Anda di halaman 1dari 2

Tema : Anak yang Durhaka pada Ibunya

Judul : Malin Kundang


Tokoh Utama :
 Tama sebagai Malin Kundang
Tokoh Pembantu :
 Nafis sebagai Istri Malin Kundang
 Cia sebagai Ibu Malin Kundang
 Aril sebagai Pembaca Alur Cerita
 Dicky sebagai Pengawal Malin Kundang
 Chika sebagai Anak Perempuan Ibu Malin Kundang

Alur Cerita : Pada suatu hari hiduplah keluarga kecil yang kekurangan, keluarga itu adalah keluarga
Malin Kundang. Pada suatu hari Malin Kundang melamunkan keinginannya bahwa jika dia sudah
besar maka dia ingin pergi merantau untuk menafkahi keluarganya. Selang beberapa tahun berlalu,
Malin Kundang kini sudah dewasa dia ingin mengabulkan impiannya sejak kecil, keesokan harinya
Malin Kundang meminta izin kepada kakak dan ibunya untuk pergi merantau. Saat diperjalanan
Malin Kundang bertemu dengan gadis cantik yang kesusahan. Segeralah Malin Kundang
menolongnya. Setelah ditolong oleh Malin Kundang, Wanita itu memperkenalkan dirinya dengan
nama Laras. Setelah tau bahwa Malin Kundang pergi merantau, Laras pun membawanya untuk
tinggal di rumahnya, ternyata Laras adalah anak bangsawan. Hari demi hari pun berlalu, keduanya
sama-sama menyukai satu sama lain. Akhirnya mereka pun menikah. Berbeda dengan keadaan
Malin Kundang yang bahagia, keluarga Malin Kundang begitu sedih karena Malin Kundang belum
juga pulang, hingga pada suatu hari keluarga Malin mendengar bahwa ada kapal besar yang
berlabuh di Pulau tersebut. Segeralah mereka berangkat untuk melihat kapal itu, alangkah
terkejutnya mereka karena yang sedang ada di atas kapal adalah Malin Kundang dan seorang
Wanita. Ibu Malin segera berteriak girang. Tapi naasnya Malin pura-pura tidak mengenal mereka,
malah dia mempermalukan mereka. Dengan sangat marah Ibu Malin segera mengutuk Malin
menjadi batu Bersama dengan istri dan prajuritnya.

Dialog:
Aril : pada zaman dahulu, hiduplah keluarga dengan hidup yang serba kekurangan (dengan wajah
ceria).
Cia : Malin anakku jika engkau sudah dewasa mau jadi apa?
Tama : Malin pengen merantau Buk biar kitab isa hidup enak (kata Malin dengan semangat dan
ceria).
Chika : Tapi Malin, kami tidak mau lagi kehilangan kamu seperti nasib Bapak kita.
Tama : Percayalah Kak, Malin nanti akan Kembali setelah sukses.
Cia : Baiklah nak jika itu maumu.
Aril : Tahun demi tahun pun berganti, Malin sudah menjadi pemuda tampan dan pemberani.
Tama : Buk, Malin sudah dewasa. Malin pengen mewujudkan impian Malin dari kecil Buk (dengan
wajah antusias).
Cia : Hati-hati anakku Malin, semoga kau selalu dilindungi (sambal salim).
Chika : Hati-hati ya Malin (sambal salim).
Tama : Iya Buk, Kakak, Malin berangkat (melambaikan tangan).
Aril : Malin berangkat dengan mengendarai perahu milik saudagar kaya untuk pergi merantau.
Tama : Disini sangatlah cocok untuk kujadikan bisnis (hahaha).
Aril : Memang semangat Malin begitu membara sehingga Malin menjadi saudagar kaya raya dengan
cepat.
Tama : Sekarang bisnisku sudah sukses, sekarang aku akan mencari istri yang cantik dan tentu kaya
(dengan wajah sombong).
Aril : Akhirnya Malin memiliki istri yang sesuai dengan keinginannya, istri Malin bernama Laras.
Nafis : Liburan kali ini aku ingin kita pergi ke kampung halamanmu yang katanya sangat mewah.
Tama : Tapi mengapa wahai istriku ?
Nafis : Aku ingin melihat orang tuamu itu.
Tama : Tapi mereka sudah lama meninggal.
Nafis : Terserah, aku hanya ingin melihat rumah masa kecilmu.
Aril : Berbeda dengan kehidupan malin kundang yang Bahagia, ibu dan kakak malin begitu sedih,
karena malin tak kunjung pulang.
Cia : Bagaimana keadaanmu wahai anakku ? ibu sangat rindu denganmu, cepatlah pulang (sambil
menangis)
Chika : Ibu tolong bersabarlah, aku dengar aka nada saudagar kaya yang akan ke kampung kita
besok.
Aril : keesokan harinya, Sang ibu terkejut karna yang dia lihat adalah anaknya, Malin.
Cia : Anakku Malin…. Kau sudah Kembali (Terharu)
Nafis : Malin itu siapa… kok dia tau namamu ?
Tama : Dia… Saya tidak kenal.
Cia : Malin ini Ibu.. nak yang melahirkanmu.
Tama : Ibu saya sudah meninggal.
Cia : Ini ibu nak.. Jangan seperti itu.
Chika : Malin ini ibu, jangan keterlaluan kamu.
Tama : Tidak saya adalah anak seorang votim portal!!
Nafis : Sepertinya kau hanya mengaku-ngaku saja mana mungkin kau ibunya, dasar Wanita tua.
Tama : Prajurit bawa dia pergi!!!!!
Dicky : sana Pergi orang gila !! (mendorong)
Cia : jika benar kau yang aku lahirkan, maka aku kutuk kalian jadi batu (Tama, Nafis, Dicky)

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai