Anda di halaman 1dari 10

SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx

ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

Manajemen Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Dalam Perspektif


Islam
Annisa Nur Azizah1, Revita Yanuarsari2
1Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Islam
Nusantara Bandung
e-mail: annisa.azizah331@gmail.com

Abstrak

Di zaman sekarang banyak kasus penurunan moral di kalangan remaja yang sangat
memprihatinkan, karena kurangnya pendidikan yang diberikan baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun lingkungan sosial, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
memberikan pendidikan karakter sedini mungkin sehingga ketika beranjak dewasa mereka
memiliki dasar kepribadian yang sudah di tanamkan di dalam diri. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat bagaimana pendidikan karakter Anak Usia Dini yang dilihat dari perspektif ajaran
islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa didikan ajaran islam mempunyai pengaruh sangat besar
bagi pendidikan karakter anak. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kajian
literatur. Dalam kajian literatur ini peneliti menggunakan sumber tertulis seperti artikel, buku,
jurnal yang relevan. Kesimpulan dari hasil studi beberapa penelitian di ungkapkan bahwa
manajemen dalam perspektif islam mempunyai peran terhadap pendidikan karakter anak usia
dini.

Kata kunci: Manajemen, Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini, Ajaran Islam

Abstract

In today's times there are many cases of moral decline among teenagers which are very
concerning, due to the lack of education provided both in the family, school and social
environment, one of the efforts that can be done is by providing character education as early
as possible so that when they grow up they have a basic personality that has been instilled
within. This study aims to see how early childhood character education is seen from the
perspective of Islamic teachings. It is undeniable that Islamic education has a very big influence
on children's character education. The method used in this study is a literature review. In this
literature review, the researcher uses written sources such as relevant articles, books, journals.
The conclusion from the results of several studies shows that management in an Islamic
perspective has an influence on character education for early childhood

Keywords : Management, Character Education, Early Chilhood, Islamic Education

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya di bandingkan


dengan makhluk Allah yang lainnya karena manusia diberikan akal, pikiran, nafsu, perasaan
serta memiliki rasa keingintahuan yang besar, sehingga manusia dapat menentukan hal baik
dan buruk bagi dirinya. Dengan kelebihan tersebut, manusia akan senantiasa terus belajar
untuk memperoleh kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan adalah suatu aktivitas
untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup

Jurnal Pendidikan Tambusai 1


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

(Bushtomi, 2018). Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu cara untuk
memperoleh kualitas tersebut dalam mengubah sikap dan prilaku seseorang atau kelompok.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berkarakter seperti yang pernah dikatakan
oleh Presiden pertama RI, Bung Karno :“Bangsa Indonesia harus dibangun dengan
mendahulukan pembangunan karakter (Character Building) karena Charakter building inilah
yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Jika
character building ini tidak dilakukan, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah kuli”
(Pratama, 2022). Namun, berdasarkan hasil observasi dan temuan yang didapatkan
berdasarkan jurnal sebelumnya bahwa belakangan ini masyarakat Indonesia mengalami
berbagai kasus dan penyimpangan sosial, hal tersebut di tandai dengan adanya pergaulan
bebas, kriminalitas dan kekerasaan, salah satunya pada tahun 2001 sekitar 1.4 juta orang
terbunuh (Soenarto, dkk. 2004), Mazzola (2003) melakukan survei tentang bullying (tindak
kekerasan) di sekolah, memperoleh temuan sebagai berikut: (1) setiap hari sekitar 160.000
siswa mendapatkan tindakan bullying di sekolah, 1 dari 3 usia responden yang diteliti (siswa
pada usia 18 tahun) pernah mendapat tindakan kekerasan, 75-80% siswa pernah mengamati
tindak kekerasan, 15-35% siswa adalah korban kekerasan dari tindak kekerasan maya (cyber-
bullying). hal tersebut menunjukan dan membuktikan bahwa masyarakat Indonesia mengalami
penyimpangan dan kemuduraan serta kemerosotan karakter moral. Pendidikan karakter dari
sisi pelaksanaannya belum berlangsung secara optimal (Nadlifah, 2017). Dengan demikian,
diperlukan upaya yang optimal untuk menangani hal tersebut dengan mengembalikan budaya
dan karakter bangsa.
Alloh mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi penerang bagi umat,
sebagaimana hadits dari Abu Hurairoh RA, Rasululloh SAW bersabda “Sesungguhunya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (H.R Al-Baihaqi). Rasululloh merupkan suri teladan
yang paling baik untuk di teladani, Rasululloh membawa islam sebagai agama yang rahmatan
lil’alamiin, tidak ada agama yang paling sempurna melainkan islam, islam merupkan agama
yang memberikan wadah bagi manusia agar menjadi insan yang paling baik, islam mengatur
segala aspek kehidupan akhirat bahkan dunia, baik masalah besar ataupun kecil, baik dalam
masalah ibadah, muamalah bahkan prilaku manusia. Sehingga islam sangat cocok untuk
memperbaiki karakter masyarakat Indonesia yang belakang ini mengalami kemerosotan.
Namun, perlu diperhatikan bahwa karakter tidak begitu saja terbentuk tanpa adanya proses.
Sehingga diperlukan proses sejak dini.
Dengan demikian, waktu terbaik untuk menerapkan karakter yang baik yaitu pada saat
Anak Usia Dini, karena Anak Usia Dini adalah anak yang berada dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan, dalam temuan neuro sains pada saat anak memasuki usia 3 tahun sel
otak telah membentuk sekitar 1000 triliun jaringan/sinapsis (Suyadi, Ulfah, 2013), hal tersebut
menunjukan bahwa pada masa kanak-kanak merupakan masa the golden age yang harus
dipersiapkan segala pertumbuhan dan perkembangannya baik aspek kognitif, apektif dan
psikomotor agar tumbuh secara optimal, Menurut Sari dan Yulianawati pendidikan karakter
yang dipraktikkan sejak usia dini akan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya (Wiyanti, 2020). Sehingga upaya yang dilakukan dalam
pembentukan karakter sangat optimal apabila dilakukan pada masa kanak-kanak. Dengan
demikian, pendidikan karakter yang paling optimal diberikan sekitar usia 0-6 tahun salah
satunya melalui lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Landasan Teori

Pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900an oleh Thomas Lickona.
Pendidikan karakter menurut Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan
kebaikan (doing the good) (Lickona, 1991: 51). Frye mendefinisikan pendidikan karakter
sebagai, “A national movement creating schools that foster ethical, responsible, and caring
young people by modeling and teaching good character through an emphasis on universal
values that we all share”. (Zubaidi 2011) menyebutkan bahwa karakter berarti to mark

Jurnal Pendidikan Tambusai 2


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk


tindakan atau tingkah laku. Sedangkan, Imam al-Ghazali berpendapat bahwa karakter lebih
dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap atau perbuatan yang telah
menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan
sebelumnya.
Tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah pertama, supaya
seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia dengan
Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan
harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus
membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah
itu, dapat mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan
yang buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani orang. Sebaliknya, seseorang
dianggap tidak ada, meskipun masih hidup, kalau akhlak atau karakternya rusak.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau karakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang
bernapas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Selain itu, Undang-Undang No. 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dan Pasal 26 tentang Kewajiban & Tanggung Jawab Orangtua
dan Keluarga untuk Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak serta menumbuh-
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal penelitian sebelumnya bahwa islam
mengenalkan pendidikan akhlak ini sejak ribuan tahun yang lalu ketika nabi Muhammad di
utus menjadi Rasul, pendidikan akhlak dalam Islam mempunyai orientasi yang sama dengan
pendidikan karakter yang sedang booming saat ini, yaitu pembentukan karakter (Haris, 2017),
hanya saja penamaannya yang berbeda, di barat menggunakan istilah karakter sedangkan
dalam islam dengan istilah akhlaq. Namun, keduanya sama-sama menuju arah perbaikan
untuk meningkatkan kualitas diri.
Dengan pendidikan karakter seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya.Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki usia yang lebih lanjut (UU No. 2003).
Tujuan umum, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan untuk membantu
meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya
cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
untuk pertumbu han serta pengembangan kemampuan bermasyarakat, serta
pengembangan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi
pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
Tujuan khusus, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dialami oleh anak, karena stimulasi yang
diberikan sejak dini akan berdampak pada semua aspek perkembangannya dan juga akan
berdampak pada masa yang akan datang.
Hilda Ainissyifa (2014: 3) pendidikan karakter harus ditanamkan sejak anak masih kecil
dan melalui proses yang disesuaikan dalam tahapan perkembangan anak. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pembentukan karakter anak dibutuhkan kesabaran dan ketekunan
para pendidiknya yang harus didukung dengan keseimbangan antara pendidikan orang tua di
rumah dengan pendidikan di sekolah.
Asmani (dalam Ary Kristiyani, 2014: 253) pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu dalam
membentuk watak peserta didik dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara atau
menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya.

Jurnal Pendidikan Tambusai 3


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

Menurut Megawangi dan Kesurna pada jenjang PAUD, pendidikan karakter adalah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Cahyaningrum, Sudaryanti, Purwanto, 2017).
Sehingga dengan hal tersebut diperlukan proses pembiaasaan yang dilakukan oleh guru
kepada anak didiknya.
Menurut Shofa (2017) Optimalnya pelaksanaan kegiatan pembiasaan tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh keberpihakan lembaga PAUD dari sisi manajerial. Ketika kegiatan
pembiasaan dapat dikelola dengan baik maka akan dihasilkan praktik pendidikan karakter
yang optimal. Hal itulah yang kemudian menjadikan lembaga PAUD mulai dari TPA, KB, dan
TK di dalam visi dan misinya hampir semuanya berfokus pada penanaman karakter pada anak
didiknya (Wiyanti, 2020). Selain itu sebagai sebuah program, pembiasaan juga akan
dihubungkan dengan kegiatan perencanaan lembaga PAUD (Widodo & Risti P, 2017).
Secara bahasa (etimologi), manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata
manus yang artinya tangan dan agare yang melakukan, managere diterjemahkan kedalam
bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage dengan kata benda management yang
artinya pengelolaan. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan
dan fungsi manajemen itu sendiri. Menurut Fattah manajemen diartikan sebagai proses
merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organaiasi tercapai secara efektif dan efisien. Menurut terry manajemen
adalah proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan dan pengendalian untuk
menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya lainya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Manajemen pendidikan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Fungsi manajemen
adalah perencanaan, pengorganisasian dan pengontrolan (Arikunto, Yuliani, 2009).
Dengan demikian, agar terwujudnya karakter yang baik pada Anak Usia Dini diperlukan
manajemen untuk mengelola pendidikan karakter ini pada lembaga PAUD yaitu dengan
menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari sehingga ketika
beranjak dewasa anak sudah terbentuk dan tertanam nilai karakter baik sehingga diharapkan
menjadi kebiasaan, seperti yang diharapkan islam dan di contohkan oleh Rasululloh SAW.
Manajemen pendidikan karakter sekolah yang baik perlu mendasarkan pada prinsip
efesiensi, prinsip efektifitas, prinsip pengutamaan tugas pengelolaan dan prinsip kerjasama.
Untuk mencapai nilai karakter bangsa dan pendidikan budaya yang meliputi : Religius, Jujur,
Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat
kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta damai,
Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab (Radjan, 2019).

Masalah dan Rencana Pemecahannya

Masalah umum dalam penelitian ini yaitu berfokus pada pengelolaan pendidikan karakter anak
melalui cara pandang islam yang diharapkan menjadi solusi dalam permasalahan pemecahan
pendidikan karakter Anak Usia Dini.

Jurnal Pendidikan Tambusai 4


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

Tujuan Penelitian

Secara teoritis tujuan penelitian ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
dalam hal manajemen karakter anak usia dini dalam prespektif islam. Secara paraktis
penelitian ini bertujuan: (a). Bagi peserta didik, agar anak memiliki karakter yang baik untuk
kehidupannya mendatang, (b). Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dalam hal
membangun karakter anak usia dini melalui prespektif islam, (c). Bagi Pendidik, untuk
menambah wawasan akan manfaat dan pentingnya membangun karakter anak usia dini dan
menanamkan karakter dalam prespektif islam.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka yang bersumber
dari artikel, jurnal, buku tentang manajement pendidikan karakter anak usia dini dalam
perspektif islam. Semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka khususnya jenis penelitian
historis yang semua data-data sebagian besar diperoleh melalui kajian pustaka. Namun kajian
pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-
buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang. Apa yang disebut dengan riset
perpustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian (Mestika Zed, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Agama menjadi landasan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Indonesia


mayoritas penduduknya beragama Islam, tentunya pelaksanaan pendidikan karakter sejalan
dengan ajaran Islam. Pada dasarnya Islam juga telah mengatur tentang pendidikan karakter.
Karakter dalam terminologi Islam dikenal sebagai akhlak. Dalam Islam, semua aspek
kehidupan disertai dengan akhlak, beriman dan beribadah pun disertai akhlak.
Pada pendidikan anak usia dini sangat perlu untuk memperhatikan dan menerapkan
pendidikan karakter demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih baik. Dengan
pendidikan karakter itu diharapkan pula anak-anak tumbuh paripurna atau sempurna.
Sehingga perlu adanya manajemen untuk mengembangkan dan menanamkan karakter yang
baik kepada anak yaitu salah satunya dengan proses pendidikan. Manajemen pendidikan
karakter merupakan proses internalisasi nilai-nilai karakter kepada diri peserta didik melalui
berbagai program pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan karakter yang telah ditentukan.
Menurut Marzuki dalam perspektif Islam, ada tujuh nilai karakter yang dapat
diinternalisasikan pada anak. Ketujuh nilai karakter tersebut antara lain empati, hati nurani,
kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan (Wiyanti, 2020). Hal tersebut
sejalan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Pasal 3 Tahun 2017
Tentang Nilai Karakter Dan Pendidikan Budaya yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Suyanto, 2017).
Pendidikan karakter yang harus di praktekkan kepada Anak Usia Dini yang utama
adalah nilai religius, sikap patuh dan taat terhadap aturan agama islam, karena dengan nilai
religius anak akan dapat mengerti dan paham bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan
tuntunan agama, dengan demikian anak akan membiasakan dan mempraktekannya dalam
kehidupan sehari-hari, karena nilai pendidikan karakter yang lainnya akan terbawa ketika anak
sudah menerapkan nilai karakter religius dalam kehidupannya, anak akan bersikap jujur,
toleransi, cinta damai dan karakter lainnya. Sehingga hal paling utama yang harus ditanamkan
kepada anak adalah nilai religius

Jurnal Pendidikan Tambusai 5


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

Pendidikan karakter harus berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Jangan
sampai pendidik mengajari anak-anaknya tentang karakter akhlak, budi pekerti, maupun
kejujuran dengan menekankan pada aspek otak kiri melalui hafalan atau hanya sekedar tahu.
Padahal pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving dan acting. Sedangkan menurut Bohlin cara
menumbuhkan karakter adalah dengan cara mengkaitkan antara the habits of mind, heart, dan
action. (Widianto, 2015)
Santoso mengemukakan bahwa secara umum Anak Usia Dini mempunyai karakteristik
bermacam-macam antara lain suka meniru, ingin mencoba, spontan, ingin tahu, ingin yang
baru, jujur, riang, suka bermain, banyak gerak, suka mewujudkan akunya, unik, susah diatur,
dan egosentris (Sarayati, Sapenriana, 2019) sehingga strategi dan metode dalam
menginternalisasikan nilai karakter tersebut dapat dilakukan dengan cara pembiasaan dan
keteladan, hal tersebut terlihat dari penelitian jurnal sebelumnya diungkapkan bahwa
pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama, baik dilingkungan rumah, sekolah
maupun lingkungan sosial. Terutama di lembaga PAUD pendidikan karakter ini harus dimulai
dari pendidik PAUD itu sendiri, karena akan menjadi role model bagi peserta didik untuk
meneladani karakter pendidik, karena anak pada dasarnya merupakan peniru yang ulung,
keteladanan inilah yang dilakukan oleh Rasulullah untuk membentuk karakter umatnya.
Keteladanan ditunjukkan dengan mengajarkan nilai-nilai karakter seraya
mengaktualisasikannya. Kemudian dengan melakukan pembiasaan, (Mulyasa, 2011)
pendidikan dengan pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran
atau tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Maksud dari kegiatan tidak terprogram
artinya aktivitas yang dilakukan secara rutin dan terjadwal, misalnya sholat dhuha bersama,
baris sebelum masuk pembelajaran, membaca iqra ataupun pembiasaan lainnya.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut diperlukan program untuk
mencapai keberhasilan suatu pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan dalam
menstimuasi karakter anak dapat secara optimal terwujud dan memberikan dampak hasil yang
panjang karena Hunt menyatakan bahwa lingkungan pada tahun-tahun perrmulaan anak (0-
6 tahun) akan memberikan efek belajar yang lama (long term effects) Artinya, anak-anak yang
belajar pada masa ini akan diingat dalam jangka waktu yang panjang hingga usia dewasa
kelak (Suyadi, Ulfah, 2013). Sehingga diperlukan manajemen yang baik dalam program
pembiasaan PAUD. Hasil dari observasi dan penelitian jurnal “Manajemen Program
Pembiasaan Untuk Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak di Paud Banyu Belik Purwokerto”
diungkapkan bahwa manajemen pendidikan ada 3 unsur penting yang harus dilaksankan
dalam satuan pendidikan yaitu perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan untuk
melatih pembiasaan dalam membangun karakter pada Anak Usia Dini (Wiyanti, 2020). Hal
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Perencanaan Program Pembiasaan
Dalam perencanaan kegiatan pembiasaan di PAUD terdiri dari 3 perencanaan, yaitu
RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harian), RPPM (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mingguan), dan PROSEM (Program Semester). Sebelum penyusunan
perencanaan tersebut, diperlukan langkah awal yaitu merumuskan tujuan yang hendak
dicapai, dalam membentuk karakter diperlukan tujuan yang menyangkut nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai karakter islam dan nilai karakter bangsa dan budaya. Seperti yang
diungkapkan Agis Rina Safitri (2016) Pertama, membentuk sikap dasar yang islami melalui
pemberian pengetahuan dasar tentang iman, islam, dan ihsan, pemberian pengetahuan
dasar tentang akhlak yang terpuji dan tercela, memupuk kecintaan kepada Allah dan
rasulnya, serta menumbuhkembangkan kebanggaan terhadap Islam dan semangat
memperjuangkannya. Kedua, membiasakan anak berbudaya dan adab islami melalui
gemar beribadah, gemar belajar, disiplin, mandiri, hidup bersih dan sehat, serta beradab
islami.
b. Pengorganisasian Program Pembiasaan
Dalam pengorganisasian, anak dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan
tahapan usianya, dimana dalam satu kelompok tersebut ada satu orang atau beberapa

Jurnal Pendidikan Tambusai 6


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

pendidik yang bertanggung jawab atas pembentukan karakter anak, pendidik tersebut
adalah pendidik yang sudah memahami akan kebutuhan dan karakteristik setiap anak.
Pendidik pun harus menjadi panutan, agar ketika pembelajaran dan pembiasaan
berlangsung, pendidik dapat menjadi contoh konkret bagi anak. Penentuan
penanggungjawab pelaksana kegiatan bukan hanya akan berimplikasi pada adanya
tanggung jawab tetapi juga pada adanya kewenangan mengenai hal-hal apa saja yang bisa
dilakukan oleh guru dalam implementasi program pembiasaan (Yuliani, 2016)
c. Pelaksanaan Program Pembiasaan
Dalam konteks kekinian, para guru/pendidik sesungguhnya memiliki tugas profetik
melanjutkan misi Nabi SAW (al-ulamâ’u warasatul anbiyâ’) dan menjaga berlangsungnya
pendidikan karakter mulia bagi umat manusia untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan
hidup sejati di dunia dan akhirat. Demikianlah urgensi pendidikan karakter dalam Islam.
Sehingga guru sangat berperan dan mempunyai tanggung jawab besar dalam pendidikan
karakter bagi para peserta didik.
Dengan demikian, dalam melaksanakan program pembiasaan, guru harus memiliki
misi seperti yang dilakukan oleh nabi Muhammad, dimana pendidik merupakan orangtua
bagi anak di sekolah, bukan hanya mengajarkan tetapi membimbing dan senantiasa
menyayangi anak. Pembentukan karakter anak melalui lembaga PAUD harus terorganisir
dan terstruktur, mulai dari keberangkatan anak menuju sekolah sampai anak pulang dari
sekolah. Sehingga proses pembiasaan yang dilakukan tersebut dapat menjadi kebiasaan
baik bagi anak, diharapkan ketika memasuki jenjang yang lebih lanjut anak dapat
menerapkan dan mengaplikasikan kebiasaan baik yang sudah ditanamkan sejak dini di
PAUD.
Setelah dilaksanakan semua proses program pembiasaan, maka guru harus
melakukan proses penilaian terhadap anak, agar pendidikan karakter yang diterapkan bisa
di evaluasi kembali, apabila anak sudah mampu dan terbiasa menerapkan nilai karakter
maka guru harus senantiasa memberikan dukungan untuk selalu terus menerapkan nilai
karakter tersebut, namun apabila anak belum mampu menerapkan nilai karakter maka guru
harus meningkatkan kembali manajemen yang sudah dilaksanakan.
Penilaian pada anak usia dini pada hakikatnya dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang perkembangan dan belajar anak secara akurat, sehingga dapat diberikan
layanan yang tepat (Zahro, 2015). Terdapat tiga tujuan yang dirumuskan menurut National
Association for The Educational of Young Children (NAEYC) (dalam Zahro, 2015), yaitu: 1)
merencanakan pembelajaran kelompok dan individual agar dapat berkomunikasi dengan
orang tua, 2) mengidentifikasi anak yang memerlukan bantuan, dan 3) mengevalusi apakah
tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum.
Teknik penilaian yang biasa digunakan pada pendidikan anak usia dini (PAUD),
antara lain: 1) Observasi/Pengamatan, 2) Wawancara/Percakapan, 3)
Penugasan/Formative assessment, 4) Unjuk kerja/Performance, dan 5) Pemeriksaan
medis (Zahro, 2015). Menurut Yusuf (2009), beberapa ruang lingkup asesmen yang sesuai
untuk memantau perkembangan anak adalah dengan menggunakan observasi,
pencatatan, check list, documenting, portofolio, dan authentic assessment.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng Asmiyanti Nurul Khotimah
(2015) yang berjudul “Pembentukan Karakter Peserta didik Melalui Metode Pembiasaan di
TK Islam Al-Azhar 39 Purwokerto”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan
karakter peserta didik melalui metode pembiasaan di TK Islam Al-Azhar 39 Purwokerto
meliputi: bagaimana karakter yang dibentuk, nilai-nilai karakter dan pembisaan yang
dibentuk meliputi: beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, cinta alam,
disiplin, bertanggungjawab, mandiri, dan bergaya hidup sehat. Dalam penelitian
disimpulkan bahwa pembentukan karakter peserta didik melalui metode pembiasaan cocok
diterapkan di TK Islam Al-Azhar 39 Purwokerto, sesuai dengan perkembangan dan
lingkungan anak. (Khotimah, 2015)
Dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter yang peneliti lakukan dalam
penelitian jurnal sebelumnya diungkapkan bahwa dalam melaksanakan program

Jurnal Pendidikan Tambusai 7


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

pembiasaan pembentukan karakter ini tidak selalu berjalan dengan lancar, namun akan
ada kendala dalam proses pelaksanaannya yaitu pola pikir anak yang masih sulit diatur,
sehingga guru harus penuh dengan kesabaran dalam membimbing anak. Selain guru,
pembentukan terbaik karakter anak yang paling utama adalah orngtua (Khasanah, 2012).
Orangtua adalah penanggung jawab yang paling utama dalam pendidikan untuk anak-
anaknya, peran orang tua sangat menentukan masa depan dan berperan penting dalam
keberhasilan pendidikan anaknya (Umar, 2015).
Pendidikan karakter anak usia dini tidak bisa lepas dari tanggungjawab bersama antara
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ki Hajar Dewantara (2004:71) mengatakan bahwa
pusat pendidikan pertama dan utama adalah keluarga yang paling berpengaruh pada
perkembangan budi pekerti seorang anak hingga kelak menjadi dewasa untuk
kelangsungan hidupnya di masyarakat. Irawati (2017:36) mengemukakan bahwa peran
ayah di dalam keluarga ibarat sebagai kepala sekolah yang bertugas menentukan arah
pendidikan, menyusun kurikulumnya, mencarikan guru dan menyusun target yang harus
dicapai anak dalam mendapatkan ilmu pendidikan. Ibu ibarat sebagai al-madrasatul ula
berperan sebagai guru utama bagi anak-anak yang bertugas memberikan pendidikan sejak
anak dalam kandungan hingga lahir dan dewasa.
Dengan demikian, perlu adanya kontribusi antara pihak sekolah dengan orangtua
dirumah untuk selalu memberikan tuntunan kepada anak dalam pembentukan karakter
yang baik, sehingga pihak sekolah dan orangtua dirumah dapat terintergrasi dan sejalan
dalam mendidik anak. Lingkungan yang islami memiliki kontribusi yang cukup signifikan
dalam pembentukan karakter anak. Ini karena perilaku positif yang di tampilkan oleh orang
dewasa di lingkungan tersebut akan menjadi model percontohan bagi anak dalam
berperilaku (Zamzami, 2017)

SIMPULAN

Menanamkan pembentukan nilai karakter harus dilakukan sejak anak masih dini,
karena pada waktu tersebut merupakan waktu yang paling potensial dan optimal untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik yang mengacu pada kebiasaan islami. Sehingga
diharapkan ketika dewasa kelak anak dapat menjadi diri pribadi yang berkualitas serta menjadi
suri teladan bagi yang lain. Dengan begitu, perlu adanya manajemen yang baik dalam
mendidik anak khususnya dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Manajemen pendidikan
merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha
kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehingga, para pendidik harus bisa mengelola
suatu pembelajaran secara efektif dengan memasukan syari’at islam kedalam proses
pembelajaran agar tujuan dalam pembentukan karakter Anak Usia Dini dapat tercapai. Salah
satunya dengan metode keteladanan dan pembiasaan yang sistematis dalam perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaannya. Tidak cukup hanya sampai disitu, pembentukan
karakter anak juga harus didukung di lingkungan keluarga, karena orangtua merupakan kunci
yang berperan terhadap proses prilaku anak (Khasanah, 2012). Dengan begitu perlu adanya
kerjasama antara pihah sekolah dengan orangtua.
Dari simpulan tersebut, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut, 1) ketika
hendak menanamkan nilai karakter kepada anak maka pendidik atau orangtua harus
mengetahui karakteristik anak, karena setiap anak berbeda mempunyai keunikannya masing-
masing, 2) penanaman karakter perlu mengacu kepada ajaran agama agar pendidik tidak
kehilangan kontrol dalam mendidik anak, 3) pendidik harus menjadi panutan sehingga
sebelum mendidik anak-anak, pendidik harus terlebih dahulu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas diri, 4) dan, pendidik harus tetap sabar jangan menyerah dalam mendidik karakter
yang baik bagi anak untuk keberlangsungan masa depannya

UCAPAN TERIMA KASIH

Jurnal Pendidikan Tambusai 8


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
artikel ini, pertama terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan
kekuatan ketika penyusunan artikel ini, kemudian terkhusus kepada Ibu Revita Yanuarsari,
S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Management Sekolah, serta kepada para
peneliti yang sudah mendedikasikan ilmunya sehingga sangat bermanfaat bagi saya sebagai
bekal ilmu dan sebagai daftar rujukan dalam menyusun artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Radjan,Y.W. (2019). Manajemen Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Dalam Perspektif
Ajaran Katolik. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Manajemen Pendidikan, 1 (2)
Pratama, L. R. (2022). Manajemen Pendidikan Karakter PAUD. JAMBURA Early Childhood
Education, Vol. 04 No. 02. https://doi.org/10.37411/jecej.v4i2.1125
Noor, F.A. 2015. Islam Dalam Perspektif Pendidikan. Jurnal Quality, Vol. 03 No. 02
Suyanto, S. (2012). Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Anak,Vol. 01 No. 01. https://doi.org/10.21831/jpa.v1i1.2898
Surya, Y.F .(2017). Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21
pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 01 No.
01. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.30
Cahyaningrum, Sudaryanti, Purwanto. (2017). Pengembangan Nilai-Nilai Karakter
Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan. Jurnal Pendidikan Anak, Vol.
06 No. 02. https://doi.org/10.21831/jpa.v6i2.17707
Billah, A. (2016). Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini Dalam Perspektif Islam Dan
Implementasinya Dalam Materi Sains. Attarbiyah : Jurnal Budaya dan Pendidikan
Islam , Vol. 01 No. 2.
Sarayati, Sepenriana. (2019). Manajemen Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Di Tk
Negeri 2 Sintang. Dunia Anak : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 01 N0. 01.
https://doi.org/10.31932/jpaud.v1i1.608
Iswantiningtyas, Wulansari. (2018). Pentingnya Penilaian Pendidikan Karakter Anak
Usia Dini, Vol. 01 No. 03
Idris. (2019). Pendidikan Karakter : Perspektif Islam Dan Thomas Lickona. Ta’dibi :
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol VII No. 01.
Nadlifah. (2017). Model Pembinaan Pendidikan Karakter Holistik Integratif di Paud
Terpadu An-Nur Sleman Yogyakarta. Jurnal al Athfal UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Vol 03 No. 01
Zubaidi. (2011). Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Bushtomi, Y. (2018). Modal Utama Agar Menjadi Guru Favorit Bagi Peserta Didiknya. An-
Nab : Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 No. 01 Hal. 92
Wiyani, N. A. (2020). Manajemen Program Pembiasaan Untuk Membentuk Karakter
Mandiri Pada Anak di Paud Banyu Belik Purwokerto. Jurnal Thufula, Vol. 08 No.
01 Hal. 30.
Abdul Haris. (2017). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Al-Munawwarah :
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 09 No. 01
Mestika Zed. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Zamzami, A. B. (2017). Karakter Anak Usia Dini yang Tinggal di Lingkungan Sekitar
Pondok Pesantren. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, Vol.
04 No. 02
Suyadi, Ulfah. M. (2013). Konsep Dasar PAUD. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Khotimah, R.A.N. (2015). Pembentukan Karakter Siswa Melalui Metode
Pembiasaan Di Tk Islam Al Azhar 39 Purwokerto. Purwokerto : IAIN
Purwokerto

Jurnal Pendidikan Tambusai 9


SSN: 2614-6754 (print) Halaman xxx-xxx
ISSN: 2614-3097(online) Volume x Nomor x Tahun xxxx

Widianto, E. 2015. Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini Dalam Keluarga. TRUNOJOYO : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak
Usia Dini, Vol 02 No 1 Hal 33.
Al-Ghazali. 1994. Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Kharisma : Bandung
Saifuddin Aman. 2008. 8 Pesan Lukman Al-Hakim. Almawardi Prima : Jakarta

Jurnal Pendidikan Tambusai 10

Anda mungkin juga menyukai