ke Indonesia
Latar belakang kedatangan bangsa
belanda ke Indonesia
1.Dilatar belakangi dengan adanya perang salib. Di
mana dengan adanya perang salib ini menyebabkan
jalur perdagangan asia-eropa menjadi
terputus.Mengakibatkan bangsa eropa datang ke
Indonesia .
2.Dilatar belakangi dengan jatuhnya konstatinopel.
Yaitu perebutan kota yang merupakan salah satu
titik penting dalam jalur perdagangan darat yang
menyambungkan eropa dan asia. Dan setelah
konstatinopel di duduki oleh turki usmani jalur
perdangan terputus karena turki usmani melarang
orang orang eropa untuk melewati konsttinopel.
3.Dilatar belakangi penjelajahan samudera.
Penjelajahan sammudera dilator belakangi oleh
perang salib yang mengakibatkan jalur perdagangan
asia-eropa menjadi terputus dan dikarenakan
jatuhnya konstatinopel yaitu titi penting dalam
perdagngan darat yang menyambungkan eropa dan
asia. hal tersebut menyebabkan untuk melakukan
penjelajahan samudra untuk mencari pulau yang
bisa digunakan pulau tersebut untuk mencari
sumber daya alam(SDA) untuk membangkitkan
ekonomi bangsa barart yang kala itu sedang
memburuk.
4.Dilatar belakangi oleh Rempah-Rempah. Bangsa
barat melakukan penjajahan dengan maksud
tertentu yaitu untuk mencari rempah-rempah
seperti halnya belanda yang pada kala itu mereka
melakukan penjejelajahan samudera dan
menemukan Indonesia, mereka dating kae banten
dengan dipimpin oleh cornelis de houtman untuk
mencari rempah- rempah. Pada saat voc didirikan
pada tahun 1602 mereka mulai melakukan
penjajahan.
5.Dilatar belakangi 3G(GOLD,GOSPEL,GLORY).selain
untuk mencari rempah rempah bangsa barat
melakukan penjelajahan dengan motivasi 3G yaitu
GOLD yang berarti emas yang identic dengan
kekayaan,GOLRY yang bermakna mencari kejayaan
kekuasaan dan kemenangan, dan GOSPE yaitu
keinginan bangsa barat untuk menyebarluaskan
atau mengajarkan agama nasrani khususnya agama
Kristen ke bangsa-bangsa di asia,afrika, dan amerika
selatan.
6.Dilatar belakangi oleh iptek. Bangsa barat dapat
disamakan dengan bangsa eropa. Pada zamannya,
Bangsa eropa terus mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengann tujuan utama
untuk memajukan pendidika sekaligus
mengungkapkan pensaran terhadap alam semesta.
TOKOH –TOKOH BELANDA PADA
MASA PENJAJAHAN
1. Pieter Both
Pieter Both (1568-1615) adalah Gubernur
Jenderal Hindia Belanda pertama. Dia dalam
masa jabatannya, dia berhasil mengusir
Spanyol dari Tidore, memperkuat kekuasaan
VOC di Maluku dan menaklukkan Timor Barat
kedalam kekuasaan VOC.
2. Jan Pieterszoon Coen
Jan Pieterszoon Coen (1587-1629) adalah
Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke empat.
Dalam masa jabatanya, Belanda menaklukkan
Jayakarta dari kesultanan Banten. Diatas
reruntuhan kota ini, Belanda membangun Kota
Batavia, yang kemudian menjadi ibukota
Hindia Belanda. Coen juga berhasil
menghalangi upaya Kesultanan Mataram untuk
menaklukkan Batavia dari Belanda.
3. Herman Willem Daendels
Herman Willem Daendels (1762-1818) adalah
Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang
memerintah pada tahun 1808–1811, ketika
Belanda berada di bawah pengaruh Perancis.
Tugas utama Daendels adalah
mempertahankan Hindia Belanda dari
kemungkinan serangan Inggris yang saat itu
sedang berperang dengan Perancis.
Untuk mempertahankan Hindia Belanda,
Daendels membangun jaringan jalan raya
Jawa, yang disebut sebagai Jalan Raya Pos.
Jalan raya ini membentang dari Anyer, di barat
pulau Jawa, ke Panarukan di Jawa bagian
timur.
4. Johannes Van Den Bosch
Johannes Van Den Bosch (1780-1844)
menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda pada tahun 1830-1833. Saat menjadi
Gubernur Jenderal di Hindia Belanda,
Johannes Van Den Bosch menerapkan
kebijakan Cultuurstelsel yang bertujuan
memberikan keuntungan sebesar-besarnya
pada pemerintahan kolonial dan mengisi kas
negara Belanda.
Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) adalah
sistem ekonomi yang diterapkan di Hindia
Belanda dengan secara paksa
5.Gotfried Coenraad Ernst van Daalen
Ia merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda
yang memiliki ambisi untuk menguasai seluruh
wilayah Aceh. Pada masa itu, van Daalen dengan
sekutunya mengalami perjalanan dengan berjalan
kaki untuk mencapai pedalaman Gayo. Untuk
mencapai Gayo memakan waktu hingga 163 hari
dan ketika sampai ia langsung mengirimkan surat
kepada raja-raja Gayo. Dalam surat itu tertera bahwa
para pemimpin harus menandatangani perjanjian
takluk.
Alih-alih menandatanganinya, tak satu pun
pemimpin di Gayo yang mengikuti perjanjian itu.
Van Daalen marah dan langsung menggerakkan
pasukan untuk menyerang rakyat Gayo. Rakyat
berkumpul di benteng-benteng dari bambu dan di
semak berduri untuk menahan gempuran musuh.
Van Daalen memerintahkan untuk menghabisi
rakyat Gayo, hingga disebutkan terdapat 313 korban
tewas. Tak hanya sampai di situ, ia juga membantai
ke wilayah Suku Alas dan mengakibatkan 2 ribu
nyawa melayang dalam pertempuran. Operasi militer
Belanda di pedalaman Aceh itu disebut menelan
korban mencapai 4.000 orang. Pada masa itu juga
sempat terjadi pembantaian massal kepada orang-
orang dari Suku Gayo maupun Alas.
6.Godert van der Capellen
Jika kita lihat ke belakang, Belanda sempat "pergi"
sebentar dari Indonesia karena kekuasaannya direbut
oleh Inggris. Hanya berlangsung selama lima tahun,
Belanda kembali lagi menjajah negeri ini.
Saat itu, Godert van der Capellen-lah orang yang
ditunjuk untuk menjadi gubernur jenderal Hindia
Belanda (1816-1826). Ia mengemban tugas yang
sangat besar, yaitu memperbaiki situasi ekonomi
Belanda, memperkuat pengaruh, dan melindungi
wilayah kekuasaan dari potensi serangan Sekutu.
Semasa menjabat, Van der Capellen ingin merebut
hati rakyat Indonesia. Oleh karena itu ia banyak
membuat kebijakan yang pro pribumi. Di antaranya
adalah mengurangi monopoli perdagangan rempah-
rempah, membangun sekolah dasar, hingga
melakukan imunisasi cacar. Itulah kenapa
pemerintahan Van der Capellen dinilai tidak sekejam
tokoh Belanda lainnya.
Akan tetapi, pemerintah pusat di Belanda tidak
menyukai cara Van der Capellen karena dinilai
terlalu lemah. Ia pun segera dipulangkan dan
digantikan dengan Hendrik Merkus de Kock.
weebly.com
7. JB Van Heutsz
van Heutsz adalah perwira tentara Belanda yang
menguasai Aceh. Setelah menjadi gubernur sipil dan
militer, ia berhasil naik jabatan menjadi gubernur
jenderal Hindia Belanda di tahun 1904. Ia
melaksanakan kebijakannya berlandaskan kekerasan.
Van Heutsz bersama dengan Snouck Hurgronje,
penasihatnya selalu menyerang wilayah yang ingin
ditaklukkannya dengan senjata. Pertumpahan darah
adalah makanan sehari-hari saat ia berkuasa.
Tak hanya itu, ia pun sering melakukan devide et
impera. Rakyat, kaum ulama, dan bangsawan,
semua elemen masyarakat diadu domba agar
meminta bantuan kepada Belanda. Van Heutsz
tercatat pernah melakukan pembantaian terhadap
ratusan warga di Gayo, Aceh untuk melaksanakan
semua ambisinya.
7. Wilhelmina
unofficialroyalty.com