MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ASISTEN KAPOLRI BIDANG LOGISTIK
TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN
PELUMAS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Asisten Kapolri bidang Logistik ini yang
dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
2. Kepala Polri yang selanjutnya disebut Kapolri
adalah pimpinan Polri dan penanggung jawab
penyelenggaraan fungsi Kepolisian.
3. Markas Besar Polri yang selanjutnya disebut Mabes
Polri adalah kesatuan organisasi Polri pada tingkat
pusat.
4. Staf Logistik Polri yang selanjutnya disebut Slog Polri
adalah unsur pengawas dan pembantu pimpinan
dalam bidang manajeman logistik pada tingkat Mabes
Polri yang berada di bawah Kapolri.
5. Bahan Bakar Minyak dan Pelumas yang selanjutnya
disebut BMP adalah hasil bumi/nabati yang diperoleh
dari pengelolaan langsung bahan dasar atau produk
-3-
Pasal 2
Pengelolaan BMP di lingkungan Polri dilaksanakan dengan
prinsip:
a. tepat jenis, yaitu pemenuhan kebutuhan BMP sesuai
peruntukannya;
b. tepat mutu, yaitu dukungan BMP sesuai Certificate Of
Original (COO) atau setara;
c. tepat jumlah, yaitu pemenuhan kebutuhan BMP
sesuai jumlah dukungan;
d. tepat waktu, yaitu pemenuhan kebutuhan BMP tepat
pada waktunya;
-5-
Pasal 3
Pengelolaan BMP Polri meliputi:
a. perencanaan;
b. pengorganisasian;
c. pelaksanaan, meliputi:
1. pengadaan;
2. pendistribusian;
3. penghapusan;
4. penatausahaan; dan
5. pengawasan dan pengendalian.
BAB II
PERENCANAAN
Bagian Kesatu
Tingkat Mabes Polri
Pasal 4
Perencanaan BMP di tingkat Mabes Polri bersifat Rutin,
yaitu penentuan Renbut BMP secara berjenjang dari Satkai
III ke Satkai II dan diteruskan ke Satkai I, meliputi:
a. Renbut tahunan;
b. Renbut triwulan; dan
c. Renbut operasi Kepolisian.
Pasal 5
(1) Renbut tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 huruf a dibuat berdasarkan data jumlah Almatsus
-6-
Pasal 6
(1) Renbut triwulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 huruf b merupakan Renbut yang diajukan setiap
triwulan secara berjenjang dari Satkai III kepada
Satkai II dan Satkai II ke Satkai I, sebagai dasar
penentuan pendistribusian BMP setiap triwulan
dengan menggunakan formulir:
a. form 3-011 adalah formulir yang digunakan
untuk pengajuan Renbut BMP triwulan;
-7-
Pasal 7
Renbut operasi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c disusun oleh satuan kerja penanggung
jawab operasi untuk diusulkan kepada Asisten Kapolri
bidang Perencanaan Umum melalui Asisten Kapolri bidang
Operasi.
Bagian Kedua
Tingkat Kewilayahan
Pasal 8
Perencanaan BMP pada tingkat kewilayahan bersifat rutin,
merupakan kegiatan perencanaan kebutuhan BMP secara
berjenjang dari satuan pengguna kepada satuan penerima
DIPA, meliputi:
a. Renbut tahunan;
b. Renbut triwulan; dan
c. Renbut operasi Kepolisian.
Pasal 9
Renbut tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf a berdasarkan data jumlah Almatsus Polri pengguna
BMP, Norma Indeks x Hari Bekal x Jam Layar/Jam
-8-
Pasal 10
(1) Renbut triwulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf b adalah Renbut yang diajukan setiap triwulan
secara berjenjang dari satuan pengguna kepada
satuan penerima DIPA sebagai dasar penentuan
pendistribusian BMP setiap triwulan dengan
menggunakan formulir:
a. form 3-011, yaitu formulir Renbut BMP triwulan;
b. form 3-022, yaitu formulir data nominatif
Almatsus Polri yang menggunakan BMP;
c. form 3-023, yaitu formulir rekapitulasi Almatsus
Polri yang menggunakan BMP; dan
d. form 3-012, yaitu formulir dukungan BMP untuk
intensitas kegiatan.
-9-
Pasal 11
Renbut operasi Kepolisian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c disusun oleh satuan kerja penanggung
jawab operasi dan diusulkan oleh satuan penerima DIPA
untuk diajukan kepada Kepala Biro Operasional Kepolisian
Daerah.
Pasal 12
Rencana kebutuhan BMP yang bersifat mendesak
disebabkan adanya kegiatan force majeure atau
kegiatan lain di luar rencana diajukan langsung kepada
Kapolri dengan tembusan Asisten Kapolri bidang Operasi,
Asisten Kapolri bidang Logistik dan Asisten Kapolri bidang
Perencanaan Umum.
BAB III
PENGORGANISASIAN
Bagian Kesatu
Tingkat Mabes Polri
Pasal 13
Pengorganisasian Pengelola BMP di tingkat Mabes Polri
ditunjuk berdasarkan Keputusan Kapolri, dengan susunan:
a. Satkai I;
b. Satkai II; dan
c. Satkai III.
- 10 -
Pasal 14
(1) Satkai I ditunjuk berdasarkan Keputusan Kapolri.
(2) Satkai I bertugas:
a. menyusun Rebut BMP tahunan Satker Mabes
Polri;
b. menerima DIPA BMP untuk Tingkat Mabes Polri;
c. melaksanakan pengadaan/kontrak BMP Tingkat
Mabes Polri dengan penyedia;
d. mengajukan surat perintah pelaksanaan
pengadaan BMP tahunan yang ditandatangani
oleh Kapolri;
e. menerbitkan surat perintah pendistribusian BMP
setiap triwulan kepada Satkai II BMP;
f. menerbitkan surat perintah penyaluran BMP dan
rinciannya setiap triwulan kepada Satkai II BMP;
g. mengajukan surat permohonan penyediaan BMP
kepada pihak penyedia;
h. melaksanakan Pencocokan dan Penelitian (Coklit)
dan pembayaran penggunaan BMP Tingkat Mabes
Polri;
i. melaksanakan pengawasan dan pengendalian
BMP Tingkat Mabes Polri;
j. membuat petunjuk dan arahan teknis
pengelolaan BMP; dan
k. melaksanakan koordinasi dengan Penyedia BMP
dan instansi terkait.
Pasal 15
(1) Satkai II ditunjuk berdasarkan Keputusan Kapolri.
(2) Satkai II bertugas:
a. menerima Renbut Tahunan dan Triwulan dari
Satkai III;
b. menyusun dan mengajukan Renbut Tahunan dan
Triwulan kepada Satkai I;
c. menerima surat perintah penyaluran BMP dari
Satkai I;
- 11 -
Pasal 16
(1) Satkai III ditunjuk berdasarkan Keputusan Kapolri.
(2) Satkai III bertugas:
a. membuat Renbut BMP Tahunan dan Triwulan
kepada Satkai II;
b. menerima surat perintah pelaksanaan
Pengambilan BMP dari Satkai II;
c. menyerahkan Surat Perintah Pelaksanaan
Pengambilan BMP ke Penyedia selanjutnya Satkai
III menerima LO;
d. melaksanakan pendistribusian BMP kepada
pengguna BMP dalam bentuk Ranjen dan Kupon;
e. membuat laporan harian, mingguan dan bulanan;
f. melaksanakan Coklit terhadap pemakaian BMP;
g. melaporkan untuk pencatatan pada aplikasi
Sistem Informasi Akuntansi; dan
h. melaksanakan koordinasi dengan Penyedia dan
tempat pengisian.
- 12 -
Bagian Kedua
Tingkat Kewilayahan
Pasal 17
(1) Pengorganisasian Pengelola BMP di tingkat
kewilayahan adalah penerima DIPA dan dalam
pelaksanaan pengelolaannya dikuatkan berdasarkan
Keputusan Kepala Kepolisian Daerah.
(2) Penerima DIPA/pengelola BMP di tingkat Wilayah
bertugas dan bertanggung jawab:
a. membuat Renbut BMP tahunan untuk satuan
kerja jajarannya;`
b. menerima DIPA BMP;
c. melaksanakan pengadaan BMP untuk satuan
kerja jajarannya;
d. melaksanakan pendistribusian BMP setiap
triwulan/bulanan dalam bentuk surat perintah
pelaksanaan pengambilan BMP;
e. melaksanakan pengawasan dan pengendalian
BMP untuk satuan kerja jajarannya;
f. melaksanakan koordinasi dengan Penyedia dan
instansi terkait;
g. melaksanakan Pencocokan dan Penelitian (Coklit)
dan pembayaran penggunaan BMP untuk Satuan
Kerja jajarannya;
h. melaksanakan pelaporan untuk pencatatan pada
aplikasi Sistem Informasi Akuntansi; dan
i. melaporkan pelaksanaan pengelolaan BMP
kepada Kepala Kepolisian Daerah u.p. Kepala Biro
Sarana dan Prasarana Kepolisian Daerah untuk
diteruskan kepada Asisten Kapolri bidang Logistik
selaku Pembina Fungsi.
- 13 -
BAB IV
PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Pengadaan
Pasal 18
(1) Pengadaan BMP dilaksanakan di:
a. tingkat Mabes Polri; dan
b. tingkat kewilayahan.
(2) Pengadaan BMP Tingkat Mabes Polri dilaksanakan
oleh Satkai I Mabes Polri dengan kontrak perjanjian
jual beli dengan perusahaan penyedia untuk
pelayanan dan pengisian BMP tingkat Mabes Polri
selama satu tahun anggaran sesuai ketentuan yang
berlaku.
(3) Pengadaan BMP pada tingkat kewilayahan
dilaksanakan oleh penerima DIPA BMP dengan
kontrak perjanjian jual beli dengan perusahaan
penyedia yang berada pada wilayah tersebut untuk
pelayanan dan pengisian BMP bagi tingkat
kewilayahan selama satu tahun anggaran yang
tertuang dalam kontrak perjanjian.
Bagian Kedua
Pendistribusian
Pasal 19
(1) Pendistribusian BMP dilaksanakan pada tingkat:
a. Mabes Polri; dan
b. kewilayahan.
(2) Pendistribusian BMP pada tingkat Mabes Polri
menggunakan sistem Satkai dengan pelaksanaan
penyaluran secara berjenjang:
a. Satkai I:
1. mengeluarkan surat perintah penyaluran
BMP beserta rincian alokasi kepada Satkai
- 14 -
Pasal 20
(1) Pendistribusian oleh Satkai III yang memiliki SPBP
Statis/Mobile sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) huruf c angka 1, dengan kegiatan:
a. menerima surat perintah pelaksanaan
pengambilan BMP (Form 3-016) dari Satkai II;
b. membuat surat perintah pendistribusian BMP
beserta rincian alokasinya sesuai dengan jumlah
Almatsus Polri pemakai BMP dan ditandatangani
oleh Kepala Satkai III;
- 15 -
Pasal 21
(1) Pendistribusian BMP pada tingkat kewilayahan
dilaksanakan oleh penerima DIPA BMP dan
dalam pelaksanaan pengelolaannya ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah.
(2) Pendistribusian BMP oleh tingkat kewilayahan
meliputi:
a. yang memiliki SPBP Statis/Mobile;
b. yang menitipkan di SPBU; dan
c. yang dalam pendistribusian BMP tersebut
menggunakan kemasan lain yang memenuhi
syarat.
Pasal 22
(1) Pendistribusian oleh tingkat kewilayahan
yang memiliki SPBP Statis/Mobile sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a, dengan
kegiatan:
a. menerima surat perintah penyaluran BMP beserta
rincian alokasinya;
b. menerima surat perintah pelaksanaan
pengambilan BMP (Form 3-016);
c. melaksanakan penukaran surat perintah
pelaksanaan pengambilan BMP (Form 3-016)
pada Penyedia dengan LO;
d. menerima BMP sesuai dengan LO;
e. menerima Invoice bukti pengambilan BMP dari
Penyedia setempat meliputi jenis jenis BMP,
kuantum, dan harga;
f. melaksanakan koordinasi dengan Penyedia
apabila ada permasalahan lainnya.
g. pelaksanaan penyaluran BMP dengan
menggunakan formulir:
1. kartu ranjen (Form 3-019) untuk Almatsus
Polri pemakai BMP dengan jumlah
dukungan sesuai dengan ketentuan
norma indeks pembekalan yang berlaku;
- 18 -
Pasal 23
(1) Biaya angkut adalah biaya yang timbul akibat adanya
pengangkutan barang dari penyedia kepada pengguna.
(2) Biaya titip adalah biaya yang timbul akibat adanya
penitipan barang di SPBU.
(3) Biaya susut/penguapan adalah yang timbul akibat
adanya penguapan dan susut mulai dari pengiriman
sampai penyimpanan serta pelayanan kepada
Almatsus Polri pengguna BMP.
(4) Biaya angkut dan biaya titip dibebankan kepada
penyedia.
(5) Bagi Satuan Kerja yang menitipkan BMP pada SPBU,
biaya susut/penguapan dibebankan kepada penyedia.
(6) Bagi Satuan Kerja yang memiliki SPBP Statis/Mobile,
biaya susut/penguapan dibebankan kepada pemilik
SPBP Statis/mobile dengan batas toleransi 1,5 % dari
jumlah barang.
Pasal 24
(1) Penyimpanan BMP adalah suatu kegiatan dan usaha
untuk melakukan pengelolaan barang persediaan
(inventory) di tempat yang telah ditentukan untuk
digunakan di kemudian hari, bagi yang memiliki SPBP
atau tangki timbun dapat menyimpan di Satuan
masing-masing, tetapi bagi yang belum memiliki SPBP
- 20 -
Bagian Ketiga
Penghapusan
Pasal 25
(1) Penghapusan BMP ialah tindakan penghapusan
barang milik negara berupa BMP dari daftar barang
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat
yang berwenang untuk membebaskan pengguna
barang dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau
pengelola barang dari tanggung jawab administrasi
dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
(2) Penghapusan BMP dilaksanakan dengan
pertimbangan:
a. rusak, dan, tidak dapat dipergunakan; dan
b. kedaluwarsa dan berkurang nilai kegunaannya.
(3) Tata cara penghapusan BMP dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 21 -
Bagian Keempat
Penatausahaan
Pasal 26
Penatausahaan merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan Barang
Milik Negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 27
(1) Pengawasan pengelolaan BMP meliputi:
a. pengawasan atas penyelenggaraan fungsi
pembekalan BMP dilaksanakan dengan
supervisi, kunjungan kerja dan pemeriksaan
internal/eksternal terhadap pengelolaan
BMP;
b. pengawasan kegiatan harian pengisian BMP
ke Almatsus Polri pengguna BMP; dan
c. pengawasan terhadap dokumen alokasi BMP
surat perintah penyaluran BMP, surat perintah
pelaksanaan pengambilan BMP, kartu ranjen
BMP, kupon dukungan BMP dilaksanakan untuk
mencegah dilampauinya batas anggaran dan
kuantum jenis BMP, dengan menggunakan
formulir pengawasan sprin/surat perintah
penyaluran BMP/surat perintah pelaksanaan
pengambilan BMP (Form 3-026) yang dilampiri
laporan pelaksanaan sprin/surat perintah
penyaluran BMP/surat perintah pelaksanaan
pengambilan BMP (Form 3-025).
- 22 -
Bagian Kedua
Pengendalian
Pasal 28
Pengendalian pengelolaan BMP meliputi:
- 23 -
a. inventarisasi;
b. laporan;
c. pertanggungjawaban; dan
d. evaluasi.
Pasal 29
Inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf a merupakan kegiatan pendataan terhadap Almatsus
Polri pengguna BMP yang diperoleh dari laporan bulanan
Barang Milik Negara Slog Polri dan penambahan
transportasi operasional Polri tahun berjalan sebagai dasar
perhitungan dalam penyusunan Renbut BMP.
Pasal 30
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b
terdiri atas:
a. laporan harian BMP (Form 3-027);
b. rekapitulasi laporan harian BMP (Form 3-028)
c. laporan mingguan (Form 3-029);
d. laporan bulanan (Form 3-030);
e. laporan triwulan (Form 3-031); dan
f. laporan tahunan.
Pasal 31
(1) Laporan harian BBM (Form 3-027) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf a dilaksananakan
oleh pengelola BMP pada SPBP atau pengelola pada
tempat pengisian BMP yang ditunjuk pihak penyedia
yang merupakan pencatatan atas pengambilan BMP
dalam bentuk kartu ranjen dan kupon dukungan BMP
setiap hari setelah jam dinas;
(2) Rekapitulasi laporan harian BMP (Form 3-028)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b,
meliputi:
a. petugas/pengelola di tingkat Mabes Polri yang
melayani pengisian dari SPBP ke Almatsus
membuat rekapitulasi laporan harian BMP (Form
- 24 -
Pasal 32
(1) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf c meliputi:
a. pertanggungjawaban atas penggunaan BMP;
1. setiap akhir jam dinas pengelola BMP pada
SPBP atau pengelola pada tempat pengisian
BMP yang ditunjuk pihak penyedia
membuat pertanggungjawaban harian
mengenai persediaan awal, penerimaan,
pengeluaran dan persediaan akhir BMP
yang ada dalam pengelolaannya dan
dituangkan dalam daftar bukti
- 26 -
Pasal 33
(1) Evaluasi pengelolaan BMP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf d dilaksanakan dengan mengkaji
dan menelaah hasil supervisi, kunjungan kerja dan
laporan pelaksanaan dari Satuan Kerja pengelola BMP
Mabes Polri dan kewilayahan, yang dilaksanakan
secara internal oleh pengemban fungsi pengawasan
Mabes Polri/kewilayahan dan secara eksternal oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
(BPKP).
(2) Hasil evaluasi dan penelaahan merupakan informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan/penentuan kebijakan pimpinan
lebih lanjut.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat peraturan Asisten Kapolri bidang Logistik ini
mulai berlaku, Peraturan Asisten Kapolri bidang Sarana
dan Prasarana Nomor 3 Tahun 2014 tentang Mekanisme
Penyelenggaraan Pengelolaan Bahan Bakar Minyak dan
Pelumas (BMP) Secara Desentralisasi di Lingkungan Polri,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 28 -
Pasal 35
Peraturan Asisten Kapolri Bidang Logistik ini mulai berlaku
pada tanggal disahkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Agustus 2018
Ttd
ASEP SUHENDAR
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 17 September 2018
Paraf :
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA 1. Karojianstra Slog Polri : …
REPUBLIK INDONESIA, 2. Kadivkum Polri: …
3. Kasetum Polri :…
Ttd. 4. Wakapolri: ….
LAMPIRAN
PERATURAN ASISTEN KAPOLRI BIDANG LOGISTIK
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
PENGELOLAAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN
PELUMAS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR FORMAT
NO. JENIS/NAMA FORMAT
\
....................Tanggal.................
*) Kopstuk
**) Coret yang tidak perlu NAMA JABATAN
Catatan:
1. Satkai I menerima dari Satkai II paling lambat pada bulan Februari
2. Satkai II menerima dari Satkai III paling lambat bulan Januari NAMA
PANGKAT/NRP
- 31 -
Jumlah Biaya:
....................Tanggal................
*) Kopstuk
**) Coret yang tidak perlu NAMA JABATAN
Catatan:
1. Satkai I menerima dari Satkai II paling lambat tgl. 5 bulan kedua Tw. Berjalan.
2. Satkai II menerima dari Satkai III paling lambat tgl. 15 bulan kedua Tw. Berjalan NAMA
PANGKAT/NRP
- 32 -
............................Tanggal......................
*) Kopstuk
**) Coret yang tidak perlu NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 33 -
............................Tanggal......................
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 34 -
5. BUKU PERTANGGUNG JAWABAN BMP: 3-014
BUKU
PERTANGGUNGJAWABAN
MENGETAHUI
..........................................** ...........................................***
Nomor ...........................................
Pertimbangan: Dasar:
Bahwa perlu segera mengalokasikan BMP 1. Sprin Nomor : ...............................
untuk Mendukung Rutin/Operasi**)
Dalam bulan : ............................ Tanggal : ...............................
Tahun Anggaran : ............................
2. ......................................................
DIPERINTAHKAN
Kepada: ..........................................................................................................................................................................
Untuk : 1. Menyalurkan BMP dukungan rutin/Operasi**) dengan perincian sebagai berikut:
Jumlah biaya:
Terbilang:
Di keluarkan di : ....................
pada tanggal : ....................
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 36 -
Pertimbangan: Dasar:
Bahwa perlu segera mengalokasikan BMP 1. Sprin Nomor : .................................
untuk Mendukung Rutin/Operasi**) Tanggal : .................................
Dalam bulan : ............................
Tahun Anggaran : ............................ 2. SP2M Nomor: ..................................
Tanggal : ...................................
DIPERINTAHKAN
Kepada: ...............................................................................................................
Untuk : 1. Mengambil BMP dukungan rutin/Operasi**) dengan perincian sebagai berikut:
Jumlah biaya:
Terbilang:
Di keluarkan di : ....................
pada tanggal : ....................
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 37 -
DIPERINTAHKAN
Kepada: ...............................................................................................................
Untuk : 1. Mengambil BMP dukungan rutin/Operasi**) dengan perincian sebagai berikut:
Di keluarkan di : ....................
Pada tanggal : ....................
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 38 -
Kesatuan :
Dasar :
Surat Perintah Pengeluaran BMP Nomor : ..................................................................... tanggal ......................................
Tentang Pengeluaran BMP kepada .................................................................................................................. .................
1 2 3 4 5 6 7
................................................................................................................................ ....................................................................
form 3-019
TGL 1 2 3 4 5 6
……………………………………….
24 Catatan : Tidak berlaku untuk 14
kendaraan lain nomor
22 21 20 19 18 17 16
- 40 -
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
...................................................................
Nomor : ……………………………………………
Form : 3-021
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Halaman : ..................
................................................................... Lembar ke : .................
No Pompa/Refueler/Bunker**): ................
Jumlah :
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 42 -
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 43 -
Form : 3-023
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Halaman : .........................
................................................................... Lembar ke: .........................
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 44 -
15. DATA KEKUATAN SARANA PELAYANAN BMP: 3-024
NO JENIS SARANA SATUAN KONDISI JUMLAH LOKASI TIPE/MERK KAPASITAS TAHUN NO KETERANGAN
URUT B RR RB PEMBUATAN REGISTRASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 45 -
Tembusan:
Catatan:
- Laplak SP2M : dilampiri dengan PNBP-109 dan form pengawas SP3M ...................Tanggal...................
- Laplak SP2M : dilampiri dengan laplak SP3M dan form pengawas SP2M
- Catatan : Satkai I menerima dari Satkai III paling lambat tgl 30 bulan pertama Tw. Selanjutnya NAMA JABATAN
Satkai III menerima dari Satkai II paling lambat tgl 30 bulan pertama Tw. Selanjutnya
NAMA
PANGKAT/NRP
- 46 -
A. Dasar:
No. Sprin/SP2M/SP3M Jenis dan Kuantum BMP Plafond (Rp)
Urut Nomor Tanggal Mesran Meditran **) **) **) **) **) **) **)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1.
B. Pelaksanaan:
No. Sprin/SP2M/SP3M Jenis dan Kuantum BMP Plafond (Rp)
Urut Nomor Tanggal Mesran Meditran **) **) **) **) **) **) **)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1.
2.
Jumlah sementara B
Jumlah selisih A-B
Jumlah akhir B
Selisih akhir A-B
...............TANGGAL............
NAMA JABATAN
SELAKU
KA SATKAI III
NAMA
PANGKAT/NRP
- 47 -
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 48 -
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 49 -
SATKAI I: .................. SATKAI II: ............................ SATKAI III: .......................... MINGGU KE: ...................... BULAN: ......................... TAHUN: ...........................
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 50 -
...............Tanggal............
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
- 51 -
...............Tanggal................
NAMA JABATAN
NAMA
PANGKAT/NRP
Paraf :
Ditetapkan di Jakarta
1. Karojianstra Slog Polri : … pada tanggal 30 Agustus 2018
2. Kadivkum Polri: … ASISTEN KAPOLRI BIDANG LOGISTIK,
3. Kasetum Polri: …..
4. Wakapolri: ….. Ttd.
ASEP SUHENDAR