Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebiasaan buruk manusia yang sering membuang sampah sembarangan
adalah masalah serius untuk lingkungan. Karena kebiasaan ini dapat merusak
lingkungan. Terutama pada tempat-tempat wisata seperti pantai yang sering ramai
dikunjungi. Sampah adalah masalah utama bagi pengelola pantai. Sampah membuat
keindahan dari pantai menjadi rusak. Tidak adanya mesin untuk membersihkan pasir
dari sampah menjadikan masalah ini dibiarkan saja.

Kebanyakan pengurus pantai membersihkan sampah dari pasir pantai dengan


cara manual, yaitu dengan memunguti sampah satu persatu. Hal ini membuat
pekerjaan membersihkan pasir dari sampah menjadi tidak efisien. Pembuatan mesin
pembersih pasir akan mempermudah pekerjaan untuk membersihkan pasir dari
sampah.

Mesin untuk membersihkan pasir dari sampah sudah ada di eropa namun
mesin ini jarang terlihat di indonesia. Mesin yang sudah ada memiliki dimensi
sangat besar dengan motor berkapasitas besar, yang membuat harga dari mesin ini
menjadi kurang terjangkau bagi pengelola pantai di indonesia.

Melihat permasalahan tersebut, kami bermaksud untuk merancang


dan membangun mesin pembersih pasir pantai dari sampah.
1.2 Perumusan Masalah
a. Bagaimana merancang sebuah mesin pembersih pasir pantai dari
sampah dengan tepat sehingga harga mesin menjadi terjangkau.
b. Bagaimana merealisasikan rancangan tersebut sehingga menghasilkan
sebuah mesin pembersih pasir pantai dari sampah.
c. Bagaimana meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari mesin pembersih
pasir pantai dari sampah.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk mempermudah pekerjaan membersihkan sampah pada pasir.
2. Tujuan Khusus :

1
a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III
b. Pasir pantai terbebas dari sampah yang merusak keindahan dari
pantai
c. Membuat mesin pembersih pasir dari sampah yang efisien
dan terjangkau

1.4 Ruang Lingkup Penelitian dan Pembatasan Masalah.


Pembatasan masalah yang ada pada penulisan laporan ini terbatas
pada jenis pasir yaitu pasir dalam keadaan kering yang biasanya berada di
pantai-pantai indonesia.
1.5 Lokasi Objek Tugas Akhir
Lokasi penelitian yang kami teliti adalah pada pantai-pantai yang
ada di indonesia yang padat pengunjung.
1.6 Garis Besar Metode Penyelesaian Masalah
1. Merumuskan masalah.
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah
kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah.
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah
menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis.
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data
dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian
hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis.
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah
kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.

5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan.


Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif

2
pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil
keputusan.
1.7 Kegunaan
Mesin pembersih pasir pantai dari sampah yang akan kami rancang mempunyai
kegunaan untuk mempercepat pembersihan pasir dari sampah secara efektif dan
efisien. Efektif disini dengan kemudahan menggunakan mesin sehingga siapa saja
dapat menggunakan mesin ini dan cara pengerjaan dari mesin yang tidak terlalu
rumit, dan efisien dalam konteks waktu proses yang lebih cepat dibandingkan
dengan cara manual, karena dalam melakukan pembersihan sampah secara manual
membutuhkan cukup banyak waktu, sedangkan jika menggunakan mesin yang kami
rancang hanya menggunakan 2 proses kerja, yaitu gerakan mencangkul pada roda
depan yang berguna untuk mengambil sampah dan pasir yang selanjutnya menuju
tempat penyaringan yang mengunakan metode vibrasi sehingga sampah akan
tersaring.

3
BAB II
TINJAUA PUSTAKA

2.1 Perbandingan Alat


Rancangan pembuatan mesin pembersih pasih memiliki tinjauan dari mesin yang
sudah ada. Mesin-mesin tersebut memiliki kalebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Berikut mesin-mesin pembersih pasir yang sudah ada.

Gambar 1.1

(http://www.choumerianos.gr/en/beach-cleaning-machine)

Gambar diatas adalah mesin pembersi pasir pantai dengan sistem pengayakan
dam menggunakan handle yang disambung pada gearbox dan menempatkan mesin di
bagian depan. Mesin jenis ini memiliki keunggulan memiliki bentuk yang pendek
sehingga mudah untuk menyimpannya. Tidak memiliki sistem transmisi yang sulit.
Kekurangan dari mesin ini, pada saat melakukan penyaringan parish atau saat mengambil
kotoran tidak kelihatan sehinga tidak dapat memastikan apakah kotoran sudah terambil
atau belum, memiliki saringan yang kecil sehingga lama dalam melakukan pekerjaan,
operator mesin akan mudah lelah karena operator bekerja sambil jalan.

4
Gambar 1.2
(http://www.advancedequipmentsales.ca/Products/?supplier=Cherrington)

Gambar diatas mesin pembersih pasir pantai digabung dengan motor ATF. Sistem
dari mesin adalah mesin di Tarik oleh ATF sehingga pasir akan terambil dan masuk ke
dalam bagian saringan dan diayak sehingga kotoran tidak akan lewat. Kekurangan dari
mesin ini adalah harus menggunkan tambahan alat bantu seperti digambar menggunkan
ATF sehingga memerlukan biaya tambahan untuk membeli atau membuat alat tersebut,
memerlukan biaya tambahan untuk membeli bensin karena kedua mesin tersebut
mengunakan bensin terpisah. Tidak dapat mengetahi apakah area tempat sampah sudah
penu atau tidak.

Gambar 1.3

(http://www.choumerianos.gr/en/beach-cleaning-machine/)

5
Gambar diatas mesin pembersih pasir menggunkan ban seperti tank. Kekurangan
dari mesin ini tidak bisa berjalan di aspal atau diperlukan suatu mobil untuk membawa
mesin ini kepantai. Sistem transmisi yang ribet membuat biaya produksi dari mesin
menjadi mahal. Kelebihan dari mesin ini adala pekerja tidak akan mudah lelah karena
akan menaiki atau hanya mengendarai mesin ini.

2.2 Macam-Macam Belt


2.3.1 Round Belts

Gambar 1.4
Round belts terbuat dari solid rubber atau rubber dengan cord. Belt ini hanya
digunakan untuk beban ringan seperti untuk sewing machian projector films.

2.3.2 Flat Belts

Gambar 1.5
Penggunaan flat belts semakin berkurang dengan digunakannya V-belts pada
sistem pemindah tenaga. Flat belt terbuat dari leather rubberized fabric dan cord. Flat belt
semakin tidak digunakan karena membutuhkan pulley yang lebih besar, tempat yang luas
dan kurang flexible. Flat belt juga dipergunakan sebagai conveyor belt bilamana belt

6
tersebut membawa beban. Flat belt umumnya digunakan sebagai pemindah tenaga high
power untuk mesin penggerak yang terpisah dengan mesinyang digerakkan. Contoh:
sawmills.

2.3.3 V-belts

Gambar 1.6
V-belts banyak digunakan untuk memindahkan beban antara pulley yang berjarak
pendek. Gaya jepit ditimbulkan oleh bentuk alur V. Gaya tarik atau load yang lebih besar
menghasilkan gaya jepit belt yang kuat. Keuntungan V-belts adalah seperti berikut.
- Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontak yang lebih kecil dan perbandingan kecepatan
yang lebih tinggi.
- Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan beban.
- Memiliki level vibrasi dan noise yang lebih rendah.
- Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan.
- Efficiency transmisinya tinggi (mencapai 45%)

7
2.3 Alternative rancangan

Alternative 1

Gambar 1.7

Alternative 2

Gambar 1.8

8
2.4 Rumusan-rumusan
2.4.1 Buckling

Pada batang yang panjang jika diberi beban tekan maka akan terjadi lengkungan
dan ini dinamakan tekukan. Oleh karena penurunan rumus untuk tekukan tidak mudah,
maka akan diberikan rumus-rumus yang banyak dipakai. Euler membedakan empat hal
tentang tekukan seperti dijelaskan dibawah ini.

Keterangan :
Ptk = Pembebanan tekuk (kg) P = Pembebanan yang dijinkan
v = koefisien keamanan E = Modulus elastisitas (kg/cm2)
Im = momen inersia linier garis terkecil (cm4) Pd = Panjang batang (cm)
σtk = Tegangan tekuk = Ptk/A = tegangan tekuk yang terjadi (kg/cm2)
Hal-Tekukan I (lihat gambar).
Pada batang ini satu ujungnya didjepit sedangkan ujung yang lain bebas.

Pembebanan yang diijinkan P = Ptk/v

Hal-Tekukan II (Lihat gambar).


Pada batang ini kedua ujung ditumpu secara engsel dan titik engsel hanya dapat
bergerak kearah sumbu batang.

Pembebanan yang diijinkan P ≤ Ptk/v


dalam praktiknya pembebanan yang diijikan P ≤ 10. Ptk/v

9
Hal-Tekukan III (lihat gambar).
Batang dijepit pada satu ujung, sedangkan ujung yang lain dapat bekerja sebagai
engsel. Ujung yang engsel hanya dapat bergerak kearah sumbu batang.

dan pembebanan yang diijinkan P ≤ Ptk/v

Halt-Tekukan IV (lihat gambar).


Batang dijepit pada kedua-belah ujung, sedangkan gerakan dari dari ujung hanja dapat
dilakukan kearah sumbu batang.

Ptk

dan pembebanan yang diijinkan P ≤ Ptk/v


dalam praktiknya pembebanan yang diijikan
P ≤ 40. Ptk/v

Rumus Euler hanya berlaku jika angka kerampingan batang (λ) >

Jika angka kerampingan batang lebih kecil, maka menggunakan rumus empiris dari Von
Tetmajer.
Apabila untuk suatu bahan tertentu diketahui E dan σp, maka kita dapat menghitung
angka kerampingan batang, hasilnya untuk menentukan apakah boleh memakai rumus
Euler atau tidak.
Berikut adalah tabel, besarnya E, σp dan λ dari bahan

10
2.4.2 Poros
2.4.1. Pembebanan Poros

Poros Dengan Beban Puntir1

Ketika poros digunakan hanya untuk torsi saja, maka


diameter poros dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
torsi. Kita tahu bahwa
T τ
=
J r
Dimana:
T= momen puntir (atau Torsi) yang terjadi pada poros
J= momen inersia garis lintang pada sumbu rotasi inersia
τ= tegangan geser
r= d/2 dimana d adalah diameter poros
kita tahu bahwa untuk poros silindris,

π 4
J= d
32

Persamaan di atas kini dapat ditulis,


T τ
π 4 d=
32 d 2
Atau,
π
T= . τ. d3
16
Dari persamaan ini, kita dapat menghitung diameter poros
silindris.
Serta untuk poros pipa, dengan momen inersianya:
π
J= (d 4 − d1 4 )
32 0

Dimana
d0 dan d1= diameter luar dan dalam poros

11
Dan r= d0/2
Dengan merubah nilai ini dalam persamaan, kita mendapat
T τ
π =
4 4 d
32 (d0 − d1 ) 2
Atau,
16T. d0 = π. τ. (d0 4 − d1 4 )
d1 4
16T. d0 = π. τ. d0 4 [1 − ( ) ]
d0
16T. d0 = π. τ. d0 4 (1 − k 4 )
Jadi,
π
T= τ. d0 3 (1 − k 4 )
16
Momen puntir T dapat didapat dengan menggunakan persamaan
berikut
2πN × T
P=
60
Atau
P × 60
T=
2πN
Dimana.
T= momen puntir [N.m]
N= kecepatan dari poros [rpm]
Pada sabuk penggerak, torsi (T) didapatkan memalui
T = (T1 − T2 )R
Dimana.
T1 dan T2= teganagan pada sisi kencang dan kendor dari sabuk
R= Radius puli

Poros Dengan Beban Lentur Murni2

12
Ketika poros digunakan untuk momen bending saja, maka
tegangan maksimal (tegangan atau tekanan) didapatkan dari
persamaan bending. Kita tahu bahwa
M σb
=
I y
Dimana M= Momen bending
I= momen inersia garis lintang pada sumbu rotasi
σb= Tegangan bengkok
y= jarak dari sumbu pusat ke lingkaran paling luar
kita tahu bahwa untuk poros silindris, momen inersia
π 4
I= d
64
Dan,
d
y=
2
Subsitusikan pada persamaan momen bending, maka:
M σb
π 4= d
64 d 2
Atau,
π
M= . σ . d3
32 b
Dari persamaan di atas diameter poros dapat diperoleh
Juga kita tahu bahwa untuk poros berlubang, momen inersianya
π
I= . (d0 4 − d1 4 )
64
π
I= . d 4 (1 − k 4 )
64 0
d
Dimana: k = d1
0

Dan,
d
y=
2
Lalu disubsitusikan, menjadi:
M σb
π =
4 d
64 . d0 2
Atau,

13
π
M= .σ .d 3
32 b 0
Dari persamaan tersebut diameter poros bisa didapat.

Poros Dengan Beban Lentur dan Puntir3

Ketika poros digunakan untuk kombinasi momen puntir


dan momen bending, poros tersebut harus dirancang berdasarkan
dua momen secara bersama-sama. Beragam teori menyarankan
untuk menghitung pengabaian elastisitas dari material ketika
digunakan untuk beragam kombinasi tegangan. Dua teori berikut
merupakan pokok bahasan yang penting untuk dari materi ini
 Teori tegangan maksimal atau teori Guest. Teori ini
digunakan untuk material lunak seperti baja lunak
 Teori tegangan normal atau teori Rankine. Teori ini
digunakan untuk material keras seperti baja tuang
Misalkan:
τ= teganagn geser yang diakibatkan momen puntir, dan
σb= tegangan bengkok (tegangan atau tekanan) yang diakibatkan
momen bengkok

Berdasarkan teori tegangan geser maksimal,


tegangan geser maksimal pada poros, atau pendekatan tegangan
puntir/ geser
1
τmax = √(σb )2 + 4τ2
2
Subsitusikan persamaan di atas dengan rumus pada bahasan
sebelumnya

1 32M 2 16M 2
τmax = √ ( 3) + 4( 3)
2 πd πd
16
τmax = √M 2 + T 2
πd3

14
Pernyataan √M 2 + T 2 dikenal dengan persamaan momen puntir
equivalent dan dinotasikan Te, persamaan momen puntir dapat
didefinisikan sebagai momen puntir, yang mana ketika bekerja
sendiri, menghasilkan tegangan geser yang sama (τ) sebagai
momen puntir actual. Dengan batasan tegangan geser maksimal
(τmax) sama dengan tegangan izin untuk material, maka persamaan
di atas dapat dituliskan

Te = √M 2 + T 2
π
Te = × τ × d3 .....(5)
16
Dari pernyataan ini diameter poros (d) dapat dievaluasi
Sekarang berdasarkan teori tegangan normal maksimal, tegangan
maksimal pada poros atau pendekatan tegangan bending

2
1 1
σb(max) = σb + √( σb ) + τ2
2 2

1 32M 1 32M 2 16M 2


σb(max) = × + √( 3) + 4( 3)
2 πd3 2 πd πd
32 1
σb(max) = [ (M + √M 2 + T 2 )]
πd3 2
Atau
π 1
× σb(max) × d3 = [M + √M 2 + T 2 ]
32 2
1
Pernyataan [M + √M 2 + T 2 ] dikenal sebagai momen bending
2

equivalen dan dinotasikan Me, persamaan momen bending dapat


didefinisikan sebgai momen yang bekerja sendiri yang
menghasilkan tegangan Tarik atau tekan yang sama (σb) sebagai
momen bending actual. Dengan batas maksimal tegangan normal
(σb(max)) sama dengan tegangan bending yang diizinkan (σb), maka
persamaan di atas dapat dituliskan
1
Me = [M + √M 2 + T 2 ]
2
π
Me = × σb × d3 .....(6)
32

15
Dari pernyataan ini, diameter poros dapat dievaluasi.
Note:
Dalam hal poros pipa, dari persamaan di atas, maka dapat
dituliskan
𝜋
𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2 = × 𝜏(𝑑0 )3 (1 − 𝑘 4 )
16
Dan
1 𝜋
𝑀𝑒 = [𝑀 + √𝑀2 + 𝑇 2 ] = × 𝜎𝑏 (𝑑0 )3 (1 − 𝑘 4 )
2 32
Hal ini disarankan bahwa diameter poros bisa didapat
dengan menggunakan kedua teori tersebut dan nilai yang paling
besar yang diambil.

2.4.3 Sambungan Baut

Jika tidak ada gaya lain yang bekerja dimana baut dirancang
bekerja, tegangan Tarik langsung dengan angka keamanan yang
besar dengan tujuan meningkatkan gaya Tarik awal pada baut atas
dasar percobaan dinyatakan dengan persamaan
𝑃𝑖 = 2840𝑑 [𝑁]
Dimana Pi = gaya Tarik awal dalam baut
d = diameter nominal baut [mm]
Persamaan di atas digunakan untuk membuat sambungan
ikat fluida seperti sambungan tutup silinder pada mesin uap dan
lain-lain. Jika pengikat tidak diperlukan rapat pada sambungan
fluida, maka tegangan awal baut dapat diperhitungkan setengah
dari harga tersebut. Seperti pada kasus:
𝑃𝑖 = 1420𝑑 [𝑁]
Baut ukuran kecil bisa menjadi rusak selama
pengencangan, oleh karena itu baut ukuran dibawah M16 atau
M18 tidak diperkenankan untuk penyekatan.
Jika baut tidak mengalami tegangan awal, maka gaya aksial
maksimum yang boleh bekerja dapat diberikan,
P = tegangan izin × luasan bidang pada baut (luas tegangan)

16
Luasan tegangan bisa diperoleh dari tabel dimensi standar
ulir atau dapat ditentukan dengan persamaan,
2
π dp + dc
luas tegangan = ( )
4 2
Dimana dp = diameter pitch
dc = diameter inti atau minor

a. Tegangan Puntir akibat gesekan pada ulir saat pengencangan

Tegangan puntir akibat gesekan pada ulir saat


pengencangan diperoleh dengan persamaan torsi, kita tahu bahwa
T τ
=
J r
T T dc 16T
τ= ×r= π × =
J (d )4 2 π(dc )3
32 c
Dimana τ = tegangan puntir
T = torsi yang terjadi
dc = diameter minor ulir

b. Tegangan geser melintang pada ulir

Tegangan geser rata-rata pada ulir sekrup diperoleh dengan


menggunakan persamaan
P
τs =
πdc × b × n
Dimana b = lebar ulir bagian dasar
Tegangan geser rata-rata mur adalah
P
τn =
πd × b × n
Dimana d = diameter mayor

c. Tegangan crushing pada ulir

Tegangan crushing antara ulir bisa diperoleh dengan


persamaan:

17
P
σc =
π[d2 − (dc )2 ]n
Dimana d = diameter mayor
dc = diameter minor, dan
n = nomor ulir yang berpasangan

d. Tegangan bengkok

Saat permukaan bagian luar terhubung tidak sejajar satu


terhadap yang lain, kemudian baut bekerja bengkok. Tegangan
bengkok dipindahkan oleh kepala baut dan dinyatakan dengan:
x. E
σb =
2l
Dimana x = perbedaan tinggi antara bagian luar dari
mur/kepala baut
l = panjang kepala baut
E = modulus young untuk bahan baut

Tegangan Akibat Gaya dari Luar

Berikut tegangan yang disebabkan baut yang bekerja pada


beban ekternal
a. Tegangan Tarik

Baut, batang, dan sekrup biasanya menahan beban segaris


dengan sumbunya dimana dipindahkan tegangan Tarik pada baut
Jika dc = dasar atau diameter core ulir, dan
σt = tegangan Tarik izin bahan baut
π 4P
P = (dc )2 σt atau dc = √
4 πσt

Dari tabel dimensi satandar ulir metric, harga diameter


minimal menjadi patokan dari harga dc atau luasan tegangan
𝜋
[ 4 (𝑑𝑐 )2 ] dapat ditentukan

Catatan (a) jika gaya luar ditahan oleh sejumlah baut, maka

18
π
P= (d )2 σ × n
4 c t
(b) jika dalam tabel tidak dicantumkan juga, untuk
nilai ulir kasar, 𝑑𝑐 = 0,84𝑑, dimana d adalah diameter nominal
baut

b. Tegangan geser

Kadang-kadang, baut digunakan untuk menahan atau


mencegah geraka relative dari dua bagian atau lebih, seperti pada
kopling flange, kemudian tegangan geser disebabkan pada baut.
Tegangan geser harus dihindarkan sejauh mungkin. Itu harus
dicatat bahwa jika baut bekerja untuk beban geser langsung, maka
harus ditempatkan sedemikian mungkin beban geser terjadi pada
bagian baut dan tidak terjadi pada bagian ulir. Dalam hal ini, baut
bisa menerima beban pergeseran dengan pin. Bila nomor baut
digunakan untuk menggeserkan beban, maka baut terakhir harus
dipasang pada lubang yang lebar.
Jika d = diameter mayor baut
n = nomor baut
gaya geser yang ditahan oleh baut,
π 4× Ps
Ps = × d2 × τg × n atau d = √ .....(10)
4 π.τg.n

c. Tegangan kombinasi tarik dan geser

Ketika baut menahan dua tegangan Tarik dan geser, seperti


pada kasus baut kopling atau bearing, dimana kepala baut
menerima beban geser dan bagian ulir menerima beban Tarik.
Pembesaran diameter diabaikan, kemudian erjadi gaya geser atau
Tarik, kemudian baik tegangan Tarik dan tegangan geser yang
dikehendaki dapat diasumssikan dan tegangan kombinasi dapat
diperiksa dengan rumus sebagai berikut:
Tegangan geser maksimum,

19
1
τg max = √(σt )2 + 4τg 2
2
Dan tegangan Tarik maksimum,
σt 1
σt(max) = + √(σt )2 + 4τg 2
2 2

d. Gaya kombinasi tarik dan geser

Ketika baut menahan gaya tarik dan geser bersamaan, maka


gaya kombinasi yang terjadi dapat dihitung dengan rumus :
Gaya geser maksimum,
1
Fg max = 2 √𝐹𝑡 2 + 4𝐹𝑔 2 .....(11)

Dan gaya tarik maksimum,

1
Ft max = [ 𝐹𝑡 + √𝐹𝑡 2 + 4𝐹𝑔 2 ] .....(12)
2

20
BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1 Diagram Alir Metode Pelaksanaan
Rancangan ini dilaksanakan sesuai dengan diagram alir sebagai berikut

21
3.2 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, permasalahan diperoleh dari masalah atau hasil evaluasi yang
dihasilkan dari alat yang sudah ada dan pernah digunakan. Masalah-masalah atau
hasil evaluasi tersebut dianalisa sesuai dengan konsep rancangan yang dimiliki.
Hasil akhirnya adalah didapatkanlah permasalahan utama yang dapat digunakan
untuk mencari suatu solusi pada tahap selanjutnya.

3.3 Studi Literatur


Untuk memperkuat dasar dan pemahaman dalam merancang alat, dilakukan
studi literatur berupa teori perancangan yang akan diterapkan. Adapun sumber yang
menjadi bahan studi literatur adalah karya tulis ilmiah, artikel ilmiah di internet dan
hasil diskusi dengan para ahli dan dosen terkait.

3.4 Menentukan Spesifikasi


Pada tahap ini, spesifikasi rancangan dibuat berdasarkan hasil analisa
permasalahan dan studi literatur yang ada. Dalam menentukkan spesifikasi
rancangan, dilakukan dua tahap yaitu menentukan spesifikasi target dan dilanjutkan
dengan spesifikasi akhir. Kedua tahap ini dilakukan dengan menyusun target
spesifikasi berupa membuat daftar kemampuan rancangan serta menetapkan nilai
target ideal dan marginal yang dapat dicapai rancangan. Termasuk di dalamnya
adalah mengumpulkan informasi dan membuat data tentang pesaing yang ada.

3.5 Membuat Konsep


Konsep rancangan dibuat dalam beberapa alternatif berbentuk sketsa atau
gambar uraian. Pada tahap ini, konsep dibuat dengan memperjelas masalah yang
telah dianalisa pada metode rancangan awal. Hal ini bertujuan agar masalah tersebut
dapat lebih mudah untuk dipecahkan.

3.6 Menetapkan Konsep


Pada tahap ini, alternatif-alternatif konsep rancangan yang ada diseleksi dan
dipilih menjadi satu konsep rancangan saja agar dapat dianalisa dan dibuat

22
pertimbangannya secara lebih lanjut. Sehingga, dengan begitu arah dan jalan
perhitungan dan analisisnya dapat dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

3.7 Membuat Rancangan


Pada tahap ini, rancangan diimplemetasikan ke dalam desain dengan
menggunakan perhitungan alat yang didasarkan pada studi literatur yang didapatkan
selama masa perkuliahan serta melalui berbagai sumber dan referensi yang
berkaitan. Pehitungan meliputi perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada
rancangan, penentuan-penentuan spesifikasi rancangan, serta ukuran beberapa
komponen yang akan dirancang.

3.8 Penyusunan Laporan


Pada tahap ini, semua hasil diskusi, rancangan dan perhitungan dituangkan
ke dalam suatu laporan dan dengan membuat kesimpulan yang bertujuan agar
penelitian yang telah dilakukan dapat dievaluasi, dikaji dan dipelajari secara lebih
mendalam dikemudian hari serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan.

3.9 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengkaji secara lebih lanjut hasil rancangan dan
kesimpulan yang ada dengan tujuan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan
rancangan yag dibuat dapat dirancang dengan semakin baik.

23
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Daftar anggaran biaya dari perancangan ini adalah sebagai berikut

Jenis Biaya Jumlah


No. Pengeluaran Kuantitas Keterangan
Anggaran (Rp) (Rp)
Materai 2 7.500 15.000
Bahan 2 Keperluan
Pulpen 3.000 6.000
1 Habis Bimbingan
Pakai Pensil 2 3.000 6.000 dan Revisi
Kertas 10 200 20.000
Perjalanan
Ketika
2 Perjalanan Akomodasi 8 10.000 80.000 Bimbingan,
Cetak Proposal 1 30.000 30.000 Kebutuhan
3 Lain-Lain Cetak Laporan 7 50.000 350.000 Publikasi
Seminar dan
2
Nasional 250.000 500.000 Administrasi
Total 1.007.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Jadwal kegiatan yang akan dilakukan selama membuat rancangan ini adalah
sebagai berikut

24
DAFTAR PUSTAKA

[1] J. L. Meriam dan L. G. Kraige. 2006. Mekanika Teknik Statika, Jilid I, Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
[2] Sularso, Kiyokatsu Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
[3] Khurmi, R. S. dan J. K. Gupta. 2005. A Text Book Of Machine Design. New Delhi:
Eurasia Publishing House Limited.

25
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Mahasiswa


1. Ketua kelompok :
Nama lengkap : Ahmad Choerul
NIM : 1213010057
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 1995
Alamat : Jalan gempol RT 06/02 No 22 Cipayung, Jakarta timur
Konsentrasi : Konstruksi & Perancangan

2. Anggota kelompok :
Nama lengkap : Prasetyo Wasono
NIM : 1213010085
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 4 Desember 1995
Alamat : Jalan kelinci 6 No 68 Cikarang Baru, bekasi
Konsentrasi : Konstruksi & Perancangan

26

Anda mungkin juga menyukai