OLEH:
i
IMPLEMENTASI PSAK NO 46 ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN
PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN XIV MAKASSAR
OLEH:
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
This research was conducted by the author with the aim of knowing how is the
implementation of PSAK No.46 on corporate income tax in financial statements
PTPN XIV Makassar. This research was conducted at PT. Perkebunan Nusantara
XIV Makassar which is a company engaged in the plantation and animal
husbandry sector. In this research, qualitative descriptive analysis method is used
which has the aim of revealing facts, circumstances, phenomena, variables and
circumstances that occurred during the research. The results showed that in its
implementation PTPN XIV had not fully implemented PSAK No. 46 in its financial
statements. In the company's income statement, PTPN XIV does not disclose or
include deferred tax expense because management believes that the realization of
the deferred tax is not believed to occur.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. atas
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain
pada umumnya.
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
tua tercinta Bapak Laurensius Lado,S.E dan Mama (Almh) Maria Yuventi beserta
luar biasa dan memberikan dukungan moril maupun materil sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Dalam kesempatan baik ini, penulis
1. Bapak Dr. Ilham Z. Salle, S.E., M.Si., Ak selaku ketua STIE Indonesia
Indonesia Makassar.
v
vi
3. Bapak Dr. Sahabuddin, S.P., S.E., M.Ak dan Bahri, S.E., M.Ak selaku
data.
5. Untuk seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staff akademik Sekolah
kemahasiswaan.
ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
ABSTRAK……………………………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
D. Kegunaan Penelitian……………………………………………………..6
A. Kajian Teoritis...........................................................................................7
1. Laporan Keuangan.................................................................................7
3. Pajak Penghasilan................................................................................17
D. Hipotesis ................................................................................................. 38
viii
ix
E. Definisi Operasional................................................................................42
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan terkait pajak adalah
sebuah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
(Nusaibah et al.,2020).
sistem perpajakan dan biasa disebut dengan book tax difference. Sederhananya
1
2
dan laba fiscal yang kemudian disebabkan oleh perhitungan laba menurut
perpajakan dalam bentuk laporan keuangan baik dalam bentuk laporan laba
pertama kali pada tanggal 1 Januari 1999 terhadap perusahaan yang memiliki
mengakui adanya sebuah pajak tangguhan (deferred tax) atas suatu “Future
suatu penambahan nilai dasar pengenaan pajak di masa yang akan datang
aturan akuntansi dalam mengatur suatu laporan keuangan yang dimiliki oleh
3
perusahan yang berkaitan dengan PPh yang kemudian akan disajikan (Pertiwi
et al., 2019).
Selisih tersebut kemudian disebut sebagai pajak tangguhan. Bila biaya pajak
lebih besar dibandingkan dengan hutang pajak maka ini merupakan sebuah
pajak tangguhan akan tetapi apabila biaya pajak lebih besar daripada hutang
pajak maka akan timbul hutang pajak tangguhan, sebaliknya bila biaya pajak
lebih kecil daripada dengan hutang pajak maka yang timbul kemudian adalah
kelapa sawit.
PTPN XIV Makassar tentang Total Asset, Liabilitas, Pendapatan, beban pokok
sementara atau temporer dan perbedaan tetap atau permanen. Perbedaan waktu,
beban antara peraturan perpajakan dan SAK. Perbedaan tetap atau permanen
khususnya untuk dasar dari pengenaan pajak, maka suatu laporan laba rugi
yang berlaku atau disebut dengan suatu koreksi fiksal, sehingga didapatkan
suatu laba rugi sesuai dengan perpajakan atau laba rugi fiskal. Koreksi fiskal
dilakukan oleh pihak fiskus dan memiliki tujuan untuk mencari laba fiskal.
akuntansi dan dari suatu laba fiskal dicatat sebagai bentuk pertanggungjawaban
atas pencatatan konsekuensi pajak yang telah diakui sebelum dilakukan koreksi
berjalan, namun juga pada periode mendatang untuk hal-hal seperti, pemulihan
nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang disajikan di
dalam neraca dan transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan yang
dkk.2019:3).
B. Masalah Pokok
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini dapat menjadi sebuah bahan masukan kepada pihak
3. Bagi Pembaca
4. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Laporan Keuangan
eksternal, yang berisi seluruh rangkaian kegiatan bisnis dari suatu kesatuan
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya: sebagai laporan arus kas,
atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
(2016:2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
banyak ahli, secara umum dapat ditafsirkan bahwa laporan keuangan suatu
perusahaan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun untuk
7
8
suatu periode;
pokok yaitu:
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi
pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
banding.
dibutuhkan untuk berbagai alasan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
rekonsiliasi antara laba keuangan sebelum pajak dan laba fiskal untuk
2) Prediksi yang lebih baik atas Arus Kas Masa Depan (Better Prediction
of Future Cash Flow)
Pemeriksaan terhadap porsi yang ditangguhkan dari beban pajak
tinggi atau lebih rendah di masa depan. Pemeriksaan yang telah rinci
pajak aktual akan lebih tinggi dari beban pajak yang dilaporkan dalam
fiskal ditujukan untuk menghitung penghasilan kena pajak dan beban pajak
perbedaan perhitungan laba rugi suatu entitas (Wajib Pajak) antara laba rugi
komersil dan laba rugi fiskal, yang akan berakibat adanya perbedaan
Negara.
a. Dasar penyusunan
b. Konsep
diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas
dalam mengakui dan mengukur asset dan laba serta segera mengakui
metode harga pokok dan harga pasar mana yang lebih rendah.
c. Tujuan
d. Akibat Penyimpangan
atau penjara.
pada:
Penghasilan, yaitu:
3. Pajak Penghasilan
mengenai pajak atas pajak pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai
disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak
tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak. Dikutip dari PSAK No.46
peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.
109) yaitu:
19
1) Orang pribadi
2) Warisan
3) Badan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha mlik daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
tetap. Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
3) Laba usaha
penyertaan modal
badan lainnya
bersangkutan
pengembalian utang
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
Peraturan Pemerintah.
dan perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan
suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi komersial
kerugian dari surat berharga yang siap untuk dijual kapan saja.
Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi
metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama
tahunan.
relevan.
3) Mengatur pengakuan aset pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi
yang dikenakan PPh Final tidak boleh dikurangkan. Oleh karena itu,
tahun mendatang.
perusahaan.
2) Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode
3) Penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi
pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang
dilunasi (settled).
9) Dasar pengenaan pajak (DPP) aset atau kewajiban adalah nilai aset
10) Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang diterbtkan oleh Direktorat
telah ditetapkan;
kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang;
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat
akan dikenakan pajak maka DPP aktiva adalah sama dengan nilai tercatat
kewajiban pajak kini. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk
31
penggabungan usaha,
tujuan fiscal.
32
beban pada laporan laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak
berbeda, atau
Aktiva dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan
pajak tangguhan harus dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban
pajak kini. Apabila dalam laporan keuangan, aktiva dan kewajiban lancar
disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva
(kewajiban) lancar.
Pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal
sebagai beban pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak
disajikan secara terpisah dari pajak penghasilan final yang masih harus
dibayar.
waktu yang terjadi dengan tarif pajak yang berlaku pada saat aktiva
dipulihkan atau kewajiban dilunasi. Tarif yang digunakan adalah tarif PPh
yaitu 25%. Apabila pada tahun yang bersangkutan terjadi rugi fiskal, maka
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini dapat lebih mudah dan sistematik, maka perlu adanya
Pembahasan
Kesimpulan
D. Hipotesis
METODE PENELITIAN
kurang lebih dua bulan yaitu mulai bulan September sampai dengan Oktober
apakah penerapan PSAK No.46 telah diterapkan pada laporan keuangan yang
1. Studi Pustaka
2. Dokumentasi
relevan dengan objek penelitian untuk mendukung data yang sudah ada.
39
40
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif. Data Kualitatif adalah data yang diperoleh penulis yang
2. Sumber Data
Sumber data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung
fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
XIV.
41
Data yang diperoleh dari perusahaan akan dianalisis sesuai dengan tujuan
peneliti, yaitu:
PSAK No. 46
penghasilan kena pajak yang telah dihitung dikalikan tarif sesuai dengan
E. Defenisi Operasional
1. PSAK No. 46
2. Laporan Keuangan
laba kotor.
BAB IV
PTPN XIV. PTPN XIV adalah anak usaha PTPN III yang bergerak di bidang
Gula Tebu, kakao, karet, Kelapa dan ternak Sapi. Komoditi unggulan yang
XXXII (Persero), PT. Bina Mulya Ternak (Persero), menjadi PT. Perkebunan
Sulewesi Tenggara.
tanggal 11 Maret 1996 dibuat oleh Notaris Harun Kamil, SH yang telah
43
44
1. Visi :
2. Misi :
secara efektif dan efesien dengan menerapkan tata kelola yang baik.
yang harmonis.
45
1. Pemegang saham
terdiri atas :
b. Wewenang RUPS
Komisaris;
d. Dewan Komisaris
berikut:
afiliasinya;
e. Kualifikasi Personil
sebagai berikut :
Perusahaan;
tugasnya;
49
tugasnya;
(RKAP);
Komisaris;
diusulkan Direksi ;
laporan tahunan.
1. Kelapa Sawit
Kebun Malili dan kebun Asera dengan hasil produk Crude Palm Oil (CPO)
dan Kernel. Areal tanaman seluas kelapa sawit dengan desember 2020
tanaman remeja seluas 541 ha (10%), tanaman muda seluas 1.703ha (32%).
2. Tebu
yang terletak di Provinsi Sulewesi Selatan, pabrik gula Bone, pabrik gula
52
camming dan pabrik gula Takalar, dengan hasil produk Gula Kristal Putih
dan Tetes.
Luas areal yang ditanami tebu seluas 12.625 ha dengan produksi gula
tahun 2020 sebanyak 55.250 ton dan tetes sebanyak 32.274 ton.
3. Karet
dengan hasil produk karet kering (SIR-20 dan Brown Crepe). Areal
seluas 1.467 ha(59%), tanaman muda seluas 740 ha(29%) dan 12% lainnya
4. Kelapa
Maluku Utara, dengan hasil produk kopra dan kelapa kupas. Areal
5. Ternak Sapi
lebih 7.900 ha yang dijadikan sebagai ranch sapi, yaitu ranch Kabaru di
Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, dengan hasil produk sapi. Jumlah
1. Gollata
"Gollata" Teman Manis Kita adalah Gula Kristal Putih yang dijamin
kualitasnya karena berasal dari tanaman Tebu yang ditanam di kebun milik
dan manis.
Nusantara XIV adalah Gula Kristal Putih (GKP) yang berasal dari tebu
yang ditanam di lahan HGU. Gula produksi PTPN XIV yang diberi label
Walini ini merupakan salah satu dari 9 bahan pokok makanan dan
3. Tetes Tebu
Tetes tebu atau Mollases adalah hasil samping dari produksi gula yang
baku MSG, Ethanol, Kecap, Lysin dan Biofuel (bahan bakar alami). Dengan
proses tertentu tetes tebu bisa juga digunakan sebagai bahan pembuatan
54
pupuk
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari
CPO yang beragam sebagai bahan baku pangan seperti minyak goreng
ataupun non pangan seperti sabun, kosmetik, BBM bio solar dan lain-lain.
Kelapa Sawit yang ditanam di lahan HGU yang tersebar di Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara . Selain berasal dari kebun sendiri, buah Kelapa
Sawit yang diolah juga dibeli dari plasma di sekitarnya baik plasma binaan
5. Inti
kelapa sawit, dengan volume produksi 10-13% dari minyak sawit. Kernel
bisa diolah menjadi minyak inti sawit, bersaing dengan minyak kelapa di
Nusantara XIV yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Luwu yang
Sulawesi Selatan.
55
6. Gumpalan
Lump. Lump merupakan getah pohon karet yang telah dibekukan dan diolah
7. Sir 20
adalah karet olahan yang memenuhi Standar Karet Indonesia yaitu SIR 20.
Bahan baku SIR 20 berasal dari getah pohon karet yang ditanam di atas
A. Hasil Penelitian
tanggal 31 desember 2020, serta laporan laba rugi dan penghasilan (rugi)
komprehensif lain, laporan perubahan defisiensi modal, dan laporan arus kas
konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang telah diaudit
56
57
dan benar;
yang tidak benar, dan tidak mengilangkan informasi atau fakta material;
Nusantara XIV, yaitu untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan
bukti audit uang telah diperoleh adalah cukup dan tepat untuk menyediakan
58
suatu basis opini audit. diperoleh adalah ukup dan tepat untuk menyediakan
(DSAS) dari Ikatan Akuntan Indonesia yang relevan dengan operasinya dan
2. Rekonsiliasi Fiskal
waktu tersebut terdiri dari amortisasi asset tak berwujud dan penyusutan
Table V.2. Beda Temporer Antara Komersial dan Fiskal Tahun 2020
Tahun 2020
No Ket Beda Temporer
Komersial Fiskal
Amortisasi asset
1 170.894.700 1.013.307.813 (842.413.113)
tak berwujud
2 Penyusutan asset 59.866.275.590 59.869.341.623 3.066.033
60
Dari table V.2. di atas diketahui bahwa biaya Amortisasi asset tak
berwujud dan penyusutan asset tetap dan property investasi diketahui bahwa
biaya Amortisasi asset tak berwujud setelah dikoreksi menjadi sebesar Rp.
1.013.307.813.
keuangan komersial dan fiskal. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
menghasilkan beda waktu negatif yaitu sebesar Rp. 842.413.113. Angka ini
fiskal.
Sedangkan hasil koreksi fiskal atas biaya penyusutan asset tetap dan
properti investasi diketahui bahwa biaya penyusutan asset tetap dan properti
perbedaan penentuan tarif dan estimasi umur ekonomis asset tetap. Dari
hasil koreksi tersebut maka menghasilkan beda waktu positif yaitu sebesar
61
pajak tangguhan yang timbul dari asset yang tidak disusutkan diukur
asset dan liabilitas pajak tangguhan yang timbul dari property investasi yang
penjelasan bahwa pajak final tidak diatur dalam ruang lingkup PSAK
No.46.
pajak penghasilan, dimana dalam catatan atas laporan keuangan yang berisi
tentang pajak final yang sebelumnya termasuk dalam ruang lingkup standar.
Table V.3.
Pajak Penghasilan PT. Perkebunan Nusantara XIVTahun 2020
Laba sebelum pajak Rp. 262.966.652.250
Beda temporer:
Bebsn manfaat karyawan Rp. 27.400.988.146
Penyisihan piutang usaha Rp. 9.230.376.402
Beban amortisasi Rp. (170.894.700)
Penyusutan asset tetap dan property investasi Rp. 59.866.275.590
Rp. 96.326.745.438
Beda tetap:
Biaya yang tidak dapat dikurangkan Rp. 254.322.110.465
Penghasilan yang dikenakan pajak final Rp. (222.003.690)
Rp. 254.100.106.775
Taksiran penghasilan kena pajak Rp. 613.393.504.463
Taksiran penghasilan kena pajak dibulatkan Rp. 613.393.505.000
Tariff pajak 22%
Beban pajak kini Rp. 134.946.571.100
Kredit pajak
PPh Pasal 22 Rp. (3.992.771.952)
PPh Pasal 23 Rp. (75.213.640)
PPh Pasal 25 -
Jumlah Kredit Pajak Rp. 4.067.985.592
Pajak Penghasilan Badan Kurang Bayar Rp. 130.878.585.508
Sumber : data diolah, 2022
waktu maka dapat terlihat penghasilan kena pajak PTPN XIV tahun 2020
dan fiskal sebesar Rp. 3.066.033. Pada amortisasi aktiva tidak berwujud
terdapat beda waktu negatif yang terjadi juga karena adanya perbedaan
PPh Pasal 25 -
Berdasarkan table V.5. di atas terlihat beban pajak kini yang ditanggung
22%). Pada tahun 2020 perusahaan memiliki pajak dibayar di muka sebesar
penyajian table di atas maka diketahui PTPN XIV memiliki PPh kurang
Berdasarkan table V.6. diatas terlihat bahwa laba sebelum pajak PTPN
XIV tahun 2020 sebesar Rp. 262.966.652.250, sedangkan beban pajak kini
184.656.358. sehingga didapatkan total bersih PTPN XIV pada tahun 2020
perusahaan.
bahwa perbedaan temporer sebesar Rp. 839.347.080 dengan tarif pajak 22%
maka beban pajak tangguhan PTPN XIV sebesar 184.656.358, asset pajak
361.911.677.480.
B. Pembahasan
PSAK No 46 pada laporan keuangannya (laporan laba rugi). Pada laporan laba
pajak tangguhan tersebut belum diyakini akan terjadi. Auditor PTPN XIV
konsolidasian.
XIV dilakukan, terdapat koreksi positif terhadap beda waktu pada penyusutan
komersial dan fiskal sebesar Rp. 3.066.033. Pada amortisasi aktiva tidak
berwujud terdapat beda waktu negatif yang terjadi juga karena adanya
penyajiannya dalam laporan keuangan untuk periode tahun 2020 yang telah
dijabarkan di atas, maka diketahui bahwa PTPN XIV telah mengakui semua
konsekuensi atas pajak di masa kini dan masa yang akan datang.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PT. Perkebunan Nusantara XIV, adalah salah satu Badan Usaha Milik
dalam PSAK No. 46. Hal ini terbukti dengan tidak terdapatnya pengakuan
B. Saran
Selain itu, hal terpenting yang perlu dilakukan pihak perusahaan, yaitu harus
70
71
mampu men ghasilkan laporan keuangan yang lebih informatif dan sesuai
Harum, A. P., & Syamsudin. 2021. Analisis Penerapan Psak No. 46 Tentang
Akuntansi Pajak Penghasilan Terhadap Koreksi Fiskal Pada Laporan
Keuangan Pt. Adhi Karya (Persero) Tbk. In Jurnal Ilmu Akuntansi (Vol. 19,
Issue 2). http://journal.unas.ac.id/akunnas/article/view/1200/987
Haryanto, A. C., Elim, I., Pusung, R. J., Perhitungan, A., Pemotongan, D. A. N.,
Penghasilan, P., Akuntansi, J., & Ekonomi, F. 2021. Analisis Perhitungan
Dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Pada Pt.
Jasaraharja Putera Cabang Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 9(1), 153–162.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2009.
Jakarta: Salemba Empat
Johannes, A. E., & Saerang, D. P. E. 2014. Evaluasi Penerapan PSAK No.46 atas
Pajak Penghasilan Badan pada PT. Bank Sulut (Persero) Tbk. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(46), 1510–1520.
Ng Eng Juan dan Ersa Tri Wahyuni. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi
Keuangan (Edisi 2). Jakarta : Salemba Empat
72
73
Nusaibah, A., Indrayono, Y., & Budianti, W. 2020. Analisis Penerapan PSAK No.
46 Tentang Pajak Penghasilan Dilihat Dari Aspek Pengukuran, Pengakuan,
Penyajian, Dan Pengungkapan Pada Laporan Keuangan PT. Bukit Asam
(Persero) Tahun Periode 2015-2017. Jurnal Universitas Pakuan, Bogor, 1(7),
1–13.
Priantara, Diaz. 2012. Perpajakan Indonesia. (Edisi Revisi Kedua). Jakarta : Mitra
Wacana Media.
Sandra, Novi Utami, dkk. 2019. Penerapan PSAK No.46 Tentang Pajak
Penghasilan Terhadap Koreksi Fiskal Pada Laporan Keuangan PT.Bank
Panin Syariah TBK. Tahun 2015-2017. Akuntansi. (hal 3).
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia (Edisi 11-Buku 1). Jakarta : Salemba Empat
Witono, B. 2016. Peran Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak. Riset
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 7(2), hal 196–208.