Anda di halaman 1dari 5

INNAL HAMDA LILLAAH, NAHMADUHUU

WA NASTA’IINUHUU WA NASTAGHFIRUHU

WA NA’UUDZUBILLAAHI MIN SYURUURI ‘ANFUSINAA

WA MIN SYAYYI-AATI A’MAALINAA

MAN YAHDILLAAHU FALAA MUDHILLALAHU

WA MAN YUDHLIL FALAA HAADIYALAHU

Membaca syahadat :

ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAAHU

WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU

LAA NABIYYA BA’DAHU

Membaca shalawat :

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN

WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita terhadap Allah SWT. Takwa dalam arti melaksanakan

segala perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA, sebab dengan taqwalah yang akan

mengantarkan kita menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Diantara ketakwaan kita terhadap

Allah adalah mengisi atau memanfaatkan kesehatan dan waktu luang dengan perbuatanperbuatan
yang diridhoi oleh Allah SWT.

Puji dan syukur kita panjatkan kepda Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan kepada

kita untuk kembali melaksanakan sholat Jum’at, betapa banyak orang yang tidak diberi

kesempatan untuk bersholat Jum’at hari ini. Mungkin ada yang sakit, atau bahkan ada yang telah

dicabut nyawanya. Kita termasuk manusia yang berbahagia yang masih segar bugar, dapat

sholat berjamaah dimasjid ini.

Jamaah Jum’at rakhimakumulloh

Ada sebuah hal yang terkadang kita luput memikirkanya, meskipun suatu saat kita bakal

menghadapinya. Apakah perkara itu? Tiada lain adalah kematian. Siapapun akan mengalami

mati, kematian adalah keniscayaan yang dialami oleh setiap manusia walaupun sebabnya

berbeda-beda. Sebagaimana firman Allah


Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, wa nablụkum bisy-syarri wal-khairi fitnah, wa ilainā turja'ụn

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.

Ayat tadi jelas memberitahukan kepada kita tentang kematian setiap yang bernyawa, termasuk di

dalamnya adalah manusia. Hanya saja kapan ajal itu akan datang., jauh atau dekat, diharapkan

atau dijauhi pasti datang pada masing-masing orang. Allah berfirman di dalam QS Al-Jumu’ah ayat 8:

Qul innal-mautallażī tafirrụna min-hu fa innahụ mulāqīkum ṡumma turaddụna ilā 'ālimil-gaibi wasy-
syahādati fa yunabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

Lalu, apa arti kita hidup didunia? Dunia adalah tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat.

Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di

dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan

perjalanan lagi.

Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu benyak menyita hidup kita untuk keperluan

dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa

persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis

oleh kegiatan yang berputar-putar di sekitar dunia. Padahal kita sangat perlu untuk
menyeimbangkan keduanya.

Dalam hal menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, Rasulullah SAW ”Bertakwalah kamu
kepada Allah dimana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat
menghapuskanya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik. ” (HR Tirmidzi dan
Ahmad )

Wasiat Rasulullah ini menunjukan betapa tingginya perhatian Rasulullah kepada kita dengan

memberikan wasiat dalam tiga hal, tentang cara berinteraksi dengan Allah, berinteraksi dengan

nafsu, dan berinteraksi dengan sesama manusia.

Dari hadis tersebut, kita semua bisa merasakan efektifitas kehidupan kita di dunia ini jika

dimanfaatkan untuk kebaikan demi kehidupan di akhirat nanti. Beliau sangat berharap agar kita

bisa berinteraksi dengan benar kepada siapa saja sehingga kita menjadi manusia yang bisa

merasakan kebahagiaan di dunia dan akhirat.


Jamaah yang dimuliakan Allah

Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi

mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak

terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu

melupakan hal itu.

Kita sering mudah berterimakasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada

Allah yang senantiasa memanjakan kita dengan nikmat-nikmat-NYA, kita sering kali

memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu

menghabiskan waktu kita.

Sedangkan dengan mengingat kematian akan mendorong seseorang untuk mempersiap kan

bekal kematian, menghindarkan melakukan perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada

kemaksiatan dan mendorong berlaku taqwa.

Sehubungan dengan Mengingat Kematian ini Rasulullah bersabda:

”perbanyaklah mengingat kematian, Sebab yang demikian itu akan menghapuskan dosa, dan
menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia.”

Dalam perspektif Islam orang yang banyak mengingat kematian dinilai sebagai orang yang cerdik.
Rasulullah SAW. Bersabda: ”secerdik-cerdik manusia adalah yang terbanyak ingatanya kepada
kematian, serta yang terbanyak persiapanya menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang
yang benarbenar cerdik. Dan mereka akan pergi ke alam baka dengan memba wa kemulian dunia
serta kemuliaan akhirat.” (HR Ibnu Majah).

KESIMPULAN :

Jamaah yang dimuliakan Allah

Sekurang-kurangnya ada 7 Cara Mengingat Kematian, sebagai mana berikut ini;

Pertama, Meningkatkan pemahaman tentang kehidupan sesudah mati

Kedua, Menjadikan dunia sebagai tempat menanam kebajikan dan tempat persinggahan. Menanam
benih-benih kebajikan sangat dianjurkan dalam Islam selagi kita hidup di dunia, karena dengan
demikian, kita akan memanen kebajikan itu di akhirat nanti;

Ketiga, penting untuk menyadari bahwa kematian itu sangat dekat dengan kita, kapan pun dan di
manapun, kematian pasti terjadi;

Keempat, dengan membiasakan untuk menjenguk orang sakit baik itu keluarga maupun tetangga
dan mendoakannya agar diberi kesembuhan;

Kelima, bertakziah kepada yang ditimpa musibah kematian, bisa dengan sukarela ikut mengurus,
memandikan, menshalati jenazah dan mengantar jenazah sampai dengan penguburan jenazah.
Keenam, membiasakan diri untuk berziarah kubur, utamanya adalah berziarah kepada sanak
keluarga yang sudah mendahului kita; atau sesekali berziarah ke makam alim-ulama dan waliyullah
di berbagai tempat.

Ketujuh, berusaha untuk selalu berdoa agar pada saatnya, kita dijemput kematian yang diridhai Allah
SWT, yang khusnul khatimah, terbebas dari siksa kubur dan siksa api neraka; memperbanyak dzikir
dan doa yang diajarkan Rasulullah SAW, yang dapat menjadi sarana bagi kita untuk mengingat
kematian dan kehidupan sesudahnya
BARAKALLAHU LII WA LAKUM FILL QUR’AANIL AZHIIM
WA NAFA’NII WA IYYAKUM BIMA FIIHI MINAL AAYAATI WA DZIKRIL HAKIIM
AQUULU QAWLI HAADZA
WA ASTAGHFIRULLAAHAL ‘AZHIIM, LII WA LAKUM WA LII SYAA-IRIL MU’MINIINA WAL
MU’MINAAT WAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT MIN KULLI DZANBIIN
FASTAGHFIRUUHUU INNAHUU HUWAL GHAFUURUR ROHIIM

DUDUK DAN ISTGHFAR ( BATIN )

Khotbah ke 2 :

ALHAMDULILLAH,
ALHAMDULILLAAHI HAMDAN KATSIIRAAN THAYYIBAN MUBAARAKATAN FIIHI
KAMAA YUHIBBU RABBUNAA WA YURIIDUHU
WA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHU
AMMA BA’DU
YA AYYUHALLADZIINA AAMANU ITTAQULLAH WA QULUU QOULAN SADIDAH YUSHLIH
LAKUM  A’MALAKUM WA YAGHFIRLAKUM DZUNUBAKUM WA MAN YUTI’ILLAHA WA
ROSULAHU FAQOD FAAZA FAUZAN AZHIMAN

‘IBAADALLAAH INNALLAAHA YA’MURUKUM BI AMRI HATSUMA KHALAQOKUM. KAMAA


QOULUHU TA’ALA FIT TANZIL: WA MAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLA
LIYA’BUDUUUN.

WA INNALLAAHA WA MALAAIKATAHUU YUSHALLUUNA ‘ALAN NABII


YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU SHALLUU ‘ALAIHI WA SALLIIMU TASLIIMAAN

WA INNALLAAHA WA MALAAIKATAHUU YUSHALLUUNA ‘ALAN NABII


YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU SHALLUU ‘ALAIHI WA SALLIIMU TASLIIMAAN (baca:
TASLIIMAA)

ALLAAHUMMA SHALLI WA SALLIM WA BAARIK ‘ALAA ‘ABDUKAA WA RUSUULIKAA


MUHAMMAD
WA ARDHOLLAHU ‘AN KHULAFAA-UR RAASYIDIIN
ABI BAKRI WA ‘UMAARA WA ‘UTSMAANA WA ‘ALIYIN
WA ‘AN SAA-IRIL AALI MUHAMMAD WASH SHAHBIHI AJMA’IIN
WAT TAABI’IINA WAT TAABI’IT TAABI’IINA
WA MAN TABI’AHUM BI IHSAANIN ILAA YAUMID DIIN
WA ‘ALAINA MA’AHUM BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN

Membaca do’a

ALLAHUMMAGH FIR LIL MU’MINIINA WAL MU’MINAAT WAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT
AL-AHYAA-I MINHUM WAL AMWAAT INNAKAS SAMII’UN QARIIBUN MUJIIBUD DA’WAT
WA YAA QAADHIYAL HAAJAAT
ALLAHUMAGH FIR LANA DZUNUBANA WA KAFFIR ANNA SAYIATINA WA TAWAFANA
MA’AL ABROR.
ALLAHUMMA INNAA NAS ALUKA DAULATAN KHILAFATAN ROOSYIDATAN 'ALA MINHAJIN
NUBUWWATI

Allaahummaghfirlii dzunuubii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiro,


waliljamii'il muslimiina walmuslimaati, walmu'miniina wal mu'minaati Al ahyaa'i minhum wal
amwaati, wataabi' bainanaa wa bainahum bil khoiraati, robbighfir warham wa annta khoirur
roohimiin, walaa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil adhiimi.”

‘IBAADALLAH
INNALLAAHA YA’MURUU BIL ‘ADLI WAL IHSAAN
WA IITAA-I DZIL QURBAA
WA YANHAA ‘ANIL FAHSYAA-I WAL MUNKARI WAL BAGHYI YAIZHZHUKUM LA’ALLAKUM
TADZAKKARUUN
FADZKURULLAAHAL ‘AZHIIMA YADZKURKUM
WASTAGHFIRULLAAHAL AZHIMA YASTAJIB LAKUM
WASYKURUUHU ‘ALAA NI’AMIHI YAZIDKUM
WA LADZIKRULLAAHI AKBARU
WA AQIIMUSH SHALAH

Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu


ilaika

Anda mungkin juga menyukai