Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBENTUKAN KARAKTER DEMOKRATIS DALAM


KEGIATAN ORGANISASI SANTRI INTRA PESANTREN DI
PONDOK PESANTREM ASSALAM

FORMATION OF DEMOCRATIC CHARACTER IN THE


ORGANIZATIONAL ACTIVITIES OF INTRA ISLAMIC
BOARDING SCHOOL STUDENTS AT THE ASSALAM ISLAMIC
BOARDING SCHOOL

ANDI ANNISA AMBO


200601500011

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGAARAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERISTAS NEGERI MAKASSAR
20232
i

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun

2017 tentang penguatan pendidikan karakter. Dalam perpes di sebutan, bahwa

gerakan pendidkan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk

memperkuat karakter peserta didik melalui harmoniasasi olah hati, olah rasa, olah

pikir dan olah raga dengan melibatkan antara satuan pendidikan, keluaraga dan

masyarakat.1

Karakter demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 2Pentingnya karakter demokratis ditanamkan

sejak dini yaitu mengingat situasi dan kondisi di Indonesia saat ini terjadi berbagai

kejadian, seperti tawuran pelajar yang mengindikasikan kurang tertanamnya nilai

demokratis seperti menghargai orang lain, menilai hak dan kewajiban setiap orang

sama, musyawarah mufakat, dan taat kepada peraturan yang berlaku di Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Karakter demokratis menunjukkan cara berpikir dan

bersikap menghargai orang lain, toleran dan terbuka, menilai hak dan kewajibannya

sama dengan orang lain, memiliki prinsip musyawarah untuk mufakat, dan menaati

peraturan.3 Karakter demokrasi memiliki ciri-ciri antara lain: cerdas, beriman, mencintai
1
Presiden republik indonesia, penguatan pendidiakn karakter, peraturan presiden republik
indoensia no.87 tahun 2017, 6 september 2017
2
Hafidzah Lulus Ujipriyanti, Sri Muryaningsih, Tri Yuliansyah Bintaro”, “Peningkatan Sikap
Demokratis dan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Group Investigation
(GI) Pada Tema 8 Kelas IV A SD Muhammadiyah Purwokerto”, ELSE (Elementary School Education
Journal Vol.3 No.2 (2019)
3
Dini Aria Farindhni, “Pengembangan Media Video Animasi Untuk Peningkatan Motivasi Belajar
Dan Karakter Demokratis Siswa Kelas V Sekolah Dasar”, Tesis Universitas Negeri Yogyakata
bangsanya, tenggang rasa, berbudi pekerti, tanggung jawab, dan berorientasi ke masa

depan.4 Bertitik tolak dari hal tersebut mengimplikasikan bahwa perlunya upaya

penanaman nilai-nilai karakter demokratis tidak hanya pada sebatas moral knowing

tetapi hingga pada tahap moral action yaitu penanaman nilai-nilai karakter hingga

sampai pada terinternalisasinya nilai-nilai karakter dalam diri anak untuk diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari. 5

Penerapan budaya atau nilai demokrasi ini biasanya hanya dilakukan di

kelas dalam proses pembelajaran. Pihak sekolah juga memberikan fasilitas kepada

siswa dalam bentuk organisasi agar mereka dapat mempraktekkan nilai demokrasi

yang telah diajarkan. Dalam rangka membekali siswa yang nantinya akan terjun

langsung dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, organisasi

ini berupaya menjadikan siswa lebih demokratis, akuntabel, dan santun (Aulawi &

Srinawati, 2019).

Peran organisasi dalam pembentukan karakter adalah sangat strategis karena

untuk membentuk karakter peserta didik yang efektif hanya dapat dilakukan

melalui pendidikan dan organisasi, dalam hal ini warga sekolah (kepala sekolah,

guru, karyawan, dan siswa) memiliki peran yang sangat penting dalam

pembangunan nilai-nilai karakter dan moral siswa. Menurut buku Pedoman

Pelaksanaan Pembentukan Karakter Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud

(2011: 15-22) menyebutkan bahwa pelaksanaan organisasi karakter di satuan

4
Nasution, “Membangun Kemandirian Siswa Melalui Pendidikan Karakter”, Ijtimaiyah: Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Sosial Vol.2 No.1 (2018).
5
Endah Sri Susilaningrum dan Ali Mustadi, “Pengembangan Media Reflective-Picture Storybook
untuk Meningkatkan Karakter Demokratis Siswa Kelas V Sekolah Dasar”, Seminar Nasional
Pendidikan ISBN.978-602-50088-0-1
pendidikan perlu melibatkan seluruh warga sekolah, orang tua siswa dan

masyarakat sekitar.

Demikian betapa pentingnya organisasi, organisasi bertujuan tidak sekedar

proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga

sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa Organisasi,

di samping proses transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses

perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat

sebagaimana yang diungkapkan bahwa:

Organisasi adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku

seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan”

Namun pada kenyataannya selama ini pendidikan hanya menekankan pada aspek

kognitif dan aspek psikomotorik, sehingga aspek afektif belum dilaksanakan

secara proporsional dan diperhatikan secara maksimal, alasannya sangat variatif,

aspek afektif tidak dapat diukur, dievaluasi, diketahui secara langsung hasilnya

dan sebagainya. Padahal aspek afektif menempati posisi penting bagi normalisasi

kehidupan, kenakalan remaja, dekadensi moral, peningkatan kriminalitas, juga

tindakan anarkis lainnya.6

Lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi

muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan

kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan

yang memuat tentang karakter. Sekolah merupakan tempat yang sangat strategis

6
Suardam, “Pembentukan Karakter Melalui Kegiatan Osis SMA Muhammadiyah Kalosi,” Sosiologi
Fakultas Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, 2017, 1–
108.
didalam mengatasi permasalahan degradasi moral dan karakter anak bangsa. Salah

satu cara yang dapat diterapkan oleh sekolah dalam rangka mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler.7

Pendidikan karakter berbentuk demokratis menjadi salah satu karakter

sesuai dengan badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum kementerian

pendidikan nasional. Sifat demokartis dapat berarti seorang yang memiliki

kepribadian yang dapat membantu peserta didik dalam bertindak. Adanya sifat

seperti ini, pesrta didik akan memunculkan rasa nasionalisme, rasa bertanggung

jawab, tak merasakan prasangka buruk dan saling menghargai. Dengan demikian,

mengajarkan peserta didik untuk berkomunikasi terlebih dahulu jika ada masalah,

agar menghindari perkelahian, seperti tawuran, fitnah-fitnahan dan mencuri serta

arogan. Sifat demokratis dapat dididik sejak dini pada peserta didik untuk dapat

menghadapi atau memecahkan masalah dalam kelas. Jadi, peserta didik dapat

belajar dalam penyelesaian masalah dengan cara musyawarah.8

Apabila, sifat ini tidak diajarkan peserta didik sejak dini akan berdampak

ketidakmampuan dalam memecahkan masalah dalam lingkup masyarakat. Oleh

karena itulah pihak Pesantren Assalam berupaya untuk menumbuhkan karakter

demokratis siswa. Dari hasil observasi awal terlihat bahwa para pengurus osip

sudah menanamkan pendidikan karakter demokratis yang terlihat pada saat


7
David Santiago Almeida Prócel Y and Carlos Rubén López Rodríguez DIRECTOR:, “No 主観的健
康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,”
Integration of Climate Protection and Cultural Heritage: Aspects in Policy and Development Plans.
Free and Hanseatic City of Hamburg 26, no. 4 (2013): 1–37.
8
B P Kurniawan, N Nuswantari, and ..., “Pengaruh Sekolah Dalam Membangun Karakter
Demokratis Siswa Kelas XI SMAN 1 Karangjati Tahun Ajaran 2021-2022 Kabupaten Ngawi,”
Seminar Nasional … 10 (2022): 379–89,
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENASSDRA/article/view/2722.
pemilihan ketua osis, pengampilan keputusan dalam rapat osip dilakukan dengan

cara voting bukan penunjukan dari guru. Pada musyawarah tersebut terlihat bahwa

guru hanya sebagai monitoring saja, dan selebihnya dilakukan oleh siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa guru melatih siswa untuk memiliki karakter demokratis

(Hasil Observasi, 2023).

Permasalahan karakter siswa tersebut, perlu diatasi oleh sekolah dengan

menjadikan kegiatan OSIP sebagai sarana untuk memperbaiki karakter santri agar

tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Melalui

kegiatan yang dilaksanakan OSIP seperti kegiatan Masa Perkenalan Lingkungan

Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru, kegiatan pensi dan kegiatan karakter

building diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang baik. Berdasarkan

latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Pembentukan Karakter Demokratis Dalam Kegiatan Organisasi Santri Intra

Pesantren Di Pondok Pesantrem Assalam”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan permasalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran Organisasi Santri Intra Pesanten (OSIP) dalam membentuk

karakter demokrasi pada Santri?

2. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi Pembina OSIP dalam

pemebentukan karakter demokratis


C. Tujuan penelitian

Berdasarakan rumusan masalah yang di paprakan di atas, maka tujuan dari

penelitian yang ingin di capai adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui peran Organisasi Santri Intra Pesantren (OSIP) dalam

membentuk karakter demokrasi pada siswa

2. Untuk mengetahui faktor penghambat yang dihadapi Pembina OSIP dalam

pemebentukan karakter demokratis olah?

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat digunkan sebagai referensi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan

Pembentukan Karakter Demokratis Dalam Kegiatan Organisasi Siswa Intra

Pesantren Di Pondok Pesantrem Assalam

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk peneliti dalam memahami secara

lebih mendalam tentang bagaimana kegiatan OSIP dapat memengaruhi

pembentukan karakter demokrasi pada siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapakan anggota Organisasi Santri Intra Pesantren

(OSIP) dapat menjadi wadah yang mendorong pengembangan karakter

demokrasi yang lebih berkualitas di kalangan siswa lainnya. Ini menciptakan


pemahaman yang lebih baik tentang proses demokrasi dan bagaimana

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Kajian pustaka

1. Karakter

a. Pengertian karakter

Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tabiat, watak,

sifat, akhlak ataupun budi pekerti seseorang yang membedakan seorang individu

dengan individu lainnya.9 Karakter dapat diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya

dari dalam diri seseorang individu tanpa adanya rekayasa, yang membedakan antara

dirinya dengan individu lainnya.10 Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan

personality ( kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang

berkarakter ( a person of character apabila berperilaku sesuai dengan kaidah

moral.11 Sementara Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 3) mengungkapkan bahwa

karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari

hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap dan bertindak.

9
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 682.
10
Uli Amir Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 72.
11
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2012,Cet.2) h. 12.
Kata karakter pada awalnya digunakan untuk untuk menandai hal-hal yang

mengesankan dari koin ( keping uang) . Belakangan, secara umum istilah

“character” digunakan untuk mengartikan hal yang berbeda antara satu hal dengan

yang lainnya, dan akhirnya juga digunakan untuk menyebut kesamaan kualitas

pada tiap orang yang membedakan dengan kualitas lainnya. 12 Pendidikan karakter

dikemukakan oleh Lickona yaitu upaya untuk memperbaiki dan membantu

seseorang dalam memahami, peduli, dan berperilaku sesuai nilai-nilai etis.

Sedangkan menurut Ratna Megawangi karakter yait usaha untuk mendidik anak

anak agar dapat menentukan keputusan dengan bijak dan mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan manfaat bagi

lingkungannya merupakan definisi dari pendidikan karakter. Pengertian

karakterjuga di defenisisikan oleh haedar nashir bahwa karakter sering pula

dikaitakan dengan kepribadian, sehingga pembentukan karakter juga dihubungkan

dengan pembentukan kepribadian.13 Sedangkan muchlas sumani mengemukakan

bahwa karakter sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu

untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, sekolah maupun

masyarakat. 14

b. Tujuan karakter

12
Lihat Fathul Muin, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik: Urgensi Pendidikan
Progresif Dan Revitalisasi Peran Guru Dan Orang Tua ( Cet. Ii:Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011), h.
162.
13
Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Dan Budaya, ( Yogyakarta: Multi Presindo,
2013),h. 11.
14
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakary, 2011), h. 41.
Adapun tujuan pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan

mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan

masyarakat yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan

beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pemberian Pendidikan Karakter

bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat

yang berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri

sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa

diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKN, pendidikan agama, dan

mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa

terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter bertujuan untuk

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang

mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui

pendidikan karakter diharapkan Santri mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam

perilaku sehari-hari.15

Menurut Sahrudin, pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

15
Dada Suhaida, Moad Moad, and Lindasari Lindasari, “PERAN GURU PPKn DALAM
MENANAMKAN KARAKTER DEMOKRATIS SISWA KELAS VII DALAM MENYUSUN ORGANISASI
KELAS DI SMP NEGERI 1 JELIMPO KABUPATEN LANDAK,” Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 4,
no. 2 (2020): 167, https://doi.org/10.31571/pkn.v4i2.2129.
1) Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok

yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2) Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.

3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif.

Adapun tujuan pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan

mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan

masyarakat yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan

beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (2010: 4).

Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai

berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan niali-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepmilikan peserta didik

yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikemmbangkan. Penguatan dan

pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam setting sekolah

merupakan sebuah proses yang membawa peserta didik agar memahami dan

merefleksi pentingnya mewujudkan nilai-nilai dalam perilaku keseharian.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilainilai

yang dikembangkan oleh sekolah. Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk

meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif dengan proses yang

mendidik yaitu menggunakan pola pikir, bukan memaksa kemudian dibarengi


dengan keteladanan lingkungan sekolah dan dirumah yang nantinya menjadi

pembiasaan.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

memerankan tanggung jawab karakter bersama. Karakter di sekolah harus

dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga. Jika pendidikan di

sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik denga guru di

kelas dan sekolah, maka pencapaian nilai-nilai karakter yang diharapkan akan sulit

dicapai.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter

Para ahli membagi faktor-faktor yang mempengaruhi karakter menjadi dua

bagian yaitu internal dan eksternal.16

1) Faktor Internal

a) Insting atau Naluri Setiap manusia pasti akan dipengaruhi oleh naluri

sebelum beraktivitas. Dampak naluri pada orang alami bergantung pada

arahnya. Naluri dapat saja merugikan orang lain, namun ketika kebenaran

mengarah pada hal-hal yang baik, hal itu dapat sangat meningkatkan

karakter seseorang. Karena naluri berkait erat dengan roh manusia, tidak

ada keraguan bahwa makhluk tertinggi yang diciptakan oleh Tuhan adalah

orang yang memiliki akal dan perasaan.

b) Kebiasaan atau Adat Kebiasaan merupakan elemen penting dari

perilaku manusia. Kebiasaan adalah perilaku yang berulang-ulang untuk


16
Mohammad Rudiyanto dan Ria Kasanova, “Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi
Pendidikan Karakter”, Jurnal Pendidikan dan Teknologi Indonesia (JPTI) Vol.1 No.5 ISSN: 2775-
4219 (2021), h. 211.
menyederhanakan kebiasaan. Kebiasaan baik dan buruk berpengaruh besar

pada perkembangan moral manusia, seperti air dan minyak, dan kebiasaan

buruk tidak bisa digabungkan dengan kebiasaan baik.

c) Kemauan atau Kehendak Kemauan adalah salah satu kekuatan di balik

tindakan, hal tersebut adalah kekuatan yang secara serius memotivasi

orang untuk bertindak (moral) untuk mengekspresikan kebaikan dan

kejahatan dan dapat menjadi arah untuk mewujudkan ide apapun.

Kemauan atau kehendak tidak bisa dipisahkan dengan niat. Jika niat ini

didasarkan pada perintah Tuhan seperti ibadah, maka akan mendapatkan

pahala.

d) Suara Hati atau Suara Batin Manusia di dalam dirinya terkadang

memiliki kekuatan untuk memperingatkan, ketika perilaku manusia

terancam dan buruk, kekuatan tersebut adalah suara hati atau hati nurani.

Selain keinginan untuk berbuat baik, suara hati menyampaikan peringatan

dan upaya untuk menghindari bahaya perilaku buruk. Jelas hati nurani atau

batin ini bagi orang biasa untuk melakukan sesuatu yang buruk pada hati

mereka atau mengatakan bahwa mereka memiliki hati yang rendah, namun

karena setan, orang lebih tertarik pada daya mereka.

2) Faktor Eksternal Pendidikan berdampak besar pada pembentukan

karakter. Pendidikan membantu perilaku seseorang menjadi dewasa agar

sesuai dengan perilaku pendidikan formal atau informal. Unsur pendidikan

sangat penting sehingga disposisi individu berkembang dan terkendali

dengan. Pendidikan merupakan investasi bagi masa depan masyarakat,


khususnya anak orang tua. Jika anak berpendidikan rendah, hasilnya akan

mengecewakan, namun jika anak berpendidikan baik, orang tua pasti akan

senang.

a) Pendidikan

Pendidikan berdampak besar pada pembentukan karakter. Pendidikan

membantu perilaku seseorang menjadi dewasa agar sesuai dengan perilaku

pendidikan formal atau informal. Unsur pendidikan sangat penting

sehingga disposisi individu berkembang dan terkendali dengan baik.

Pendidikan merupakan investasi bagi masa depan masyarakat, khususnya

anak orang tua. Jika anak berpendidikan rendah, hasilnya akan

mengecewakan, te namun jika anak berpendidikan baik, orang tua pasti

akan senang.

b) Lingkungan

Salah satu aspek yang membantu membentuk sikap dan perilaku individu

adalah faktor lingkungan tempat mereka hidup. Lingkungan mengacu pada

makhluk hidup, bumi, dan langit, dan istilah lingkungan manusia

mengelilingi manusia dalam arti yang luas. Lingkungan ini juga berperan

penting dalam pembentukan karakter. Anak-anak yang tinggal di

pesantren pasti berbeda dengan anak-anak yang tinggal di lingkungan

prostitusi dalam hal pengetahuan agama.

B. Demokratis

a. Pengertian demokrasi
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan

istilah (terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang

berasal dari bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu

tempat dan “cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara

bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan Negara di mana dalam sistem

pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada

dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh rakyat.

Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para ahli

sebagai berikutMenurut Joseph A. Schemer Demokrasi merupakan suatu perencanaan

institusional untuk mencapai keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh

kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Kementrian

Pendidikan Nasional (2010: 9-10) terdapat sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan

karakter bangsa, diantaranya adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter demokratis

merupakan salah satu dari ke-18 nilai tersebut.

Kementerian Pendidikan Nasional menjelaskan demokratis adalah cara berpikir, bersikap

dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Menurut

abdul Majid dan Dian Andayani (2013: 47) demokratis digambarkan sebagai perilaku

yang suka bekerjasama dalam belajar dan atau bekerja serta mendengar nasihat orang

lain, serta tidak licik dan takabur dan bisa mengikuti aturan. Jadi, dalam dunia

pendidikan, demokratis berarti sikap bersedia menerima pendapat atau gagasan orang

lain, serta berani mengeluarkan pendapat.


Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa demokratis

merupakan bagian dari pembentukan sikap demokrasi dimana demokrasi merupakan

suatu kecenderungan individu untuk berperilaku menghargai pendapat orang lain,

mengutamakan kepentingan bersama, dan ikut berpartisipasi dalam pengambilan suatu

keputusan yang melibatkan dirinya.17

b. Nilai-nilai demokrasi

Nilai-nilai demokrasi adalah takaran, harga sebuah gagasan atau

pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, menghargai

kebebasan berpendapat, memahami dan menyadari keanekaragaman dalam

masyarakat, serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Lebih lanjut

John Dewey dalam Zamroni menyatakan bahwa nilai-nilai demokrasi adalah:

1) Toleransi

Toleransi merupakan suatu sikap yang menghargai dan menjunjung tinggi hak-

hak setiap individu, baik hak beribadat sesuai agama dan kepercayaannya masing-

masing, hak untuk mengemukakan pendapat, hak menjalin hubungan social

dimasyarakat maupun hak-hak yang lain.

2) Menghargai perbedaan pendapat

Ciri dari kehidupan berdemokrasi adalah adanya kebebasan untuk berpendapat.

Oleh karena itu dalam kehidupan berdemokrasi harus mampu menjunjung tinggi

adanya keragaman pendapat dari masing-masing individu. Sikap menjunjung


17
Ana S. Rahmawati and Rahmawati P. Dewi, “View Metadata, Citation and Similar Papers at
Core.Ac.Uk,” PENGARUH PENGGUNAAN PASTA LABU KUNING (Cucurbita Moschata) UNTUK
SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN MIE
KERING 3 (2020): 274–82.
tinggi adanya perbedaan pendapat dalam kehidupan berdemokrasi ini ditunjukkan

dari adanya nilai untuk menghargai setiap pendapat yang dikemukakan orang lain.

3) Memahami dan menyadari keanekaragaman masyarakat

Nilai yang perlu dijunjung tinggi dalam kehidupan berdemokrasi adalah adanya

keanekaragaman yang ada pada masyarakat, baik keanekaragaman ras, suku,

maupun agama. Tanpa adanya kesadaran adanya keanekaragaman yang ada pada

masyarakat maka tidak mungkin nilai demokrasi dapat dijunjung setinggi-

tingginya dan bahkan apabila adanya keragaman tersebut tidak diakui oleh

anggota masyarakat maka yang timbul dimasyarakat adalah perpecahan.

4) Terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia

Sikap terbuka dan kemauan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat

manusia merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam kehidupan

berdemokrasi. Tanpa adanya kemauan untuk terbuka dan menjunjung tinggi nilai-

nilai dan martabat manusia maka yang ada dalam kehidupan bermasyarakat

adalah saling menghina, merendahkan, dan menjatuhkan satu dengan yang lain.

5) Pengendalian diri

Nilai pengendalian diri dalam kehidupan berdemokrasi mutlak diperlukan agar

setiap perbuatan yang dilakukan tidak merugikan orang lain.

6) Kemanusiaan dan kebersamaan


Sikap kemanusiaan dan kebersamaan adalah sudah menjadi salah satu nilai yang

harus dijunjung tinggi dalam kehidupan berdemokrasi sebab sudah menjadi

kodratnya manusia diciptakan sebagai mahluk individu dan sekaligus mahluk

sosial. Dalam kehidupan sosial tanpa adanya kebersamaan dalam menyelesaikan

setiap persoalan yang timbul maka segala sesuatunya akan terasa sangat berat

untuk diselesaikan.

7) Kepercayaan diri

Sikap percaya diri dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting dimiliki oleh

setiap anggota masyarakat guna mengurangi adanya sikap selalu menggantungkan

diri kepada orang lain. Dengan adanya kepercayaan diri yang mantap dalam diri

setiap individu pada mereka cenderung akan terlebih dahulu berusaha

menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi sebelum pada akhirnya meminta

pertolongan orang lain.

8) Ketaatan pada peraturan yang berlaku

Taat dan patuh memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang

ditetapkan. Ketaatan dan kepatuhan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh

akan mewujudkan ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.

Peraturan yang dibuat harus dilaksanakan secara bersama-sama sebab

peraturan tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama. Ketaatan dan kepatuhan

juga merupakan modal yang utama bagi setiap orang untuk mewujudkan keadilan

masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, nilai demokrasi secara individu

hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud


dalam cara bersikap dan bertindak. Nilai yang dikemukakan diatas sesuai dengan

apa yang menjadi nilai demokrasi dan perilaku yang ditanamkan dalam

Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu perilaku yang mendukung kerakyatan yang

mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan atau

golongan sehingga perbedaan 20 pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan dapat

diatasi melalui musyawarah dan mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan

yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia.18

c. Karakter demokaratis

Karakter demokratis sangat diperlukan dimiliki dalam kehidupan masyarakat. Karakter

demokratis diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain (Yaumi, 2014:82). Sejalan dengan pendapat di atas

Faturahman, dkk, (2013:19) menguraikan beberapa indikator yang dapat digunakan

untuk mendeskripsikan karakter demokratis antara lain: 1) Memilih ketua kelompok

berdasarkan suara terbanyak; 2) Memberikan suara dalam pemilihan di kelas dan di

sekolah; 3) Mengemukakan pikiran tentang teman-teman sekelas; 4) Ikut membantu

melaksanakan program ketua kelas; 5) Membiasakan bermusyawarah; 6)

Mengemukakan pendapat tentang teman yang menjadi pemimpinya; 7) Menerima

kekalahan dalam pemilihan dengan ikhlas Tanpa adanya karakter demokratis, maka

solidaritas akan tidak berjalan baik, penghargaan terhadap perbedaan kian luntur

dimana dilanda egoisme semata antar individu maupun kelompok. Secara positif

karakter demokratis banyak memberikan manfaat baik secara moril dan materil.

18
Nungki Dwi Abshita Rini dan Sugijanto et al., “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di
Smp Negeri 3 Gringsing Batang,” Ilmu Politik Dan Ilmu Pemerintahan 3, no. 1 (2019): 17–29,
http://fisip.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/JURNAL-ILMU-PEMERINTAHAN-BARU-
KOREKSI-last.23-35.pdf.
Harapanya di sekolah, peserta didik mempunyai karakter demokratis dan bisa

mengimplementasikanya dengan baik. Pembentukan dan penanaman karakter

demokratis di sekolah memiliki peran penting, yang dilakukan melalui bimbingan,

pemahaman, stimulus, dan keyakinan supaya karakter demokratis ada pada peserta

didik, dan semakin berkembang dapat di implementasikan dengan penuh kesadaran.

Penanaman karakter demokratis di sekolah dapat dilakukan dengan membangun kultur

demokrasi yang berkeadaban kepada siswa dengan menuntut keterlibatan aktif siswa

dalam penyusunan organisasi kelas. Organisasi kelas sendiri merupakan organisasi

terkecil yang berada di suatu sekolah atau bisa dikatakan miniatur sebuah negara yang

dijalankan dalam ruang lingkup yang paling kecil. Sejalan dengan paparan di atas

menurut Winataputra (2012:9) berpendapat bahwa: “Pendidikan kewarganegaraan

dipersekolahan (school civics) memiliki peranan strategis dalam mewujudkan

pengembangan budaya kewarganegaraan demokratis, karena pendidikan

kewarganegaraan merupakan salah satu modal dasar dalam mewujudkan kehidupan

bermasyarakat yang berbudaya dan beradab. Untuk tujuan itu, maka kurikulum dan

proses pembelajaran perlu diupayakan agar lebih mengarah pada tujuan pembangunan

karakter bangsa yang diwujudkan dalam bentuk transformasi pengetahuan

kewarganegaraan (civic knowledge), perilaku kewarganegaraan (civic disposition), dan

kemampuan kewarganegaraan (civic skills) yang dapat mendukung berkembangnya

budaya kewarganegaraan (civic culture)”.

d. Organisasi

1. Pengertian oragnisasi
Organisasi berasal dari bahasa Yunani “Organon” yang berarti sebagian

atau susunan.19 Dalam bahasa Inggris yaitu “organize” yang berarti

mengatur atau menyusun bagian-bagian yang terpisah-pisah sehingga

menjadi satu kesatuan yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan. 20

Dalam beberapa literatur, pemaknaan organisasi bermacammacam

tergantung dari perspektif mana para ahli yang bersangkutan melihatnya.

Sedangkan Eliana Sari mengutip pengertian organisasi dari beberapa ahli,

sebagai berikut:

1) Stephen Robins mengungkapkan bahwa organisasi adalah kesatuan

sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan kepemimpinan yang

dapat diidentifikasi, yang bekerja secara teratur untuk mencapai suatu

tujuan bersama atau tujuan sekelompok orang

2) James D. Money mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk

perkumpulan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

3) Chester I. Barnard menyatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem

usaha bersama antara dua orang atau lebih yang bersifat formal untuk

mencapai suatu tujuan bersama.

4) Sondan P. Siagian menjelaskan bahwasannya organisasi adalah suatu

bentuk persekutuan dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan serta terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki,

dimana selalu terdapat hubungan antara sekelompok orang yang

19
Andi Rasyid Pananrangi, Manajemen Pendidikan, (Makassar: Celebes Media Perkasa, 2017),
139.
20
Sesra Budio, “Komunikasi Organisasi: Konsep Dasar Organisasi”, Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, Vol. 1 No. 2, Juli 2018: 23-30.
disebut dengan pemimpin dan sekelompok orang yang disebut dengan

staf.21 )

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas, dapat disimpulkan

bahwasanya organisasi adalah suatu bentuk perkumpulan orang yang bekerja

sama dalam melaksanakan kegiatan bersama, dan organisasinya digunakan

sebagai wadah untuk bertukar fikiran menguraikan pendapat untuk

menghasilkan suatu bentuk kegiatan dan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai bersama.

c. Macam-macam organisasi

Berdasarkan proses pembentukannya organisasi dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Organisasi Formal

Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan

tertentu yang disadari pula yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal, dalam

AD/ART nya. Kegiatan-kegiatan atau hubungan yang terjadi di dalamnya adalah kegiatan

atau hubungan (jabatan) sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan tertulis yang

telah dirumuskan dan disepakati Ikatan-ikatan yang terdapat dalam organisasi formal

adalah berdasarkan ikatan-ikatan formal.22

b) Organisasi Unformal

Organisasi Non formal adalah organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya,

tujuannya tidak jelas, AD/ART nya pun tidak ada, dan hubungan-hubungan didalamnya

terjalin secara pribadi saja (personal atau privat relationship bukan formal

21
Eliana Sari, Teori Organisasi: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta Timur: Jayabaya University Press,
2006), 1.
22
9 Siswanto dan agus sucipto, Opcit. h. 28
relationship). Sedangkan menurut Chester I Barnard organisasi informal adalah sejumlah

hubungan yang bersifat pribadi. Dalam organisasi formal sering terdapat organisasi

informal dari para karyawannya, organisasi non formal sering terbentuk karena kesamaan

minat, bakat ataupun hobby.23 Organisasi dalam kaitannya dengan pemerintah terbagi

menjadi dua, yaitu:

a) Organisasi resmi

Organisasi resmi adalah organisasi yang dibentuk (ada hubungannya) dengan

pemerintahan atau terdaftar pada lembaran lembaga negara. Contohnya: Departemen

Agama, DMI (Dewan Masjid Indonesia), Organisasi pemuda masjid.

b) Organisasi tidak resmi

Organisasi tidak resmi adalah organisasi yang tidak ada hubungannya dengan

pemerintahan atau tidak terdaftar dalam lembaran negara, seperti organisasi swasta.

Contohnya: Majlis dzikir, Arisan dan komunitas-komunitas lainnya.

C. Kerangka Konsep

23
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h. 58
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan


24
metode deskriptif kualitatif merupakan salah satu penelitian yang bertujuan

menggambarkan dan menelaah masalah yang ada pada masa sekarang secara

efektif. Dalam penelitian ini penulis tidak melakukan manipulasi atau

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian , semua

kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

ini bersifat deskripsif . alasan penelitain menggunakan jenis penelitian tesebut

karena data yang di hasilkan berupa data bukan angka yang berasal dari

wawancara dan catatan dokumen pendukung yang sesuai dengan judul penelitian

yang akan di teliti. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang di

teliti yang di sajikan dalm bentuk naratif.

B. Lokasi penelitian

24
Angga Adiwira, “PERAN OSIS DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DI
MTsS DARUL HIKMAH ACEH BESAR,” 2019, 75.
Lokasi penelitian ini di laksanakan di Pondok Pesantren Assalam, Desa

Timbuseng, Kec. Polut, Kab.Takalar. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah

peneliti ingin mengetahui bagaimana pembentukan karakter demokratis dalam

kegiatan organisasi siswa intra pesantren di Pondok Pesantrem Assalam.

C. Fokus dan deskripsi fokus penelitian

1. Fokus penelitian

Berdasarkan judul yang diangkat oleh peneliti, maka fokus penelitian yaitu

Pembentukan Karakter Demokratis Dalam Kegiatan Organisasi Siswa Intra

Pesantren Di Pondok Pesantrem Assalam.

2. Deskripsi fokus penelitian

Karakter demokratis merupakan sebuah cara yang timbul dari diri seseorang untuk

berfikir, bersikap, dan bertindak menghargai hak dan kewajiban orang lain.

Karakter demokratis sangat penting ada pada setiap diri siswa karena dengan

adanya karakter demokratis siswa akan mampu bersosialisasi dengan masyarakat.

D. Tahap penelitian

Ada tiga tahapan dalam penelitian ini yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan

dan laporan penelitian.

1). Tahap perencanaan

Adapun langkah-langkah penelitian yang termkasud dalam tahap

perencanaan yaitu sebagai berikut:

a. Penentuan atau pemilihan masalah


b. Latar belakang masalah

c. Perumusan atau identifisi masalah

d. Tujuan dan manfaat penelitian

e. Tinjauan pustaka dan kerangka konsep

f. Perumusan dan metode penelitian

Pada tahap dasarnya hasil dari tahap perencanaan ini adalah rancangan

yang sistematika penlusannya mencangkup langkah-langkah di atas.

2). Tahap pelaksanaan

a. pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan data dengan metode wawancara terhadap informan

dengan memberi pertanyaan secara langsung. Pertanyaan yang di ajukan sesuai

dengan instrumen wawancara yang telah disiapkan sesuai dengan peneliti atau

dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang di hadapi.

3). Tahap penulisan laporan

Tahap selanjutkan yang akan di lakaukan setelah tahap perencanaan adalah tahap

penulisan laporan. Penulisan laporan adalah taha akhir dari rangkaian proses

penelitain. Tahap ini membuat hasil penelitian secara tertulis. Laporan secara

tertulis penting untuk di buat agar peneliti dapat mengkomunikasikan hasil

penelitianya kepada pembaca.

E. Jenis dan Sumber Data


Menurut sumber dan penggunanya, data kualitatif dapat di bedakan menjadi

dua yaitu:

1). Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian

dengan melakukan observasi dan wawancara. Dalam hal ini adalah subjek

penelitian (informan) yang bekenaan dengan variabel yang diteliti yaitu santri

yang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Assalam.

2). Data sekunder

Data sukender adalah data yaang dapat memberikan informasi tambahan

mengenai kondisi lingkungan sekolah serta upaya dalam pembangunan karakter.

F. Instrumen penelitian

Menentukan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data

penelitian harus sesuai dengan masalah yang hendak diteliti. Instrumen penelitian

yang dikemukakan oleh sugiyno yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang dimati25.

Mutu alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data penelitian sangat

berpengaruh terhadap keterpercayaan data yang diperoleh. Dengan demikian

ketepatan dan keterpercayaan hasil penelitian sangat ditentukan oleh mutu

instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data.

25
Lihat nana syaodih sukmadinata , metode penelitian pendidikan, h.148.
1. Observasi

Metode ini dipakai seorang peneliti untuk mengamati perilaku atau situasi

individu. Sejauh ini, ada dua jenis observasi yakni observasi partisipan dan

observasi non-partisipan. Dalam observasi partisipan, peneliti adalah

anggota kelompok yang akan diamati.

Hasil yang akurat dan tepat waktu akan diperoleh oleh peneliti tetapi

kadang memiliki masalah bias. Sedangkan dalam pengamatan non-

partisipan, peneliti bukan anggota kelompok yang akan diamati. Sehingga

hasilnya lebih layak karena bebas dari bias tetapi memiliki masalah

ketidaktepatan dan hasil yang tertunda.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap dipakai

untuk penelitian kualitatif. Dalam wawancara, peneliti mengumpulkan

informasi dari responden melalui interaksi verbal. Sebelumnya peneliti

menyiapkan daftar pertanyaan terstruktur yang berkaitan dengan

penelitian. Kemudian peneliti bertemu dengan narasumber dan

mengajukan pertanyaan. Peralatan dan perlengkapan yang dapat

digunakan selama periode wawancara termasuk tape recorder, kertas,

pulpen, laptop, dan lain-lain. Wawancara dapat dilakukan secara pribadi

atau melalui telepon atau sistem surat elektronik (email).

3. Barang dokumentasi

Menurut Suharsini Arikunto, metode dokumentasi ialah metode

mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, transkip,


surat kabar,prasasti, majalah, notulen rapat, agenda serta foto-foto

kegiatan.26Metode dokumentasi dalam penelitian ini, dipergunakan

untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan hasil pengamatan

(observasi).

Metode dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data

dengan mempelajari data-data yang telah didokumentasikan. Dari

asal katanya, dokumentasi, yakni dokumen, berarti barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah,

peraturan-peraturan, dokumen, notula rapat, catatan harian, dan

sebagainya.

G. Prosedur pengumpulan data

Dalam penelitian terdapat prsedur dalam pengumpulan data yang digunakna

yaitu sebagai berikut:

1). Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga peneliti ingin mnegetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, hlm. 206
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan dri pada laporan tentang diri

sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi . 27

2) Dokumentasi

Dokemntasi merupakan catatn peristiwa yang telah berlalu dalam bentuk

tercetak atau tertutulis yang bersifat resmi yang digunakna sebagai bukti-

bukti. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukukan untuk memperkuat data-

data serta temuan dimasyarakat guna melengkap dalam peneluisan karya ini.

H. Pengecekan keabsaan data

Dalam penelitian judul ini data yang digunakan adalah triangulasi.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang

dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide

dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik

sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut

pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda

akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu,

triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang

diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara

mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan

analisis data.28
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung: alfabeta Bandung :2013),
hal.137.

28
Rahardjo, M. Triangulasi dalam penelitian kualitatif (Jakarta ,2010)
I. Analisis data

Adapun analisis data terdiri dari alur kegiatan yaitu sebagai berikut:

a. Reduksi kata

Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data

merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak perlu

data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi

yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Banyaknya

jumlah data dan kompleksnya data, diperlukan analisis data melalui tahap

reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya

data dengan tujuan akhir.

b. Display Data

Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik analisis

data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat sekumpulan data

disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan

kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa

berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan

ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka nantinya data akan

terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin

mudah dipahami.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam teknik

analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap

mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,

persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari

permasalahan yang ada.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

memungkinan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang valid, maka kesimpulan yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Daftar Pustaka
A. Buku

Winarno. (2016). Paradigm Baru Pendidikan Pancasila. Solo. Bumi Medika Imprint PT

Bumi Aksara Group.

B. Jurnal

https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.1342

Adiwira, Angga. “Peran Osis Dalam Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Di Mtss

Darul Hikmah Aceh Besar,” 2019, 75.

Kurniawan, B P, N Nuswantari, and ... “Pengaruh Sekolah Dalam Membangun Karakter

Demokratis Siswa Kelas XI SMAN 1 Karangjati Tahun Ajaran 2021-2022

Kabupaten Ngawi.” Seminar Nasional … 10 (2022): 379–89.

http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENASSDRA/article/view/2722.

Mahardin, Ahmad Fauzan, Muliati, and Nurmawadah Rahmah. “Pembentukan Karakter

Demokratis Melalui Pelaksanaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Number

Head Together Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota Bima.” Jurnal

Pengabdian Magister Pendidikan IPA 5, no. 1 (2022): 107–12.

https://doi.org/10.29303/jpmpi.v5i1.1342.

Rahmawati, Ana S., and Rahmawati P. Dewi. “View Metadata, Citation and Similar

Papers at Core.Ac.Uk.” PENGARUH PENGGUNAAN PASTA LABU KUNING

(Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN MIE KERING 3

(2020): 274–82.
Suardam. “Pembentukan Karakter Melalui Kegiatan Osis SMA Muhammadiyah Kalosi.”

Sosiologi Fakultas Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, 2017, 1–108.

Sugijanto, Nungki Dwi Abshita Rini dan, Abdul Azis Wahab Siti Rahmi Anjani, Dasim

Budimansyah, Jamhur Poti, Suyata Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Maulana Akbar

Sanjani, Jurusan Politik, D A N Kewarganegaraan, et al. “Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Di Smp Negeri 3 Gringsing Batang.” Ilmu Politik Dan Ilmu

Pemerintahan 3, no. 1 (2019): 17–29.

http://fisip.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/JURNAL-ILMU-

PEMERINTAHAN-BARU-KOREKSI-last.23-35.pdf.

Suhaida, Dada, Moad Moad, and Lindasari Lindasari. “Peran Guru Ppkn Dalam

Menanamkan Karakter Demokratis Siswa Kelas Vii Dalam Menyusun Organisasi

Kelas Di Smp Negeri 1 Jelimpo Kabupaten Landak.” Jurnal Pendidikan

Kewarganegaraan 4, no. 2 (2020): 167. https://doi.org/10.31571/pkn.v4i2.2129.

Y, David Santiago Almeida Prócel, and Carlos Rubén López Rodríguez DIRECTOR:

“No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する

共分散構造分析 Title.” Integration of Climate Protection and Cultural Heritage:

Aspects in Policy and Development Plans. Free and Hanseatic City of Hamburg 26,

no. 4 (2013): 1–37.


Karakter demokratis merupakan sebuah cara yang timbul dari diri seseorang untuk

berfikir, bersikap, dan bertindak menghargai hak dan kewajiban orang lain. Di

Indonesia sendiri menghargai hak dan kewajiban orang lain merupakan suatu hal

yang paling penting, dengan sikap ini akan tercermin pribadi seseorang sebagai

warga negara yang baik dan taat pada aturan negaranya. Kementerian Pendidikan

Nasional merumuskan 18 nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam diri siswa

sebagai upaya membangun karakter bangsa. 18 nilai tersebut antara lain, religius,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/berkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, dan tanggung jawab. Pengembangan karakter melalui pendidikan

karakter di sekolah dapat diterapkan melalui berbagai hal di dalam lingkungan

pendidikan, mulai dari sistem sekolah, pembelajaran, dan melalui kegiatan

ekstrakurikuler. 29
29
Mahardin et al., “Pembentukan Karakter Demokratis Melalui Pelaksanaan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota
Dalam buku kebeijakan nasional pembangunan karakter bangsa tahun 2010-

202 ( Pemerintah RI, 2010) dikatakan bahwa pembangunan karakter bangsa

seharusnya mesnjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya

pembagunan harus selalu dipikirkan keterkaiatan dan dampaknya terhadap

pengemabangan karakter. Pembanguanan nasional memosisikan pendidikan

karakter sebagai misi pertama daridelapan misi guna mewujudkan visi

pembangunan nasiona, sebagaimana tercantum dalam Rencanan

Pembangunan Jangka Panjang Nasional30

tahun 2005-2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak

mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan

prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong

royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks (2010:

2-3).

Bima,” Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA 5, no. 1 (2022): 107–12,


https://doi.org/10.29303/jpmpi.v5i1.1342.
30
Mahardin et al.

Anda mungkin juga menyukai