TESIS
Oleh :
ASTRID SISKA PRATIWI
NIM: 147008007
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Biomedik
Dalam Program Studi Magister (S2) Biomedik pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh :
ASTRID SISKA PRATIWI
NIM: 147008007
Judul Tesis
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar master Biomedik pada Program Studi Ilmu Biomedik
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
Penulis
i
Universitas Sumatera Utara
Astrid Siska Pratiwi
ii
Universitas Sumatera Utara
Association of Vitamin D Receptor Gene Polymorphism Fok-1 (rs2228570)
and Vitamin D Plasma Levels to Proliferation of
Breast Cancer Cell (Ki-67)
Abstract:
Introduction: Breast cancer is one of the serious health problems in women. In its
activity vitamin D receptor along with its vitamin D ligand plays a role in breast
cancer. Fok-1 is one of the vitamin D receptor polymorphisms in start codon area
in exon 2, the conversion of bases (C> T) to produce a protein product of different
lengths. Changes in vitamin D receptors may cause cellular changes by vitamin D
that may affect the progression of tumor cells measured by cell prolifereation (Ki-
67) in breast cancer
Objective: to determine the association of vitamin D receptor gene polymorphism
Fok-1 (rs2228570) and plasma vitamin D levels to proliferation ) of breast cancer
cell (Ki-67)
Methods: blood samples taken from 50 new cases of breast cancer patients and
have not had chemotherapy since October 2017 to February 2018 at RSUP H.
Adam Malik Medan. DNA isolation and gene amplification were examined by
PCR technique. The polymorphism of the vitamin D receptor gene Fok-1 was
examined by PCR-RFLP technique. Levels of 25(OH)D were examined using
ELISA techniques. Relationships between variables were tested with Fisher exact
(p <0.05).
Results: genotypic frequency and RVD Fok-1 alleles were CC (42%), CT (42%),
TT (16%). Number of C allele (63%) and T allele (37%). The mean vitamin D
level in the study was 28.16 (27.93 (± 8.69)) ng/ml. Frequency of study subjects by
category of deficiency (14%), insufficiency (38%) and sufisiensi (48%). The mean
value of cell proliferation (Ki-67) was 21,7 (± 14,48)%, with frequency of each
group: Grade +/- (18%); Grade 1+ (50%); grade 2+ (30%), grade 3+ (2%).
There was no significant relationship between the three variables: (1) Fok-1
polymorphism with levels of 25(OH)D (p=0.139); (2) 25(OH)D levels with
immunohistochemical expression of Ki-67 (p=0.082); (3) Fok-1 polymorphism
with cell proliferation (Ki-67) (p 0.285)
Conclusion: there is no significant association of vitamin D receptor gene
polymorphism Fok-1 (rs2228570) and plasma vitamin D levels to proliferation )
of breast cancer cell (Ki-67)
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
1. Yang terhormat Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor
pembimbing pertama dalam penelitian ini yang telah memberikan saran dan
iv
Universitas Sumatera Utara
4. Yang terhormat Dr. dr. Kamal Basri Siregar, M.Ked (Surg), Sp.B, K(Onk),
tesis ini.
bimbingan terhadap analisis data dari hasil penelitian hingga penulis dapat
9. Yang terhormat dr. Ginanda Putra Siregar, Sp.U selaku Kepala Laboratorium
10. Yang tersayang Kak Mardiyah Nst dan Kak Lavarina Winda sebagai laboran
v
Universitas Sumatera Utara
memberikan waktunya untuk mengarahkan dan mendampingi penulis dalam
11. Yang terhormat seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Biomedik
12. Secara khusus terimakasih yang tak terhingga penulis persembahkan atas
Harnining Tiyastuti dan semangat jarak jauh dari almarhum bapak tercinta
Drs. Sutara Madianto serta seluruh keluarga yang selalu memberi semangat
13. Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh anggota “Breast Cancer Team”
kak ika, kak ira, tante sansan, pak zaki yang bersama-sama dengan tekat yang
semua teman-teman BIOMEDIK 2014 yang memberi kritik dan saran yang
selalu membangun.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat
membantu penulis dalam penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN:
SD Swasta Sabilina : Tahun 1998 - Tahun 2004
SMP Negeri 12 Medan : Tahun 2004 - Tahun 2007
SMU Negeri 18 Medan : Tahun 2007 – Tahun 2010
S1 Biologi Universitas Negeri Medan : Tahun 2010 – Tahun 2014
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak. .............................................................................................. i
Abstract. ............................................................................................. ii
Kata Pengantar. ................................................................................. iii
Daftar Riwayat Hidup. ...................................................................... vi
Daftar Isi. ........................................................................................... vii
Daftar Tabel. ...................................................................................... x
Daftar Gambar................................................................................... xii
Daftar Lampiran. ............................................................................... xiv
Daftar Singkatan. ............................................................................... xv
viii
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Peran dan Hubungan Vitamin D terhadap Kanker
Payudara................................................................... 57
2.5.2 Hubungan Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin
D (Fok-1) terhadap Kadar Vitamin D........................ 64
2.5.3 Pengaruh Polimorfisme Fok-1 terhadap Kanker
Payudara. ........................................................................... 65
2.6. Marker Proliferasi Sel (Ki-67) ............................................ 66
2.6.1. Biologi Dari Ki-67 ................................................... 66
2.6.2. Ki-67 pada Kanker Payudara .................................... 68
2.6.3. Hubungan Vitamin D Terhadap Ki-67 ...................... 71
2.6. Kerangka Teori .................................................................. 72
2.7. Kerangka Konsep .............................................................. 73
ix
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Histopatologi dan Klinis Kanker Payudara . ........... 102
4.3. Pemeriksaan Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin D Fok-1
(rs2228570). ....................................................................... 104
4.3.1. Gambaran Elektroforesis Produk PCR dan RFLP. ... 104
4.3.2. Analisis Distribusi Frekuensi Genotipe dan Alel
Gen Reseptor Vitamin D Fok-1 (rs2228570) pada
Kanker Payudara. ................................................... 106
4.3.3. Hardy-Weinberg Equilibrium (HWE). ..................... 107
4.4. Distribusi Frekuensi dan Rerata Kadar 25(OH)D pada
Kanker Payudara. ............................................................... 108
4.5. Distribusi Frekuensi Proliferasi Sel (Ki-67) pada Kanker
Payudara. ............................................................................ 109
4.6. Hubungan Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin D Fok-1
(rs2228570) Dengan Kadar 25(OH)D Plasma pada
Kanker Payudara. ............................................................... 111
4.7. Hubungan Kadar 25(OH)D Dengan Proliferasi Sel
(Ki-67) pada Kanker Payudara. ........................................... 112
4.8. Hubungan Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin D Fok-1
(rs2228570) dengan Proliferasi Sel (Ki-67) pada Kanker
Payudara. ........................................................................... 114
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Estimasi Insiden dan Mortalitas Kanker Payudara
Berdasarkan Negara di Kawasan Asia Tenggara, 2012 ......... 14
Tabel 2.2 Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker Payudara
di RS Kanker Dharmais Tahun 2010-2015.............................. 15
Tabel 2.3 Prevalensi Dan Estimasi Jumlah Penderita Kanker
Payudara Menurut Provinsi Tahun 2013 ............................... 16
Tabel 2.4 Faktor- Faktor Risiko Penyebab Kanker Payudara ................ 18
Tabel 2.5 Klasifikasi Kanker Payudara Berdasarkan Subtipe
Molekuler Berdasarkan Konsensus St Gallen 2013.............. 33
Tabel 2.6 Klasifikasi TNM Berdasarkan AJCC 2017 ............................ 34
Tabel 2.7 Pengelompokan Stadium Kanker Payudara Berdasarkan
AJCC 2017 ......................................................................... 36
Tabel 2.8 Kadar Vitamin D .................................................................. 48
Tabel 2.9 Ekspresi Reseptor Vitamin D di berbagai Jaringan. .............. 50
Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel ................................................... 76
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik subjek Penelitian
Berdasarkan Faktor Risiko pada Kanker Payudara (N=50). .. 101
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan Histopatologi dan Klinis pada Kanker
Payudara (N=50). ................................................................. 103
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Genotipe dan Frekuensi Alel gen
Reseptor Vitamin D Fok-1 (rs2228570) pada Kanker
Payudara (N=50). ................................................................. 107
Tabel 4.4 Hardy-Weinberg Equilibrium (HWE) Polimorfisme
Gen Reseptor Vitamin D Fok-1 (rs2228570) pada Kanker
Payudara (N=50). ................................................................ 107
Tabel 4.5 Rerata Kadar 25(OH)D Pada Kanker Payudara (N=50). ....... 108
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kadar 25(OH)D pada Kanker
Payudara (N=50). ................................................................. 108
Tabel 4.7 Distribusi proliferasi Sel (Ki-67) pada Kanker Payudara
(N=50)................................................................................ 109
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Proliferasi Sel (Ki-67) Berdasarkan
Cut Off Point Pada Kanker Payudara (N =50) .................... 110
Tabel 4.9 Hubungan Antara Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin
D Fok-1 (Rs228570) Dengan Kadar 25(Oh)D Plasma Pada
Kanker Payudara (N=50)...................................................... 111
Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Kadar 25(OH)D pada Varian Genotipe
Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin D Fok-1 (N=50). ....... 112
xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Hubungan Kadar 25(OH)D Dengan Proliferasi Sel
(Ki-67) Pada Kanker Payudara (N=50). ............................. 113
Tabel 4.12 Hubungan Kadar 25(OH)D Dengan Proliferasi Sel (Ki-67)
Berdasarkan Cut Off Point Pada Kanker Payudara (N=50) . 113
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Payudara Manusia .............................................. 12
Gambar 2.2 Dua Tahapan Utama dari Mutasi yang dapat Mengawali
Perkembangan Kanker ...................................................... 21
Gambar 2.3 Model Multi-Step Karsinogenesis pada Kanker Payudara . 22
Gambar 2.4 Jalur PI3K/Akt/Mtor......................................................... 24
Gambar 2.5 Keterlibatan cMyc dalam Mempengaruhi Progresifitas
Kanker ............................................................................. 25
Gambar 2.6 Siklus Sel dan Implikasinya Terhadap Genetik pada
Kanker ............................................................................. 26
Gambar 2.7 Peran BRCA1 dan BRCA2 di dalam Repair DNA ............... 27
Gambar 2.8 Sinyal Estrogen Terhadap Perkembangan Kanker ............. 29
Gambar 2.9 Hubungan HIF1α dan VEGF Dalam Proses Angiogenesis 31
Gambar 2.10 Struktur Vitamin D2 dan Vitamin D3 ............................. 43
Gambar 2.11 Metabolisme Vitamin D ................................................. 45
Gambar 2.12 Struktur Fungsional Reseptor Vitamin D ........................ 49
Gambar 2.13 Skematik Asam Amino dari Reseptor Vitamin D
manusia berdasarkan mutasinya secara alami ................ 51
Gambar 2.14 Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin D ......................... 53
Gambar 2.15 Posisi Polimorfisme gen Reseptor Vitamin D Fok-1........ 54
Gambar 2.16 Aktivitas 1α,25(OH)2D3 Dalam Memediasi
Regulasi Transkripsi ........................................................ 55
Gambar 2.17 Jalur Target Signaling 1α,25(OH)2D3 Terhadap Kanker. 58
Gambar 2.18 Peranan Kalsitriol Terhadap Sintesis Estrogen pada
Sel Kanker Payudara ...................................................... 63
Gambar 2.19 mRNA Ki76 ................................................................... 67
Gambar 2.20 Ekspresi Ki-67 pada Siklus Sel........................................ 68
Gambar 2.21 Peran Ki-67 Sebagai Target Molekul Dalam Diagnosis
Kanker. .......................................................................... 69
Gambar 2.22 Skema Kerangka Teori.................................................... 72
Gambar 2.23 Skema Kerangka Konsep ................................................ 73
Gambar 3.1 Skema Kerangka Operasional ......................................... 96
Gambar 4.1. Elektroforesis Produk PCR gen Reseptor Vitamin D Fok-1. 104
Gambar 4.2 Elektroforesis Produk RFLP gen Reseptor Vitamin D Fok-1. 105
Gambar 4.3 Proliferasi Sel Ki-67 Pada Kanker Payudara (A) Ki-67+1
(Intensitas Lemah); (B) Ki-67+2 (Intensitas Sedang);
(C) Ki-67+3 (Intensitas Kuat) ......................................... 110
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Persetujuan Komisi Etik. .................................................. 159
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik. .............................................................................. 160
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Direktorat Jendral Pelayanan
Kesehatan RSUP H. Adam Malik. ................................... 161
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian di Laboratorium Terpadu Fakultas
Kedokteran USU. ............................................................ 162
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian.................................. 163
Lampiran 6. Informed Consent. ............................................................ 166
Lampiran 7. Formulir Status Penelitian Pasien. .................................... 169
Lampiran 8. Output SPSS Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan Faktor Risiko. .............................................. 171
Lampiran 9. Output SPSS Distribusi Frekuensi, Polimorfisme Fok-1,
Vitamin D, Ekspresi Ki-67, serta Rerata Kadar Vitamin
D dan rerata Ekspresi Ki-67. ............................................ 173
Lampiran 10. Output Analisis Data Penelitian (SPSS, dan HWE)......... 175
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian. ................................................. 181
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xv
Universitas Sumatera Utara
p15 : Cyclin Dependent Kinase Inhibitor 2B encoded by
CDKN2B gene as a tumor suppressor
p21 : Cyclin Dependent Kinase Inhibitor 1A encoded by
CDKN1A gene
p27 : Cyclin Dependent Kinase Inhibitor 1B encoded by
CDKN1B gene
p53 : Tumor Suppressor p53
PARG : Poly ADP-Ribose Glycohidrolase
PBAF SWI/ SNF : Poly-bromo And SWI-2 Related Gene 1 Associated
Factor
PDGF : Platelet Derived Growth Factor
PI3K : Phosphatidylinositol-3-Kinase
PKA : Protein Kinase A
PKC : Protein Kinase C
pRB : Retinoblastoma
PTEN : Phosphatase and Tensin Homolog (tumor suppressor)
PTH : Parathyroid Hormone
Raf : Rapidly Accelerated Fibrosarcoma
Ras : Single subunit small GTPase
RNA Pol II : RNA Polymerase II
RTK : Receptor Tyrosine Kinase
RVD : Reseptor Vitamin D
RXR : Retinoid Acic Receptor
SKP2 : S-Phase Kinase Associated Protein 2
SMADs : Intraceluler Protein that transduce signal from
TGF beta to the nucleus where they actiate downstream
gene transcription
SNPs : Single Nucleotide Polymorphisms
SOC : Store Operated Ca2+
SPP1 : Secreted Phosphoprotein 1
SRCs : Steroid Receptor Coactivator
TCF1 : Transcription Factor1
TERT : Telomerase Reverse Transcriptase
TF2B : Transcription Factor 2B
TGFβ : Transforming Growth Factor Beta
TNBC : Triple Negative Breast Cancer
VDIR : VDR Interacting Receptor
VDR : Vitamin D Receptor
VDREs : Vitamin D Respone Element
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
WHO : World Health Organization
WINAC : Chromatin Remodeling Complex
Wnt : Protooncogene
xvi
Universitas Sumatera Utara
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius dan
paling sering dijumpai pada wanita. Lebih dari 1,5 juta wanita di seluruh dunia
menderita kanker payudara. Terbukti pada tahun 2015, sekitar 570.000 wanita
2016 lebih dari 3,5 juta wanita Amerika hidup sebagai penderita kanker payudara,
dan pada tahun 2017 terdapat 252.710 kasus baru invasive breast cancer dan
63.410 kasus baru in situ breast carcinoma. Tercatat sebanyak 40.610 wanita
Berdasarkan data dari WHO, kanker payudara dijumpai pada wanita baik
di negara maju maupun negara yang sedang berkembang (WHO, 2013). Angka
kematian akibat kanker payudara di negara berkembang relatif lebih tinggi bila
insiden kanker payudara di Eropa mencapai 90 per 100.000 wanita per tahun
sedangkan insiden di Negara Afrika 30 per 100.000 wanita per tahun. Namun
angka kematiaan dari keduanya relatif sama yaitu 15 per 100.000 wanita per tahun
kanker paling utama yang diderita wanita Indonesia dengan persentase insiden
kanker payudara menempati urutan kedua (0,5%) setelah kanker serviks (0,8%).
tertinggi yaitu sebesar (2,4%) dan prevalensi di Sumatera Utara sebesar 0,4%
(2.682 jiwa) (Kemenkes, 2015). RSUP H.Adam Malik Medan mencatat dari tahun
2011 sampai 2015 terdapat 1.356 pasien kanker payudara yang telah ditangani
usia, faktor hormonal endogen dan eksogen, faktor reproduksi, riwayat kanker
payudara, serta genetik seperti BRCA1/ BRCA2 (Green, 2016; National Breast
And Ovarian Cancer Center, 2009; Oemiati et al,. 2011). Henderson dan
kanker payudara melalui hubungan antara gen dengan gen atau hubungan antara
vitamin saja, vitamin D juga berstatus sebagai hormon dengan efek sistemik yang
luas pada penyakit kanker. Vitamin D dan analognya mampu bertindak sebagai
(Merchan et al,. 2017; Feldman et al,. 2014; Ingraham et al,. 2008; Narvaez et al,.
diketahui lebih tinggi (17,83 ng/mL) bila dibandingkan dengan kelompok kasus
(9,13 ng/mL) (Elsoud et al., 2016). Di dalam hasil penelitiannya Imtiaz et al.
vitamin D. Selain itu kadar serum vitamin D pada kanker payudara dengan
stadium III (8,49 ng/mL) serta IV (9,86 ng/mL) lebih rendah dibandingkan pasien
anggota dari kelompok hormon steroid dari reseptor nuklear yang dapat bertindak
beserta ligannya ini menginduksi atau merepresi gen target (Pike et al., 2010;
jaringan normal maupun jaringan kanker payudara. RVD diekspresikan pada sel-
sel epitel, stromal dan sel-sel imun dari glandula mamae. Bahkan RVD juga
(SNPs)) yang telah diidentifikasi serta diketahui memiliki pengaruh yang berbeda-
Fok-1, Cdx2, Bsm1, Taq1, Apa1 dan Poly(A) (Yang et al., 2014; McCullough et
al,.2009).
yaitu adanya konversi basa cytosine (C) menjadi timin (T) (ACG > ATG) (Gross
menyebabkan terbentuknya produk protein yang lebih panjang yaitu 427 asam
menyebabkan terbentuknya protein RVD yang lebih pendek yaitu 424 asam amino
(alel F, untuk nukleotida C). Hal ini disebabkan karena individu yang memiliki
pada start codon yang pertama, sebaliknya apabila tidak ditemukan polimorfisme
Fok-1 (alel F, untuk nukleotida C) akan memulai inisiasi translasi pada posisi
ATG yang kedua (Colombini et al., 2014; Li et al., 2007; Whitfield et al., 2001).
Penting untuk diketahui bahwa perubahan jumlah asam amino pada RVD ini
mempengaruhi fungsinya (Arai et al., 1997), yaitu polimorfisme gen RVD Fok-1
yang lebih aktif dan efisien sebagai faktor transkripsi pada gen target bila
dibandingkan RVD Fok-1 dengan asam amino yang lebih panjang (427 asam
amino) (Uitterlinden et al., 2004; McCullough et al., 2009; Chen et al., 2005).
terhadap risiko kanker payudara sudah dilakukan sejak 1999 sampai 2016 di
berbagai populasi dan masih menunjukkan hasil yang berbeda (Curran et al.,
sampel terbatas hingga besar telah dilakukan pada populasi Eropa maupun
campuran (seperti ras Kaukasian, wanita Amerika Latin, wanita Jerman, Afrika-
2009; Ingles et al., 2000; Guy et al., 2004; Brethorton et al., 2001; Abbas et al.,
2008; John et al., 2007; Engel et al., 2012; Rollison et al., 2012; Fuhrman et al.,
hubungan polimorfisme RVD (Apa1, Taq1, Bsm1 dan Fok-1) terhadap risiko
kanker payudara pada ras Kaucasian oleh Yang et al. dengan jumlah kasus 38,151
wanita yang menderita kanker payudara dan kontrol 47,546 wanita normal
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan (Yang et al., 2014). Begitu juga pada
populasi Asia (Iran) tidak menunjukkan adanya hubungan tersebut, bahkan pada
2011; Zhang et al., 2014). Penelitian yang dilakukan pada populasi Kaukasian
dengan jumlah 1234 kasus dan 1676 kontrol menunjukkan bahwa wanita dengan
Senada dengan penelitian Sinnnote et al., (2008) pada populasi orang Kanada
dengan 718 kasus dan 1596 kontrol dan Mckay et al., (2009) pada populasi Eropa
yang tergabung dalam National Cancer Institute Breast and Prostate Cancer
Cohort Consortium dengan jumlah kasus kanker payudara >6300 dan kontrol
8100. Pada populasi campuran (Afrika-Amerika) dengan jumlah sampel 232 dan
control 349 menunjukkan bahwa wanita dengan fenotif ff memiliki risiko terkena
kanker payudara (1,9 kali) dibandingkan pada jenis polimorfisme lainnya (Mishra
et al., 2013). Selain itu hasil penelitian lain yang dilakukan pada wanita Mesir
2016).
aktivitas seluler vitamin D salah satunya sebagai anti proliferasi sel (Alimirah et
al., 2011). Proliferasi merupakan salah satu kunci utama untuk mengetahui
progresifitas dari sel tumor (Urruticoechea et al., 2005). Protein Ki-67 merupakan
marker selular untuk proliferasi sel kanker termasuk kanker payudara. Ki-67
merupakan protein nuklear yang diekspresikan pada sel yang berproliferasi selama
indikator yang terpercaya untuk status proliferasi pada sel kanker (Dowsett et al.,
2011).
terhadap ekspresi Ki-67 pada berbagai jenis penyakit kanker. Ekspresi Ki-67
berkaitan erat dengan pertumbuhan dan invasi dari kanker payudara: positif Ki-67
pada kanker payudara lebih aktif tumbuh, lebih agresif dalam berinvasi dan
sebuah faktor prognosis terhadap tipe molekular dan mereka menunjukkan bahwa
pasien kanker payudara Luminal B yang positif nodus limfa aksila (ER dan/atau
PR positif, HER-2 positif dengan sel positif Ki-67 ≥14%) memiliki 10 tahun free
survival rate berulang yang lebih buruk (64% vs 47%) dan overall survival rate
yang lebih buruk (74% vs 59%) ketika dibandingkan dengan pasien kanker
payudara Luminal B (ER dan/atau PR positif, HER2 negatif, dan ekspresi Ki-67
<14%). Pada kanker payudara setiap penurunan satu unit kadar vitamin D
hipotesis bahwa vitamin D menekan proliferasi dari sel tumor payudara (Clark et
sel secara signifikan yang ditunjukkan melalui penurunan ekspresi Ki-67 pada
tumor (Rossdeutscher et al., 2015). Pada pasien kanker kolon, ekspresi Ki-67
sebaliknya pasien dengan ekspresi Ki-67 lebih rendah dari 50% dari seluruh sel,
2015).
plasma terhadap proliferasi sel (Ki-67) pada kanker payudara, namun hasil
informasi mengenai hal ini di Asia masih sedikit dan di Indonesia belum
diperoleh, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
polimorfisme gen reseptor vitamin D Fok1 dan kaitannya dengan kadar vitamin D
1.2.Rumusan Masalah
kadar vitamin D plasma terhadap proliferasi sel (Ki-67) pada kanker payudara?
1.3.Tujuan Penelitian
kanker payudara
payudara
Ha: Ada hubungan polimorfisme gen reseptor vitamin D Fok-1 (rs2228570) dan
kadar vitamin D plasma terhadap proliferasi sel (Ki-67) pada kanker payudara
RVD Fok-1 terhadap kadar vitamin D dan proliferasi sel Ki-67 pada kanker
payudara
kadar vitamin D dan ekspresi Ki-67 sebagai marker proliferasi sel pada, hal
10
jaringan adipose (lemak), serta ditopang oleh sebuah rangka untuk payudara
disebut ligament Coopers. Setiap payudara terdiri dari 15 - 20 lobulus yang terdiri
Setiap lobules terdiri dari sel asini yang terdiri dari sel-sel epitel kubus dan sel
mioepitel yang terletak di antara sel epitel dan membrane basalis. Saluran dan
lobules payudara dikelilingi oleh jaringan penghubung yang terdiri dari pembuluh
darah dan pembuluh limfatik, saraf, adipose, dan jaringan ikat yang mensuplai
nutrisi. Sistem aliran darah payudara terutama berasal dari cabang anterior (a
perforantes anterior) dan posterior dari ateri mamari interna (60%) dan cabang
mamari lateral dari arteri torak lateral (30%). Jaringan kelenjar payudara sendiri
dipersarafi oleh saraf simpatik. Aliran limfe dari payudara sekitar 75% menuju ke
& Geddes, 2012). Anatomi payudara normal akan dipaparkan pada Gambar 2.1.
11
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara dimulai
ketika sel-sel pada payudara tumbuh dengan tidak terkontrol. Sel-sel tersebut
terkadang membentuk tumor yang dapat dilihat pada sinar-X atau terlihat seperti
gumpalan. Tumor tersebut dikatakan kanker jika sel-selnya dapat tumbuh dengan
secara luas akibat penuaan dan pertumbuhan populasi di dunia yang diiringi
12
berbagai jenis kanker yang menghimpun 184 negara di dunia termasuk Indonesia.
kanker kedua yang paling banyak diderita oleh wanita diseluruh dunia dengan
estimasi mencapai 1,7 juta kasus kanker baru (25% dari seluruh total kanker). Bila
dibandingkan dengan negara yang sudah lebih maju (794.000 kasus) insiden
kanker payudara lebih banyak ditemui pada negara yang baru dan sedang
berkembang (883.000 kasus). Selain itu pada tahun 2012 kanker payudara
dengan itu kanker payudara sekaligus menjadi penyebab kematian paling utama
dalam mengestimasi jumlah kasus kanker baru dan kematian yang akan terjadi di
Amerika Serikat termasuk kanker payudara. Jumlah estimasi kasus baru kanker
menjadi 252.710 wanita) dan kematian yang akan terjai akibat kanker payudara
dari tahun 2016-2017 sebesar 14% (40.450 menjadi 40.610 kematian) (Siegel et
13
Tabel 2.1. Estimasi insiden dan mortalitas kanker payudara di beberapa negara
kawasan Asia Tenggara
Insiden Mortalitas
Negara di Kawasan
Kasus ASR Kasus ASR
Asia Tenggara
107.545 34,8 43.003 14,1
Brunai 83 48,6 18 11,3
Kamboja 1.255 19,3 585 9,3
Indonesia 48.998 40,3 19.750 16,6
Laos 472 19,0 222 9,3
Malaysia 5.410 38,7 2.572 18,9
Myanmar 5.648 22,1 2.792 11,3
Filipina 18.327 47,0 6.621 17,8
Singapore 2.524 65,7 628 15,5
Thailand 13.653 29,3 5.092 11,0
Timor-Leste 108 32,6 52 16,4
Vietnam 11.067 23,0 4.671 9,9
Keterangan : ASR, Age Standardised rate/ 100,000
Sumber: (GLOBOCAN, 2012)
menjadi penyebab kematian yang utama pada beberapa negara Asia seperti
ditangani oleh Instalasi Deteksi Dini dan Promosi kesehatan RS Kanker Dharmais
dengan jumlah kasus baru dan kematian yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Jumlah kasus baru dan jumlah kematian akibat kanker payudara di RS Kanker
14
Jumlah
Jumlah Kasus
Tahun Kematian
Baru (jiwa)
(jiwa)
2010 711 93
2011 769 120
2012 809 150
2013 819 217
2014 1.290 227
2015 1.114 241
Sumber: (Kemenkes, 2016)
angka prevalensi yang cukup tinggi untuk kanker payudara di Indonesia yang
Tabel 2.3.
15
Estimasi Jumlah
No Provinsi Prevalensi (%)
Absolut
1 Aceh 0,08 1.869
2 Sumatera Utara 0,04 2.682
3 Sumatera Barat 0,09 2.285
4 Riau 0,03 894
5 Jambi 0,06 977
6 Sumatera selatan 0,02 772
7 Bengkulu 0,08 705
8 Lampung 0,03 1.148
9 Kep Bangka Belitung 0,03 194
10 Kep Riau 0,04 378
11 DKI Jakarta 0,08 3.946
12 Jawa Barat 0,03 6.701
13 Jawa Tengah 0,07 11.511
14 DI Yogyakarta 0,24 4.325
15 Jawa Timur 0,05 9.688
16 Banten 0,04 2.252
17 Bali 0,06 1.233
18 Nusa Tenggara Barat 0,02 479
19 Nusa tenggara Timur 0,05 1.252
20 Kalimantan Barat 0,02 441
21 Kalimantan Tengah 0,01 112
22 Kalimantan Selatan 0,07 1.328
23 Kalimantan Timur 0,1 1.879
24 Sulawesi Utara 0,03 346
25 Sulawesi Tengah 0,03 408
26 Sulawesi Selatan 0,07 2.975
27 Sulawesi Tenggara 0,05 590
28 Gorontalo 0,02 111
29 Sulawesi Barat 0,03 188
30 Maluku 0,02 165
31 Maluku Utara 0,04 218
32 Papua Barat 0,02 80
33 Papua 0,03 466
INDONESIA 0,05 61.682
Sumber: (Kemenkes, 2015)
16
diakibatkan oleh faktor perilaku hidup yang berubah seperti obesitas pada wanita
dan progestin, konsumsi alkohol dan tidak menyusui. Terdapat beberapa faktor
pertumbuhan sel kanker. Selain itu waktu antara menstruasi dan juga kehamilan
et al., 2016; Barnard et al., 2015; Abdulkareem, 2013; Dall et al,. 2017). Terdapat
berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang berisiko beberapa kali
lipat untuk terkena kanker payudara bila dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki faktor tersebut seperti faktor genetik (BRCA1, BRCA2, p53 dan PTEN)
(Turnbull & Rahman, 2008). Beberapa faktor risiko terjadinya kanker payudara
17
kanker payudara. Meskipun pria dapat menderita kanker payudara, namun sel-sel
payudara wanita selalu berubah dan bertumbuh akibat pengaruh hormon estrogen
wanita, hanya sekitar 5-15% pria yang menderita kanker payudara. Meskipun
18
al., 2012).
ditemukan pada wanita usia menopause dan secara signifikan frekuensinya rendah
pada wanita <45 tahun. Berdasarkan analisa terdapat peningkatan risiko kanker
payudara pada wanita dengan rentang usia 40-59 tahun dan secara drastis
payudara. Bila dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat penyakit pada
keluarganya (first degree relative) memiliki risiko kanker payudara 2 kali lebih
tinggi dan 3- 4 kali lebih berisiko pada wanita yang memiliki lebih dari satu (first
kanker payudara pada sekitar 5%-10% wanita, 5%-20% pada pria, dan 15%-20%
yang memiliki densitas payudara 11%-25%, wanita dengan 26%-50% atau lebih
dari 50% memiliki risiko terkena kanker payudara 1,6-2,3 kali lebih tinggi (Harris
et al., 2011).
Gadis yang mestruasi <11 tahun memiliki risiko 20% lebih tinggi bila
dibandingkan dengan yang memulai pada usia 13 tahun. Selain itu, wanita yang
19
tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang manepause pada usia 50 tahun
gen-gen yang mengontrol pembelahan sel, perlekatan sel, dan apoptosis sel
tersebut. Seiring berjalannya waktu, sel-sel tumor yang baru terbentuk dapat
yaitu perubahan yang terjadi setidaknya pada onkogen, kehilangan dua atau lebih
gen-gen tumor suppressor dan kehilangan kontrol mekanisme repair DNA pada
perlekatan dan integrin serta menghancurkan lapisan basal untuk masuk ke dalam
masuk sel kanker ke aliran limfa dan pembuluh darah untuk beredar dan
20
transformasi sel-sel normal menjasi sel atipik dan karsinoma insitu (step1) dan
organ lain/ bermetastasis (step3) (Kenemans et al., 2003; Beckmann et al., 1997).
2.3.
21
tirosin kinase. EGFR family pada mamalia terdiri atas empat reseptor (EGFR,
ErbB2, ErbB3 dan ErbB4). ErbB2 merupakan satu-satunya keluarga EGFR yang
tidak memiliki ligan. Hal ini dibuktikan dengan struktur unik domain
22
manusia. Gen ErbB2 teramplifikasi atau overekspresi sekitar 30% pada kanker
agresifitas sel tumor. Pasien kanker payudara yang mengalami overekspresi gen
ini memiliki laju survival yang lebih rendah bila dibandingkan dengan . Selain itu
overekspresi ErbB2 meningkatkan metastasis kanker payudara (Tan & Yu, 2013).
Jalur PI3K/Akt/mTOR
(mTOR) berperan dalam mengawali pertumbuhan sel dan proliferasi sel-sel tumor
dan berperan secara signifikan dalam resisten endokrin pada kanker payudara
(Paplomata et al., 2014). PI3K akan berinteraksi dengan domain intraselular dari
kompleks untuk memaksimalkan aktivitas Akt. Akt merupakan efektor utama dari
jalur ini. Akt bertugas menghambat beberapa protein yang berperan sebagai
inhibitor siklus sel seperti p27 dan p21 serta meningkatkan protein c-Myc &
protein anti apoptotik seperti Bcl-2 family sehingga membatasi proses apoptosis
23
perkembangan dan progresi dari kanker payudara (Samar et al. 2011; Hennessy,
cMYC
24
kehilangan kontrol serta regulasi siklus sel. Siklus sel terdiri dari beberapa fase
keluarga dari protein treonin atau serin kinase yang mengontrol siklus sel. Cyclin
merupakan regulator subunit dari CDK yang berfungsi sebagai checkpoint kinase
yang merupakan protein spesifik pengatur siklus sel. Dalam proses siklus sel
Cyclin akan berikatan dengan Cyclin dependent kinase. Kompleks ini akan
mengawali terjadinya siklus sel dari fase istirahat (G0) menuju fase pertumbuhan
(G1), melalui fase replikasi DNA (S) dan akhirnya menuju fase mitosis (M).
overekspresi lebih dari 50% pada kanker payudara manusia dan menyebabkan
25
merupakan protein yang dapat menghambat aktivitas Cdk dengan cara mengikat
Cdk atau kompleks cyclin- Cdk. Cyclin–dependent kinase inhibitor terdiri dari
dua kelompok protein yaitu INK4 (p15, p16, p18, dan p19) dan CIP/KIP (p21,
p27, p57). Mutasi pada gen-gen ini yang mengawali terjadinya pembentukan
tumor. Siklus sel dan pengaruhnya terhadap kanker digambarkan pada Gambar
2.6.
Gambar 2.6. Siklus sel dan implikasinya terhadap genetik pada kanker
(Eric, 2017)
26
memelihara stabilitas genomik, dan DNA repair, serta mengontrol siklus sel,
transkripsi dan berfungsi dalam diferensiasi terminal dari sel epitel payudara.
Mutasi dapat berupa insersi, delesi, frameshift, substitusi basa (Kenemans et al.,
2003). Jika terjadi mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 ini maka DNA yang
rusak tidak bisa diperbaiki, dan menyebabkan risiko terjadinya kanker. Dalam
protein lain seperti RAD51, RAD50, BRCA2. BRCA1 juga berinteraksi dengan
beberapa cyclin, CDK yang akan mengaktivasi CDK inhibitor. P21WAF1 dan
p53 yang terlibat dalam siklus sel terutama pada fase “check point” (Malumbres
et al., 2001; Celik et al., 2015). Keterlibatan gen BRCA1 dan BRCA2 di dalam
Gambar 2.7 Keterlibatan gen BRCA1 dan BRCA2 di dalam Repair DNA
(Arnold et al., 2017)
27
stress marker pada sel manusia. Mutasi p53 pada kanker payudara berhubungan
sekitar 50% kanker payudara terjadi salah satunya akibat mutasi gen p53
c. Gen Apoptosis
tidak stabil dan mengakumulasi mutasi gen, menyebabkan kegagalan sistem imun
pertumbuhan dan ketahanan sel untuk tetap hidup hingga dapat bertahan untuk
bisa bermetastasis, serta menciptakan sel yang resisten terhadap obat anti kanker
dan radiasi. Pada kanker payudara dilaporkan terjadi overekspresi dari Bcl-2
d. Reseptor Steroid
Estrogen berperan sebagai inisiator tumor dengan cara merusak DNA secara
2003). Reseptor estrogen meregulasi ekspresi gen melalui dua cara estrogen-
28
kontrol siklus sel. Proses ini menyebabkan proliferasi sel. Overekspresi dari ERα
lebih banyak ditemukan pada kanker payudara pada stadium awal (Hayashi et al.,
2003; Cullen et al., 2001), sedangkan ERβ lebih sedikit dan dapat ditemukan
pada sel normal maupun jaringan kelenjar mamae yang ganas (Cullen et al.,
2.8.
Invasi, sel perlekatan dan homing dari sel-sel tumor merupakan tahap
penting dalam proses metastasis dari sel kanker. Beberapa gen-gen yang berperan
dalam proses ini seperti N-CAM, integrin, E-Cadherin, cathepsinD, CD44, NME1
29
berperan penting dalam pertumbuhan tumor dan seberapa jauh sel kanker
HIF1-α berasosiasi dengan estrogen reseptor dan VEGF (Bos et al., 2001). VEGF
dan PDGF akan menginisiasi sinyal yang menghasilkan beberapa respon selular
secara negatif pada ekspresi ER/PR. VEGFR mungkin dapat menjadi biomarker
yang baru pada kanker payudara (Siregar, 2016). Hubungan HIF1α dan VEGF
30
dini mampu memberikan kesempatan besar untuk bisa sembuh dan mendapatkan
kesuksesan dalam pengobatan. Gejala kanker payudara yang paling umum adalah
benjolan dan massa baru. Masa yang keras dan tidak menyakitkan serta memiliki
tepi yang tidak beraturan lebih mungkin menjadi kanker, namun begitu kanker
payudara bisa saja lunak atau membulat. Mereka bahkan bisa menjadi sangat
31
bahkan sebelum tumor asli di payudara cukup besar untuk dirasakan (American
arsitektur dan ada atau tidaknya nekrosis. DCIS yang tinggi memiliki nukleus
pleomorfik, tidak beraturan, kontur inti yang tidak teratur, kromatin kasar,
Juga disebut lobular neoplasia. Sel terlihat seperti sel kanker yang tumbuh pada
Kelompok kanker payudara ini terdiri dari semua tumor tanpa ciri pembeda
32
yang paling sering, pertumbuhan sel dimulai dari duktus, menembus dinding
monomorfik dan kurang kohesi, dengan inti bulat atau seperti telur dan
oncotype. Dari subtipe ini dapat diketahui prognosis dan juga menentukan rencana
molekuler sesuai dengan konsensus St Gallen 2013 tersaji pada Tabel 2.5.
33
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
Tis ( Paget) Paget’s disease pada puting payudara tidak dihubungkan dengan
karsinoma invasif atau karsinoam insitu (DCIS) yang bersala dari parenkim
payudara. karsinoma pada jaringan parenkim payudara yang dihubungkan dengan
paget disease dikategorikan berdasarkan ukuran dan karakteristik dari parenkim
disease meskipun keberadaan paget disease masih diperhatikan.
T1 Tumor ≤20 mm pada dimensi terbesar
T1mi Tumor ≤1 mm pada dimensi terbesar
T1a Tumor > 1 mm tetapi ≤5 mm pada dimensi terbesar
T1b Tumor > 5 mm tetapi ≤ 10mm pada dimensi terbesar
T1c Tumor > 10 mm tetapi ≤ 20mm pada dimensi terbesar
T2 Tumor > 20 mm tetapi ≤ 50mm pada dimensi terbesar
T3 Tumor > 50 mm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan/atau
kulit (Ulserasi atau nodul makroskopis), hanya invasi kedermis tidak termasuk T4
T4a Ekstensi ke dinding dada, invasi atau perlekatan pada otot
pectoralis dan tidak invasi ke struktur dinding dada tidak
dikategorikan sebagai T4.
T4b ulserasi dan/atau satelite nodul makroskopis ipsilateral
dan/atau edema (termasuk peau d’orange) dari kulit yang
tidak ditemukan kriteria untuk karsinoma inflamatory.
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
34
35
No Stadium TNM
1 Stadium 0 Tis,N0,M0
2 Stadium IA T1, N0,M0
Stadium IB T0/T1, N1mi,M0
3 Stadium IIA T0/T1,N1,M0 atau T2,N0,M0
Stadium IIB T2,N1,M0 atau T3,N0,M0
4 Stadium IIIA T0-T2,N2,M0 atau T3,N1/N2,M0
Stadium IIIB T4, N0-N2,M0
Stadium IIIC Semua T,N3,M0
5 Stadium IV Semua T,semua N, M1
Sumber: (Menen & Thesome, 2018)
diagnosa kepada kanker payudara; mulai dari pemeriksaan fisik yang disertai
a. Mamografi
ini dapat menemukan masa tumor yang sangat kecil yang sukar/tidak teraba secara
mortalitas serta morbiditas yang semakin rendah. Mamografi pada wanita di usia
50-65 tahun dan wanita usia 35-65 tahun menunjukkan penurunan mortalitas
36
kanker payudara, yang dibagi dalam tanda- tanda mayor dan tanda minor.
Ketepatan mamografi saaat ini dapat mencapai 85-95% pada tumor yang
teraba. Pada wanita muda, dibawah 35 tahun tidak dianjurkan oleh karena
kepadatan jaringan payudara sehingga sukar menilai tanda mayor dan minor untuk
b. Ultrasonografi
ini sulit membedakan lesi jinak atau ganas, namun dapat membuat kecurigaan
ganas apabila:
1. Bentuk lesi yang irreguler (poly murph) yang kadang disertai gambaran
spekular
1. Nodul bisa hipo atau hiper berbentuk bulat atau oval dengan struktur yang
37
lebih muda yang lebih (padat) dapat diatasi dengan menggunakan MRI. Dengan
MRI ini dapat ditemukan lesi-lesi yang kecil pada payudara yang densitasnya
d. Sitologi
diperiksa diambil dengan aspirasi jarum halus. Yang dinilai dari sitologi ini adalah
sitoplasma dan inti sel. Ketepatan pemeriksaan sitology ini 89-95%. Biopsi jarum
ini dapat pula dilakukan dengan “core needle biopsy“ untuk mengambil spesimen
jaringan.
nilai ketiga pemeriksaan ini sama dengan gold standard. Jadi apabila Triple
diagnosis positif; berarti terapi dapat dilakukan. Apabila salah satu faktor dalam
38
kerja untuk mencari antigen dengan tekhnik imunohistokimia terdiri dari dua
Phospatase (AP) dan chromogen yang berbeda-beda. Secara garis besar prosedur
pemeriksaannya dilalui dengan tahapan: (1) persiapan slide (fiksasi spesimen dan
proses jaringang) dan tahapan yang harus dilalui adalah (pengambilan antigen,
secara umum bersifat kualitatif dengan subjektifitas yang tinggi. Namun seiring
berdasarkan ada atau tidaknya partikel molekular pada sel yang ingin dijumpai
di dasarkan pada score intensitas pewarnaan dengan persentase populasi sel yang
positif terwarnai. Selain itu terdapat metode kuantitatif dengan perkiraan ekspresi
kuantitas dari sel-sel normal dan sel-sel neoplastik. Metode dengan hasil yang
39
1. Pembedahan
tumor jinak maka operasi diselesaikan, namun jika hasil menunjukan tumor ganas
disertai diseksi kelenjar getah bening (Nounou et al., 2015); Ganesh et al,. 2010).
2. Radioterapi
yang tidak dapat diangkat secara keseluruhan dengan pembedahan dapat diatasi
nyaman, kemerahan, panas, berair pada bagian payudara (Nounou et al., 2015;
40
dilakukan saat:
sel kanker yang mungkin bersembunyi atau tidak ditemukan saat operasi
meskipun sudah dites dengan pencitraan. Sebab jika sel-sel ini lepas dan
tumbuh, sel-se akan berkembang pada bagian yubuh yang lain. Kemoterapi
masa tumor agar dapat dihilangkan dari tubuh dengan mengurasi bekas
terhadap pengobatan.
utama bagi penderita kanker dengan metastasis. Beberapa jenis obat adjuvant
41
Terapi hormon diberikan sebagai adjuvan kepada pasien setelah menopause yang
mengecilkan ukuran tumor dan sangat efisien digunakan pada pasien dengan
locally advance atau metastasis (Sjamsuhidajat et al., 2004; Nounou et al., 2015).
5. Targeting Therapy
Agen lain yang sedang dalam uji preklinis dan klinis antara lain:
- Inhibitor EGFR
- Inhibitor VEGF/VEGFR
dan RAS/MEK/ERK
42
2013).
-
2.3.Vitamin D
bentuk. Ergocalciferol (Vitamin D2) yang berasal dari tumbuhan dan beberapa
jenis ikan dan Cholecalciferol (Vitamin D3) yang disintesis di dalam kulit dengan
sinar matahari (Kulie et al., 2009). Struktur vitamin D2 dan vitamin D3 dijelaskan
43
spectrum 290-315 nm) dari cahaya matahari (Holick, 2007). Vitamin D3 diperoleh
hidroksilasi oleh enzim sitokrom P450 yang terdapat di hepar 25-hidroksilase (25-
(25(OH)D3) akan dibawa oleh DBP menuju ke ginjal. Di dalam ginjal, 25(OH)D3
yang membentuk kompleks dengan DBP akan difiltrasi melalui glomerulus dan di
efek berbeda pada berbagai target jaringan (Jeon & Shin, 2018; Christakos et al.,
2010).
44
luas sehingga membutuhkan sistem regulasi yang baik. Secara klasik regulasi
45
regulation dengan cara mempengaruhi transkripsi pada gen target. Enzim yang
promoter dari CYP24A1 memiliki dua VDREs pada posisi 150 dan 250-bp bagian
upstream dari posisi awal transkripsi yang menyebabkan induksi kuat terhadap
menuju posisi 50 sampai 70-bp bagian downstream dari gen CYP24A1 manusia.
46
ginjal. Hasilnya kadar kalsium yang tinggi oleh induksi Kalsitriol yang
dipertahankan dapat meregulasi secara negatif sekresi dari PTH melalui ikatannya
FGF-23 yang disekresikan oleh osteoblas dan osteosit dalam merespon tingginya
kadar serum fosfat dan kadar Kalsitriol. FGF-23 memfasilitasi ekskresi fosfat
yang berlokasi di membrane apikal dari tubulus proximal ginjal dengan berikatan
pada FGF receptor-Klotho complexes di membran sel. Selain itu, FGF-23 dapat
ekstrarenal yang memiliki enzim 1α hydroxylase seperti kolon, sel dendritik, sel
prostat dan kulit. Konsekuensinya jaringan ini dapat memproduksi sendiri bentuk
aktif dari Vitamin D yang dapat digunakan untuk proses biologi jaringan tersebut
(Norman, 2008).
begitu baik digunakan sebagai indikator klinis konsentrasi vitamin D dalam tubuh
bila tidak dalam kondisi tertentu yang spesifik (misalnya gagal ginjal dan
merupakan bentuk vitamin D yang bersirkulasi dengan waktu paruh 2-3 minggu
47
dikarenakan regulasinya yang dipengaruhi secara ketat oleh PTH, kalsium, dan
Defisiensi ≤ 20ng/mL
Sufisiensi ≥ 30 ng/mL
dalam inti sel (Norman, 2008). RVD merupakan protein reseptor yang berikatan
dengan bentuk aktif vitamin D secara selektif dan afinitas yang tinggi (Haussler et
al., 2011).
disepanjang lengan (q) dari kromosom 12 pada posisi 13.11. Terdiri dari bagian
promoter dan regulator. Gen ini memiliki 9 exon dan 3 intron dengan panjang
kira-kira 75kb. Bagian non coding pada 5”UTR terdiri dari exon 1a,1b dan 1c,
sedangkan exon 2-9 mengkode bagian struktural dari reseptor vitamin D. Exon 2
mengandung 2 coding sequence yaitu kodon inisiasi translasi, dan N terminal dari
DNA binding Zn++ finger module. Exon 3 mengkode second DNA-binding zinc
module. Exon 4-6 berkelompok, exon 4 dan 5 mengkode bagian hinge antara DNA
48
1997).
RVD terbentuk dari 427 asam amino dengan ukuran 50 kDa. Struktur
protein RVD memiliki 3 bagian yakni sebuah N-terminal dual zinc finger DNA
Binding Domain (DBD), sebuah C-terminal Ligand Binding Domain (LBD) dan
protein ini secara bersamaan (hinge domain). DBD akan berinteraksi langsung
dengan DNA respon element, sedangkan LBD secara dimer akan berikatan dengan
reseptor retinoid, LBD juga merupakan tempat dimana vitamin D akan berikatan
dan tempat terjadinya proses fosforilisasi. DBD dan LBD akan dihubungkan oleh
extention (CTE) dari DBD yang memiliki peran penting dalam aktivitas
transkripsional (Haussler et al., 2013; Christakos et al., 2016; Pike et al., 2010).
49
vitamin D diketahui bahwa RVD diekspresikan pada berbagai jaringan tersaji pada
Tabel 2.9.
Jaringan
Adrenal Paru-paru Jantung
Appendix Nodus limfatik Ginjal
Sumsum tulang Ovarium Hepar
Otak Pancreas Payudara
Kolon Prostat Testis
Duodenum Kelenjar saliva Kelenjar tiroid
Endometrium Kulit Kantung urin
Esofagus Usus halus Sel-sel imun (B dan T)
Adiposa Limpa Kantung empedu
Lambung
Sumber :(Fagerberg, et al., 2014; Holick, 2007).
Vitamin D
terhadap RXR dan berhubungan khusus dengan VDREs pada gen target. Fungsi
dimana bila lima dari perubahan genetic ini menyebabkan mutasi nonsense (X)
50
Dalam hal ini DNA binding domain dari RVD memiliki bentuk yang detail.
DNA binding domain RVD terdiri dari dua zinc finger dan sebuah C-terminal
extension (CTE), dan pada setiap C-terminal terdiri sebuah struktur α-helix. Pada
struktur zinc finger yang pertama mengambil peran dalam membentuk sebuah
dimer 9-cis RXR, di sisi lain juga berperan dalam ikatan dengan VDRE. Pada
struktur zinc finger kedua mengambil peran penting dalam struktur homodimer
RVD dengan bagian downstream dari pasangan RVD yang membentuk jembatan
penghubung dengan DNA binding Domain. T-box dari CTE berperan dalam
berikatan dengan respon elemen sebagai homodimer dan saat berikatan dengan
51
gen target. Sehingga saat berikatan dengan 1,25(OH)2D3, RVD dapat melakukan
transaktivasi dan transrepresi gen target sesuai dengan motif perlekatan DNA nya.
Sehingga dalam hal ini perubahan/mutasi dari asam amino pada DNA binding
VDRE atau nVDRE. Dan pada akhirnya dapat menggangu aktivitas transkripsi
dari RVD dan ligannya pada gen target (Wan et al., 2015).
dalam sebuah populasi dengan frekuensi 1% atau lebih. SNPs merupakan contoh
termudah dari polimorfisme yang sering dijumpai pada setiap 1000 pasang basa di
dalam genom manusia dan ditemukan pada area coding pada gen, daerah yang
Meskipun demikian SNPs dapat terjadi pada sekuensi koding, intron, atau wilayah
beberapa jenis SNPs, diantaranya Cdx2, Fok1, Bsm1, Tru9I, EcoRV, ApaI, TaqI,
BgII, poly(A). Bsm1 yang berhubungan erat dengan polimorfisme Apa1, Taq1, dan
tidak merubah struktur dari protein. Selain itu terdapat polimorfisme pada start
52
pada posisi 10 bp bagian upstream area coding 5’ dari exon 2 pada bagian DNA
berbeda pada reseptor vitamin D. Adanya konversi basa cytosine (C) menjadi
timin (T) pada posisi start codon (ACG → ATG) menghasilkan variasi protein
reseptor vitamin D dengan jumlah asam amino yang lebih panjang atau lebih
pendek. Genotipe dari Fok-1 dianalogikan dengan huruf kecil (alel f, untuk
nukleotida T) yang menyatakan kehadiran posisi restriksi dan dengan huruf besar
menyebabkan inisiasi terjadi pada sekuens ATG yang pertama maka akan
menghasilkan produk RVD dengan protein yang lebih panjang yaitu 427 asam
53
menyebabkan inisiasi translasi akan terjadi pada posisi ATG yang kedua sehingga
menghasilkan protein reseptor vitamin D yang lebih pendek yaitu 424 asam amino
pada bagian NH2 terminus. (Colombini et al., 2014). Dan hanya polimorfisme ini
Penting untuk diketahui bahwa protein RVD yang lebih pendek memiliki
dengan varian lainnya pada gen target vitamin D (Arai et al., 1997). Jurutka et al.
54
Aktivitas biologi vitamin D terjadi melalui dua jalur yaitu jalur genomik
dengan RVD yang terdapat di dalam nukleus sel sedangkan untuk memberikan
yang terdapat pada membrane sel dan merupakan aksi respon cepat (Voulo et al.,
dengan kompleks RVD dan ligannya 9-cis- reseptor asam retinoid (RXR) yang
akan menempati posisi spesifik pada untai DNA yaitu vitamin D response element
(VDREs). Dalam aktivitasnya terdapat berbagai macam jenis gen yang berespon
55
protein (CBP)-p 300 dan polybromo- dan SWI-2-related gene 1 associated factor
Selain itu, perlekatan dari vitamin D receptor- interacting protein 205 (DRIP205)
ke fungsi aktivasi 2 (AF2) dari RVD (dan RXR) menarik sebuah mediator
kompleks yang berisi receptor interacting protein (DRIPs) agar menjadi jembatan
transkripsi 2B (TF2B) dan RNA polimerase II (RNA Pol II) untuk menginisiasi
dependent kinase inhibitor p21), CYP24A1 (yang mengkode 24-Ohase) dan SPP1
berikatan pada E-box-type negative VDREs (nVDREs), diasosiasi oleh HAT co-
2005). Hal ini mengawali terjadinya represi gen seperti CYP27B1 (yang
56
oleh protein kinase C (PKC) oleh adanya influx Ca2+ melalui saluran store-
operated Ca2+ (SOC). Sinyal pada mekanisme non genomik ini sangatlah cepat
karena tidak bergantung pada proses transkripsi ataupun secara tidak langsung
SOC pada sel-sel otot dengan yang menstimulasi sistem messenger Ca2+ seperti
MAPK-ERK mungkin mengambil bagian didalam jalur silang pada jalur klasik
adanya peranan ekstraskeletal baru dari hormon ini yang menunjukkan fungsinya
mendukung adanya hubungan antara vitamin D dan kanker: (1) kadar vitamin D
reduksi risiko kanker, (3) agresifitas kanker lebih rendah pada saat musim panas
ketika produksi vitamin D lebih tinggi, (4) polimorfisme dari gen-gen dang
57
2014; Ingraham et al., 2008; Narvaez et al., 2014; Voulo et al., 2012). Jalur
58
penyakit kanker yang melibatkan berbagai gen-gen target melalui berbagai jalur,
seperti:
cara meningkatkan ekspresi Cyclin Dependent Kinase (CDK) Inhibitor seperti p21
deposforilasi protein retinoblas (Rb) dan menghentikan siklus sel pada fase
G0/G1. Selain itu vitamin D juga menghambat signal mitogen oleh faktor
pertumbuhan seperti IGF-1 dengan cara meningkatkan ekspresi dari IGF binding
seperti p38, MAPK, ERK, dan PI3K serta menekan MYC yang bertindak sebagai
miR-498 oleh vitamin D berakibat pada downregulasi dari mRNA TERT pada
59
protein 6 (BMP6) dan E-cadherin paa sel-sel kanker prostat. Viamin D mampu
kanker. Selain itu menginduksi diferensiasi biomarker sel-sel epitel kolon pada sel
Nuclear Factor-Κβ(NF- κβ) dan PI3K. Kalsitriol juga mengontrol aktivitas faktor
3. Menginduksi Apoptosis
sel kanker. Seperti penelitian yang dilakukan pada tikus (Vdr)-null, menunjukkan
adanya perlambatan apoptosis pada epitel mamae dan hal ini sekaligus
kelenjar mamae tikus tersebut. Selain itu vitamin D juga menstimulasi apoptosis
mekanisme atau jalur intrinsik apoptosis melalui supresi gen anti-apoptosis seperti
Bcl-2 dan menstimulas gen pro-apoptosis seperti Bax (Feldman et al., 2014).
60
gen yaitu E-cadherin, yang berkorelasi negatif dengan potensi metastasis. Selain
itu vitamin D juga berperan dalam menekan ekspresi dari molekul-molekul yang
dalam metastasis lainnya seperti NF- κβ dan STAT3 yang memediasi Epithelial-
mesenchymal transition (EMT) oleh aktivasi gen TWIST dan juga sitokin seperti
IL-6 dan IL-1.Pada sel kanker pankreas analog kalsitriol (MART-10) dan kalsitriol
itu sendiri mengganggu EMT dengan cara menurunkan ekspresi Slug, Snail dan
61
sel-sel tumor. Selain itu kalsitriol juga berpotensi meregulasi sistem aktivasi
6. Menghambat Angiogenesis
transkripsi dari Hypoxia Inducible Factor 1 alpha (HIF1A) dan IL-8 sebagai
pengatur yang bergantung pada NF- κβ. Selain itu peningkatkan ekspresi faktor-
Growth Factor (PDGF) pada sel tumor mencit dengan Vdr-null menjelaskan
memiliki aksi langsung sebagai anti proliferasi pada sel-sel endotelial tumor.
Selain itu secara tidak langsung vitamin D menekan COX2 yang menghasilkan
menekan jalur estrogen dengan merepresi ekspesi gen yang mengkode enzim
62
aromatase pada sel kanker payudara manusia (ER+ dan ER-) melalui mekanisme
pada VDREs. Selain itu supresi ekspresi aromatase secara tidak langsung di
2010). Peran kalsitriol dalam sintesis estrogen pada sel kanker payudara
Gambar 2.18. Peran Kalsitriol Dalam Sintesis Estrogen Pada Sel Kanker
Payudara (Krishnan et al., 2010)
63
signifikan terhadap peningkatan risiko munculnya sel kanker payudara. Park et al.
melaporkan bahwa pada wanita Korea (populasi Asia) kadar vitamin D pada
kelompok kasus lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam hal
stadium lanjut dari penyakit kanker payudara. Hasil yang didapatkan adalah kadar
serum pada penerita kanker payudara dengan stadium lanjut lebih rendah bila
ditemukan pada kelompok kasus dengan progrosis yang buruk, stadium yang
tinggi, positif nodal, dan ukuran tumor yang besar. Hal ini menyimpulkan bahwa
64
kadar 25(OH)D3 dalam darah. Individu yang memiliki kada vitamin D normal
(>20 ng/mL) memiliki genotipe VDRff (Park et al., 2015). Selain itu penelitian
pada pria yang mengalami kanker prostat menunjukkan adanya hubungan antara
varian VDRff dan kadar 25(OH)D3 yang rendah meningkatkan risiko kanker
Payudara
kanker payudara pada manusia. Penelitian yang menggunakan kultur sel kanker
VDRff dan hal ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya. Selain itu
pertumbuhan sel pada kedua varian yang berbeda. Kemampuan daya hambat
VDRff. VDRFF juga efektif menekan signaling yang dimediasi oleh reseptor
65
Proliferasi sel yang tidak terkontrol merupakan awal atau pertanda adanya
malignansi. Ki-67 merupakan marker dari proliferasi sel dan overekspresi pada
pada awal 1980an dengan menggunakan sebuah tikus antibody monoclonal yang
diberi antigen nuklear dari sel lymphoma Hodgkin. Protein non-histon ini dinamai
sesuai dengan lokasi peneliti, Ki untuk universitas Kiel Jerman, dan 67 yang
menunjukkan nomor klon pada sumur plate ke 86 (Gerdes et al., 1983). Tidak
diekspresikannya Ki-67 pada fase diam sel dan terekspresikannya Ki-67 pada
Lokus gen utuh dari protein Ki-67 berada pada kromosom 10 lengan q
(10q25). Gen Ki-67 terdiri dari 15 exon dan 14 intron. Pada bagian intron berisi
gandaan yang homolog dari “Alu-repeats”. Exon 13 pada bagian tengah dari gen
ini berisi 16 segmen homolog yang disebut Ki-67 repeats, dan diantara elemen
yang berulang ini terdapat sebuah sekuen dengan 22 asam amino disebut Ki-67
motif. Dua isoform protein Ki-67 yang dihasilkan dari alternatif splicing mRNA
66
mRNA ini disebut sebagai tipe panjang dan tipe pendek yang ditentukan oleh
kehadiran atau ketidak hadiran exon 7. Protein tersebut umumnya ditemukan pada
bagian korteks nukleolar dan di dalam komponen padat fibrillar dari nucleolus
selama proses interfase. Selama mitosis protein ini berasosiasi pada bagian tepi
menunjukkan bahwa kadar Ki-67 rendah selama fase G1 dan pada fase awal S
secara tajam dari ekspresinya dimulai pada fase anaphase dan telofase dan tidak
diekspresikan pada fase G0 (Sobecki et al., 2017). Secara seluler kemunculan dan
lokasi dari protein Ki-67 pada siklus sel tidaklah homogen. Pada tahap awal G1,
protein ini ditemukan umumnya dengan pewarnaan yang lemah dengan ciri-ciri
selama fase G1 akhir protein ini semakin memadat di dalam granul perinukleolar
yang luas Selama fase S dan G2, umumnya protein ini ditemukan berasosiasi
dengan area nukleolar didalam foci yang luas maupun dengan beberapa area
heterokromatin. Ketika membrane nucleus membelah saat tahap awal mitosis, Ki-
67
secara cepat menghilang pada anaphase dan telofase (Li et al., 2015).
Gambar. 2.20. Ekspresi Ki-67 pada Siklus Sel (Takahashi et al., 2016)
steroid dan antigen Ki-67 dideteksi di dalam kumpulan sel-sel yang berproliferasi
pada epitelium payudara manusia sehat dengan Ki-67 diekspresikan secara khusus
payudara manusia sehat. Terdapat sebuah korelasi antara ekspresi Ki-67 dan
densitas payudara maupun pada lesi pre-kanker (Zhou et al., 2009; Harvey et al.,
2008).
tumor, dan secara luas telah digunakan dalam pemeriksaan patologi rutin sebagai
marker proliferasi dan alat diagnosis. Ki-67 merupakan indikator prognostik dan
68
2015).
signifikan antara ekspresi Ki-67 pada sel-sel tumor dan hasil klinis pada analisis
dipasangkan dengan grading tumor payudara (p<0,001). Selain itu eskpresi Ki-67
merupakan parameter prognosis yang independen dari overall survival (OS) (Ki-
67 (26-35%); HR= 1,71; p=0.017; Ki-67 (36-45%; HR= 2.05; p=0.011; Ki-67
(>45%); HR= 2.06; p=0.002) dan disease free survival (DFS) (Ki-67: > 45%;
Selain itu ekspresi Ki-67 berhubungan dengan metastasis yang lebih awal
pada system saraf pusat (Ishihara et al., 2013). Pada Triple Negative Breast
69
kedalam dua tipe, dengan prognosis yang berbeda (Keam et al., 2011). Ekspresi
gen Ki-67 pada pasien kanker payudara setelah di kemoterapi dengan neoadjuvant
dapat dijadikan prognosis dari penyakit yang berulang dan kematian (Tanei et al.,
2011). Angka prognosis dari ekspresi Ki-67 juga terdapat pada sampel tumor yang
didapatkan melalui fine needle aspirate dengan akurasi yang dapat dibandingkan
utama dari pertumbuhan sel menuju proliferasi dan secara konsisten berhubungan
secara positif dengan ekspresi Ki-67 (Lipponen, 1999). Bcl-2 merupakan protein
(Bottini et al., 2001), Oncogene p53 secara frekuensi bermutasi atau overekspresi
pada kanker payudara dan kedua perubahan ini menunjukkan laju proliferasi yang
1996). Terdapat hubungan antara Ki-67 dan ekspresi Her2, dan hasilnya
setelah jaringan melalalui proses formalin, parafin dan embedding dan setelah
Sel yang mengekspresikan Ki-67 terlihat berwarna coklat pada inti sel.
tumor yang terpulas positif dihitung pada minimal 500 sel pada perbesaran 400X.
70
dengan perbesaran 400X [HPF: field diameter 0,50 mm, field area 0,274 mm]
(Darmayani et al., 2018). Ekspresi Ki-67 dinilai dalam bentuk aktivitas proliferasi
1. Grade0 (negatif)
2. Grade+/-(1-5%)
3. Grade1+ (6-25%)
4. Grade2+ (26-50%)
5. Grade3+ (≥50%) (Bartos, et al. 2012)
payudara. Hal ini dibuktikan oleh Clark et al. yang menjelaskan adanya hubungan
yang berlawanan antara kadar vitamin D dengan ekspresi Ki-67 yaitu setiap
penurunan satu unit kadar vitamin D menyebabkan peningktan odd rasio sebanyak
5% pada sel tumor dengan laju proliferasi tinggi (Ki-67 > 10%) (Clark et al.,
2014).
signifikan yaitu median pre (15,7%) dan median post (10,2%) (Urata et al., 2014).
71
Efek Antikanker :
1. Proliferasi
2. Differensiasi
3. Apoptosis Meningkatkan proliferasi
4. Inflamasi sel (Ki-67)
5. Invasi dan metastasis
6. Angiogenesis
7. Sintesis & sinyal estrogen
72
Kadar Vitamin D
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel terikat
73
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2017 - Agustus 2018 yang
74
1. Populasi target pada penelitian ini yaitu wanita yang terdiagnosis kanker
2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah wanita yang berobat ke rawat
informed consent
Zα2 × P × Q
𝑛=
d2
75
diperlukan terpenuhi.
76
1. Variabel Independen :
2. Variabel Dependent:
3.5.Definisi Operasional
77
78
79
Onkologi, Rawat Inap Bedah Onkologi, Divisi Patologi Klinik, Divisi Patologi
4. Menyeleksi dan memita persetujuan pada setiap sampel penelitian yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian ini di Rumah Sakit
Alat yang digunakan dalam proses isolasi DNA dari darah yaitu:
microcentrifuge tube 1,5mL, Pipet-Lite XLS 100 µl -1000µl, pipette tips 1000µl,
alat centrifuge Biofuge Pico Heraeus, alat Centrifuge 5430 Eppendorf, alat Vortex
Bahan yang digunakan dalam proses isolasi DNA dari darah yaitu: 3cc
darah, Kit Isolasi DNA sampel whole blood dari Wizard® Genomic DNA
80
4. Diambil 400 µl bufficoat dengan menggunakan ujung tips biru yang sudah
baru
8. Dibuang supernatant…(D)
kembali ±1 menit
81
22. Dikeringkan pellet DNA dengn cara meletakkan tabung dalam keadaan
23. Ditambahkan 100 µl DNA Rehydration Solution dan menyimpan DNA pada
Reaction)
Alat yang digunakan dalam proses PCR yaitu : microcentrifuge tube 1,5
mL, PCR Tubes with Flat Caps 0,2 mL, Finnpipette Thermoscientific 5-50µl,
Pipet-Lite XLS 0.5-10µl, 10-100µl, 100-1000µl, pipette tips 1000µl, 20-200 µl,
0.5-10 µl, alat PCR Applied Biosystems Veriti 96 well Thermal Cycler,
Bahan yang digunakan dalam proses PCR yaitu: DNA, Go Taq® Green
82
Sequence Fok-1 R 5’-ATG GAA ACA CCT TGC TTC TTC TCC CTC- 3’
Prosedur Kerja:
1. Tabung PCR disusun dan dilabel sebanyak jumlah sampel pada PCR plate
2. Dibuat mix solution untuk reaksi PCR yang volumenya disesuaikan dengan
banyaknya sampel yang akan diperiksa. Mix solution terdiri dari 1 µl Primer
Go Taq® Green Master Mix yang berisi reaction buffer pH 8,5, masing-
masing 400 µM dATP, dGTP, dCTP, dTPP, 3mM MgCl2, Taq DNA
polymerase dan loading dye (Promega, USA) serta Nuclease Free Water.
Adapun perhitungan untuk total volume mix solution setiap sampel DNA
sebagai berikut:
a. Mix Solution 23 µl
b. DNA masing-masing sampel 2 µl +
c. Volume total per tabung PCR 25 µl
Disediakan satu tabung PCR sebagai kontrol negatif yang hanya berisi mix
solution tanpa ditambah DNA
83
Initial
94ºC 5 menit
Denaturation
Denaturation 94ºC 45 detik 35
Anneling 60ºC 45 detik siklus
Extension 72ºC 45 detik
Final extension 72ºC 5 menit
Alat yang digunakan dalam proses ini yaitu: timbangan digital, gelas ukur,
microwave, Alumunium foil, Gel Casting Tray, Gel Comb, Gel Documentation,
Power Supply (Bio Rad), alat Elektroforesis, Pipet-Lite XLS 0.5-10µl, pipette tips
0.5-10 µl.
Bahan yang digunakan dalam proses ini yaitu: Produk PCR, Agarose-
Prosedur Kerja:
1. Dibuat larutan TAE Buffer 1X sebanyak 1000mL. TAE Buffer yang tersedia
2. Diatur posisi gel casting tray dan well comb dengan tepat.
84
11. Alat elektroforesis dinyalakan dan diatur waktu selama 60 menit serta
12. Setelah waktunya selesai selanjutnya alat elektroforesis dimatikan “Stop Run”
(UV reader, Uvitec), dan diperoleh visualisasi pita DNA pada 265bp.
tube 1,5 mL, PCR Tubes with Flat Caps 0,2 mL, Finnpipette Thermoscientific 5-
85
200 µl, 0.5-10 µl, multichannel reagent reservoirs, PCR plate cooler, styrofom,
water bath.
Bahan yang digunakan dalam proses PCR-RFLP yaitu: DNA Produk PCR,
Prosedur Kerja:
Untuk melihat adanya polimorfisme pada produk PCR maka dilakukan tahap
diperoleh dari tahap sebelumnya. Sekuensi yang dikenali oleh enzim ini sebagai
1. Dibuat campuran reaksi RFLP untuk setiap tabung sampel yang volumenya
a. FD Buffer 1µL
b. Enzim FastDigest Fok-1 0,5 µL
c. N.F water 3,5 µL+
Total campuran reaksi RFLP 5 µL
2. Tabung PCR disusun dan dilabel sebanyak jumlah sampel pada PCR plate
cooler yang sebelumnya sudah dimasukkan kedalam freezer
3. Dimasukkan seluruh campuran ke dalam satu buah microcentrifuge tube 1,5
mL kemudian divortex dan disentrifuse ±30 detik
86
Alat yang digunakan dalam proses ini yaitu: timbangan digital, gelas ukur,
microwave, Alumunium foil, Gel Casting Tray, Gel Comb, Gel Documentation,
Power Supply (Bio Rad), alat Elektroforesis, Pipet-Lite XLS 0.5-10µl, pipette tips
0.5-10 µl.
Bahan yang digunakan dalam proses ini yaitu: Produk PCR, Agarose-
Buffer (Bio Rad), Ethidium Bromida, DNA Leader 25bp, loading dye.
Prosedur Kerja:
1. Dibuat larutan TAE Buffer 1X sebanyak 1000mL. TAE Buffer yang tersedia
2. Diatur posisi gel casting tray dan well comb dengan tepat.
87
10. Comb pertama : Marker DNA (5 µL DNA Ladder + loading dye 2 µL)
11. Comb kedua : 5 µL Uncut (produk PCR tanpa enzim restriksi Fok-1)
seluruh sampel
13. Dinyalakan alat elektroforesis dan mengatur waktu selama 70 menit serta
88
Alat yang digunakan dalam prosedur Elisa yaitu: gelas kaca/tabung kaca,
XLS 10-100µl, 100-1000µl, pipette tips 1000µl, 20-200 µl, alat centrifuge Biofuge
Pico Heraeus, alat Vortex V-1 plus Biosan, multichannel reagent reservoirs,
microplate reader.
Prosedur Kerja:
A) Persiapan sampel
Sampel yang digunakan adalah darah vena pasien baru kanker payudara
plasma dari sel-sel darah. Plasma yang telah terpisah kemudian diambil dan
89
ujung tips kuning, dan selalu mengganti mikropipet dengan yang baru untuk
3. Ditutup semua dengan microplate dark lid dan dilapisi dengan aluminium foil
dan diinkubasi selama 60 menit diruang gelap pada suhu ruang (tanpa
shaking).
90
telah dialiri larutan pencuci (Wash Buffer). Setiap sumur dicuci dengan Wash
kemudian tepuk atau ketuk microplate secara perlahan dengan tangan selama
8. Ditutup microplate dengan microplate dark lid dan dilapisi dengan aluminium
foil kemudian diinkubasi selama 30 menit diruang gelap pada suhu ruang
(tanpa shaking).
telah dialiri larutan pencuci (Wash Buffer). Setiap sumur dicuci dengan Wash
well
11. Ditutup kembali microplate dengan microplate dark lid dan dilapisi dengan
aluminium foil kemudian diinkubasi selama 10-15 menit diruang gelap pada
91
Imunohistokimia
waterbath, hot plate, freezer, inkubator, staining jar, rak kaca, kaca objek, rak
inkubasi, pap pen, pipet mikro, timbangan bahan kimia, kertas saring, timer, gelas
Bahan yang digunakan yaitu: Formalin buffer 10%, alkohol 95%, 80%,
70%, alkohol absolut, xylol, H2O2 0,5% dalam methanol, Phosphat Buffer Saline
Carbonat jenuh, Tris EBTA, Hematoxylin, aqua destilata, antibodi Ki-67 (Anti-
92
dimana saat proses yang sama kontrol (+) menampilkan warna coklat dengan
Positif (+): apabila memperlihatkan adanya warna cokelat pada inti sel
pandang dan pada saat yang sama kontrol (+) juga menampilkan warna yang
sama.
Prosedur Kerja:
2. Diakukan deparafinasi dengan xylol I, xylol II, dan xylol III masing-masing
selama 5 menit
selama 30 menit
93
12. Dicuci dengan PBS pH 7.4 –Twin 20 lalu PBS masing-masing selama 5
menit
17. Dilakukan tacha bluing dengan Lithium Carbonate jenuh (5% dalam
19. Didehidrasi dengan alcohol bertingkat 80%, 96%, alcohol absolute I dan II
masing-masing 5 menit
20. Dilakukan clearing (Xylol I, Xylol II, Xylol III) masing-masing selama 5
menit
94
Pasien baru suspek kanker payudara yang datang ke poli onkologi RSUP
H. Adam Malik Medan akan di anamnesa dan diperiksa secara klinis secara
riwayat kanker payudara pada keluarga, serta mengukur indeks masa tubuh.
sebagai sumber DNA subjek diisolasi dan diukur konsentrasinya. DNA yang
95
yang pada tahap akhir akan dipotong menggunakan enzim restriksi Fok-1
dan seluruh data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistic yang sesuai.
untuk dilakukan proses review ulang oleh dua orang Dokter Spesialis Patologi
96
Meminta izin penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan
Melakukan wawancara
Melakukan kepada subyek dan Melakukan
pengambilan sampel review ulang
pencatatan rekam medik
darah sebanyak 3cc untuk data karakteristik ekspresi
subyek penelitian imunohistokimia
Ki-67
Analisis Data
97
kadar Vitamin D plasma terhadap proliferasi sel Ki-67 pada kanker payudara. Uji
atau Fisher Exact jika tidak memenuhi syarat. Batas kemaknaan yang ditetapkan
bermakna jika nilai p<0.05. untuk menilai perbedaan rerata kadar vitamin D pada
5%.
alat test online (web tool HWE Tesing Calculator). Interpretasinya adalah jika di
dapat nilai p>0.05 berarti terdapat polimorfisme pada populasi penelitian atau
98
gen reseptor vitamin D Fok-1 (rs2228570) dan kadar vitamin D plasma terhadap
proliferasi sel (Ki-67) pada kanker payudara. Penelitian ini telah mendapatkan
terlibat di dalam penelitian ini. Pasien yang terlibat adalah pasien yang
yang sebelumnya telah dijelaskan mengenai tujuan, manfaat, prosedur, serta risiko
Penelitian ini terdiri dari pengambilan sampel darah pasien sebanyak 3cc,
99
wanita yang baru didiagnosa menderita kanker payudara dan belum pernah
terdiri dari usia saat terdiagnosa, usia menarche, status menopause, usia saat
kontrasepsi hormonal, riwayat kanker payudara pada keluarga, dan indek masa
tubuh. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan faktor risiko tersaji pada Tabel
4.1.
100
Usia Terdiagnosa
≤ 40 tahun 8 16%
>40, <50 tahun 20 40%
≥ 50 tahun 22 44%
Usia menarche
≤ 13tahun 29 58%
>13 tahun 21 42%
Status menopause
Belum menopause 26 52%
Menopause 24 48%
Usia menopause
< 45 tahun 4 8%
≥45 tahun 20 92%
Usia kehamilan anak pertama
<20 tahun 10 20%
≥20 tahun 33 66%
Tidak pernah hamil 7 14%
Riwayat menyusui
<11 bulan 17 34%
≥11bulan 22 44%
Tidak menyusui 11 22%
Penggunaan kontrasepsi hormonal
Ya 24 48%
Tidak 26 52%
Riwayat kanker payudara dalam
keluarga
Ada 9 18%
Tidak ada 41 82%
Indeks Masa Tubuh (kg/m2 )
< 17,0 (Severe thinness) 1 2%
17,0- 18,4 (Underweight) 1 2%
18,5- 25 (Normal) 22 44%
25,1- 27 (Pre-obese) 8 16%
>27,0 (Obese) 18 36%
Data karakteristik subjek penelitian merupakan data kelompok milik bersama
dengan peneliti lain (Ika Waraztuty, Melya Susanti, Ira Astuti, Zakirullah)
berdasarkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
Pada kelompok faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi ditemukan bahwa
penderita kanker payudara dalam penelitian ini paling banyak memiliki usia > 40
101
Selain itu 58% subjek penelitian mengalami menarche pada usia ≤13 tahun.
Terdapat 48% subjek penelitian yang sudah mengalami menopause dan 92%
mereka mengalami menopause pada usia ≥ 45 tahun. Pada penelitian ini diperoleh
bahwa sebanyak 82% subjek penelitian tidak memiliki riwayat atau sejarah
bahwa dari keseluruhan sampel lebih dari setengah jumlah subjek penelitian
(66%) mengalami kehamilan penuh yang pertama pada usia ≥20 tahun dan
terdapat 14% subjek penelitian yang belum pernah hamil. Sebanyak 44% subjek
penelitian memiliki riwayat menyusui selama ≥11 bulan dan selebihnya kurang
dari 11 bulan bahkan tidak pernah menyusui. Selain itu terdapat 52% subjek
Berdasarkan hasil penelitian 44% subjek penelitian memiliki indeks masa tubuh
normal yaitu diantara 18,5-25 kg/m2 dan 36% diantaranya memiliki indeks masa
payudara terdiri dari stadium, grade, tipe kanker payudara. Karakteristik subjek
102
kali untuk memeriksakan dirinya pada saat mereka berada pada stadium Locally
Advance Breast Cancer (LABC) IIIB (34%) selanjutnya 30% datang dengan
stadium Metastatic Breast Cancer (MBC) IV. Dan hanya 8% yang datang dengan
stadium Early Breast cancer (EBC) IIA. Selain itu 50% subjek penelitian
terdiagnosa kanker payudara pada grade II, 34% pada grade III, dan 16% dengan
grade I. Hampir seluruh subjek penelitian (96%) memiliki tipe kanker payudara
103
pada pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Haji Adam
Malik Medan yang baru didiagnosa dan belum pernah mengalami tindakan
kemoterapi dilakukan dengan teknik PCR-RFLP pada DNA yang sudah diisolasi.
pita DNA. Gambaran elektroforesis produk PCR akan terlihat pada gambar 4.1.
vitamin D Fok-1 dengan pita DNA pada posisi 265bp. Dalam proses ini digunakan
100bp DNA Step Ladder yang diletakkan pada posisi sumur gel agarose pertama,
dilanjutkan dengan kontrol negatif pada sumur gel agarose kedua, dan dilanjutkan
dengan mengisi produk PCR dari sampel pada posisi sumur selanjutnya. Dari
104
berada di antara step ladder 200-300bp, sehingga dapat diketahui bahwa semua
elektroforesis hasil RFLP produk PCR genotip gen reseptor vitamin D Fok-1
vitamin D Fok-1 maka visualisasi gen RVD pada DNA sampel akan menunjukkan
adanya potongan menjadi dua sepanjang 196bp dan 69bp. Subjek penelitian
elektroforesis dengan pita tunggal pada posisi 265bp. Sementara subjek yang
105
elektroforesis pita DNA yang keseluruhannya terpotong pada 196bp dan 69bp.
Pada subjek penelitian yang memiliki genotipe heterozigot CT (Ff), maka pita
DNA yang akan terlihat sebagian terpotong dan sebagian tidak oleh enzim
restriksi. Sehingga yang tampak pada hasil elektroforesis adalah tiga jenis pita
kelipatan 25bp (25-300bp) yang diletakkan pada sumur gel agarose pertama.
Selanjutnya pada sumur gel agarose kedua diisi dengan produk PCR uncut.
Produk PCR uncut merupakan produk PCR tanpa enzim restriksi sehingga hanya
akan membentuk satu pita tunggal dengan panjang 265bp. Pada sumur gel agarose
yang ketiga diisi dengan produk RFLP dari sampel. Dari hasil penelitian
Pada penelitian ini, distribusi genotipe dari gen reseptor vitamin D Fok-1
orang (42%) memiliki genotipe CT (Ff), dan 8 orang (16%) memiliki genotipe TT
(ff). Distribusi frekuensi alel gen reseptor vitamin D Fok-1 untuk seluruh sampel
pada penelitian ini adalah 63 alel (63%) merupakan alel C (F) dan 37 alel (37%)
106
Genotipe/ Alel
Frekuensi (n) Persentase (%)
Genotipe
CC 21 42
CT 21 42
TT 8 16
Alel
C 63 63
T 37 37
memprediksi sejauh mana frekuensi gen akan diturunkan dari satu generasi
kegenerasi dengan frekuensi alel dan genotip pada populasi akan tetap konstan.
polimorfisme pada populasi yang diteliti maka dilakukan perhitungan HWE ini.
CC 19,8 21
CT 23,3 21
TT 6,8 8
107
karena sesuai dengan hukum Hardy-Winberg Equilibrium (HWE) yaitu (p> 0,05).
Payudara
kadar 25(OH)D pada subjek penelitian ini disajikan pada Tabel 4.5.
tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kadar 25(OH)D Pada Kanker Payudara (N =50)
Kadar 25(OH)D Frekuensi Persentase (%)
(n)
≤20ng/ml
7 14
( Defisiensi )
21-29ng/ml
19 38
( Insufisiensi)
≥30ng/ml
24 48
( Sufisiensi)
Total 50 100
108
hanya 14% saja yang memiliki kadar 25(OH)D defisiensi dan umumnya subjek
sufisiensi (48%).
terpulas positif pada keseluruhan sel dengan perbesaran 400X dan dinilai dalam
proliferasi sel Ki-67 untuk seluruh sampel disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Proliferasi Sel (Ki-67) Pada Kanker Payudara
(N=50)
Ekspresi Ki-67 Frekuensi (n) Persentase (%) Rata-rata
proliferasi sel
(Ki-67) (%)
Grade 0 (negatif) 0 0
Grade +/- (1-5%) 9 18
Grade 1+ (6-25%) 25 50
21,7 (±14,48)
Grade 2+ (26-50%) 15 30
Grade 3+ (≥50%) 1 2
Total 50 100
persentase proliferasi sel ( Ki-67) (Grade 1; 6-25%). Rata-rata proliferasi sel (Ki-
67) pada seluruh subjek penelitian adalah 21,7%. Selanjutnya distribusi frekuensi
proliferasi Sel (Ki-67) berdasarkan Cut Off Point 14 % pada kanker payudara
109
dengan berbagai kategori. Penentuan score pada gambar dibawah ini di dasarkan
pada penentuan populasi (%) sel yang positif terwarnai serta intensitas warna sel-
Gambar 4.3. Proliferasi sel Ki-67 pada Kanker Payudara (A) Ki-67 +1 (intensitas
Lemah); (B) Ki-67+2 (Intensitas Sedang); (C) Ki-67 +3 (Intensitas Kuat)
110
reseptor vitamin D Fok-1 dan kadar 25(OH)D pada pasien kanker payudara yang
menjadi subjek penelitian digunakan uji statistik, namun terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk.didapatkan p=0,117 (p> 0,05) yang
berarti bahwa data kadar 25(OH)D tersebut berdistribusi normal, sehingga uji
yang tidak memenuhi syarat uji Chi-square. sehingga dilakukan uji alternatif Chi-
square yaitu uji Fisher Exact. Hubungan antara keduanya disajikan pada Tabel
4.9.
Kadar 25(OH)D
Defisiensi Insufisiensi Suffisiensi Total P*
≤20ng/ml 21-29ng/ml ≥30ng/ml
(n) 3 7 11 21
CC
(%) 6 14 22 42
Polimorfisme (n) 1 11 9 21
CT
Fok-1 (%) 2 22 18 42
1 8 0,139
(n) 3 4
TT
(%) 6 2 8 16
(n) 7 19 24 50
Total
(%) 14 38 48 100
*Uji Fisher Exact
Exact di dapatkan nilai p= 0,139 yang berarti tidak terdapat hubungan yang
vitamin D plasma pada kanker payudara. Nilai rata-rata kadar 25(OH)D pada
111
Tabel 4.10. Nilai Rata-Rata Kadar 25(OH)D Pada Varian Genotipe Polimorfisme
Gen Reseptor Vitamin D Fok-1 (N =50)
Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak terlalu jauh
pada nilai rata-rata kadar 25(OH)D setiap varian genotipe pada polimorfisme gen
paling tinggi didapatkan pada varian genotipe CT (Ff) (29,44 ng/mL ± 1,88),
kemudian diikuti varian CC (FF) (27,73 ng/mL ± 1,64), dan yang paling rendah
pada varian TT (ff) (24,49 ng/mL ± 4,06). Selain itu tidak terdapat perbedaan yang
Fok-1 (p = 0, 395).
4.7. Hubungan Kadar 25(OH)D dengan Proliferasi sel (Ki-67) pada Kanker
Payudara
didapatkan nilai p= 0,082 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kadar 25(OH)D dengan proliferasi sel (Ki-67) pada grade yang berbeda
pada kanker payudara. Hubungan kadar 25(OH)D dan proliferasi sel Ki-67 tersaji
112
Defisiensi (n) 0 0 5 1 1 7
≤20ng/ml (%) 0 0 10 2 2 14
Kadar Insufisiensi (n) 0 3 12 4 0 19
25(OH)D 21-29ng/ml (%) 0 6 24 8 0 38
6 10 0 24 0,082
Suffisiensi (n) 0 8
≥30ng/ml (%) 0 12 16 20 0 48
(n) 0 9 25 15 1 50
Total
(%) 0 18 50 30 1 100
*Uji Fisher Exact
terdapat 20% subjek penelitian yang memiliki kadar 25(OH)D sufisiensi mereka
justru memiliki grade Ki-67 yang tertinggi (26-50%). Selanjutnya hubungan kadar
25(OH)D dengan proliferasi sel (Ki-67) berdasarkan Cut Off Point 14 % pada
Proliferasi Sel p*
Cut Off Point
Total
(14%)
<14% ≥14%
Defisiensi (n) 3 4 7
≤20ng/ml (%) 6 8 14
Kadar Insufisiensi (n) 6 13 19
25(OH)D 21-29ng/ml (%) 12 26 38
0,852
Suffisiensi (n) 9 15 24
≥30ng/ml (%) 18 30 48
(n) 18 32 50
Total
(%) 36 64 100
113
antara kadar 25(OH)D dengan proliferasi sel (Ki-67) berdasarkan Cut Off Point 14
reseptor vitamin D Fok-1 dan proliferasi sel (Ki-67) pada subjek penelitian
digunakan uji Chi-square. Namun, setelah pengujian didapatkan hasil yang tidak
memenuhi syarat uji Chi-square, sehingga dilakukan uji alternatif yaitu uji Fisher
Exact. Berdasarkan analisa statistik diperoleh nilai (p= 0,285), yang berarti tidak
polimorfisme gen reseptor vitamin D Fok-1 dengan proliferasi sel (Ki-67) tersaji
(n) 0 3 9 9 0
CC
(%) 0 6 18 18 0
Polimorfisme (n) 0 4 13 4 0
CT
Fok-1 (%) 0 8 26 8 0
2 2 1 0,285
(n) 0 3
TT
(%) 0 4 6 4 2
(n) 0 9 25 15 1
Total
(%) 0 18 50 30 2
*Uji Fisher Exact
114
penelitian yang memiliki proliferasi sel (Ki-67) ≥50% dan ia memiliki varian
genotipe TT (ff). Selain itu pada penelitian ini 26% subjek penelitian dengan
varian genotipe CT (Ff) memiliki grade proliferasi sel (Ki-67) 6-25%. Selanjutnya
proliferasi sel (Ki-67) berdasarkan Cut Off Point 14 % pada kanker payudara
Proliferasi Sel
Cut Off Point
Total P*
(14%)
<14% ≥14%
(n) 7 14 21
CC
(%) 14 28 42
Polimorfisme (n) 7 14 21
CT
FOK-1 (%) 14 28 42
0,683
(n) 4 4 8
TT
(%) 8 8 16
(n) 18 32 50
Total
(%) 36 64 100
115
Kanker Payudara
hingga 86 tahun. Frekuensi terbanyak ditemukan pada usia ≥50 tahun (44%) dan
paling sedikit ditemukan pada usia ≤40 tahun (16%). Meskipun demikian
berdasarkan hasil penelitian ini terdapat wanita yang sudah menderita kanker
payudara pada usia muda (31 tahun). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zou et al. pada populasi China bahwa insiden kanker payudara rendah pada
rentang usia < 30 tahun tetapi kemudian meningkat dengan cepat pada rentang
usia 50- 55 tahun (Zou et al., 2017). Namun berbeda pada penelitian yang
terdiagnosa pada pasien kanker payudara di Brazil dengan usia < 40 tahun dengan
laju insidensi penyakit salah satunya kanker payudara. Usia merekam durasi
paparan dari akumulasi berbagai macam faktor risiko penyebab kanker. Terdapat
antar sel (López-Otín et al., 2013). Proses yang multifaktorial dalam perubahan
116
berpengaruh sebagai pencetus kanker (Vijg & Suh, 2013; Hanahan et al., 2011).
Pada usia tua terjadi penurunan fungsi ginjal yaitu adanya penurunan
tua. Selain itu terjadi penurunan respon kulit terhadap paparan UV menyebabkan
matahari. Selain itu kurannya asupan sumber vitamin D akibat penurunan nafsu
makan pada usia tua berisiko terhadap defisiensi vitamin D pada usia tua
(Boucher, 2012).
Pada penelitian ini didapatkan indek masa tubuh subjek penelitian paling
banyak pada batas normal18,5-25 kg/m2 yaitu sebanyak (44%). Hasil penelitian
ini sama dengan hasil penelitian Damayanti et al. yang mendapatkan hasil yang
117
memiliki indeks masa tubuh yang normal (Damayanti et al., 2017). Obesitas
payudara pada wanita yang sudah menopause, namun juga pada wanita dengan
payudara. Kematian akibat obesitas pada kanker payudara ditingkatkan setiap kali
terjadi peningkatan satu unit indeks massa tubuh pada pre-dan pos menopause
yaitu sekitar 8-29% (Chan et al., 2015; Picon-ruiz et al., 2017). Peningkatan risiko
selain itu terjadi peningkatan sekresi leptin oleh jaringan adipose (White Adipose
2018).
118
VDBP yang menyebabkan perbedaan afinitas perlekatan dari VDBP. Selain itu
laju metabolisme 25(OH)D pada orang obesitas lebih cepat dan waktu-
3. Volumetric dilution dari 25(OH)D pada orang obesitas jauh lebih besar.
25(OH)D terdistribusi di serum, jaringan lemak, otot, hepar, dan organ lain,
dengan alel T(f) berhubungan terhadap peningkatan fat-free mass (Roth et al.,
2004).
119
Pada penelitian ini (48%) subjek penelitian didiagnosa pada stadium lanjut
Locally Advance Breast Cancer (IIIA dan IIIB), (30%) subjek penelitian
didiagnosa dengan metastasis Metastatic Breast Cancer (IV) dan hanya (22%)
subjek penelitian dengan stadium awal Early Breast Cancer (IIA dan IIB). Hasil
penelitian ini sejalan dengan Maffuz-Aziz et al. yang menemukan bahwa paling
banyak subjek penelitian didiagnosa pada stadium Locally Advanced Stages (IIB,
IIIA, IIIB, dan IIIC) (Maffuz-Aziz et al., 2017). Berbeda hasil dengan populasi
melakukan deteksi dini, sehingga 60-70% penderita datang dalam stadium III-IV
kanker payudara. Diketahui bahwa pasien kanker payudara dengan stadium awal
memiliki kadar vitamin D yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien
stadium lanjut atau yang sudah metastasis (Janbabai et al., 2016). Berkaitan
dengan polimorfisme gen RVD Fok-1 diketahui bahwa seseorang dengan alel T(f)
al., 2014).
120
serta menyebar. Grade pada tumor dibagi menjadi tiga kategori (grade I, II dan
III) (American Cancer Society, 2018). Pada penelitian ini (52%) subjek penelitian
memiliki grade II. Sejalan dengan penelitian lainnya bahwa subjek penelitian pada
awal diagnosa memiliki grade II (Nguyen et al., 2016; Wei, et al., 2014).
polimorfisme gen RVD Fok-1 diketahui bahwa seseorang dengan alel T(f) secara
2014).
Pada penelitian ini (96%) subjek penelitian memiliki tipe karsinoma duktal
invasif. Lebih dari 80% kanker payudara adalah invasif atau infiltrasi yang artinya
sel kanker mampu menembus dan merusak dinding kelenjar atau duktus sehingga
sel-sel kanker dapat tumbuh dan menyebar di jaringan payudara (America Cancer
Society, 2017). Sejalan dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa paling
121
gen RVD Fok-1 tidak berasal dari jaringan payudara melainkan sel darah putih
(Buffy coat). Isolasi DNA dengan menggunakan Buffy coat dikarenakan beberapa
alasan yaitu:
sebagai sumber DNA. Salah satu alasannya adalah buffycoat dapat digunakan
dalam waktu jangka panjang sebagai sumber DNA, dapat disimpang hingga 9
tahun pada suhu -80ᵒC dan menyediakan materi DNA yang sangat banyak
dalam penelitian ini hanyak mencukupi untuk diagnostik saja dan tidak
seluruh sampel pada penelitian ini adalah 42% memiliki genotipe CC (FF), 42%
alel dalam penelitian ini yaitu 63% alel C (F) dan 37% alel T (f), terdapat
122
frekuensi genotipe serta alel dari polimorfisme gen reseptor vitamin D Fok-1 di
distribusi frekuensi genotipe TT (ff) paling sedikit dijumpai dan hanya pada
penelitian Talaneh et al. pada populasi Iran yang menyebutkan bahwa varian
genotipe TT (ff) paling banyak dijumpai. Perbedaan hasil yang ditemukan dari
123
Variasi dalam urutan DNA yang terjadi dalam populasi dengan frekuensi
1% atau lebih tinggi disebut sebagai polimorfisme. Insiden yang lebih tinggi
paling umum, diduga muncul setiap 1.000 pasangan basa di genom manusia, dan
biasanya ditemukan di daerah yang mengapit gen penyandi protein daerah yang
mengatur ekspresi gen / protein. Namun, SNPs juga bisa terjadi dalam daerah
coding, intron, atau di wilayah intergenik. SNPs digunakan sebagai tanda tangan
tertentu, termasuk penyakit (Karki et al., 2015). Pada penelitian ini keseimbangan
populasi pada penelitian ini memiliki genotipe yang sesuai dengan keseimbangan
Hardy-Weinberg.
Payudara
minggu);
124
RVD Fok-1.
kelompok sufisiensi (cukup) yaitu sebesar (48%), kemudian (38%) masuk dalam
kategori insufisiensi dan yang paling sedikit (14%) masuk kedalam kategori
defisiensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 86% subjek dalam penelitian ini
insufisiensi (Alco et al., 2014). Selain itu penelitian oleh Basharat et al.
menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak memiliki status kadar
dan risiko kanker payudara, yang secara umum menunjukkan adanya hubungan
D pada berbagai populasi kanker payudara yang berbeda telah banyak dilaporkan
penderita kanker payudara di India (Imtiaz et al., 2012). Di United States 50- 70%
125
2010). Di Saudi Arabia 60% dan di China 96% penderita kanker payudara
mengalami insufisiensi vitamin D (Yousef et al., 2013; Chen et al., 2013). Hasil
penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hatse et al.
yang menghimpun 1800 pasien kanker payudara dengan stadium awal dan
dapat disebabkan oleh banyak faktor. Gaya hidup yang meliputi etnik dan gaya
diluar ruangan. Selain itu musim, letak geografis, penggunaan sunscreen juga
52,90 ng/mL) dan hanya 7 orang subjek penelitian yang memiliki kadar 25(OH)D
hubungan kadar vitamin D terhadap faktor lain seperti (aktivitas fisik diluar
126
matahari. Indonesia merupakan Negara tropis dengan dua musim (kemarau, dan
hujan). Hal ini menyebabkan Indonesia memperoleh sinar matahari yang cukup
Sumatera Utara, berada di garis lintang 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur
Timur (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2014) dengan rata-rata suhu ± 320C (900F)
memiliki paparan UVB yang efisien untuk penyerapan dan menghasilkan jumlah
vitamin D yang cukup (Sari et al., 2017), berbeda dengan daerah dengan
ketinggian yang tinggi dengan sudut sinar matahari yang miring sehingga
geografi seperti garis lintang, ketebalan awan, total ozon, permukaan dan
3. CYPs
127
CYP24A1).
aktif. CYP2R1 berperan dalam menghidroksilasi vitamin D3 pada c-25, proses ini
terjadi di hati. Selain CYP2R1 ada beberapa sitokrom lain di hati yang terlibat
25(OH)D3 dalam plasma. CYP2R1 adalah sitokrom yang terlibat dalam 25-
hidroksilasi pada vitamin D3 dan vitamin D2, perubahan pada basa nukleotida ini
yang aktif. Hal ini menjelaskan kenapa terjadi penurunan kadar vitamin D plasma
bentuk aktif vitamin D pada spesifik jaringan lokal. Adanya SNPs (A129T dan
128
saat 25(OH)D tinggi kadarnya. Hal ini menjelaskan bahwa variasi genetik dari
24-Hydroxylase (CYP24A1)
Pada penelitian ini 50% subjek penelitian memiliki proliferasi sel (Ki-
67) pada kategori Grade1+ (6-25%). Selanjutnya 30% subjek penelitian memiliki
proliferasi sel (Ki-67) pada Grade 2+ (26-50%), 18% memiliki proliferasi sel (Ki-
67) sebesar 1-5%. Dan hanya 2% saja yang memiliki proliferasi sel (Ki-67) lebih
besar dari 50%. Rata-rata nilai Ki-67 pada penelitian ini adalah 21,7%. Hasil
129
Ki67 (≥14%). Penelitian menyebutkan bahwa score Ki67 yang tinggi berkaitan
pasien yang memiliki ekspresi Ki67 yang rendah (Niikura et al., 2014).
bahwa proliferasi indeks yang tinggi pada Ki67 secara signifikan berhubungan
grade tumor yang tinggi, dan metastasis pada nodus limfatik (Ermiah et al., 2012;
Haroon et al., 2013). Selain itu tingginya Ki67 merupakan risiko terhadap
cancer (de Azambuja et al., 2007). Hal ini sejalan dengan hipotesis bahwa secara
prinsip biologi pada sel kanker, ketika sel-sel memiliki laju proliferasi yang tinggi
Ki-67 diketahui berperan penting dalam proliferasi sel. Dan saat ini
selain diketahui dapat mengontrol proliferasi sel secara langsung Ki-67 juga
bahwa selain berpengaruh terhadap proliferasi sel, Ki-67 juga dapat menginisiasi
Ki-67. Terlepas dari data yang konsisten pada Ki-67 sebagai penanda prognostik
130
mendapatkan bahwa 17 dari 18 studi yang melibatkan lebih dari 200 pasien
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara Ki-67 dan
prognosis kanker payudara, hal ini menyediakan bukti kuat untuk hubungan
biologi antar keduanya, tetapi cutoff untuk membedakan "Ki-67 tinggi" dan "Ki-
2011).
kadar vitamin D pada varian genotipe yang berbeda juga tidak jauh berbeda yaitu
29,44(± 1,88)ng/mL untuk varian CT (Ff) dan 24,49(± 4,06)ng/mL untuk varian
TT (ff). Pada penelitian ini rerata kadar vitamin D paling tinggi terdapat pada
yang menyatakan bahwa subjek penelitian dengan varian ff/Ff secara signifikan
memiliki varian FF. Mereka berpendapat bahwa jalur signaling RVD mungkin
vitamin D yang dihasilkan oleh sistesis pada kulit (Mohseni et al., 2017).
131
kadar 25(OH)D yang rendah serta memiliki varian ff memiliki peningkatan risiko
kanker prostat 2.5 kali bila dibandingkan dengan laki-laki dengan kadar 25(OH)D
medium dengan varian genotipe FF dan Ff (Li et al., 2007). Penelitian lain juga
menjelaskan bahwa tidak ada hubungan langsung antara Fok-1 dan kaner
payudara, dan tidak juga pada 25(OH)D (Abbas et al., 2008), namun Guy et al.
kanker payudara dari genotipe RVD yang berbeda (bb/LL ; genotipe Bsm1: alel b;
poly(A): alel L) yang dengan caranya menguasai satu atau lebih alel F yang
2014). Penting untuk diketahui bahwa protein RVD yang lebih pendek memiliki
denan varian lainnya pada gen target vitamin D (Arai et al. 1997). Jurutka et al.
(Jurutka et al. 2000). Kemampuan ini mungkin berkaitan dengan pengaruh RVD
beserta ligannya dalam mengaktivasi dan merepresi beberapa gen yang mengatur
kadar vitamin D di dalam tubuh. Salah satu gen yang diaktivasi adalah CYP24A1
132
mengubah vitamin D menjadi bentuk yang aktif (Deeb et al., 2007). Penelitian
pertumbuhan sel pada kedua varian yang berbeda. Kemampuan daya hambat
dibandingkan sel dengan varian ff setelah di beri perlakuan 1,25(OH)D3. Hal ini
gen targetnta. Hal ini terlihat dalam penelitian yang menemukan bahwa bentuk
RVD yang panjang dan pendek memiliki interaksi yang berbeda dengan VDRE’s
pada gen target yang juga berbeda. Interaksi spesifik pada gen target antara RVD
dan VDRE juga dimungkinkan karena adanya SNPs di dalam recognition element.
kemampuan RVD untuk berikatan dan menginduksi ekspresi dari gen tersebut. Hal
133
transaktivasi yang berbeda pada spesifik gen target (O’Neill et al., 2013).
5.7. Hubungan Kadar 25(OH)D Dengan Proliferasi Sel (Ki-67) Pada Kanker
Payudara
antara kadar 25(OH)D dengan proliferasi sel (Ki-67) ( p= 0,082). Di dalam hasil
proliferasi sel (Ki-67) yang tertinggi (26-50%). Dan pada penelitian ini
Kermani et al. yang tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
Pada pasien kanker kolon, eksprei Ki-67 paling sedikit 50% dari seluruh
ekspresi Ki-67 lebih rendah dari 50% dari seluruh sel, memiliki kadar vitamin D
rate pada pasien yang baru terdiagnosa kanker payudara (de Azambuja et al.,
2007). Penelitian lain yang melakukan suplementasi Kalsitriol pada wanita yang
134
dengan tingginya proliferasi index dari Ki-67. Untuk setiap penurunan satu unit
peneitian Mohr et al. kadar ini belum mencukupi untuk memberikan efek
terdapat pada semua fase siklus sel kecuali fase G0. Ki-67 juga merupakan faktor
dari kanker payudara tersebut (Dowsett et al., 2011; Nishimura et al., 2010).
dan IGF-2- yang berperan menstimulasi proliferasi dan perkembangan siklus sel.
135
pertumbuhan sel. Induksi diferensiasi oleh vitamin D dikaitkan dengan sifat anti-
Shin, 2018).
justru memiliki ekspresi Ki-67 yang tinggi. Hal ini di mungkinkan oleh faktor lain
yang terlibat dalam metabolisme 25(OH)D menjadi bentuk aktif yang merupakan
ligan dari RVD sbagai faktor transaktivasi untuk gen target yang spesifik dalam
peranannya sebagai anti proliferasi. Hubungan yang tidak signifikan antara kadar
vitamin D dan Ki-67 pada penelitian ini menunjukkan bahwa vitamin D bukanlah
136
progresifitas dari sel tumor (Urruticoechea et al., 2005). Protein Ki-67 merupakan
indikator yang terpercaya untuk status proliferasi pada sel kanker (Scholzen et al.,
oleh vitamin D dan dapat mempengaruhi progresivitas dari sel tumor pada kanker
dengan ekspresi Ki-67. Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak adanya
sel (Ki-67) pada kanker payudara (p=0,285). Pada penelitian ini subjek dengan
varian CT (Ff) dan CC (FF) justru memiliki index proliferasi yang lebih tinggi
dibandingkan subjek yang memiliki varian TT (ff). Hasil penelitian ini sangat
pada wanita yang memiliki varian genotipe ff (Chen et al., 2005). Selain itu
kanker dengan cara menurunkan ekspresi ERα bila dibandingkan dengan varian ff.
Alimirah et al. juga menjelaskan bahwa pada sel kanker yang memiliki
137
polimorfisme RVD yang tidak mempengaruhi ekspresi RVD bahkan kadar protein
pada spesifik gen targetnya. Selain itu terhadap faktor lain yang terlibat seperti
adanya SNP pada VDRE yang juga memungkinkan terjadinya perbedaan aktivitas
sel (O’Neill et al., 2013). Selain itu perubahan/mutasi dari asam amino pada DNA
dengan VDRE atau nVDRE. Dan pada akhirnya dapat menggangu aktivitas
transkripsi dari RVD dan ligannya pada gen target (Wan et al., 2015). Interaksi
yang berbeda ini menyebabkan pengaruh yang berbeda pada setiap individu.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa polimorfisme Fok-1 bukan merupakan
faktor tunggal dalam kejadian kanker payudara terutama dalam hal proliferasi sel.
138
6.1 Kesimpulan
terdiagnosis paling banyak pada usia ≥50 tahun (44%), usia menarche ≤13
usia kehamilan anak pertama ≥20 tahun (66%), riwayat menyusui ≥11 bulan
berdasarkan Histopatologi dan klinis antara lain stadium IIIB (34%), Grade II
orang (16%). Diperoleh jumlah alel C/F (63%) dan alel T/f (37%)
3. Rata-rata kadar vitamin D pada seluruh subjek penelitian adalah (27,93 ng/ml).
sebesar (21,7%). Terdapat 9 orang (18%) dengan Grade +/-, 25 orang (50%)
dengan Grade 1+, 15 orang (30%) dengan Grade 2+, dan 1 orang (2%)
dengan Grade 3+
139
(p=0,285)
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan genotipe Fok-1 pada jaringan kanker
payudara.
67) pada tingkat molekul, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap ekspresi gen
sufisiensi namun ekspresi Ki-67 tinggi serta faktor apa saja yang
140
141
142
143
144
Engel, L.S., Orlow, I., Sima, C.S., Satagopan, J., Mujumdar, U., Roy, P. et al.
2012. Vitamin D Receptor Gene Haplotypes and Polymorphisms and Risk
145
146
147
148
Karki R., Pandya D., Elston RC., Ferlini C. 2015. Defining “mutation” and
“polymorphism” in the era of personal genomics. BMC Medical
Genomics. 8:37
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
No.Telp./ HP :
No. CM :
Saksi,
(...............................)
164
Jika bahan (sampel) yang digunakan dalam penelitian ini masih bersisa hingga
penelitiannya sudah selesai, maka: (silahkan diberi tanda pada pilihan berikut).
Saya berharap bahan tersebut dimusnahkan segera.
Kemudian:
Saya ingin identitas saya tidak disertakan pada bahan tersebut.
165
(..............................)
CATATAN:
166
AssalammualaikumWr. Wb.
Nama saya Astrid Siska Pratiwi, akan melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan
Antara Polimorfisme Gen Reseptor Vitamin D Fok-1 Terhadap Kadar Vitamin D
Plasma Dan Ekspresi Imunohistokimia Ki-67 Pada Kanker Payudara “. Penelitin ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variasi gen reseptor vitamin D terhadap kadar
vitamin D dalam darah dan kemunculan Ki-67 pada jaringan payudara sebagai molekul
penanda adanya pembelahan sel.
Jika Bapak/ Ibu/ Saudara/i bersedia mengikuti penelitian ini maka akan
dilakukan wawancara dan pengambilan darah vena sebanyak ½ sendok teh dan hanya 1
kali. Selanjutnya dari darah tersebut akan diperiksa kadar vitamin D. pemeriksaan yang
dilakukan umumnya tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi Ibu/Sauari,
namun apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh tidakan dan
perlakuan di dalam penelitian ini, maka Ibu/ Saudari dapat menghubungi saya melalui
alamat dibawah ini.
167
Apabila terdapat hal-hal yang masih kurang jelas atau terdapat hal yang ingin ditanyakan
silahkan Ibu/Saudari sekalian mengajukan pertanyaan. Apakah ada yang mau
ditanyakan?
Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Ibu/Saudari dapat
mengisi lembar persetujuan (Informed Consent)
Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita
semua.
Peneliti,
Astrid Siska Pratiwi
168
I. IDENTITAS
No.CM : ................................................................................
Nama : .................................................................................
Initial : ................................................................................
Tempat/tgl Lahir :..............................................................................
Agama : ................................................................................
Suku : ................................................................................
Status Perkawinan : 1. Menikah 2. Belum Menikah
Pendidikan : 1. SD 2.SMP 3. SMA 4. S1 5.S2
Pekerjaan : ..................................................................................
Alamat/ Hp : ..................................................................................
...................................................................................
BB/TB : ............kg/ ................. cm
Lingkar Pinggang :..........cm
Lingkar Pinngul :...........cm
169
1. Stadium
2. Grading Histologi
3. KI-67
170
Status Menopause
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Belum 26 52.0 52.0 52.0
Valid Sudah 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Usia Menopause
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 26 52.0 52.0 52.0
<45 4 8.0 8.0 60.0
Valid
>=45 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Usia Kehamilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Hamil 7 14.0 14.0 14.0
< 20 Tahun 10 20.0 20.0 34.0
Valid
> 20 Tahun 33 66.0 66.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Lama Menyusui
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 11 22.0 22.0 22.0
< 11 Bulan 17 34.0 34.0 56.0
Valid >= 11 Bulan 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
171
BMI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
< 17 1 2.0 2.0 2.0
17-18.4 1 2.0 2.0 4.0
18.5-25 22 44.0 44.0 48.0
Valid 25.1-27 8 16.0 16.0 64.0
>27 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
172
Polimorfisme FOK-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
CC/FF 21 42.0 42.0 42.0
CT/Ff 21 42.0 42.0 84.0
Valid
TT/ ff 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Vitamin D
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<= 20 7 14.0 14.0 14.0
21-29 19 38.0 38.0 52.0
Valid
>= 30 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
173
174
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Point
(2-sided) (2-sided) Sig. (1- Probability
sided)
Pearson Chi-Square 7.276a 4 .122 .119
Likelihood Ratio 7.087 4 .131 .166
Fisher's Exact Test 6.583 .139
Linear-by-Linear .505b 1 .477 .497 .284 .084
Association
N of Valid Cases 50
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1.12.
b. The standardized statistic is -.710.
175
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Point
(2-sided) (2-sided) Sig. (1- Probability
sided)
Pearson Chi- 12.914a 6 .044 .035
Square
Likelihood Ratio 12.027 6 .061 .064
Fisher's Exact Test 9.864 .082
Linear-by-Linear .215b 1 .643 .690 .372 .096
Association
N of Valid Cases 50
a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14.
b. The standardized statistic is -.464.
176
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Point
Sig. (2- (2-sided) Sig. (1- Probability
sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .327 2 .849 .852
Likelihood Ratio .327 2 .849 .852
Fisher's Exact Test .458 .852
b
Linear-by-Linear .002 1 .961 1.000 .558 .161
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2.52.
b. The standardized statistic is .049.
177
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. Point
Sig. (2- (2-sided) (1-sided) Probability
sided)
Pearson Chi- 8.765a 6 .187 .181
Square
Likelihood Ratio 7.154 6 .307 .358
Fisher's Exact Test 7.031 .285
Linear-by-Linear .264b 1 .607 .691 .354 .093
Association
N of Valid Cases 50
a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16.
b. The standardized statistic is -.514.
178
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. Point
Sig. (2- (2-sided) (1-sided) Probability
sided)
179
180
181
182
183
184