena perbedaan pendapat dengan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Setelah kepulangannya ke Belanda pada bulan November 1813, Van den Bosch beragitasi untuk kembalinya Wangsa Oranje. Dia diangkat kembali sebagai kolonel di ketentaraan dan menjadi Panglima Maastricht. Di Belanda karier militernya membuatnya terlibat sebagai komandan di Maastricht dengan pangkat sebagai mayor jenderal. Di luar kegiatan karier, Van den Bosch banyak membantu menyadarkan warga Belanda akan kemiskinan akut di wilayah koloni. Pada tahun 1827, dia diangkat menjadi jenderal komisaris dan dikembalikan ke Batavia (kini Jakarta), hingga akhirnya menjadi Gubernur Jenderal pada tahun 1830. Van den Bosch kembali ke Belanda sesudah lima tahun. Dia pensiun secara sukarela pada tahun 1839.
Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811, ketika Kerajaan
Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda dan ia tidak lama kemudian dipromosikan sebagai Gubernur Sumatra, ketika Kerajaan Belanda diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis. Sewaktu Raffles menjabat sebagai penguasa Hindia Belanda, ia telah mengusahakan banyak hal, yang mana antara lain adalah sebagai berikut: dia mengintroduksi otonomi terbatas, menghentikan perdagangan budak, mereformasi sistem pertanahan pemerintah kolonial Belanda, menyelidiki flora dan fauna Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. Tidak hanya itu, demi meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencarian Raffles akan Candi Borobudur, ia pun kemudian belajar sendiri Bahasa Melayu. Hasil penelitiannya di pulau Jawa dituliskannya pada sebuah buku berjudul: History of Java, yang menceritakan mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan penelitiannya, Raffles dibantu oleh dua orang asistennya yaitu: John Crawfurd dan Kolonel Colin Mackenzie. Istri Raffles, Olivia Mariamne, wafat pada tanggal 26 November 1814 di Buitenzorg dan dimakamkan di Batavia, tepatnya di tempat yang sekarang menjadi Museum Prasasti. Di Kebun Raya Bogor dibangun monumen peringatan untuk mengenang kematian sang istri.
Nama Raffles juga dipakai sebagai nama suatu genus dari sekelompok tumbuhan parasit obligat, Rafflesia,
untuk menghormati jasa-jasanya. Salah satu jenisnya memiliki bunga sejati terbesar di dunia, yaitu padma raksasa atau Rafflesia arnoldi yang menjadi salah satu dari bunga nasional Indonesia.a