Anda di halaman 1dari 11

PEMETAAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH

KABUPATEN KOTA DI SUMATERA UTARA

OLEH:
Muhammad Shandy Nugraha (210304105)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Abstrak
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pertumbuhan ekonomi dan
pengembangan ekonomi yang memiliki cakupan yang luas. Selain berkaitan dengan
pengalokasian sumber daya produktif yang langka, secara efisien dan keberlangsungan
pertumbuhan sumber daya dimasa depan. Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya di
negara-negara berkembang sangat memprioritaskan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
pada seluruh masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi
daerah, perlu adanya suatu wilayah andalan yang berorientasi untuk mengembangkan potensi
daerah masing-masing (Todaro, 2011). Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis
ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian
suatu wilayah. Analisis klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor
perekenomian provinsi Sumatera Utara dengan memperhatikan sektor perekonomian
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sebagai daerah
referensi.
Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik
yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008:180).
Tabel 1. Matrik Kategori Sektor berdasarkan Tipologi Klassen
Ratio Nilai PDRB/Kapita Kabupaten/Kota Ke-i
Terhadap Rerata Nilai PDRB/Kapita Prov. Sumut
Rasio Perumbuhan PDRB
Kabupaten/Kota Ke-i
Tinggi (≥1) Rendah (≤1)
Terhadap Rerata
Pertumbuhan PDRB
Provinsi Sumut
Kuadran I Kuadran II
Tinggi (≥1) SEKTOR MAJU SEKTOR EKSPANSI

Rendah (≤1) Kuadran III Kuadran IV


SEKTOR POTENSIAL SEKTOR TERTINGGAL

1. Sektor yang maju dan tumbuh pesar (kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang
laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan
memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi
sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
disimbolkan dengan si>s dan ski>sk.
2. Sektor Ekspansi (Kuadran II). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi
sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini disimbolkan dengan
si>s dan ski<sk.
3. Sektor Potensial Berkembang (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju
pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi
memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi
ini disimbolkan dengan si<s dan ski>sk.

4. Sektor Tertinggal (Kuadran IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini disimbolkan
dengan si<s dan ski<sk.

METODOLOGI PENELITIAN
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif
dan analisa tipologi klassen. Analisis Tipologi Klassen Potensi perekonomian daerah dapat
dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya dan kontribusi sektoral terhadap PDRB-nya. Pemetaan
potensi perekonomian khususnya di sembilan sektor lapangan usaha akan sangat bermanfaat bagi
daerah untuk membuat prioritas kebijakan. Untuk menentukan prioritas kebijakan ini, khususnya
kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara
menyeluruh. Analisis ekonomi yang digunakan adalah tipologi klassen.
Daerah yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah Laju Pertumbuhan PDRB dan
Nilai PDRB Kabupaten/Kota 5 tahun lalu di daerah Sumatera Utara dengan data yang di peroleh
dari BPS (Badan Pusat Statistik).
Tabel 2. PDRB Per Kapita Atas Dasasr Harga Konstan 2010 menurut Kabupaten Kota (Rupiah)
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Kabupaten.kota
Kabupaten Kota (Rupiah)
Tahun
2021 2020 2019 2018 2017 Rata-rata
Sumatera Utara 36,666,202.00 36,175,157.00 36,853,549.00 35,570,497.00 34,183,578.22 35,889,796.64
Nias 18,044,408.00 17,833,321.00 17,832,367.00 17,083,166.00 16,030,665.00 17,364,785.40
Mandailing Natal 20,051,582.00 19,713,554.00 20,884,793.00 20,077,434.00 19,149,942.92 19,975,461.18
Tapanuli Selatan 33,049,746.00 32,405,690.00 34,333,370.00 32,830,961.00 31,401,969.50 32,804,347.30
Tapanuli Tengah 19,359,017.00 19,159,574.00 18,426,363.00 18,040,975.00 17,454,918.77 18,488,169.55
Tapanuli Utara 19,219,312.00 18,757,263.00 19,051,661.00 18,374,589.00 17,731,975.77 18,626,960.15
Toba Samosir 27,061,051.00 26,728,923.00 29,982,468.00 28,735,785.00 27,512,115.44 28,004,068.49
Labuhan Batu 48,296,859.00 47,272,345.00 46,516,864.00 45,453,757.00 43,979,259.20 46,303,816.84
Asahan 35,080,599.00 34,296,170.00 35,853,217.00 34,298,167.00 32,732,373.00 34,452,105.20
Simalungun 28,542,404.00 28,024,200.00 31,498,973.00 30,098,897.00 28,764,975.24 29,385,889.85
Dairi 21,310,297.00 21,142,880.00 23,130,294.00 22,131,904.00 21,175,290.46 21,778,133.09
Karo 35,646,915.00 35,330,580.00 34,241,297.00 33,548,969.00 32,603,230.05 34,274,198.21
Deli Serdang 37,176,568.00 36,611,692.00 32,323,392.00 31,703,566.00 30,734,437.46 33,709,931.09
Langkat 29,238,118.00 28,520,913.00 28,383,253.00 27,206,663.00 26,084,182.01 27,886,625.80
Nias Selatan 11,832,505.00 11,840,901.00 13,141,502.00 12,669,144.00 12,171,368.12 12,331,084.02
Humbang Hasundutan 21,125,372.00 20,981,725.00 21,688,746.00 20,936,544.00 20,122,032.79 20,970,883.96
Pakpak Barat 16,363,174.00 16,352,227.00 17,192,714.00 16,729,545.00 16,119,206.71 16,551,373.34
Samosir 22,964,364.00 22,645,210.00 24,562,771.00 23,301,473.00 22,197,192.88 23,134,202.18
Serdang Berdagai 30,001,455.00 29,433,590.00 31,525,713.00 29,972,081.00 28,578,473.62 29,902,262.52
Batu Bara 59,263,733.00 58,368,433.00 57,372,549.00 55,687,755.00 53,861,509.86 56,910,795.97
Padang Lawas Utara 32,607,119.00 32,035,761.00 29,810,105.00 29,095,952.00 28,068,178.35 30,323,423.07
Padang Lawas 31,708,503.00 30,960,573.00 27,919,942.00 27,346,229.00 26,353,881.12 28,857,825.62
Labuhanbaru Selatan 61,933,497.00 60,340,691.00 54,619,158.00 53,459,816.00 51,732,841.88 56,417,200.78
Labuhanbatu Utara 46,568,283.00 45,457,411.00 47,262,918.00 45,475,598.00 43,618,783.14 45,676,598.63
Nias Utara 16,245,689.00 16,142,680.00 16,882,745.00 16,267,983.00 15,684,401.30 16,244,699.66
Nias Barat 14,192,899.00 14,000,410.00 15,101,762.00 14,448,585.00 13,855,913.00 14,319,913.80
Sibolga 39,982,479.00 39,360,246.00 40,822,377.00 38,868,882.00 37,025,798.10 39,211,956.42
Tanjungbalai 33,206,528.00 32,838,962.00 32,861,261.00 31,584,351.00 30,229,196.27 32,144,059.65
Pematangsiantar 35,261,545.00 35,261,711.00 37,562,875.00 36,174,303.00 34,790,061.93 35,810,099.19
Tebing Tinggi 23,002,800.00 22,810,098.00 23,924,932.00 23,130,037.00 22,251,504.28 23,023,874.26
Medan 64,078,946.00 63,321,299.00 68,575,552.00 65,369,991.00 62,177,532.86 64,704,664.17
Binjai 27,636,609.00 27,468,201.00 29,237,445.00 28,144,644.00 26,979,956.05 27,893,371.01
Padangsidimpuan 19,092,110.00 18,864,132.00 19,041,497.00 18,451,718.00 17,731,903.34 18,636,272.07
Gunungsitoli 25,742,122.00 25,344,252.00 23,944,192.00 22,940,736.00 21,891,891.66 23,972,638.73

Tabel 3. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut kabupaten kota (Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Kabupaten.kota (Persen)
Kabupaten Kota Tahun
2021 2020 2019 2018 2017 Rata-rata
Sumatera Utara 2.61 -1.07 5.22 5.18 5.12 3.41
Nias 2.21 1.80 5.04 4.95 5.01 3.80
Mandailing Natal 3.20 -0.94 5.30 5.79 6.09 3.89
Tapanuli Selatan 3.24 0.39 5.23 5.19 5.21 3.85
Tapanuli Tengah 2.56 -0.76 5.18 5.20 5.24 3.48
Tapanuli Utara 3.54 1.50 4.62 4.35 4.15 3.63
Toba Samosir 2.92 -0.27 4.88 4.96 4.90 3.48
Labuhan Batu 3.85 0.09 5.07 5.06 5.00 3.81
Asahan 3.73 0.21 5.64 5.61 5.48 4.13
Simalungun 3.70 1.01 5.20 5.18 5.13 4.04
Dairi 2.05 -0.94 4.82 5.01 4.93 3.17
Karo 2.25 -0.80 4.60 4.55 5.21 3.16
Deli Serdang 2.23 -1.78 5.18 5.15 5.10 3.18
Langkat 3.08 -0.86 5.07 5.02 5.05 3.47
Nias Selatan 2.02 0.61 5.03 5.02 4.56 3.45
Humbang Hasundutan 2.02 -0.13 4.94 5.04 5.02 3.38
Pakpak Barat 2.54 -0.18 5.87 5.85 5.94 4.00
Samosir 2.65 -0.59 5.70 5.58 5.35 3.74
Serdang Berdagai 2.87 -0.44 5.28 5.17 5.16 3.61
Batu Bara 2.35 -0.31 4.35 4.38 4.11 2.98
Padang Lawas Utara 3.26 1.14 5.61 5.58 5.54 4.23
Padang Lawas 3.83 1.18 5.64 5.96 5.71 4.46
Labuhanbaru Selatan 3.82 0.80 5.35 5.27 5.09 4.07
Labuhanbatu Utara 3.83 0.27 5.15 5.20 5.11 3.91
Nias Utara 2.02 1.58 4.65 4.42 4.43 3.42
Nias Barat 2.26 1.66 4.82 4.77 4.81 3.66
Sibolga 2.10 -1.36 5.20 5.25 5.27 3.29
Tanjungbalai 2.35 -0.47 5.79 5.77 5.51 3.79
Pematangsiantar 1.25 -1.89 4.82 4.80 4.41 2.68
Tebing Tinggi 2.51 -0.70 5.15 5.17 5.14 3.45
Medan 2.62 -1.98 5.93 5.92 5.81 3.66
Binjai 2.23 -1.83 5.51 5.46 5.39 3.35
Padangsidimpuan 2.75 -0.73 5.51 5.45 5.32 3.66
Gunungsitoli 2.25 0.38 6.05 6.03 6.01 4.14
Untuk menentukan pemetaan tipologi klassen suatu daerah yaitu dengan cara mencari
rasio pertumbuhan PDRB dan rasio nilai PDRB dengan cara membandingkan rata-rata laju
pertumbuhan PDRB kabupaten/kota dengan rata-rata laju pertumbuhan PDRB daerah Sumatera
Utara dan membandingkan rata-rata kontribusi PDRB kabupaten/kota dengan rata-rata kontribusi
PDRB derah Sumatera Utara. Analisis tipologi klassen dipergunakan untuk mengidentifikasi
peta potensi ekonomi secara makro. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, potensi daerah secara
sektoral yang didasarkan pada data PDRB bisa dipetakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perbandingan rata-rata PDRB Kabupaten/Kota dengan PDRB Provinsi


Sumatera Utara, dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Rasio Pertumbuhan dan Rasio Nilai PDRB Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Kabupaten Kota Rasio Pertumbuhan PDRB Kab/Kota Kabupaten Kota Rasio Nilai PDRB/Kapita Kabupaten

Nias 1.11 Nias 0.48


Mandailing Natal 1.14 Mandailing Natal 0.56
Tapanuli Selatan 1.13 Tapanuli Selatan 0.91
Tapanuli Tengah 1.02 Tapanuli Tengah 0.52
Tapanuli Utara 1.06 Tapanuli Utara 0.52
Toba Samosir 1.02 Toba Samosir 0.78
Labuhan Batu 1.12 Labuhan Batu 1.29
Asahan 1.21 Asahan 0.96
Simalungun 1.19 Simalungun 0.82
Dairi 0.93 Dairi 0.61
Karo 0.93 Karo 0.95
Deli Serdang 0.93 Deli Serdang 0.94
Langkat 1.02 Langkat 0.78
Nias Selatan 1.01 Nias Selatan 0.34
Humbang Hasundutan 0.99 Humbang Hasundutan 0.58
Pakpak Barat 1.17 Pakpak Barat 0.46
Samosir 1.10 Samosir 0.64
Serdang Berdagai 1.06 Serdang Berdagai 0.83
Batu Bara 0.87 Batu Bara 1.59
Padang Lawas Utara 1.24 Padang Lawas Utara 0.84
Padang Lawas 1.31 Padang Lawas 0.80
Labuhanbaru Selatan 1.19 Labuhanbaru Selatan 1.57
Labuhanbatu Utara 1.15 Labuhanbatu Utara 1.27
Nias Utara 1.00 Nias Utara 0.45
Nias Barat 1.07 Nias Barat 0.40
Sibolga 0.96 Sibolga 1.09
Tanjungbalai 1.11 Tanjungbalai 0.90
Pematangsiantar 0.78 Pematangsiantar 1.00
Tebing Tinggi 1.01 Tebing Tinggi 0.64
Medan 1.07 Medan 1.80
Binjai 0.98 Binjai 0.78
Padangsidimpuan 1.07 Padangsidimpuan 0.52
Gunungsitoli 1.21 Gunungsitoli 0.67
Setelah mengetahui rasio pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota, dapat dilakukan pemetaan
berdasarkan tabel 1 untuk mengetahui Tipologi Klassen dari setiap Kabupaten/Kota di Sumatera
Utara.
Tabel 5. Tipologi Klassen Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Rasio Nilai Rasio


Kabupaten Kota PDRB/ Kapita Pertumbuhan Tipologi Klassen
Kabupaten PDRB Kab/Kota

Nias 0.48 1.11 Wilayah Ekspansi


Mandailing Natal 0.56 1.14 Wilayah Ekspansi
Tapanuli Selatan 0.91 1.13 Wilayah Ekspansi
Tapanuli Tengah 0.52 1.02 Wilayah Ekspansi
Tapanuli Utara 0.52 1.06 Wilayah Ekspansi
Toba Samosir 0.78 1.02 Wilayah Ekspansi
Labuhan Batu 1.29 1.12 Wilayah Maju
Asahan 0.96 1.21 Wilayah Ekspansi
Simalungun 0.82 1.19 Wilayah Ekspansi
Dairi 0.61 0.93 Wilayah Tertinggal
Karo 0.95 0.93 Wilayah Tertinggal
Deli Serdang 0.94 0.93 Wilayah Tertinggal
Langkat 0.78 1.02 Wilayah Ekspansi
Nias Selatan 0.34 1.01 Wilayah Ekspansi
Humbang Hasundutan 0.58 0.99 Wilayah Tertinggal
Pakpak Barat 0.46 1.17 Wilayah Ekspansi
Samosir 0.64 1.10 Wilayah Ekspansi
Serdang Berdagai 0.83 1.06 Wilayah Ekspansi
Batu Bara 1.59 0.87 Wilayah Potensial Berkembang
Padang Lawas Utara 0.84 1.24 Wilayah Ekspansi
Padang Lawas 0.80 1.31 Wilayah Ekspansi
Labuhanbatu Selatan 1.57 1.19 Wilayah Maju
Labuhanbatu Utara 1.27 1.15 Wilayah Maju
Nias Utara 0.45 1.00 Wilayah Ekspansi
Nias Barat 0.40 1.07 Wilayah Ekspansi
Sibolga 1.09 0.96 Wilayah Potensial Berkembang
Tanjungbalai 0.90 1.11 Wilayah Ekspansi
Pematangsiantar 1.00 0.78 Wilayah Potensial Berkembang
Tebing Tinggi 0.64 1.01 Wilayah Ekspansi
Medan 1.80 1.07 Wilayah Maju
Binjai 0.78 0.98 Wilayah Tertinggal
Padangsidimpuan 0.52 1.07 Wilayah Ekspansi
Gunungsitoli 0.67 1.21 Wilayah Ekspansi

Berdasarkan hasil pemetaan tipologi klassen Kabupaten/Kota di Sumatera Utara,


diperoleh data sebagai berikut: (1) Wilayah yang berada pada kuadran I atau wilayah maju yaitu
yang termasuk klasifikasi pertumbuhan PDRB dan nilai PDRB/Kapita yang tertinggi (≥1) adalah
kota Medan, lalu diikuti oleh wilayah Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan dan Labuhan Batu
Utara.
(2) Wilayah yang berada pada kuadran II atau wilayah ekspansi yaitu yang termasuk klasifikasi
Pertumbuhan PDRB Tinggi (≥1) tetapi memiliki nili PDRB/Kapita yang rendah (1≤) adalah
Nias, Mandailing Natal, Langkat, Tanjungbalai dan sebagainya. (3) Wilayah yang berada pada
Kuadran
III atau wilyaah potensial berkembang yaitu yang termasuk klasifikasi pertumbuhan PDRB yang
rendah (1≤) tetapi memiliki nilai PDRB/Kapita yang tinggi (≥1) adalah Sibolga,
Pematangsiantar, dan Batu Bara. (4) Wilayah yang berada pada kuadran IV atau wilayah
tertinggal yaitu termasuk klasifikasi pertumbuhan PDRB dan nilai PDRB/Kapita rendah (1≤)
adalah Binjai, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo dan Deli Serdang.
Berdasarkan Hasil mendeskripsikan bahwa Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi
Sumatera Utara tergolong dalam daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi, pendapatan per
kapita yang tinggi. Tentu ada alasan kuat kenapa untuk ketiga unsur tersebut Kota Palembang
menunjukkan prestasi paling baik diantara daerah lain di Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan
fasilitas-fasilitas publik untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan, ditambah lagi dengan peran
swasta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas yang sama seperti rumah sakit swasta dan sekolah-
sekolah (dari taman kanak-kanak hingga SMA) dan perguruan tinggi-perguruan tinggi swasta
(PTS), serta pembangunan infrastruktur memang lebih baik di Kota Medan dibandingkan di
kawasan lainnya terutama daerah baru hasil pemekaran.
Wilayah tertinggal adalah daerah yang secara teori memiliki nilai PDRB/Kapita dan
pertumbuhan PDRB yang rendah (1≤), atau dapat diartikan daerah yang memiliki indikator
sosial- ekonomi yang lebih rendah dari rata-rata nasional. Terdapat Indikator yang menyebabkan
suatu wilayah dikategorikan sebagai wilayah tertinggal diantaranya: (1) IPM (Indeks
Pembangunan Manusia). (2) Ketersediaan sarana dan prasarana. (3) Tingkat pertumbuhan
ekonomi. (4) Adanya kesenjangan regional yaitu ketidakseimbangan atau ketidaksimetrisan
keadaan dan perkembangan sosial-ekonomi antar daerah, sehingga menimbulkan jurang
perbedaan yang semakin dalam.
Terdapat beberapa upaya untuk mengurangi jurang kesenjangan atau ketertinggalan,
yaitu diantaranya:
1. Penanggulangan ketertinggalan wilayah meliputi (1) menutupi kekurangan atas
kebutuhan pembiayaan dan anggaran daerah. (2) Menutupi kekurangan atas pendapatan
wilayah.
2. Penanggulangan lambatnya pertumbuhan wilayah meliputi (1) Meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya tersedia si wilayah tersebut. (2) Meningkatkan efisiensi
produksi di segala sektor.
3. Penanggulangan ketertinggalan dari sudut makro ekonomi meliputi (1) Merangsang
Meningkatnya agregat demand (Perminataan) di wilayah setempat. (2) Mengawasi
pengeluaran belanja wilayah oleh masyarakat
4. Penanggulangan lainnya meliputi (1) Desentralisasi. (2) Meningkatkan kehidupan dan
mutu demokrasi. (3) Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dalam fungsi
perwakilan dan fungsi kontrol
5. Penganggulangan ketertinggalan pendapatan masyarakat meliputi (1) Peningkatan mutu
pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. (2) Menghilangkan distorsi harga. (3)
Redistribusi asset. (4) Penerapan pajak progresif bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan lebih

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemetaan tipologi klassen Kabupaten/Kota di Sumatera Utara,
diperoleh data sebagai berikut: (1) Wilayah yang berada pada kuadran I atau wilayah maju yaitu
yang termasuk klasifikasi pertumbuhan PDRB dan nilai PDRB/Kapita yang tertinggi (≥1) adalah
kota Medan, lalu diikuti oleh wilayah Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan dan Labuhan Batu
Utara.
(2) Wilayah yang berada pada kuadran II atau wilayah ekspansi yaitu yang termasuk klasifikasi
Pertumbuhan PDRB Tinggi (≥1) tetapi memiliki nili PDRB/Kapita yang rendah (1≤) adalah
Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir,
Asahan, Simalungun, Langkat, Nias Selatan, Pakpak Barat, Samosir, Serdang Berdagai, Padang
Lawas Utara, Padang Lawas, Nias Utara, Nias Barat, Tanjung Balai, Tebing Tinggi,
Padangsidimpuan dan Gunungsitoli. (3) Wilayah yang berada pada Kuadran III atau wilyaah
potensial berkembang yaitu yang termasuk klasifikasi pertumbuhan PDRB yang rendah (1≤)
tetapi memiliki nilai PDRB/Kapita yang tinggi (≥1) adalah Sibolga, Pematangsiantar, dan Batu
Bara. (4) Wilayah yang berada pada kuadran IV atau wilayah tertinggal yaitu termasuk
klasifikasi pertumbuhan PDRB dan nilai PDRB/Kapita rendah (1≤) adalah Binjai, Humbang
Hasundutan, Dairi, Karo dan Deli Serdang.
Saran
Pemerintah daerah perlu melakukan tindaklanjut yang serius baik bersifat vertikal
maupun horizontal. Perbaikan vertikal dikaitkan dengan upaya pemerintah daerah untuk
memperbaiki kualitas sumberdaya manusia dan pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah
terhadap daerah lain. Namun sasaran ini belum tentu tercapai karena jika daerah lain melakukan
hal yang sama atau bahkan lebih baik, maka bukan tidak mungkin sasaran vertikal peningkatan
pertumbuhan ekonomi menjadi tidak tercapai bahkan bisa menjadi turun. Dalam hal ini upaya
perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan lebih bersifat horizontal. Artinya,
walaupun secara vertikal
tidak menjadi lebih baik tetapi secara kualitas masingmasing daerah akan menjadi lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith .(2011). Pembangunan Ekonomi Edisi Ke Sebelas.
Jakarta : Erlangga
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang

Anda mungkin juga menyukai