PENDAHULUN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebiasaan buruk manusia yang sering membuang sampah sembarangan
adalah masalah serius untuk lingkungan. Karena kebiasaan ini dapat merusak
lingkungan. Terutama pada tempat-tempat wisata seperti pantai yang sering ramai
dikunjungi. Sampah adalah masalah utama bagi pengelola pantai. Sampah membuat
keindahan dari pantai menjadi rusak. Tidak adanya mesin untuk membersihkan pasir
dari sampah menjadikan masalah ini dibiarkan saja.
Mesin untuk membersihkan pasir dari sampah sudah ada di eropa namun
mesin ini jarang terlihat di indonesia. Mesin yang sudah ada memiliki dimensi
sangat besar dengan motor berkapasitas besar, yang membuat harga dari mesin ini
menjadi kurang terjangkau bagi pengelola pantai di indonesia.
1
a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III
b. Pasir pantai terbebas dari sampah yang merusak keindahan dari
pantai
c. Membuat mesin pembersih pasir dari sampah yang efisien
dan terjangkau
2
pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil
keputusan.
1.7 Kegunaan
Mesin pembersih pasir pantai dari sampah yang akan kami rancang mempunyai
kegunaan untuk mempercepat pembersihan pasir dari sampah secara efektif dan
efisien. Efektif disini dengan kemudahan menggunakan mesin sehingga siapa saja
dapat menggunakan mesin ini dan cara pengerjaan dari mesin yang tidak terlalu
rumit, dan efisien dalam konteks waktu proses yang lebih cepat dibandingkan
dengan cara manual, karena dalam melakukan pembersihan sampah secara manual
membutuhkan cukup banyak waktu, sedangkan jika menggunakan mesin yang kami
rancang hanya menggunakan 2 proses kerja, yaitu gerakan mencangkul pada roda
depan yang berguna untuk mengambil sampah dan pasir yang selanjutnya menuju
tempat penyaringan yang mengunakan metode vibrasi sehingga sampah akan
tersaring.
3
BAB II
TINJAUA PUSTAKA
Gambar 1.1
(http://www.choumerianos.gr/en/beach-cleaning-machine)
Gambar diatas adalah mesin pembersi pasir pantai dengan sistem pengayakan
dam menggunakan handle yang disambung pada gearbox dan menempatkan mesin di
bagian depan. Mesin jenis ini memiliki keunggulan memiliki bentuk yang pendek
sehingga mudah untuk menyimpannya. Tidak memiliki sistem transmisi yang sulit.
Kekurangan dari mesin ini, pada saat melakukan penyaringan parish atau saat mengambil
kotoran tidak kelihatan sehinga tidak dapat memastikan apakah kotoran sudah terambil
atau belum, memiliki saringan yang kecil sehingga lama dalam melakukan pekerjaan,
operator mesin akan mudah lelah karena operator bekerja sambil jalan.
4
Gambar 1.2
(http://www.advancedequipmentsales.ca/Products/?supplier=Cherrington)
Gambar diatas mesin pembersih pasir pantai digabung dengan motor ATF. Sistem
dari mesin adalah mesin di Tarik oleh ATF sehingga pasir akan terambil dan masuk ke
dalam bagian saringan dan diayak sehingga kotoran tidak akan lewat. Kekurangan dari
mesin ini adalah harus menggunkan tambahan alat bantu seperti digambar menggunkan
ATF sehingga memerlukan biaya tambahan untuk membeli atau membuat alat tersebut,
memerlukan biaya tambahan untuk membeli bensin karena kedua mesin tersebut
mengunakan bensin terpisah. Tidak dapat mengetahi apakah area tempat sampah sudah
penu atau tidak.
Gambar 1.3
(http://www.choumerianos.gr/en/beach-cleaning-machine/)
5
Gambar diatas mesin pembersih pasir menggunkan ban seperti tank. Kekurangan
dari mesin ini tidak bisa berjalan di aspal atau diperlukan suatu mobil untuk membawa
mesin ini kepantai. Sistem transmisi yang ribet membuat biaya produksi dari mesin
menjadi mahal. Kelebihan dari mesin ini adala pekerja tidak akan mudah lelah karena
akan menaiki atau hanya mengendarai mesin ini.
Gambar 1.4
Round belts terbuat dari solid rubber atau rubber dengan cord. Belt ini hanya
digunakan untuk beban ringan seperti untuk sewing machian projector films.
Gambar 1.5
Penggunaan flat belts semakin berkurang dengan digunakannya V-belts pada
sistem pemindah tenaga. Flat belt terbuat dari leather rubberized fabric dan cord. Flat belt
semakin tidak digunakan karena membutuhkan pulley yang lebih besar, tempat yang luas
dan kurang flexible. Flat belt juga dipergunakan sebagai conveyor belt bilamana belt
6
tersebut membawa beban. Flat belt umumnya digunakan sebagai pemindah tenaga high
power untuk mesin penggerak yang terpisah dengan mesinyang digerakkan. Contoh:
sawmills.
2.3.3 V-belts
Gambar 1.6
V-belts banyak digunakan untuk memindahkan beban antara pulley yang berjarak
pendek. Gaya jepit ditimbulkan oleh bentuk alur V. Gaya tarik atau load yang lebih besar
menghasilkan gaya jepit belt yang kuat. Keuntungan V-belts adalah seperti berikut.
- Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontak yang lebih kecil dan perbandingan kecepatan
yang lebih tinggi.
- Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan beban.
- Memiliki level vibrasi dan noise yang lebih rendah.
- Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan.
- Efficiency transmisinya tinggi (mencapai 45%)
7
2.3 Alternative rancangan
Alternative 1
Gambar 1.7
Alternative 2
Gambar 1.8
8
2.4 Rumusan-rumusan
2.4.1 Buckling
Pada batang yang panjang jika diberi beban tekan maka akan terjadi lengkungan
dan ini dinamakan tekukan. Oleh karena penurunan rumus untuk tekukan tidak mudah,
maka akan diberikan rumus-rumus yang banyak dipakai. Euler membedakan empat hal
tentang tekukan seperti dijelaskan dibawah ini.
Keterangan :
Ptk = Pembebanan tekuk (kg) P = Pembebanan yang dijinkan
v = koefisien keamanan E = Modulus elastisitas (kg/cm2)
Im = momen inersia linier garis terkecil (cm4) Pd = Panjang batang (cm)
σtk = Tegangan tekuk = Ptk/A = tegangan tekuk yang terjadi (kg/cm2)
Hal-Tekukan I (lihat gambar).
Pada batang ini satu ujungnya didjepit sedangkan ujung yang lain bebas.
9
Hal-Tekukan III (lihat gambar).
Batang dijepit pada satu ujung, sedangkan ujung yang lain dapat bekerja sebagai
engsel. Ujung yang engsel hanya dapat bergerak kearah sumbu batang.
Ptk
Rumus Euler hanya berlaku jika angka kerampingan batang (λ) >
Jika angka kerampingan batang lebih kecil, maka menggunakan rumus empiris dari Von
Tetmajer.
Apabila untuk suatu bahan tertentu diketahui E dan σp, maka kita dapat menghitung
angka kerampingan batang, hasilnya untuk menentukan apakah boleh memakai rumus
Euler atau tidak.
Berikut adalah tabel, besarnya E, σp dan λ dari bahan
10
2.4.2 Poros
2.4.1. Pembebanan Poros
π 4
J= d
32
Dimana
d0 dan d1= diameter luar dan dalam poros
11
Dan r= d0/2
Dengan merubah nilai ini dalam persamaan, kita mendapat
T τ
π =
4 4 d
32 (d0 − d1 ) 2
Atau,
16T. d0 = π. τ. (d0 4 − d1 4 )
d1 4
16T. d0 = π. τ. d0 4 [1 − ( ) ]
d0
16T. d0 = π. τ. d0 4 (1 − k 4 )
Jadi,
π
T= τ. d0 3 (1 − k 4 )
16
Momen puntir T dapat didapat dengan menggunakan persamaan
berikut
2πN × T
P=
60
Atau
P × 60
T=
2πN
Dimana.
T= momen puntir [N.m]
N= kecepatan dari poros [rpm]
Pada sabuk penggerak, torsi (T) didapatkan memalui
T = (T1 − T2 )R
Dimana.
T1 dan T2= teganagan pada sisi kencang dan kendor dari sabuk
R= Radius puli
12
Ketika poros digunakan untuk momen bending saja, maka
tegangan maksimal (tegangan atau tekanan) didapatkan dari
persamaan bending. Kita tahu bahwa
M σb
=
I y
Dimana M= Momen bending
I= momen inersia garis lintang pada sumbu rotasi
σb= Tegangan bengkok
y= jarak dari sumbu pusat ke lingkaran paling luar
kita tahu bahwa untuk poros silindris, momen inersia
π 4
I= d
64
Dan,
d
y=
2
Subsitusikan pada persamaan momen bending, maka:
M σb
π 4= d
64 d 2
Atau,
π
M= . σ . d3
32 b
Dari persamaan di atas diameter poros dapat diperoleh
Juga kita tahu bahwa untuk poros berlubang, momen inersianya
π
I= . (d0 4 − d1 4 )
64
π
I= . d 4 (1 − k 4 )
64 0
d
Dimana: k = d1
0
Dan,
d
y=
2
Lalu disubsitusikan, menjadi:
M σb
π =
4 d
64 . d0 2
Atau,
13
π
M= .σ .d 3
32 b 0
Dari persamaan tersebut diameter poros bisa didapat.
1 32M 2 16M 2
τmax = √ ( 3) + 4( 3)
2 πd πd
16
τmax = √M 2 + T 2
πd3
14
Pernyataan √M 2 + T 2 dikenal dengan persamaan momen puntir
equivalent dan dinotasikan Te, persamaan momen puntir dapat
didefinisikan sebagai momen puntir, yang mana ketika bekerja
sendiri, menghasilkan tegangan geser yang sama (τ) sebagai
momen puntir actual. Dengan batasan tegangan geser maksimal
(τmax) sama dengan tegangan izin untuk material, maka persamaan
di atas dapat dituliskan
Te = √M 2 + T 2
π
Te = × τ × d3 .....(5)
16
Dari pernyataan ini diameter poros (d) dapat dievaluasi
Sekarang berdasarkan teori tegangan normal maksimal, tegangan
maksimal pada poros atau pendekatan tegangan bending
2
1 1
σb(max) = σb + √( σb ) + τ2
2 2
15
Dari pernyataan ini, diameter poros dapat dievaluasi.
Note:
Dalam hal poros pipa, dari persamaan di atas, maka dapat
dituliskan
𝜋
𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2 = × 𝜏(𝑑0 )3 (1 − 𝑘 4 )
16
Dan
1 𝜋
𝑀𝑒 = [𝑀 + √𝑀2 + 𝑇 2 ] = × 𝜎𝑏 (𝑑0 )3 (1 − 𝑘 4 )
2 32
Hal ini disarankan bahwa diameter poros bisa didapat
dengan menggunakan kedua teori tersebut dan nilai yang paling
besar yang diambil.
Jika tidak ada gaya lain yang bekerja dimana baut dirancang
bekerja, tegangan Tarik langsung dengan angka keamanan yang
besar dengan tujuan meningkatkan gaya Tarik awal pada baut atas
dasar percobaan dinyatakan dengan persamaan
𝑃𝑖 = 2840𝑑 [𝑁]
Dimana Pi = gaya Tarik awal dalam baut
d = diameter nominal baut [mm]
Persamaan di atas digunakan untuk membuat sambungan
ikat fluida seperti sambungan tutup silinder pada mesin uap dan
lain-lain. Jika pengikat tidak diperlukan rapat pada sambungan
fluida, maka tegangan awal baut dapat diperhitungkan setengah
dari harga tersebut. Seperti pada kasus:
𝑃𝑖 = 1420𝑑 [𝑁]
Baut ukuran kecil bisa menjadi rusak selama
pengencangan, oleh karena itu baut ukuran dibawah M16 atau
M18 tidak diperkenankan untuk penyekatan.
Jika baut tidak mengalami tegangan awal, maka gaya aksial
maksimum yang boleh bekerja dapat diberikan,
P = tegangan izin × luasan bidang pada baut (luas tegangan)
16
Luasan tegangan bisa diperoleh dari tabel dimensi standar
ulir atau dapat ditentukan dengan persamaan,
2
π dp + dc
luas tegangan = ( )
4 2
Dimana dp = diameter pitch
dc = diameter inti atau minor
17
P
σc =
π[d2 − (dc )2 ]n
Dimana d = diameter mayor
dc = diameter minor, dan
n = nomor ulir yang berpasangan
d. Tegangan bengkok
Catatan (a) jika gaya luar ditahan oleh sejumlah baut, maka
18
π
P= (d )2 σ × n
4 c t
(b) jika dalam tabel tidak dicantumkan juga, untuk
nilai ulir kasar, 𝑑𝑐 = 0,84𝑑, dimana d adalah diameter nominal
baut
b. Tegangan geser
19
1
τg max = √(σt )2 + 4τg 2
2
Dan tegangan Tarik maksimum,
σt 1
σt(max) = + √(σt )2 + 4τg 2
2 2
1
Ft max = [ 𝐹𝑡 + √𝐹𝑡 2 + 4𝐹𝑔 2 ] .....(12)
2
20
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Diagram Alir Metode Pelaksanaan
Rancangan ini dilaksanakan sesuai dengan diagram alir sebagai berikut
21
3.2 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, permasalahan diperoleh dari masalah atau hasil evaluasi yang
dihasilkan dari alat yang sudah ada dan pernah digunakan. Masalah-masalah atau
hasil evaluasi tersebut dianalisa sesuai dengan konsep rancangan yang dimiliki.
Hasil akhirnya adalah didapatkanlah permasalahan utama yang dapat digunakan
untuk mencari suatu solusi pada tahap selanjutnya.
22
pertimbangannya secara lebih lanjut. Sehingga, dengan begitu arah dan jalan
perhitungan dan analisisnya dapat dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.
3.9 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengkaji secara lebih lanjut hasil rancangan dan
kesimpulan yang ada dengan tujuan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan
rancangan yag dibuat dapat dirancang dengan semakin baik.
23
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
24
DAFTAR PUSTAKA
[1] J. L. Meriam dan L. G. Kraige. 2006. Mekanika Teknik Statika, Jilid I, Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
[2] Sularso, Kiyokatsu Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
[3] Khurmi, R. S. dan J. K. Gupta. 2005. A Text Book Of Machine Design. New Delhi:
Eurasia Publishing House Limited.
25
LAMPIRAN
2. Anggota kelompok :
Nama lengkap : Prasetyo Wasono
NIM : 1213010085
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 4 Desember 1995
Alamat : Jalan kelinci 6 No 68 Cikarang Baru, bekasi
Konsentrasi : Konstruksi & Perancangan
26