Anda di halaman 1dari 3

8 Gubernur Jenderal yang Berpengaruh di Indonesia

pada Masa Kolonial

Nama : Nadya Putri Santosa


Kelas : XI-6

1. Carel Reyniersz

Carel Reyniersz lahir di Amsterdam, 1604 – meninggal di Batavia, 19 Mei 1653 pada umur 49
tahun, adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 11. Ia memerintah antara tahun 1650 –
1653. Ia memulai perjalanannya ke timur pada tahun 1627. Ia menjadi seorang upperbuyer
(belanda:opperkoopman) di Kantor dagang Belanda di Coromandel Belanda. Ia kemudian
dipromosikan menjadi gubernur pada 1635. Pada tahun 1636 ia menjadi konsul luar biasa (Raad
extra-ordinair) di Dewan Hindia. Ia kembali ke Amsterdam dan menjadi pedagang. Setelah
mengalami kegagalan ia kembali lagi ke Hindia pada tahun 1645. Tahun selanjutnya ia kembali
memperoleh jabatan konsul penuh.

Selama menjadi konsul, Reyniersz mengusulkan beberapa kebijakan baru, diantaranya adalah
bagaimana menyingkirkan para kompetitor-nya, melakukan pembasmian terhadap perdagangan di
luar VOC termasuk juga melakukan pengurangan kuota produksi cengkih dengan cara membakar dan
menebang pohon-pohon cengkih usia produktif. Reyniersz meminta kebijakan ini dilakukan dengan
tegas, termasuk dengan menumpas pemberontakan di Seram Barat, di mana penduduk setempat
menolak untuk memusnahkan ladangnya. Pemberontakan ini berlangsung lama dan baru bisa
dipadamkan pada tahun 1658.

2. Cornelis Janzoon Speelman

Cornelis lahir pada tanggal 2 Maret 1628. Ia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang
memerintah pada periode 1680 hingga 1684. Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari
Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, ia pergi ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal
Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun
1645 ia tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala tata administrasi) dan
pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 ia menjadi sekretaris
Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini ia diperintahkan
untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta besar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik
oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari
Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan berhenti pada tahun 1657.

Ia menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula ia
menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676,
ia memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, di mana penguasa Mataram saat itu berada dalam kesulitan
dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC.

3. Antonio van Diemen

Antonio van Diemen (1593 – 19 April 1645), adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-
9. Ia memerintah antara tahun 1636–1645. Van Diemen adalah putra dari Meeus Anthonisz van
Diemen dan Christina Hoevenaar. Pada tahun 1616, ia pindah ke Amsterdam untuk mencari
peruntungan di bidang perdagangan. Namun usahanya ini menemui kegagalan, karena kebangkrutan.
Setahun kemudian ia menjadi pegawai di VOC dan berlayar ke Batavia. Gubernur Jenderal Coen
menemukannya sebagai pejabat yang sangat kompeten dibidangnya. Ia pernah memegang jabatan
sebagai Direktur Jenderal Perdagangan dan Anggota Dewan Hindia. Ia kembali ke Belanda pada
tahun 1631 sebagai laksamana di Kapal Deventer. Pada tahun selanjutnya, ia kembali ke Batavia. Dan
tak kurang dari 4 tahun kemudian (1 Januari 1636) ia ditunjuk menjadi Gubernur Jenderal.
Dalam masa kepemimpinannya ini, ia berkomitmen untuk memperluas kekuasaan perusahaan
dagang hindia timur. Dan karena perannya pula ia dapat mendirikan kekuasaan Belanda di Ceylon
melalui Trincomalee. Ia dikenang karena perannya terhadap eksplorasinya ke Australia saat ini.
Penjelajahan ini dimulai saat pemerintahannya di Batavia sudah berjalan 3 bulan. Tujuan pertamanya
pergi kesana adalah untuk melakukan pemetaan garis pantai. Namun usaha ini mengalami kegagalan
ketika salah seorang komandan Belanda terbunuh oleh penduduk asli dan seluruh armada
diperintahkan untuk kembali. Dan pada Novembr 1942 ia kembali melakukan ekspedisi
mengeksplorasi pantai barat, selatan, dan timur Australia.

4. Laurens Reael

Laurens Reael (22 Oktober 1583 – 21 Oktober 1637) adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda
yang ketiga. Ia memerintah antara tahun 1615 – 1619. Laurens Reael adalah putra dari Laurens
Jacobsz Reael, seorang pedagang di Amsterdam dan seorang penyair amatir yang menulis karya
berjudul Geuzenliederen (Lagu dari geuzen). Keluarga Reael memiliki sebuah gudang yang akhirnya
menjadi penginapan terkenal. Reael memiliki rekam jejak pendidikan yang bagus, terutama pada
pelajaran matematika dan bahasa. Dia lalu belajar hukum di Leiden. Di sana dia tinggal di rumah
Jacobus Arminius yang merupakan suami dari kakaknya, Lijsbet Reael. Reael meraih gelar doktornya
pada tahun 1608. Pada Mei 1611 Laurens Reael ditugaskan menjadi komandan yang mengatur sebuah
armada yang dikirim ke Hindia Belanda. Armada yang dipimpinnya terdiri atas empat kapal. Ia
menyelesaikan tugasnya dengan berhasil.

Kemudian, Laurens Reael diangkat menjadi Gubernur Jenderal Perusahaan Hindia Timur Belanda
menggantikan Gerard Reynst. Ia menjabat sejak tahun 1615 hingga 1619.[1] Dia diangkat saat VOC
masih berkedudukan di Ternate, Maluku Utara.

5. Jacob Mossel

Gubernur Jenderal di Hindia Belanda sejak tahun 1750 menggantikan van Imhoff. Kelahiran
Enkhuysen tahun 1684 dan berangkat ke Hindia tahun 1702 sebagai kelasi. Selama masa dinasnya di
VOC ia menduduki berbagai macam posisi dan jenjang hingga kemudian terpilih menjadi gubernur
jenderal. Suami isteri Adriana dan Mossel dikaruniai tujuh orang anak.

Saat ia menjabat Gubernur Jenderal, kondisi perekonomian suram akibat merosotnya peranan
VOC dalam perdagangan. Di samping akibat adanya pemberontakan orang cina tahun 1740, sehingga
roda perekonomian dalam benteng mengalami kemunduran. Untuk itu, ia berupaya memasukkan uang
secara cepat ke kas pemerintahan dengan cara menyewakan tanah-tanah di sekitar Batavia dan Bogor.
Penyewanya merupakan orang-orang Eropa yang ingin membuka usaha perkebunan di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa. Mossel adalah pendukung kebijakan yang mengizinkan pengusaha swasta
berdagang sendiri di wilayah Hindia. Hal ini menyangkut perdagangan skala kecil dimana Perusahaan
tidak dapat memperoleh keuntungan.

6. Pieter de Carpentier

Pieter de Carpentier (Antwerpen, 1588 – Amsterdam, 5 September 1659) adalah Gubernur-


Jenderal Hindia Belanda yang ke-5. Ia memerintah antara tahun 1623 – 1627. De Carpentier sekaligus
menggantikan Jan Pieterszoon Coen dan digantikan olehnya pula. Pada tahun 1616 ia berlayar dengan
kapal De Getrouwheid menuju Hindia Belanda. Di tempat baru ini ia memegang beberapa jabatan
seperti Direktur Jenderal Perdagangan, Anggota Dewan Hindia dan Anggota Dewan Pertahanan.
Terhitung Mulai 1 Februari 1623 hingga 30 September 1627 ia dilantik menjadi Gubernur Jenderal
Hindia Belanda kelima. Ia ikut serta dalam penaklukan Kota Jayakarta dan membangun Kota Batavia.
Ia melakukan banyak hal untuk menata kota baru ini seperti pendirian sekolah-sekolah, balai kota, dan
panti asuhan pertama. Dia juga merancang cikal bakal struktur kegerejaan di Batavia. Pada 12
November 1627 Pieter de Carpentier kembali ke Belanda sebagai komandan armada yang terdiri dari
kapal dagang yang sarat muatan dan 3 kapal dari Inggris. Ia tiba di sana pada 3 Juni 1628. Ketika Jan
Carstenszoon (or Carstensz) dan Willem van Coolsteerdt mendarat di Pantai Barat Tanjung York
Holandia Baru (sekarang Australia) pada 1623, setelah penjelajahan pertama oleh Willem Janszoon
pada 1606, mereka mengganti namanya dengan 'Tanjung Carpentaria' berdasarkan nama sang
Gubernur-Jenderal.

7. Hendrik Zwaardecroon

Henricus Zwaardecroon lahir di Rotterdam tanggal 26 Januari 1677 dan meninggal di tanah
miliknya di Kedaung, dekat Batavia pada tanggal 12 Agustus 1728. Memasuki dinas VOC di
negerinya pada bulan Desember 1684. Tiba di Batavia di bulan Oktober 1685, kemudian menjadi
anggota Dewan Hindia di tahun 1704 dan 1715. Di bulan Nopember 1718 terpilih menggantikan
Christoffel van Swoll, namun dua tahun kemudian baru disahkan oleh Dewan Tujuhbelas. Usahanya
untuk memberantas perdagangan gelap di kalangan pejabat VOC menimbulkan reaksi keras dari
orang-orang yang terlibat. Misalnya di tahun 1722 Zwaardecroon memerintahkan 26 orang untuk
dihukum mati, meskipun pada kenyataannya hukuman tersebut tidak memberikan dampak yang
berarti.

Ia merupakan Gubernur Jenderal di Hindia Belanda yang menyumbangkan taman yang luas
kepada Gereja Portugis. Memerintah sejak tahun 1718 hingga tahun 1725. la pernah menuduh
Erberveld berkhianat terhadap VOC karena dia menginginkan tanah di Jacatraweg. Namanya
kemudian diabadikan menjadi nama kapal uap 5.5. Swaerdecroon. Ada beberapa variasi pengejaan
namanya namun di makamnya yang masih ada di Gereja Portugis lama di Jl. Pangeran Jayakarta,
ejaannya Hemic Zwaardecroon.

8. Jacques Specx

Jacques Specx (lahir di Dordrecht, 1588 - meninggal di Amsterdam, 1652 pada umur 64 tahun)
adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-7. Ia memerintah antara tahun 1629 – 1632. Pada
25 September 1629, ia ditunjuk langsung oleh Dewan Hindia untuk menjadi Gubernur Jenderal
sementara. Pada awal kepemimpinannya, Batavia dikepung oleh sekitar 30.000 tentara Mataram.
Pengepungan tersebut berakhir tiba tiba pada bulan November pada tahun yang sama. Setelah
pengepungan itu ia membangun kota Batavia kembali. Ia membangun parit di sekeliling kota untuk
memaksimalkan perlindungan.
Dalam menanggulangi orang Mataram ia memperalat orang Tionghoa. Mereka diadu-domba
olehnya dengan orang Jawa Mataram. Hal ini adalah salah satu bibit pertikaian antara orang pribumi
dan orang keturunan Tionghoa di Indonesia dewasa ini. Specx melakukan banyak perubahan di
batavia, terutama membentuk kali besar yang tadinya berkelok dibuat lurus agar dapat melewati kota.
Ia pun membangun parti disekeliling kota untuk memaksimalkan perlindungan. Jacques Specx
mengepalai armada yang berangkat dari Texel. Armada ini terdiri dari 11 kapal pada 1607 di bawah
komando Willemsz Verhoeff. Setelah tiba di Bantam, dua kapal melanjutkan perjalanan untuk
mendirikan hubungan perdagangan resmi antara Belanda dan Jepang. Dua kapal tersebut adalah De
Griffioen dan Roode Leeuw met Pijlen. Di antarapara kru kapal terdapat Abraham van den Broeck
and Nicolaas Puyck. Kapal-kapal ini tiba di Jepang pada 2 Juli 1609.
Daftar delegasi yang berangkat ke Jepang tersebut tidak diketahui secara pasti. Tapi diketahui
bahwa van den Broeck dan Puyck pergi ke Shogunal Court, dan Melchior van Santvoort bertindak
sebagai penerjemah. Shogun menyetujui permohonan Belanda akan akses ke semua pelabuhan di
Jepang. Semenjak itu, ia (Specx menjadi pedagang yang sukses di Nagasaki.
Pada September 1609, dewan perdagangan memutuskan untuk menyewa sebuah rumah di Pulau
Hirado (yang terletak di selatan pulau utama Jepang, Kyushu). Jacques Specx lalu menjadi
"Opperhoofd" (Ketua) pertama di tempat baru ini.

Anda mungkin juga menyukai