Anda di halaman 1dari 87

25/4/2021

91

PENGENDALIAN BAHAN
KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA

(Kep.Men. Tenaga Kerja No. KEP.187/MEN/1999)

92

46
25/4/2021

PENGUSAHA ATAU PENGURUS :


WAJIB MENGENDALIKAN
BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
UNTUK
MENCEGAH
TERJADINYA
KECELAKAAN KERJA &
PENYAKIT AKIBAT KERJA

93

PENGENDALIAN BAHAN KIMIA


BERBAHAYA

• Penyediaan Lembar Data


Keselamatan Bahan (LDKP) dan
Label
• Penunjukan Petugas K3 Kimia
dan Ahli K3 Kimia

94

47
25/4/2021

Lembar Data Keselamatan Bahan


berisikan keterangan :
• Identitas Bahan dan • Sifat Fisika dan Kimia
Perusahaan • Stabilitas dan Reaktifitas
• Komposisi Bahan Bahan
• Identifikasi Bahaya
• Informasi Toksikologi
• Tindakan P3K
• Informasi Ekologi
• Pembuangan Limbah
• Tindakan Penanggulangan
Kebakaran • Pengangkutan Bahan
• Tindakan Mengatasi • Informasi Perat.Peruu
Kebocoran & Tumpahan
yang berlaku
• Penyimpanan & Penanganan
• Informasi Lain yang
Diperlukan.
Bahan
• Pengendalian Pemajanan & 95
APD

LABEL
berisikan tentang :
• Nama produk • Instruksi Kebakaran
• Identifikasi Bahaya • Instruksi Tumpahan atau
• Tanda Bahaya dan Bocoran
Artinya • Instruksi Pengisian dan
• Uraian Risiko dan Penyimpanan
Penanggulangannya • Referensi
• Tindakan Pencegahan • Nama, Alamat dan No. Telp.
• Instruksi apabila Pabrik Pembuat atau
Terkena atau Terpapar Distributor
96

48
25/4/2021

PENEMPATAN :
Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
Label

• Ditempatkan pada tempat yang mudah


diketahui oleh :
– Tenaga Kerja
– Pegawai Pengawas

97

PENETAPAN
POTENSI BAHAYA INSTALASI (I)

• Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan :


• Daftar Nama
• Sifat
• Kuantitas
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Kepada Dinas Tenaga Kerja Setempat
• Dinas Tenaga Kerja setelah 14 hari menerima daftar, sifat dan
kuantitas BKB harus meneliti kebenaran data tersebut
• Berdasarkan hasil penelitian ditetapkan kategori potensi
bahaya perusahaan/industri ybs.
98

49
25/4/2021

PENETAPAN
POTENSI BAHAYA INSTALASI (II)

• POTENSI BAHAYA terdiri dari :


– Bahaya Besar
– Bahaya Menengah
• KATEGORI POTENSI BAHAYA berdasarkan :
– Nama
– Kriteria
– Nilai Ambang Kuantitas (NAK)

99

KRITERIA
BAHAN KIMIA BERBAHAYA
• Bahan beracun
• Bahan sangat beracun
• Cairan mudah terbakar
• Cairan sangat mudah terbakar
• Gas mudah terbakar
• Bahan mudah meledak
• Bahan reaktif
• Bahan oksidator

100

50
25/4/2021

KRITERIA
BAHAN BERACUN

• Ditetapkan dengan memperhatikan sifat


kimia, fisika dan toksik sbb. :
– Mulut :
LD 50 > 25 atau < 200 mg/kg berat badan
– Kulit :
LD 50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan
– Pernafasan :
LC 50 > 0.5 atau < 2 mg/l
101

KRITERIA
SANGAT BERACUN
• Ditetapkan dengan memperhatikan sifat
kimia, fisika dan toksik sbb. :
– Mulut :
• LD 50 < 25 mg/kg berat badan
– Kulit :
• LD 50 < 25 mg/kg berat badan
– Pernafasan :
• LC 50 < 0.5 mg/l

102

51
25/4/2021

KRITERIA
Cairan Mudah Terbakar, Cairan Sangat Mudah
Terbakar dan Gas Mudah Terbakar
Cairan Mudah Cairan Sangat Gas Mudah
Terbakar : Mudah Terbakar : Terbakar :

Berdasarkan sifat Berdasarkan sifat Berdasarkan sifat


kimia dan fisika : kimia dan fisika : kimia dan fisika :
 Titik nyala: Titik nyala :  Titik didih :
0 0
>21 C dan < 55 C < 210 C < 20 0 C
Pada tek. 1 atm  Titik didih : > Pada tek. 1 atm
200C
Pada tek. 1atm

103

KRITERIA
MUDAH MELEDAK
• Apabila Reaksi Kimia Bahan tsb menghasilkan :
– Gas dalam jumlah yang besar
– Tekanan yang besar
– Suhu yang tinggi
Menimbulkan kerusakan disekelilingnya

104

52
25/4/2021

KRITERIA REAKTIF

Apabila bahan tsb.bereaksi dengan :

• Air mengeluarkan panas dan gas yang


mudah terbakar
• Asam mengeluarkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau beracun atau
korosif

105

KRITERIA OKSIDATOR

• Apabila reaksi kimia atau penguraiannya


menghasilkan :
– Oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran

106

53
25/4/2021

NILAI AMBANG KUANTITAS (NAK)

• Kriteria Beracun
• Kriteria Sangat Beracun
• Kriteria Mudah Meledak
• Kriteria Reaktif
Ditetapkan dalam Lampiran III Kep.Mennaker
No. Kep.187/MEN/1999

107

NILAI AMBANG KUANTITAS (NAK) :


Beracun (I)
No. Nama Bahan Kimia NAK
1. Aceton Cyanohydrin (2-Cyanopropan-2-1) 200 ton
2. Acrolein (2-propenal) 200 ton
3. Acrylonitrile 20 ton
4. Allyl alcohol (2-propen-1-1) 200 ton
5. Allyamine 200 ton
6. Ammonia 100 ton
7. Bromine 10 ton
8. Carbon disulphide 200 ton
9. Chlorine 10 ton
10. Diphenil methane di-isocyanate (MDT) 200 ton
108
11. dst

54
25/4/2021

NILAI AMBANG KUANTITAS (NAK)


Sangat Beracun (II)
No. Nama Bahan Kimia NAK
1. Aldicarb 100 kg
2. 4-Aminodiphenil 1 kg
3. Amiton 1 kg
4. Anabasine 100 kg
5. Arsenic pentoxide 500 kg
6. Arsenic trioxide 100 kg
7. Arsine ( Arsenic hydride) 10 kg
8. Azinphos – ethyl 100 kg
9. Benzidine 1 kg
10. Beryllium (powder compounds) 10 kg
109
11. Dst.

NILAI AMBANG KUANTITAS (NAK)


Sangat Reaktif (III)

No. Nama Bahan Kimia NAK


1. Acethylene 50 ton
2. Ammonium nitrate 500 ton
3. Ethylene oxide 50 ton
4. Ethylene nitrate 50 ton
5. Hydrogen 10 ton
6. Oxygen 500 ton
7. Paracetic Acid (Concent. >60%) 50 ton
8. Propylene Oxide 50 ton
9. Sodium Chlorate 20 ton
10. Dst.
110

55
25/4/2021

NILAI AMBANG KUANTITAS (NAK)


Mudah Meledak (IV)
No. Nama Bahan Kimia NAK
1. Barium Azide 50 ton
2. Chlorotrinitrobenzene 50 ton
3. Cellulose nitrate (contain.>12.6% nitrogen) 50 ton
4. Cyclotetramethylene-trinitramine 50 ton
5. Diazodinitrophenol 10 ton
6. Diethylene glycol dinitrate 10 ton
7. Hydrazine nitrate 50 ton
8. Lead Azide 50 ton
9. Mercury Fluminate 50 ton
10. Dst 111

NAK DAPAT PULA DITETAPKAN SBB :

No. Kriteria Bahan Kimia Berbahaya NAK


1. Beracun 10 ton
2. Sangat Beracun 5 ton
3. Reaktif 50 ton
4. Mudah Meledak 10 ton
5. Oksidator 10 ton
6. Cairan Mudah Terbakar 200 ton
7. Cairan Sangat Mudah Terbakar 100 ton
8. Gas Mudah Terbakar 50 ton
112

56
25/4/2021

POTENSI BAHAYA BESAR

• Apabila :

Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya yang


digunakan MELEBIHI atau
LEBIH BESAR dari
Nilai Ambang Kuantitas (NAK)

113

POTENSI BAHAYA MENENGAH

• Apabila :
Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya yang
Digunakan SAMA atau LEBIH KECIL dari
Nilai Ambang Kuantitas (NAK)

114

57
25/4/2021

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Persh. Potensi Bahaya Besar (I)
• Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :
– Sistem Kerja Non Shift min. 2 orang
– Sistem Kerja Shift min. 5 orang
• Mempekerjakan Ahli K3 Kimia min. 1 orang
• Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
Besar
• Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas,
proses dan modifikasi instalasi)
115

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Persh. Potensi Bahaya Besar (II)

• Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor


Kimia min. 6 bulan sekali
• Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian
Instalasi min. 2 tahun sekali
• Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja min. 1 tahun sekali

116

58
25/4/2021

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Persh. Potensi Bahaya Menengah (I)

• Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :


– Sistem Kerja Non Shift min. 1 orang
– Sistem Kerja Shift min. 3 orang
• Membuat Dokumen Pengendalian Potensi
Bahaya Menengah
• Melaporkan Setiap Perubahan (bahan,
kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
117

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Persh. Potensi Bahaya Menengah (II)

• Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor


Kimia min. 1 tahun sekali
• Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian
Instalasi min. 3 tahun sekali
• Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja min. 1 tahun sekali

118

59
25/4/2021

DOKUMEN PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA


BESAR
• Berisikan
Identifikasi Bahaya, Penilaian: dan
Pengendalian Risiko
• Kegiatan Tehnis, Rancang Bangun, Konstruksi,
Pemilihan Bahan Kimia, Pengoperasian dan
Pemeliharaan Instalasi
• Kegiatan Pembinaan Tenaga Kerja
• Rencana dan Prosedur Penanggulangan
Keadaan Darurat
• Prosedur Kerja Aman

119

DOKUMEN PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA


MENENGAH
Berisikan :
• Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko
• Kegiatan Tehnis, Rancang Bangun, Konstruksi,
Pemilihan Bahan Kimia, Pengoperasian dan
Pemeliharaan Instalasi
• Kegiatan Pembinaan Tenaga Kerja
• Prosedur Kerja Aman
120

60
25/4/2021

PETUGAS K3 KIMIA
Kewajiban :

• Melakukan Identifikasi Bahaya


• Melaksanakan Prosedur Kerja Aman
• Melaksanakan Prosedur Penanggulangan
Keadaan Darurat
• Mengembangkan K3 Bidang Kimia

121

PETUGAS K3 KIMIA
Persyaratan Penunjukan :

• Bekerja pada Perusahaan ybs.


• Tidak Dalam Masa Percobaan
• Hubungan Kerja Tidak Didasarkan PKWT (
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
• Telah Mengikuti Tehnis K3 Kimia
• Pengajuan Permohonan Tertulis dari
Pengusaha atau Pengurus kpd Menteri atau
Pejabat yg Ditunjuk

122

61
25/4/2021

PETUGAS K3 KIMIA
Lampiran Permohonan Penunjukan :

• Daftar Riwayat Hidup


• Surat Keterangan Berbadan Sehat dari Dokter
• Surat Keterangan Pernyataan Bekerja Penuh
dari Perusahaan ybs.
• Fotocopy Ijazah atau STTB terakhir
• Sertifikat Kursus Tehnis Petugas K3 Kimia
123

PETUGAS K3 KIMIA
Kurikulum Kursus Tehnis (I) :

No. Kurikulum
I. KELOMPOK UMUM
1. Kebijakan Pemerintah di bidang K3
2. Perat. Peruu di bidang K3
3. Peraturan ttg Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya

124

62
25/4/2021

PETUGAS K3 KIMIA
Kurikulum Kursus Tehnis (II) :

No. Kurikulum
II. KELOMPOK INTI
1. Pengetahuan Dasar Bhn Kimia Berbahaya
2. Penyimpanan & Penanganan Bhn Kimia Berbahaya
3. Prosedur Kerja Aman
4. Prosedur Penanganan Kebocoran & Tumpahan
5. Penilaian & Pengendalian Risiko Bhn Kimia Berbahaya
6. Pengendalian Lingkungan Kerja
7. PAK yg Disebabkan Faktor Kimia & Cara Pencegahannya
8. Rencana dan Prosedur Tanggap Darurat
9. Lembar Data Kesekamatan Bahan dan Label
10. Dasar-Dasar Toksikologi
11. P3K 125

PETUGAS K3 KIMIA
Kurikulum Kursus Tehnis (III) :

No. Kurikulum
III. KELOMPOK PENUNJANG
1. Peningkatan Aktivitas P2K3
2. Studi Kasus
3. Kunjungan Lapangan
4. Evaluasi

126

63
25/4/2021

AHLI K3 KIMIA
Kewajiban (I) :

• Membantu Mengawasi Pelaksanaan Peraturan


Perundangan K3 Kimia
• Memberikan Laporan kpd Menteri atau
Pejabat yg Ditunjuk ttg Hasil Pelaksanaan
Tugas
• Merahasiakan Segala Keterangan yg Berkaitan
dgn Rahasia Perusahaan

127

AHLI K3 KIMIA
Kewajiban (II) :

• Menyusun Program Kerja Pengendalian


Bahaya
• Melakukan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko
• Mengusulkan Pembuatan Prosedur Kerja
Aman dan Penanggulangan Keadaan Darurat
kpd Pengusaha atau Pengurus

128

64
25/4/2021

129

• Adalah dokumen tentang satu bahan kimia yang


harus ada pada industri yang membuat , menyimpan,
atau menggunakannya, yang memberikan informasi
tentang bahan kimia tsb.
• Sebagai informasi acuan bagi para pekerja dan
supervisor yang menangani langsung dan mengelola
bahan kimia berbahaya dlm industri/lab. kimia.
• Diharapkan mempunyai naluri untuk mencegah dan
menghindari serta mampu menanggulangi
kecelakaan kimia yang mungkin terjadi.
• Informasi ini bukan untuk menakut-nakuti,
melainkan mendorong sikap kehati-hatian dalam
menangani bahan kimia berbahaya

130

65
25/4/2021

KEPUTUSAN MENAKER No. 187/Men/1999 MSDS


1. Identitas bahan dan perusahaan
2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan p3k
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan thd tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan apd
9. Sifat-sifat fisika dan kimia
10. Reaktifitas dan stabilitas
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan
15. Peraturan perundang2an
16. Informasi lain yang diperlukan

131

KEP MENAKER TSB JUGA MEMUAT


• Nama produk
• Identifikasi bahaya
• Tanda bahaya dan artinya
• Uraian resiko dan penanggulangannya
• Tindakan pencegahan
• Instruksi dalam hal terkena/terpapar
• Instruksi kebakaran
• Instruksi kebocorandan tumpahan
• Instr. Pengisian dan penyimpanan
• Referensi
• Nama, alamat, dan no telp. Pabrik pembuat atau
distributor
132

66
25/4/2021

Label bahaya :
• Label bahaya diberikan dalam bentuk gambar
• Memberikan gambaran cepat sifat bahaya.
• Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB
(internasional) dan NFPA (Amerika).
• Label bahaya menurut Eropa tidak diberikan karena
mirip dengan PBB.
• Label NFPA ditunjukkan di gambar dan tabel
dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking
bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan
(biru), bahaya kebakaran (merah) dan reaktivitas
(kuning). Kotak putih untuk keterangan tambahan.

133

134

67
25/4/2021

Rangking Bahaya Kesehatan Bahaya Kebakaran Bahaya Reaktivitas


Penyebab kematian, Segera menguap dalam Mudah meledak atau
cedera fatal meskipun keadaan normal dan diledakkan, sensitif
4 ada pertolongan. dapat terbakar secara terhadap panas dan
cepat. mekanik.
Berakibat serius pada Cair atau padat dapat Mudah meledak tetapi
keterpaan singkat, dinyalakan pada suhu memerlukan penyebab
3 meskipun ada biasa. panas dan tumbukan
pertolongan kuat.
Keterpaan intensif dan Perlu sedikit ada Tidak stabil, bereaksi
terus-menerus berakibat pemanasan sebelum hebat tetapi tidak
2 serius, kecuali ada bahan dapat dibakar. meledak.
pertolongan.
Penyebab iritasi atau Dapat dibakar tetapi Stabil pada suhu
cedera ringan. memerlukan normal, tetapi tidak
1 pemanasan terlebih stabil pada suhu
dahulu. tinggi.
Tidak berbahaya bagi Bahan tidak dapat Stabil, tidak reaktif,
0 kesehatan meskipun dibakar sama sekali. meskipun kena panas
kena panas (api). atau suhu tinggi.
135

KLASSIFIKASI HIMS (HAZARDOUS MATERIAL


IDENTIFICATION SYSTEM)

KODE ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


• A Glasses
• B Glasses and Gloves
• C Safety Glasses and Gloves, and an apron
• D Face shield, Gloves, and an apron
• E Safety glasses, gloves, and a dust respirator
• F Safety glasses, gloves, apron and a dust respirator
• Dan lain-lain

136

68
25/4/2021

SIFAT-SIFAT BAHAYA
a. Bahaya kesehatan :
• Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka
pendek (akut) dan jangka panjang (kronis).
• NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m3 atau
ppm.
• NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh
dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5
hari. Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga
diberikan, yakni :
 LD50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen
binatang percobaan mati.
 LC50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap
50 persen binatang percobaan.
 IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang
berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.
137

b. Bahaya kebakaran :
– kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak
dapat dibakar atau membakar bahan lain.
Kemudahan zat terbakar ditentukan oleh :
 Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat
dinyalakan.
 Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas
yang dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang
masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable limit)
dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan
disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan
membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan
oksidasinya.
 Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
138

69
25/4/2021

c. Bahaya reaktivitas :
– Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan
terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi
yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif.
– Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan
gas beracun

Sifat-sifat fisika :
– Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi sifat bahaya suatu bahan.

139

Keselamatan dan pengamanan :


• Diberikan langkah-langkah keselamatan dan pengamanan :
– Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan apabila
bekerja dengan atau menyimpan bahan.
– Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan
tertumpah atau bocor.
– Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai
usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.
– Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan
kulit atau tertelan.
– pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk
memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara penanggulangan
apabila sudah membesar.

Informasi lingkungan :
• Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana
menangani limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat,
cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan.

140

70
25/4/2021

KLASSIFIKASI LAIN
• Selain klasifikasi NFPA dan HIMS , dalam
dokumen bahan kimia dipergunakan pula kode
Resiko (Risk = R) dan kode keselamatan ( Safety
= S)

141

PENGKODEAN RESIKO

• R 1 : eksplosif bila kering


• R 2 : eksplosif bila kena benturan, gesekan, atau
sumber api.
• R 3 : resiko tinggi terhadap eksplosif bila kena
benturan, gesekan, dan sumber api.
• R 4 : membentuk senyawa metal yang eksplosif
• R 35 : penyebab kebakaran yang parah pada kulit.
• Dll

142

71
25/4/2021

PENGKODEAN KESELAMATAN
• S1 : jaga selalu tertutup
• S2 : jaga dari anak2
• S3 : jaga dalam suhu dingin
• S4 : jauhkan dari pusat kehidupan
• S5 : jaga isi dalam suatu bahan tertentu
• S6 : jaga dalam gas inert cair
• S24 : jaga kontak dg kulit
• S25 : jaga kontak degan mata
• S26 : bila kena mata, cuci dg air dan pergi ke dokter
• Dll………….

143

CONTOH PENGGUNAAN KODE :

• Trichloroacetic acid
R : 35 S : 24/25/26

144

72
25/4/2021

5. APD (ALAT PELINDUNG DIRI)

• Pengendalian secara teknis yaitu


pengendalian langsung pada sumbernya
merupakan alternatif pertama
• Alternatif terakhir adalah pemakaian APD

145

MACAM-MACAM ALAT PELINDUNG DIRI

A. Pakaian kerja
• Untuk panas radiasi, harus dilapisi dengan bahan yang bisa
merefleksi panas, misalnya alumunium
• Pakaian kerja untuk panas konveksi, terbuat dari katun yang
mudah menyerap keringat
• Pakaian kerja untuk radiasi
• Mengion harus dilapisi dengan timbal
• Pakaian kerja tahan bahan kimia, terbuat dari karet atau plastik
• Pakaian yang bersifat sebagai isolasi terhadap panas misalnya
wool, katun, asbes (tahan sampai 500o c)
146

73
25/4/2021

ALAT PELINDUNG KEPALA


• SAFETY HELMET : dipakai untuk melindungi
kepala dari bahaya kejatuhan, terbentur dan
terpukul benda keras dan tajam.
Bahan : plastik, bakelite
• HOOD (TUTUP KEPALA)
dipakai untuk melindungi kepala dari bahan
kimia, panas radiasi terbuat dari asbes atau
kain yang dilapisi alumunium
• HAT/CAP TOPI yang dipakai untuk melindungi
kepala dari kotoran.
147

148

74
25/4/2021

149

150

75
25/4/2021

151

152

76
25/4/2021

153

154

77
25/4/2021

PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA,


ASBES, PESTISIDA DAN KESIAPAN TANGGAP
DARURAT DI TEMPAT KERJA

155

TUGAS
1. Buat kelompok berdasarkan daerah
2. Pilih 5 perusahaan di daerah saudara, yg saudara
paling kenal.
3. Pilih 1 yang menurut saudara K3nya paling berbahaya
4. Perkirakan potensi bahaya yang ada ? Buat sketsa
5. Apakah ada kemungkinan perusahaan tersebut
menggunakan:
a. Bahan kimia berbahaya ( ya / tidak )
b. Asbes ( ya/ tidak )
c. Pestisida ( ya / tidak )

156

78
25/4/2021

Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
– Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta dapat menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pengawasan
terhadap penerapan peraturan perundang-undangan K3 Bahan Kimia
Berbahaya, Asbes, Pestisida dan Kesiapan Tanggap Darurat.

Tujuan Pembelajaran Khusus


– Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta dapat menjelaskan :
» Kelengkapan untuk memeriksa Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya, Asbes,
Pestisida Dan Kesiapan Tanggap Darurat Di Tempat Kerja.
» Dokumen pemeriksaan Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya, Asbes, Pestisida
Dan Kesiapan Tanggap Darurat Di Tempat Kerja.
» Pemeriksaan visual Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya, Asbes, Pestisida Dan
Kesiapan Tanggap Darurat Di Tempat Kerja.
» Pembuatan laporan hasil pemeriksaan dan pengujian Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya, Asbes, Pestisida dan Kesiapan Tanggap Darurat ditempat Kerja.

157

Ruang Lingkup
• Pemeriksaan seluruh aspek penerapan persyaratan
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya, Asbes, Pestisida
dan Kesiapan Tanggap Darurat Di Tempat Kerja.
• Standar Penerapan persyaratan K3 bidang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya, Asbes, Pestisida
Dan Kesiapan Tanggap Darurat Di Tempat Kerja.

158

79
25/4/2021

K3 ASBES
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. 03/Men/1985)

159

Dasar-dasar K3 Asbes

• Asbestos menurut Glossary of Geology (1972)


adalah nama komersial untuk golongan
mineral silikat, berbentuk serat yang tipis,
panjang dan kuat, cukup fleksibel untuk
ditenun, mempunyai sifat tahan terhadap
panas, insulasi elektrik,

160

80
25/4/2021

Berdasarkan rumus kimianya, asbes dibagi dalam 2


golongan dan 6 jenis
A. Fibrous serpentine
1. chrysotile (white asbestos): Mg3(Si2O6)(OH)
B. Fibrous amphiboles
2. amosite (brown asbestos): (Fe,Mg)(Si8O22)(OH)2
3. tremolite : Ca2Mg5(Si8O22)(OH)2
4. crocidolite (blue asbestos): Na2Fe(2+)3Fe(3+)2(Si8O22)(OH)2
5. actinolite: Ca(Mg,Fe)8(Si8O22)(OH)2
6. anthophyllite (Mg,Fe)(Si8O22)(OH)2

• Semua jenis asbestos ini adalah hydrated silikat,


• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa chrysotile asbestos, yang termasuk
golongan fibrous serpentine mempunyai biopersistence yang lebih rendah,
karena itu juga mempunyai toksisitas yang lebih rendah dari asbestos jenis
lainnya (Dunnigan J, 2003, Bernstein. DM, Rogers R and Smith P, 2004)
• Industri di Indonesia umumnya menggunakan chrysotile asbestos

161

Dasar hukum
1. PP No. 74 tahun 2001, mengenai Pengelolaan B3
PP ini hanya melarang penggunaan crocidolite (asbes biru), dan mengizinkan penggunaan chrysotile;

2. Kepres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja.
menetapkan bahwa asbestosis, kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes adalah penyakit yang
timbul karena hubungan kerja (lampiran, butir 1 dan 28).
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit tersebut berhak mendapat Jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat
masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (pasal2)

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 tahun 1985, tentang Syarat-syarat


Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Penggunaan Asbestos.
Peraturan Menteri ini juga melarang penggunaan crocidolite dan melarang penggunaan asbes jenis lainnya dengan
jalan menyemprot.
Isi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja ini merujuk kepada ILO Code of Practice on Safety in the Use of Asbestos,
diterbitkan oleh ILO tahun 1984, yang membangun dasar-dasar kebijakan dan aksi pada tingkat nasional.

4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1997, tentang Nilai Ambang
Batas Faktor-faktor Kimia di Lingkungan Kerja.
SE ini menetapkan bahwa NAB dari Chrysotile adalah 2 serat/ml.
Chrysotile diklasifikasikan sebagai Confirmed human carcinogen (A1).
ACGIH tahun 2001 menetapkan bahwa NAB chrysotile adalah 0.1 serat/ ml, berarti 1/20 dari NAB
yang ditetapkan tahun 1997.

162

81
25/4/2021

Kewajiban Pengurus
1. Menyediakan alat-alat pelindung diri bagi pekerja
2. Memberikan penerangan kepada pekerja mengenai
a. bahaya yang mungkin terjadi karena pemaparan.
b. cara-cara kerja yang aman,
c. pemakaian alat pelindung diri yang benar.
3. Memberitahukan secara tertulis kepada Menteri dan menjelaskan proses produksi, jenis asbes
yang dipakai atau ditambang, barang jadi dan lokasi kegiatan selambat-lambatnya dalam waktu
14 hari sebelum proses dimulai.
4. Memasang tanda atau rambu-rambu di tempat-tempat tertentu di lingkungan kerja sedemikian
rupa sehingga mudah dilihat atau dibaca, bahwa setiap orang yang berada dilokasi tersebut
harus menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan tanda atau rambu-rambu yang ada.
5. Melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung diudara lingkungan kerja
dengan mengambil sampel pada beberapa tempat yang diperkirakan konsentrasi debu asbesnya
tinggi dalam setiap 3 bulan atau frekwensi tertentu.
6. Memberikan kepada pekerja yang bekerja dalam tambang atau setiap proses yang memakai
asbes sebuah buku petunjuk yang secara terperinci menjelaskan mengenai bahaya-bahaya yang
berhubungan dengan asbes dan cara pencegahannya.
7. Memberikan penerangan atau informasi yang diperlukan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan yang mengadakan inspeksi di tempat kerja.

163

Kewajiban Tenaga Kerja


– selama melakukan tugas pekerjaannya menggunakan alat
pelindung diri yang diperlukan.
– Melepas dan menyimpan alat pelindung diri dan pakaian kerja
di tempat yang telah ditentukan.
– Melapor pada pengurus bila :
• kerusakan alat kerja
• kerusakan alat pelindung diri
• kerusakan alat ventilasi di ruang kerja atau alat pengaman
lainnya.
– Menggunakan respirator khusus dan alat pelindung khusus
lainnya bila berada di tempat-tempat yang kadar asbesnya
melampaui nilai ambang batas yang telah ditentukan dalam
peraturan yang berlaku.

164

82
25/4/2021

Bentuk Pengendalian K3 Asbes

• Ventilasi
• Pengendalian debu asbes
• Pemerksaan Kesehatan TK
• Alat Pelindung Diri

165

Pengujian asbes di tempat kerja


• Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung diudara
lingkungan kerja dengan mengambil sampel pada beberapa tempat yang diperkirakan
konsentrasi debu asbesnya tinggi dalam setiap 3 bulan atau pada frekwensi tertentu.
• Analisa debu asbes dilakukan oleh Pusat atau Balai Hiperkes dan KK Depertemen Tenaga
Kerja atau laboratorium lain yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang
berwenang.
• Pengurus atau pekerja yang ditunjuk harus memberikan penerangan atau informasi
yang diminta oleh Pegawai pengawas ketenagakerjaan Ketenagakerjaan yang
mengadakan inspeksi di tempat kerja.
• Apabila pegawai pengawas ketenagakerjaan menemukan bahwa kadar serat asbes di
tempat kerja melampaui Nilai Ambang Batas yang berlaku, pegawai pengawas
ketenagakerjaan berhak mewajibkan pengusaha melakukan tindakan pengendalian
dengan menggunakan teknologi yang sesuai, menyediakan alat respirator dan pakaian
pelindung khusus lainnya.
• Apabila pengusaha setelah diperintahkan tetap/tidak mau melakukan tindakan kearah
itu, pegawai pengawas ketenagakerjaan melalui Menteri menyampaikan dan meminta
kepada instansi yang berwenang untuk menutup perusahaan tersebut.

166

83
25/4/2021

Pelaporan

• Pengurus wajib membuat laporan dan


menyampaikan kepada Menteri melalui kantor
dinas tenaga kerja setempat.
• Lampiran II Kep. 187/1999

167

K3 PESTISIDA
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. 03/Men/1986)

168

84
25/4/2021

Pendahuluan
• Komisi Pestisida beranggotakan wakil dari berbagai instansi terkait
serta perguruan tinggi, yaitu wakil dari Departemen Pertanian,
Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan,
Departemen Tenaga Kerja, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Badan
paM, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Gadjah Mada.
• Pengawasan :
– Pengawas Ketenagakerjaan : Setiap orang atau pengusaha yang
mengedarkan, menyimpan atau menggunakan pestisida wajib
memberikan kesempatan kepada pengawas K3 yang ditunjuk Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970
– Pengawas Pestisida : Berasal dari anggota Komisi Pestisida diberi
wewenang oleh Menteri Pertanian berdasarkan PP No. 7 tahun 1973.

169

DASAR-DASAR K3 PESTISIDA
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk :

• Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak


tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
• Memberantas rerumputan
• Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
• Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk
• Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan
dan ternak
• Memberantas atau mencegah hama-hama air,
• Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan
• Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

170

85
25/4/2021

Jenis dan Klasifikasi Pestisida

• Berdasarkan Sasaran

sasaran Insektisida Serangga

penggunaan Akarisida Tungau

Nematisida Nematoda

Moluscisida Siput

Herbisida Tanaman pengganggu

Fungisida Cendawan

Bakterisida Bakteri

Rodentisida Binatang pengerat

Antibiotika Kuman-kuman, dsb

171

Jenis dan Klasifikasi Pestisida


• Berdasarkan jalan masuk
• Kulit
• Mulut, dan
• Paru-paru
• Bentuknya
• Cairan yang dapat diemulsikan (EC)
• Cairan yang larut dalam air (WSC)
• Larutan
• Debu
• Bubuk yang dapat disuspensikan
• Bubuk yang dapat larut dalam air
• Pellet
• Tablet
• Butiran
• Kristal
• Aerosol
• Gas cair

172

86
25/4/2021

Jenis dan Klasifikasi Pestisida

• Struktur kimia
• Organo chlor
• Organo phospat
• Penguat
• Dan lain-lain

• Daya racun (toksisitas) atau Tingkat toksisitas


berdasarkan LD 50 dan LC 50

173

Jenis dan Klasifikasi Pestisida


• Berdasarkan tingkat bahaya
– Berdasarkan sifat fisik dan kimia pestisida dan tingkat bahaya
pestisida, pestisida dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok
yaitu:
1. Pestisida yang dapat didaftarkan; dan
2. Pestisida yang dilarang
• Kriteria pestisida yang dilarang sesuai ketentuan internasional adalah
pestisida yang termasuk ke dalam ketegori:
– Formulasi pestisida termasuk kelas la, artinya sangat berbahaya sekali
dan Ib artinya berbahaya sekali menurut klasifikasi WHO;
• Mempunyai LC50 inhalasi formulasi lebih kecil dari 0,05 mg/l selama 4 jam
periode pemaparan;
• Mempunyai indikasi karsinogenik, onkogenik, teratogenik, dan mutagenik.

174

87
25/4/2021

Jenis dan Klasifikasi Pestisida

– Berdasarkan cara penggunaan


Berdasarkan cara penggunaannya, pestisida dapat
diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Pestisida untuk penggunaan umum; dan
2. Pestisida untuk penggunaan terbatas

175

Jenis perijinan Pestisida


A. Izin Percobaan
• Izin Percobaan diberikan dengan maksud agar pemohon dapat membuktikan kebenaran atas klaim produk yang akan didaftarkannya,
yaitu klaim yang berkaitan dengan mutu, efikasi dan toksisitas pestisida.
• Izin Percobaan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu satu
tahun.

B. Izin Sementara
• Izin Sementara pestisida diberikan dengan maksud agar pemohon pendaftaran dapat melengkapi data dan informasi sesuai dengan
persyaratan teknis dan administrasi yang telah ditetapkan.
• Pestisida yang telah memperoleh Izin Sementara dapat diproduksi/diedarkan atau digunakan dalam jumlah yang terbatas dan ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Pertanian.
• Izin Sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 3 (tiga) kali, masing-masing untuk jangka waktu satu tahun.

C. Izin Tetap
• Izin Tetap pestisida diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi seluruh persyaratan baik teknis maupun administrasi.
• Pestisida yang telah memperoleh Izin Tetap dapat digunakan/diedarkan secara komersial dengan jumlah yang tidak terbatas dan
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian.
• Izin Tetap berlaku salama 5 (lima) tahun.
• Pestisida yang telah memperoleh Izin Sementara maupun Izin Tetap namun apabila diketahui menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan hidup, maka Menteri Pertanian dapat mencabut status izin pestisida tersebut.

• Berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973, maka


sebelum ijin dari Menteri Pertanian dikeluarkan , harus terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi keselamatan dan kesehatan kerja dari Menteri
Tenaga Kerja.

176

88
25/4/2021

Syarat-syarat tenaga kerja yang mengelola Pestisida

a. Berumur lebih dari 18 tahun.


b. Telah menjalani pemeriksaan kesehatan
c. Pemeriksaan kesehatan sesuai dengan Permenakertrans No. 02/Men/1980 meliputi
pemeriksaan awal, berkala dan khusus.
d. Telah mendapat penjelasan tentang cara pengelolaan pestisida serta latihan P3K .
e. Tidak boleh mengalami paparan lebih dari 5 jam sehari dan 30 jam seminggu.
f. Memakai alat pelindung diri yang sesuai.
g. Menjaga kebersihan badan, pakaian, alat pelindung diri, perlengkapan kerja, tempat
kerja .
h. Dalam penyemprotan tidak boleh menggunakan pestisida dalam bentuk debu.
i. Tenaga kerja tidak boleh dalam keadaan mabuk atau kekurangan lain baik fisik
maupun mental yang mungkin dapat membahayakan.
j. Tenaga kerja yang luka atau mempunyai penyakit kulit dilarang bekerja , kecuali bila
dilakukan tindakan perlindungan.
k. Dilarang bekerja bagi wanita hamil atau menyusui.

177

Syarat – syarat penyimpanan


a. Lokasi gudang harus terpisah dari aktivitas umum dan tidak terkena banjir dan lantai gudang
harus miring. Oleh karena itu, drainase di dalam dan diluar gudang harus baik dan terawat.

b. Dinding dan lantai gudang harus kuat dan mudah di bersihkan. Hal ini mencegah
kemungkinan runtuhan dan tergulingnya kontainer akibat lantai yang tidak stabil

c. Pintu ditutup rapat dan di beri tanda peringatan atau dengan tulisan atau gambar.

d. Selalu di kunci apabila tidak ada kegiatan.

e. Tidak boleh disimpan bersama-sama dengan bahan-bahan lain. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kontaminasi atau pencampuran dengan bahan lain tersebut.

f. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup dan suhu memenuhi ketentuan yang berlaku.

g. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sesuai kebutuhan yang berlaku. APAR ( Alat
pemadam api ringan ) harus tersedia pada jarak 15 meter.

h. Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan yang berlaku terhadap


kemungkinan bahaya peledakan. Perhatikan dan patuhi ketentuan yang tertulis dalam
Lembar Data Keselamatan Bahan ( MSDS ).

178

89
25/4/2021

Syarat-syarat pengangkutan

• Harus dicegah agar tidak terjadi tumpahan


atau percikan dan di awasi seorang petugas
sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
• Dalam Kepmenaker No. 187/Men/1999
menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai potensi bahaya kimia wajib
mempekerjakan petugas K3 Kimia dan Ahli
K3 Kimia dan menyediakan label dan179
LDKB

Syarat-syarat Pencampuran dan penggunaan


dalam ruang tertutup

– Peralatan untuk mengolah pestisida tidak boleh di gunakan


untuk keperluan lain dan di beri tanda yang jelas.

– Persiapan dan pencampuran harus dilakukan sedemikian


sehingga mencegah terjadinya kontaminasi dengan tenaga kerja.

– Petugas atau pengawas tidak boleh meninggalkan tempat


selama kegiatan persiapan dan pencampuran.

– Jika pestisida digunakan di ruang tertutup , maka setelah selesai


penyemprotan, ruang harus diberi tanda “ dilarang masuk tanpa
alat pelindung diri” untuk jangka waktu tertentu.

180

90
25/4/2021

Tanda-tanda peringatan

• Pada tempat kerja harus di pasang tanda


peringatan, seperti “ AWAS BAHAN MUDAH
MELEDAK “; “AWAS BAHAN BERACUN “ dsb.
• Pada tempat kerja harus di pasang gambar
alat pelindung diri yang wajib dipakai.

181

ClickTransport pictograms
to edit M aster title style
• Click to edit M aster text styles
4

– Second level
• Third level
– Fourth level
» Fifth 4level 5.1
4

‹date/time› ‹footer› ‹#›


UNITED NATIONS

182

91
25/4/2021

Limbah dan Pemusnahan

– Air limbah yang akan di buang harus memenuhi


nilai baku mutu lingkungan
– Dilakukan pengawasan terus menerus untuk
mengetahui mutu air buangan.
– Pemusnahan pestisida atau wadah harus dengan
cara yang tidak membahayakan tenaga kerja dan
lingkungan.

183

Kewajiban pengurus

• Menyediakan fasilitas perawatan , pencucian


dan penyimpanan untuk pakaian dan alat
pelindung diri.
• Menyediakan air, sabun, handuk dan tempat
mandi
• Menyediakan fasilitas makan dan minum
• Membuat prosedur dan unit penanggulangan
keadaan darurat.

184

92
25/4/2021

Kebijakan dan landasan perencanaan


tanggap darurat

185

PENDAHULUAN

 Bahwa kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia dapat
berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan
menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi
perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban
manusia.
 Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu
ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat.
 Untuk telaksananya penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap
Darurat yang trampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik
serta sistem dan prosedur yang jelas.
 Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek paling
sedikit enam bulan sekali.
 Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya
pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Emergency.
 Dan akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta
benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat dicapai.

186

93
25/4/2021

PENGERTIAN

 Rencana darurat adalah suatu rencana formal


tertulis, yang berdasarkan pada potensi kec yg dpt
terjadi di instalasi & konsekuensi-konsekuensinya yg
dpt dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja
serta bagaimana hrs ditangani
 Perencanaan darurat harus diperlakukan oleh para
pejabat yg berwenang, pengelola pabrik & pejabat
setempat sbg unsur yg penting dr sistem
pengendalian bahaya besar
 Perencanaan darurat harus mencakup penanganan
keadaan darurat di dalam dan di luar pabrik

187

REF. / Dasar Hukum

• UU No 13 Th. 2003
• UU No 1 Th 1970
• Per Menaker 05/1996
• Kep Menaker 186/1999
• Kep Menaker 187/1999
• SE Menakertrans No. 140 /DPKK/2004

188

94
25/4/2021

UU No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan

Pasal 86:
Pekerja / buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja.
Pasal 87:
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.

189
No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3

3.1. Identifikasi Potensi Bahaya(Hazard)


Peraturan Menteri Tenaga Kerja

1. Kondisi dan kejadian berbahaya yang dapat


terjadi
2. Jenis kecelakaan dan penyakit yang dapat
terjadi

95
25/4/2021

No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3

3.2. Penilaian Resiko


Peraturan Menteri Tenaga Kerja

(Risk Assessment)

Penilaian resiko semua jenis pekerjaan dan


menentukan prioritas pengendalian kecelakaan
dan penyakit akibat kerja
No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3

3.3. Tindakan Pengendalian


Peraturan Menteri Tenaga Kerja

3.3.8. Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana

Perusahaan harus memiliki prosedur penanganan keadaan darurat


dan diuji secara kerkala oleh personel yang memiliki kompetensi
dan dikoordinasikan dengan instansi terkait

96
25/4/2021

No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3

3.3.9. Prosedur menghadapi insiden


Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Untuk mengurangi resiko insiden, Perusahaan


harus memuliki prosedur dalam menghadapi
insiden meliputi :
- Penyediaan fasilitas P3K
- Proses perawatan lanjut
No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3

3.3.10. Prosedur rencana pemulihan keadaan


Peraturan Menteri Tenaga Kerja

darurat

Perusahaan harus memuliki prosedur rencana


pemulihan secara cepat kembali pada operasi
normal, dan membantu tenaga kerja yang
mengalami trauma

97
25/4/2021

Accident Prevention Program

Explosion

Control
- Safe Design
- Hazard
Identification
- Engineering
- Human
?
- Emergency
Response Plan
Rehabilitative

- Administrative Incident

Fire

195

Pasal 3 ayat (1).


Undang-undang No 1 Th 1970

Dengan peraturan perundangan ditetapkan


syarat syarat keselamatan kerja untuk :
Keselamatan Kerja

• mencegah, mengurangi, dan memadamkan


kebakaran,
tentang

• mencegah, mengurangi peledakan


• memberikan kesempatan jalan
menyelamatkan diri dalam bahaya
kebakaran
• pengendalian penyebaran asap, gas dan
suhu

196

98
25/4/2021

SE No. 140 / DPKK/III/2004


PEMENUHAN KEWAJIBAN SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
INDUSTRI KIMIA DENGAN POTENSI BAHAYA BESAR
( MAJOR HAZARD INSTALLATION )

Latar belakang
• bencana industri ( major accident) telah menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit baik tenaga kerja, moril dan material.
• Guna mengantisipasi terulangnya kembali bencana industri
tersebut dipandang perlu mengambil langkah-langkah segera dan
sistimatis untuk mengendalikan potensi bahaya industri kimia
baik potensi bahaya berskala kecil, sedang maupun potensi bahaya
besar ( major hazard installation ).

197

SE No. 140 / DPKK/III/2004


1. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker No. Kep.
186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
meliputi :

– Pengendalian setiap bentuk energi;


– Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi;
– Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
– Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
– Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala.;
– Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran;
– Memiliki Ahli K3 Kebakaran, koordinator unit penanggulangan
kebakaran dan petugas peran kebakaran;

198

99
25/4/2021

SE No. 140 / DPKK/III/2004

2. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker No. Kep.


187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tempat Kerja, meliputi :

• Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan dan label;


• Memiliki Ahli K3 Kimia dan Petugas K3 Kimia;
• Menyampaikan daftar nama dan sifat kimia serta kuantitas bahan kimia
berbahaya (Formulir Lampiran II Kep. 187/Men/1999)
• Membuat Dokumen Pengendalian Instalasi Potensi Bahaya Besar /
Menengah .
• Melakukan riksauji faktor kimia sekurang-kurangnya /6 bln
• Melakukan riksauji instalasi sekurang-kurangnya 2 tahun sekali;
• Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

199

SE No. 140 / DPKK/III/2004

3. Review sistem tanggap darurat ( emergency response )


bagi perusahaan yang sudah memiliki sistem tersebut.

4. Bagi perusahaan yang belum memiliki sistim tanggap


darurat ( emergency response ) untuk segera membuat
sistem tersebut.

200

100
25/4/2021

EMERGENCY RESPONSE MANAGEMENT

Semua aktivitas, langkah-langkah yang dilakukan oleh


Perusahaan untuk :

 Mengurangi dampak bencana.


 Kesiap siagaan menghadapi bencana
 Tanggap menghadapi bencana
 Dan pemulihan setelah terjadi bencana.
 Agar manusia selamat dan harta benda terlindungi.

Emergency :
Keadaan Gawat / Darurat.

201

TUJUAN
EMERGENCY RESPONSE
MANAGEMENT
• Mengurangi dampak bahaya.
• Menyiapkan langkah-langkah penyela-
matan untuk melindungi manusia dan
harta benda.
• Tanggap saat menghadapi emergency
dan menyediakan fasilitas yang di-
perlukan.
• Menerapkan sistem pemulihan agar
komunitas menjadi normal setelah
terjadi bencana.

202

101
25/4/2021

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN EMERGENCY RESPONSE MANAGEMENT

Mitigation Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau


menurunkan Derajat Resiko jangka panjang terhadap
Mitigasi Manusia atau harta Benda yang diakibatkan oleh Bencana

Preparedness Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan Hasil


Mitigasi, yang mencakup Pengembangan Kemampuan
Kesiapsiagaan Personil, Penyiapan Prasarana, Fasilitas dan Sistem bila
terjadi keadaan Emergency.

Response Kemampuan penanggulangan saat terjadi keadaan


krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat
Kesigapan (termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran.
dll).

Recovery Kegiatan jangka pendek untuk meulihkan kebutuhan pokok


minimum kehidupan masrarakat yang terkena bencana,
Pemulihan dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara
normal.

203

SUMBER BENCANA

ALAM
• Gunung api meletus
• Angin Taufan
• Banjir / Air Bah
• Gempa bumi
• Tanah longsor
• Dan sejenisnya.

MANUSIA
• Human error
• Penebangan Hutan
• Sabotage, Pemogokan, Peperangan
• Membuang sampah di sungai
• Membakar sampah/ hutan sembarangan

204

102
25/4/2021

JENIS BENCANA
Banjir ▶
Angin topan ▶
Gempa Bumi ▶
Letusan Gunung Berapi ▶
Kebakaran ▶
Ledakan ▶
Kecelakaan Kendaraan ▶
Kecelakaan Pesawat Terbang ▶
Kecelakaan Kereta Api ▶
Dan sejenisnya ▶

205

103
25/4/2021

AKIBAT BENCANA

Physik dan Material :


 Korban jiwa (mati atau menderita)
 Korban harta benda dan sarana /
materiil untuk kehidupan masyarakat
atau sarana produksi bagi kegiatan
industri

Non Materiil :
 Terganggunya struktur kegiatan rutin
produksi bagi suatu industri atau kegiatan
sosial bagi masyarakat.
 Terganggunya kondisi ekonomi.

207

ORGANISASI
TUJUAN PEMBENTUKAN
ORGANISASI
1. Menghimpun seluruh Karyawan untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya bencana di
lingkungan kerja yang dapat membahayakan
jiwa maupun asset perusahaan secara
terkoordinir, sehingga kerugian-kerugian yang
2. Untuk
mungkinmenghindari timbulnya
timbul dapat kepanikan dan
dikurangi/dicegah
mencegah tindakan-tindakan yang salah yang
dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar
3. Memberikan petunjuk kepada para petugas, agar
operasi penanggulangan bencana dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien

208

104
25/4/2021

ON SITE EMERGENCY RESPONSE


Setiap instalasi berbahaya besar hrs memiliki
sebuah perencanaan darurat dalam pabrik atau
tempat
Rencana kerja
darurat hrs disiapkan oleh para pengelola
pabrik berkaitan dgn penaksiran dr kemungkinan
besarnya akibat-akibat dari kecelakaan
Untuk instalasi yg kompleks, rencana daruratnya hrs
mempertimbangkan setiap bahaya besar dgn semua
kemungkinan interaksinya & hrs meliputi unsur-
- Penilaian
unsur : terhadap besar & sifat dr kecelakaan
yg mungkin terjadi
- Perumusan dr rencana & kerjasama termasuk
dgn pelayanan keadaan darurat
- Prosedur utk membunyikan tanda bahaya & utk
mengadakan komunikasi baik di dalam maupun
di luar instalasi
- Penunjukan khusus bagi pengendali kec
lapangan & kepala pengendali utama209 serta
rincian job disc

ON SITE EMERGENCY RESPONSE

4. Harus diatur segala kemungkinan spt tindakan


tambahan, mengamankan instalasi ataupun
5. Tersedianya sumber daya
mematikan instalasi
6. Memperhitungkan sumber daya dari luar jika
dibutuhkan & jika pekerja sakit atau hari libur

210

105
25/4/2021

OFF SITE EMERGENCY RESPONSE


1. Merupakan tanggung jawab para pengelola pabrik
atau pejabat setempat yg berwenang tergantung
2. Rencana
peraturandarurat hrsyg
setempat disusun
berlakuberdasarkan pd
kemungkinan kec yg dpt berakibat buruk kepada
manusia maupun lingkungan di luar instalasi
3. Aspek-aspek yg tercakup dlm rencana darurat di
- Organisasi
luar pabrik yi :
- Komunikasi
- Peralatan darurat yg khusus
- Pengetahuan khusus
- Organisasi sukarelawan
- Informasi bahan-bahan kimia
- Info meteorologis
- Pengaturan-pengaturan yg berhubungan dgn
kemanusiaan
- Informasi kepada umum 211
- penilaian

MEKANISME PEMERIKSAAN

212

106
25/4/2021

Persiapan pemeriksaan
• Membuat rencana pemeriksaan
• Menyiapkan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengendalian bahan kimia berbahaya,
asbestos, pestisida dan kesiapan tanggap darurat
ditempat kerja.
• Menyiapkan cheklist pengendalian bahan kimia
berbahaya, asbestos, pestisida dan kesiapan tanggap
darurat ditempat kerja.
• Mereview data hasil pemeriksaan pengendalian bahan
kimia berbahaya, asbestos, pestisida dan kesiapan
tanggap darurat. (pada pemeriksaan berkala atau ulang)

213

Pemeriksaan dokumen

• Kelengkapan dokumen administrasi dan teknis sesuai dengan


peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku
• Keabsahan/validitas dokumen diperiksa, meliputi : tanggal pembuatan,
masa berlaku, pejabat yang menandatangani, instansi yang
mengeluarkan
• Hasil pengujian pengendalian bahan kimia berbahaya, asbestos,
pestisida dan kesiapan tanggap darurat di tempat kerja
• Kesesuaian antara dokumen dengan kondisi yang ada
• Sistem pendokumentasian
• Tata letak (lay out) lingkungan kerja

214

107
25/4/2021

Memeriksa dokumen Kesiapan


Tanggap Darurat
• Dokumen rencana tanggap darurat (RTD) didalam dan diluar
perusahaan
• Dokumen SOP (shut down, komunikasi darurat, tugas dan tim)
• Dokumen rencana pelatihan dan uji coba kesiapan tanggap darurat
• Dokumen kelayakan peralatan evakuasi dan peringatan bahaya dini
• Keabsahan/validitas dokumen meliputi :
- tanggal pembuatan
- masa berlaku
- pejabat yang menanda tangani
• Kesesuaian antara dokumen dengan kondisi yang ada

215

Pemeriksaan Visual

• Kondisi umum diperiksa, denah tempat/lokasi


pengendalian bahan kimia berbahaya, asbestos, pestisida
dan kesiapan tanggap darurat di tempat kerja.
• Sistem penandaan/tanda peringatan
• Penyimpanan dan penanganan bahan kimia berbahaya.
• Kesesuaian pengendalian bahan kimia berbahaya,
asbestos, pestisida dan kesiapan tanggap darurat di
Tempat Kerja dengan standard dan peraturan perundang-
undangan

216

108
25/4/2021

Pembuatan laporan

• Membuat laporan hasil pemeriksaan Pengendalian bahan


kimia berbahaya, asbestos, pestisida dan kesiapan
tanggap darurat di tempat kerja:
• Laporan hasil pemeriksaaan telah dibuat sesuai dengan
bentuk/format yang ditetapkan
• Laporan telah ditandatangani dan disampaikan kepada
instansi terkait yang berwenang

217

109
KEP.187/MEN/1999

KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP.187/MEN/1999

TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESI
Menimbang: a. bahwa kegiatam industri yang mengolah, menyimpan, mengedarkan,
mengangkut dan mempergunakan bahan-bahan kimia berbahaya akan
terus meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan sehingga
berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar bagi industri, tenaga
kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya;
b. bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat
penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka perlu diatur
pengendaliannya;
c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 612/Men/1989
tentang Penyedian Data Bahan Berbahaya terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sudah tidak sesuai lagi maka perlu disempurnakan.
d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat: 1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


(Lembaran Negara RI Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2918);
2. Keputusan Presiden No. 122/M Tahun 1998 tentang Pembentukan
Kabinet Reformasi Pembangunan;
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1980 tentang Peme-
riksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1992 tentang Tata
Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan kerja;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1 dari 23
KEP.187/MEN/1999

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI
TEMPAT KERJA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas
bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat
kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
dan atau mengurangi risiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja
terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan.
d. Lethal Dose 50 (LD50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian pada
50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.

2 dari 23
KEP.187/MEN/1999

i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja, melakukan pekerjaan atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat 4 UU No. 1 Tahun 1970.
m. Menteri adalah menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Pasal 3
Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi :
a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label;
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.

BAB II
PENYEDIAAN DAN PENYAMPAIAN
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN DAN LABEL
Pasal 4
(1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a
meliputi keterangan tentang :
a. Identitas bahan dan perusahaan;
b. Komposisi bahan;
c. Identifikasi bahaya;
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
e. Tindakan penanggulangan kebakaran;
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;

3 dari 23
KEP.187/MEN/1999

g. Penyimpanan dan penanganan bahan;


h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri;
i. Sifat fisika dan kimia;
j. Stabilitas dan reaktifitas bahan;
k. Informasi toksikologi;
l. Informasi ekologi;
m. Pembuangan limbah;
n. Pengangkutan bahan;
o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
p. Informasi lain yang diperlukan.
(2) Bentuk lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai-
mana tercantum dalam lampiran I Keputusan Menteri ini.

Pasal 5
Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan mengenai :
a. Nama produk;
b. Identifikasi bahaya;
c. Tanda bahaya dan artinya;
d. Uraian risiko dan penanggulangannya;
e. Tindakan pencegahan;
f. Instruksi dalam hal terkena atau terpapar;
g. Instruksi kebakaran;
h. Instruksi tumpahan atau bocoran;
i. Instruksi pengisian dan penyimpanan;
j. Referensi;
k. Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor.

Pasal 6
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh
tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.

4 dari 23
KEP.187/MEN/1999

BAB III
PENETAPAN POTENSI BAHAYA INSTALASI
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan Kuantitas
Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir sesuai contoh
seperti tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini kepada Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat dengan tembusannya disampaikan kepada
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
(2) Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja setelah menerima daftar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
meneliti kebenaran data tersebut.

Pasal 8
(1) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat menetapkan kategori potensi bahaya
perusahaan atau industri yang bersangkutan;
(2) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Bahaya besar;
b. Bahaya menengah;
(3) Kategori potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Nama,
Kriteria serta Nilai Ambang Kuantitas (NAK) Bahan Kimia Berbahaya di tempat
kerja.

Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) terdiri dari:
a. Bahan beracun;
b. Bahan sangat beracun;
c. Cairan mudah terbakar;
d. Cairan sangat mudah terbakar;
e. Gas mudah terbakar;
f. Bahan mudah meledak;
g. Bahan reaktif;
h. Bahan oksidator.

5 dari 23
KEP.187/MEN/1999

Pasal 10
(1) Bahan kimia yang termasuk kriteria bahan beracun atau sangat beracun sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf a dan b, ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia,
fisika dan toksik.
(2) Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan sebagai berikut :
a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 > 25 atau < 200 mg/kg
berat badan, atau Kulit : LD50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan, atau
Pernafasan : LC50 > 0,5 mg/l dan 2 mg/l;
b. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 25 mg/kg
berat badan, atau Kulit : LD50 25 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : LC50
0,5 mg/l.

Pasal 11
(1) Bahan kimia yang termasuk kriteria cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah
terbakar dan gas mudah terbakar, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, d,
dan e, ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia dan fisika.
(2) Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai
berikut:
a. Cairan mudah terbakar dalam hal titrik nyala > 21 C dan < 55 C pada tekanan 1
(satu) atmosfir;
b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21 C dan titik didih > 20 C
pada tekanan 1 (satu) atmosfir;
c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 C pada tekanan 1 (satu) atmosfir.

Pasal 12
(1) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf f apabila reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas dalam
jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan
kerusakan disekelilingnya.
(2) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria reaktif sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 huruf g apabila bahan tersebut :
a. bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar, atau

6 dari 23
KEP.187/MEN/1999

b. bereaksi dengan asam, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar atau
beracun atau korosif.
(3) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria oksidator, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 huruf h apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan oksigen yang
dapat menyebabkan kebakaran.

Pasal 13
Nilai Ambang Kuantitasnya (NAK) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun atau
sangat beracun, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dan mudah meledak atau reaktif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Keputusan Menteri ini.

Pasal 14
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal 13 dite-
tapkan sebagai berikut :
a. Bahan kimia kriteria beracun : 10 ton
b. Bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton
c. Bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton
d. Bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton
e. Bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton
f. Bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton
g. Bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton
h. Bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton

Pasal 15
(1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya
besar.
(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai
potensi bahaya menengah.

7 dari 23
KEP.187/MEN/1999

BAB IV
KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS
Pasal 16
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagaimana dimak-
sud pada pasal 15 ayat (1) wajib :
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan
sistem kerja nonshift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang;
c. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar;
d. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses
dan modifikasi instalasi yang digunakan;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
f. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali;
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
f dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.

Pasal 17
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah sebagaimana
dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. Mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan
sistem kerja nonshift sekurang-kurangnya 1 (satu) orang, dan apabila dipekerjakan
dengan mempergunakan shift sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang;
b. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah;
c. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses
dan modifikasi instalasi yang digunakan;
d. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali;

8 dari 23
KEP.187/MEN/1999

f. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu)


tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan
e dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.

Pasal 18
Hasil pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 16 ayat (2)
dan pasal 7 ayat (2) dipergunakan sebagai acuan dalam pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja.

Pasal 19
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya memuat :
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
b. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;
c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;
d. Rencana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat;
e. Prosedur kerja aman.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat (1) huruf b sekurang-kurangnya memuat :
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
b. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;
c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;
d. Prosedur kerja aman.
(3) Tata cara pembuatan dan rincian isi dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk.

9 dari 23
KEP.187/MEN/1999

Pasal 20
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (1) disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dengan
tembusan kepada Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 19 ayat (2) disampaikan kepada Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja
setempat.

Pasal 21
(1) Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Departemen/Dinas Tenaga
Kerja setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerima
dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) dan (2)
melakukan penelitian kebenaran isi dokumen tersebut.
(2) Kebenaran isi dokumen sebagaimana tersebut pada ayat (1) harus dinyatakan secara
tertulis dengan membubuhkan tanda persetujuan.
(3) Dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah dinyatakan
kebenarannya sesuai ayat (2) dipergunakan sebagai acuan pengawasan pelaksanaan
K3 di tempat kerja.

BAB V
PENUNJUKAN PETUGAS K3 DAN AHLI K3 KIMIA
Pasal 22
(1) Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf a dan pasal
17 ayat (1) huruf a mempunyai kewajiban :
a. Melakukan identifikasi bahaya;
b. Melaksanakan prosedur kerja aman;
c. Melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat;
d. Mengembangkan pengetahuan K3 bidang kimia.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :
a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. Tidak dalam masa percobaan;
c. Hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT);
d. Telah mengikuti kursus teknis K3 Kimia.

10 dari 23
KEP.187/MEN/1999

(3) Kursus teknis Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d,
dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3, atau instansi yang
berwenang dengan kurikulum seperti yang tercantum dalam Lampiran IV Keputusan
Menteri ini.
(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebelum melakukan kursus harus
melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Kantor Departemen/Dinas
Tenaga Kerja setempat.

Pasal 23
(1) Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b mempunyai
kewajiban :
a. Membantu mengawasi pelaksanaan praturan perundang-undangan K3 bahan
kimia berbahaya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugasnya;
c. Merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia perusahaan atau
instansi yang didapat karena jabatannya;
d. Menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja;
e. Melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
f. Mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan
darurat kepada pengusaha atau pengurus.
(2) Penunjukan Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 24
(1) Penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ditetapkan
berdasarkan permohonan tertulis dari Pengusaha atau Pengurus kepada Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melampirkan :
a. Daftar riwayat hidup;
b. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
c. Surat keterangan pernyataan bekerja penuh dari perusahaan yang bersangkutan;
d. Fotocopy ijazah atau surat tanda tamat belajar terakhir;

11 dari 23
KEP.187/MEN/1999

e. Sertifikat kursus teknis petugas K3 Kimia.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya
Keputusan Menteri ini.

Pasal 26
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep. 612/Men/1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya Terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 27
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

ttd.

FAHMI IDRIS

12 dari 23
KEP.187/MEN/1999

LAMPIRAN I : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA


NOMOR : KEP.187/MEN/1999
TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

1. Identitas Bahan dan Perusahaan


Nama bahan : ________________________________________________
Rumus kimia : ________________________________________________
Code produksi : ________________________________________________
Synonim : ________________________________________________
Nama Perusahaan (pembuat) atau distributor atau importir :
a. Nama perusahaan (pembuat) :
Alamat : ________________________________________________
Phone : ________________
b. Nama distributor :
Alamat : ________________________________________________
Phone : ________________
c. Nama Importir :
Alamat : ________________________________________________
Phone : ________________
2. Komposisi Bahan
Bahan % berat CAS No. Batas pemajanan
3. Identifikasi Bahaya
Ringkasan bahaya yang penting : __________________________________
Akibatnya terhadap kesehatan :
Mata
Kulit
Tertelan
Terhirup
Karsinogenik
Teratogenik
Reproduksi
4. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) terkena pada :
Mata
Kulit

13 dari 23
KEP.187/MEN/1999

Tertelan
Terhirup
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
a. Sifat-sifat bahan mudah terbakar Titik nyala : _______ C ( _____ F )
b. Suhu nyala sendiri : _______ C
c. Daerah mudah terbakar
Batas terendah mudah terbakar : _______ %
Batas tertinggi mudah terbakar : _______%
d. Media pemadaman api : ____________________
e. Bahaya khusus : ____________________
f. Instruksi pemadaman api : ____________________
6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan Kebocoran
a. Tumpahan dan kebocoran kecil
b. Tumpahan dan kebocoran besar
c. Alat pelindung diri yang digunakan
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Penanganan bahan
b. Pencegahan terhadap pemajanan
c. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan
d. Penyimpanan
e. Syarat khusus penyimpanan bahan
8. Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
a. Pengendalian teknis
b. Alat Pelindung Diri (APD) :
Pelindung pemajanan mata, kulit, tangan, dll.
9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a. Bentuk : padat/cair/gas
b. Bau : ________________________________________
c. Warna : ________________________________________
d. Masa jenis : ________________________________________
e. Titik didih : ________________________________________
f. Titik lebur : ________________________________________
g. Tekanan uap : ________________________________________

14 dari 23
KEP.187/MEN/1999

h. Kelarutan dalam air : ________________________________________


i. pH : _________
10. Reaktifitas dan Stabilitas
a. Sifat reaktifitas : __________________________________
b. Sifat stabilitas : __________________________________
c. Kondisi yang harus dihindari : __________________________________
d. Bahan yang harus dihindari : __________________________________
(incompatibility)
e. Bahan dekomposisi : __________________________________
f. Bahaya polimerisasi : __________________________________
11. Informasi Toksikologi
a. Nilai Ambang Batas (NAB) : ____________________________ ppm
b. Terkena mata : ____________________________
c. Tertelan
LD50 (mulut) : ____________________________
d. Terkena kulit : ____________________________
e. Terhirup
LC50 (pernafasan) : ____________________________
f. Efek local : ____________________________
g. Pemaparan jangka pendek (akut) : ____________________________
h. Pemaparan jangka panjang (kronik) : ____________________________
Karsinogen
Teratogen
Reproduksi
Mutagen
12. Informasi Ekologi
a. Kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan
b. Degradasi lingkungan
c. Bio akumulasi
13. Pembuangan Limbah
14. Pengangkutan
a. Peraturan internasional
b. Pengangkutan darat
c. Pengangkutan laut

15 dari 23
KEP.187/MEN/1999

d. Pengangkutan udara
15. Peraturan Perundang-undangan
16. Informasi lain yang diperlukan

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

ttd.

FAHMI IDRIS

16 dari 23
KEP.187/MEN/1999

LAMPIRAN III : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA


NOMOR : KEP. 187/MEN/1999
TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999

NAMA DAN NILAI AMBANG KUANTITAS (NAK)


BAHAN KIMIA BERBAHAYA

I. BERACUN
NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NAK)
1. Acetone Cyanohydrin (2-Cyanopropan-2-1) 200 ton
2. Acrolein (2-propenal) 200 ton
3. Acrylonitrile 20 ton
4. Allyl alcohol (2-propen-1-1) 200 ton
5. Allyamine 200 ton
6. Ammonia 100 ton
7. Bromine 10 ton
8. Carbon disulphide 200 ton
9. Chlorine 10 ton
10. Diphenyl methane di-isocynate (MDT) 200 ton
11. Ethylene dibromide (1,2-Dibromoetane) 50 ton
12. Etyleneimine 50 ton
13. Formaldehyde (concentration-90%) 20 ton
14. Hydrogen Chloride (Liquefied gas) 250 ton
15. Hydrogen cyanide 20 ton
16. Hydrogen fluoride 0 ton
17. Hydrogen sulphide 50 ton
18. Methyl bromide (bromomethane) 200 ton
19. Nitrogen oxides 50 ton
20. Proyleneimine 50 ton
21. Sulphur dioxide 20 ton
22. Sulphur trioxide 20 ton
23. Tetraethyl lead 50 ton
24. Tetramethyl lead 50 ton
25. Toluene di-isocyanate 100 ton

II. SANGAT BERACUN


NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NAK)
1. Aldicarb 100 kilogram
2. 4-Aminodiphenyl 1 kilogram
3. Amiton 1 kilogram
4. Anabasine 100 kilogram
5. Arsenic pentoxide, arsenic (V) acid and salts 500 kilogram

18 dari 23
KEP.187/MEN/1999

6. Arsenic trioxide, arseninious (III) acid and salts 100 kilogram


7. Arsine (Arsenic hydride) 10 kilogram
8. Azinphos –ethyl 100 kilogram
9. Azinphos –ethyl 100 kilogram
10. Benzidine 1 kilogram
11. Benzidine salts 1 kilogram
12. Beryllium (powder compounds) 10 kilogram
13. Bis (2-chloroethyl) sulphide 1 kilogram
14. Bis (chloromethyl) ether 1 kilogram
15. Carboturan 100 kilogram
16. Carbophenothion 100 kilogram
17. Chiorfenvinphos 100 kilogram
18. 4-( chloroformyl) morpholine 1 kilogram
19. Chloromethyl methyl ether 1 kilogram
20. Cobalt (metal, oxide, carbonates and sulphides as powders) 1 ton
21. Crimidine 100 kilogram
22. Cyanthoate 100 kilogram
23. Cycloheximide 100 kilogram
24. Demeton 100 kilogram
25. Dialifos 100 kilogram
26. 00-Diethyl S-ethylsulphinylmethyl phosphorothioate 100 kilogram
27. 00- Diethyl S-ethylsulphonylmethyl phosphorothioate 100 kilogram
28. 00- Diethyl S-ethylthiomethyl phosphorothioate 100 kilogram
29. 00- Diethyl S-isopropylthiomethyl phosphorothioate 100 kilogram
30. 00- Diethyl S-propylthiomethyl phosphorodithioate 100 kilogram
31. Dimefox 100 kilogram
32. Dimethylcarbamoyl chloride 1 kilogram
33. Dimethylnitrosamine 1 kilogram
34. Dimethyl phosphoramidocyanidic acid 100 kilogram
35. Diphacinone 100 kilogram
36. Disulfoton 100 kilogram
37. EPN 100 kilogram
38. Ethion 100 kilogram
39. Fensulfothlon 100 kilogram
40. Fluenetil 100 kilogram
41. Fluoroacetic acid 1 kilogram
NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NA K)
42. Fluoroacetic acid, esters 1 kilogram
43. Fluoroacetic acid, salts 1 kilogram
44. Fluoroacetic acid, amides 1 kilogram
45. 4- Flurobutyric acid 1 kilogram
46. 4- Flurobutyric acid, salts 1 kilogram
47. 4- Flurobutyric acid, amides 1 kilogram
48. 4- Flurocrotonic acid 1 kilogram
49. 4- Flurocrotonic acid, salts 100 kilogram
50. 4- Flurocrotonic acid, esters 100 kilogram
51. 4- Flurocrotonic acid, amides 1 kilogram

19 dari 23
KEP.187/MEN/1999

52. 4- Floro-2-hydroxybutyric acid 1 kilogram


53. 4- Floro-2-hydroxybutyric acid, salts 100 kilogram
54. 4- Floro-2-hydroxybutyric acid, ester 500 kilogram
55. 4- Floro-2-hydroxybutyric acid, amides 100 kilogram
56. Glycolonitrile (Hydroxyacetonitrile) 10 kilogram
57. 1,2,3,7,8,9-Hexachlorodibenzo-p-dioxin 100 kilogram
58. Hexamethylphosphoramide 100 kilogram
59. Hydrogen selenide 1 kilogram
60. Isobenzan 1 kilogram
61. isodrin 10 kilogram
62. Juglone (5-Hydroxynaphtalene-1, 4-dione) 1 kilogram
63. 4,4-Methylenebis (2-chloroaniline) 1 kilogram
64. Methyl isocyanate 100 kilogram
65. Mevinphos 100 kilogram
66. 2- Naphthylamide 100 kilogram
67. Nickel metal, oxides, carbonates and sulphides as powder 1 kilogram
68. Nickel tetracarbonyl 1 ton
69. Oxydisulfoton 100 kilogram
70. Oxygen difluoride 100 kilogram
71. Paraoxon (Diethyl 4-nitro-phenyl phosphate) 100 kilogram
72. Parathion 100 kilogram
73. Parathion 100 kilogram
74. Pentaborane 100 kilogram
75. Phorate 100 kilogram
76. Phosacetin 100 kilogram
77. Phosgene (Carbonyl chloride) 100 kilogram
78. Phosphamidon 100 kilogram
79. Phosphine (Hydrogen phosphide) 100 kilogram
Promarit (1-(3, 4-Dichlorophenyl)-3-
80. 100 kilogram
triazenethiocarboxamide
81. 1, 3- propanesultone 1 kilogram
82. 1-Propen-2-chloro-1, 3-diol diacetate 1 kilogram
83. Pyrazonon 100 kilogram
NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NAK)
84. Selenium hexafluoride 10 kilogram
85. Sodium selenide 100 kilogram
86. Stibine (Antimony hydride) 100 kilogram
87. Sulfotep 100 kilogram
88. Sulphur dichloride 1 ton
89. Tellurium hexafluoride 100 kilogram
90. TEPP 100 kilogram
91. 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) 1 kilogram
92. Tetramethylene-disulphotetramine 1 kilogram
93. Thionazin 100 kilogram
94. Tripate (2, 4-Dimethyl-1, 3-dithiolane-2-carboxadihyde) 100 kilogram
95. Trichloromethanesulphenyl chloride 100 kilogram
96. 1-Tri (cycolohexy) stanny-1 H-1, 2,4-triazole 100 kilogram

20 dari 23
KEP.187/MEN/1999

97. Triethylenemelamine 10 kilogram


98. warfarin 100 kilogram

III. SANGAT REAKTIF


NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NAK)
1. Acethylene (Ethyne) 50 ton
2. Ammonium nitrate (a) 500 ton
3. 2,2-Bis (tert-buthyperoxy)butane 50 ton
(concentration 70%)
4. 1,1-Bis (tert-buthylperoxy)cyclohexane 50 ton
(concentration >80%)
5. Tert-Buthyl peroxyacetate 50 ton
(concentration >70%)
6. Tert-Buthyl peroxypisobutyrate 50 ton
(concentration >80%)
7. Tert-Buthyl peroxypisoprophyl carbonate 50 ton
(concentration >80%)
8. Tert-Buthyl peroxypivalate 50 ton
(concentration >77%)
9. Dibenzyl peroxydicarbonate 50 ton
(concentration >90%)
10. Di-see-buthylperoxydicarbonate 50 ton
(concentration >80%)
11. Diethyl peroxydicarbonate 50 ton
(concentration >30%)
12. 2,2-Dihydroperoxypropane 50 ton
(concentration >30%)
13. Di-isobutiryl peroxide 50 ton
(concentration >50%)
14. Di-n-propyl peroxydicarbonate 50 ton
(concentration >80%)
15. Ethylene oxide 50 ton
16. Ethylene nitrate 50 ton
17. 3,3,6,6,9,9-hexamethyl-1,2,4-5 tetraxyclononane 0 ton
(concentration >70%)
18. Hydrogen 10 ton
19. Methyl ethyl ketone peroxide 5 ton
(concentration >60%)
20. Methyl isobuthyl ketone peroxide 10 ton
(concentration >60%)
21. Oxygen 500 ton
22. Peracetic acid 50 ton
(concentration >60%)
23. Propylene oxide 50 ton
24. Sodium chiorate 20 ton

21 dari 23
KEP.187/MEN/1999

IV. MUDAH MELEDAK


NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NAK)
1. Barium azide 50 ton
2. Bis (2,4,6-trinitrophenyl)-amine 50 ton
3. Chlorotrinitrobenzene 50 ton
4. Cellulose nitrate 50 ton
(containing >12,6% nitrogen)
5. Cyclotetramethylene-trinitramine 50 ton
6. Cyclotriemethylene-trinitramine 50 ton
7. Diazodinitrophenol 10 ton
8. Diethylene glycol dinitrate 10 ton
9. Dinitrophenol, salts 50 ton
10. Ethylene glycol dinitrate 10 ton
11. 1-Guanyl-4-nitrosaminoguanyl-1-tetrazene 10 ton
12. 2,2,4,4,6,6-Hexanitrostilbene 50 ton
13. Hydrazine nitrate 50 ton
14. Lead azide 50 ton
15. Lead syphanate (lead 2,4,6-nitrotesorcinoxide) 10 ton
16. Mercury fulminate 50 ton
17. N-Methyl 2,4,6-tetranitroaniline 50 ton
18. Pentaerythritiol tetranitate Nitroglycerine 10 ton
19. Pentaerythritiol tetranitate 0 ton
20. Picric acid (2,4,6-Trinitrophenol) 50 ton
21. Sodium picramate 50 ton
22. Stypnic acid (2,4,6-trinitriphenol) 50 ton
23. 1,3,5-Triamino-2,4,6-trinitrobenzena 50 ton
24. Trinitroan 50 ton

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

ttd.

FAHMI IDRIS

22 dari 23
KEP.187/MEN/1999

LAMPIRAN IV : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA


NOMOR : KEP. 187/MEN/1999
TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999

KURIKULUM KURSUS TEKNIS PETUGAS K3 KIMIA


Jam
No. KURIKULUM
Pelajaran
I. KELOMPOK UMUM
1. Kebijakan Depnaker dibidang K3. 2 JP
2. Peraturan perundang-undangan dibidang K3. 4 JP
3. Peraturan tentang pengendalian bahan kimia berbahaya. 4 JP

II. KELOMPOK INTI


1. Pengetahuan dasar bahan kimia berbahaya. 6 JP
2. Penyimpanan dan penanganan bahan kimia berbahaya. 4 JP
3. Prosedur kerja aman. 4 JP
4. Prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan. 4 JP
5. Penilaian dan pengendalian risiko bahan kimia berbahaya. 4 JP
6. Pengendalian lingkungan kerja. 4 JP
7. Penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara
pencegahannya. 6 JP
8. Rencana dan prosedur tanggap darurat. 4 JP
9. Lembar data keselamatan bahan dan label. 4 JP
10. Dasar-dasar Toksikologi. 4 JP
11. P3K. 4 JP

III. KELOMPOK PENUNJANG


1. Peningkatan aktivitas P2K3 2 JP
2. Studi kasus 4 JP
3. Kunjungan lapangan 8 JP
4. Evaluasi 6 JP
Jumlah jam pelajaran 78 JP

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

ttd.

FAHMI IDRIS

23 dari 23

Anda mungkin juga menyukai