Anda di halaman 1dari 22

MODEL BAHAN AJAR MENARASIKAN PENGALAMAN MANUSIA

PADA NASKAH DRAMA BERBASIS CERITA RAKYAT MUSI RAWAS

Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Megister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh
Reta Andika
NPM A2A022014

Program Studi Pascasarjana (S2)


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan
1. Hakikat Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan dikenal sebagai jenis penelitian yang fokus

utamanya untuk mengembangkan dan menghasilkan sebuah produk. Seperti yang

dijabarkan oleh Seals dan Richey (Hamzah, 2019:1) bahwa penelitian

pengembangan merupakan langkah-langkah pengkajian yang dilakukan secara

sistematis terhadap desain, pengembangan dan evaluasi program, proses dan

produk yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam memproduksi produk

tersebut, yaitu validitas, praktis, dan efektif. Pendapat selanjutnya berasal dari

(Fransisca dan Noratama (2019:74)), penelitian pengembangan atau yang dikenal

dengan istilah research and development merupakan metode yang diaplikasikan

guna menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji keefektifan produk yang

dihasilkan tersebut. Senada dengan kedua pendapat tersebut, (Ainin (2013:96-97))

menjabarkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu rancangan penelitian

yang dirancang untuk melakukan penelitian dalam mata pelajaran bidang

pendidikan yang kegiatannya berupa mengembangkan produk sekaligus

memvalidkan produk tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penelitian pengembangan

(Research and Development) adalah suatu penelitian di mana seorang peneliti

melakukan pengembangan dan validasi terhadap suatu produk dengan tujuan

untuk menghasilkan produk yang baru.


35

2. Rancangan Model Pengembangan yang Digunakan

Penulis menggunakan model pengembangan Dick & Carey sebagai

pedoman untuk mengembangkan LKPD berbasis kearifan lokal yang

menggunakan kumpulan naskah drama dalam buku Sendang Rembun karya

Rusmana Dewi sebagai pokok bahasannya pada materi mengidentifikasi unsur

drama siswa kelas XI SMK Negeri 2 Musi Rawas. (Tegeh, dkk., (2014:31))

mengemukakan bahwa model pengembangan Dick & Carey adalah model

pengembangan yang paling sering digunakan oleh designer pembelajaran, pelatih,

termasuk peneliti ketika mengembangkan sebuah produk.

Penulis menggunakan model pengembangan Dick & Carey dalam

penelitian ini karena model penelitian tersebut mudah dipahami dan banyak

diterapkan oleh peneliti lain dalam mengembangkan sebuah produk. Pada

penelitian ini, penulis berpedoman pada langkah-langkah model Dick &

Carey . (Tegeh, dkk., (2014:31)) yang meliputi:

a. Analisis kebutuhan dan tujuan, yaitu menganalisis tentang kebutuhan-

kebutuhan yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang akan

dikupas, dengan tujuan utamanya adalah untuk menentukan jenis produk

yang akan dikembangkan. Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan tersebut

akan diimplementasikan ke dalam produk yang dikembangkan.

b. Analisis pembelajaran, yaitu menganalisis keterampilan, prosedur, proses,

dan tugas-tugas yang diberian kepada siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan.


c. Analisis karakteristik siswa, yaitu menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan

kemampuan, sikap, dan karakteristik siswa pada awal pembelajaran.

d. Merumuskan tujuan performansi, yaitu merumuskan tujuan operasional

selama pengembangan produk dilakukan.

e. Mengembangkan instrumen, yaitu mengukur produk yang dikembangkan

atau mengukur tujuan instrumen yang hendak dicapai.

f. Mengembangkan strategi pembelajaran secara spesifik, yaitu menetapkan dan

melakukan modifikasi atau pengembangan terhadap strategi pembelajaran

guna membantu siswa menggapai tujuan-tujuan khusus selama pembelajaran.

g. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran yang akan dikembangkan,

yaitu memilih bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

produk baru yang dikembangkan.

h. Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu aktivitas pengumpulan

data-data yang berhubungan dengan perancangan produk yang akan

dikembangkan.

i. Melakukan revisi, yaitu memperbarui produk setelah diketahui

kekurangannya ketika diujicobakan dengan tujuan agar produk yang

dihasilkan menjadi lebih baik.

j. Evaluasi sumatif, yaitu kegiatan mengevaluasi produk yang bertujuan untuk

mengetahui keefektifan produk.

Penggunaan model Dick & Carey dalam kegiatan pengembangan

sebenarnya meliputi 10 tahap yang dilakukan mulai dari awal pengembangan

hingga terciptalah sebuah produk sebagai hasil pengembangan. Namun,


37

dikarenakan kondisi yang masih pandemi serta keterbatasan waktu dan

kemampuan penulis dalam mengembangkan LKPD mengidentifikasi unsur

drama berbasis kearifan lokal, maka pelaksanaan rancangan model

pengembangan hanya dilakukan sampai pada langkah kesembilan, yaitu revisi.

Berikut ini merupakan langkah-langkah penelitian yang akan diterapkan oleh

penulis dalam mengembangkan LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis

kearifan lokal dengan menggunakan model pengembangan Dick & Carey.

Analisis Kebutuhan dan Tujuan

Analisis Pembelajaran

Analisis Karakteristik Siswa

Merumuskan Tujuan Performansi

Mengembangkan Instrumen

Mengembangkan Strategi Pembelajaran

Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran

Evaluasi Formatif

Revisi

Bagan 3.1 Langkah-langkah Model Pengembangan yang Digunakan

Setelah memahami tahapan model pengembangan yang digunakan, maka

harus memahami pula alur penyusunan LKPD yang diterapkan oleh penulis dalam

mengembangkan LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis kearifan lokal.


Penyusunan LKPD yang dilakukan penulis berpedoman pada teori Prastowo.

Berikut ini adalah langkah-langkah penyusunan LKPD yang akan dikembangkan:

Analisis Menentukan Alat Menyusun


Kurikulum Penilaian Materi

Menyusun
Menentukan
Merumuskan KD Urutan
Judul Modul
Pengajaran

Pemberian Kode Memperhatikan


Menulis Modul
Modul Struktur Modul

Bagan 3.2 Langkah-langkah Penyusunan LKPD


B. Prosedur

Pengembangan LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis kearifan

lokal yang dilakukan oleh penulis, mengacu pada langkah-langkah pengembangan

. (Tegeh, dkk., (2014:31))Tegeh dalam pandangannya, mengatakan bahwa

langkah pengembangan dengan model pengembangan Dick & Carey terbagi

menjadi 10 langkah, yaitu analisis kebutuhan dan tujuan, analisis pembelajaran,

analisis karakteristik siswa, merumuskan tujuan performansi, mengembangkan

instrumen, mengembangkan strategi pembelajaran secara spesifik,

mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, merancang dan melakukan

evaluasi formatif, revisi, serta evaluasi sumatif. Namun, dalam penelitian ini

hanya akan sampai pada langkah revisi.


39

Menerapkan kesembilan langkah pengembangan Dick & Carey dalam

mengembangkan LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis kearifan lokal,

maka sembilan langkah tersebut dirangkum dalam prosedur penelitian. Prosedur

penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan (analisis

kebutuhan dan tujuan, analisis pembelajaran, dan analisis karakteristik siswa),

tahap perencanaan (merumuskan tujuan performansi, mengembangkan instrumen,

mengembangkan strategi pembelajaran secara spesifik, serta mengembangkan dan

memilih bahan pembelajaran), tahap pengembangan (merancang dan melakukan

evaluasi formatif serta revisi).

1. Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan dikerjakan ketika mengawali penelitian

pengembangan dengan tujuan utamanya adalah menemukan potensi dan masalah

pada kegiatan pembelajaran. Mengacu pada perspektif (Sugiyono (2019:404-405))

yang mengonsepkan potensi sebagai segala wujud yang berdaya guna sekaligus

memiliki nilai lebih, serta mengonsepkan masalah sebagai segala ketimpangan

atau kecacatan yang terjadi antara realita dan harapan. Menemukan potensi dan

masalah dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu:

a. Analisis Kebutuhan dan Tujuan

Pada tahap analisis kebutuhan dan tujuan, penulis melakukan analisis

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada penelitian ini,

penulis menganalisis kurikulum yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan untuk

menentukan kompetensi dasar yang akan diangkat oleh penulis dan produk seperti
apa yang dibutuhkan dan cocok untuk dikembangkan jika disesuaikan dengan

kompetensi tersebut.

b. Analisis Pembelajaran

Tahap analisis pembelajaran dilakukan dengan fokus utamanya adalah

menganalisis proses pembelajaran materi sebagai pengimplementasian KD yang

dibahas, keterampilan yang dimiliki, prosedur pembelajaran, serta tugas-tugas

yang diberikan kepada siswa.

c. Analisis Karakteristik Siswa

Pada kegiatan analisis karakteristik siswa, penulis menganalisis

kemampuan siswa dalam proses pembelajaran, sikap siswa selama

berlangsungnya pembelajaran, serta karakteristik-karakteristik siswa pada awal

pembelajaran.

2. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap di mana draf awal pengembangan

produk yang siap diuji coba mulai dikonsepkan. Tahap perencanaan ini juga

merupakan bagian langkah-langkah pengembangan produk yang menggunakan

model pengembangan Dick & Carey. Secara rinci, perencanaan ini meliputi tiga

kegiatan, yaitu:

a. Merumuskan Tujuan Performansi

Pada tahap ini, penulis merumuskan tujuan operasional selama

pengembangan produk dilakukan. Kegiatan ini berlandaskan pada tujuan-tujuan

khusus yang harus dicapai selama pembelajaran.

b. Mengembangkan Instrumen
41

Tahap pengembangan instrumen bermaksud untuk mengukur produk yang

akan dikembangkan atau mengukur tujuan instrumen yaang hendak digapai. Pada

penelitian yang dilakukan, instrumen yang digunakan adalah instrumen yang

digunakan untuk mengukur kevalidan produk yang terdiri dari instrumen ahli

grafis, ahli bahasa, dan ahli materi. Selain itu, ada pula instrumen untuk mengukur

kepraktisan LKPD yang berbentuk angket respon pembaca yang akan diberikan

kepada siswa.

c. Mengembangkan Strategi Pembelajaran Secara Spesifik

Pada tahap ini, penulis melakukan pengembangan terhadap strategi yang

dilakukan ketika akan mengujicobakan produk yang dikembangkan. Strategi yang

dikembangkan dilakukan secara spesifik agar proses uji coba berjalan dengan

lancar dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai.

d. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran

Tahap mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran bermaksud

bahwa penulis memilih bahan pembelajaran jenis apa yang akan dikembangkan.

Pada penelitian ini, penulis akan mengembangkan bahan ajar cetak berbentuk

LKPD yang mengupas perihal pembelajaran sastra, tepatnya pada sub materi

drama.

3. Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan ialah tahapan pokok atau tahap yang menentukan

produk yang akan dikembangkan dikatakan layak atau tidak. Tahap

pengembangan dilakukan melalui dua kegiatan, yaitu evaluasi formatif dan revisi.

Evaluasi formatif dan revisi merupakan hal yang saling berkaitan. Evaluasi
formatif adalah aktivitas pengumpulan data-data yang berhubungan dengan

perancangan produk yang akan dikembangkan. Sementara revisi adalah kegiatan

memperbaiki kekurangan produk. Pengambilan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara validasi, evaluasi, revisi, dan implementasi model.

a. Validasi

Bahan ajar yang dikembangkan dengan mengikuti prosedur tinjauan ahli

sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini, validasi berkaitan dengan materi,

kebahasaan, dan desain produk sebelum diujicoba pada siswa. Validasi desain

model bahan ajar berupa LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis kearifan

lokal akan dilakukan oleh pakar atau orang yang ahli dalam bidangnya, di

antaranya:

1) Dr. Rusmana Dewi, M.Pd. (ahli bahasa)

2) Dr. M. Syahrun Effendi, M.Pd. (ahli materi)

3) Dr. Dodik Mulyono, M.Pd. (ahli desain)

b. Evaluasi

Tahap evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan dari produk.

Kekurangan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian produk yang diperoleh dari

angket respon pembaca yang diberikan pada siswa serta masukan dari validator.

c. Revisi

Revisi adalah kegiatan memperbarui sekaligus menyempurnakan produk

yang dikembangkan. Revisi bertujuan agar produk yang dikembangkan oleh

penulis menjadi lebih baik.


43

d. Implementasi Model

Setelah revisi dilakukan, selanjutnya produk berupa LKPD diujicobakan

pada siswa kelas XI semester genap tahun pelajaran 2020-2021 SMK Negeri 2

Musi Rawas. Dick & Carey (Setyosari, 2016:288) merekomendasikan agar proses

evaluasi formatif terdiri dari tiga tahap uji coba, yaitu one-to-one triying out (uji

coba prototipe bahan secara perseorangan), small group tryout (uji coba kelompok

kecil), dan field tryout (uji coba lapangan). Prosedur pengembangan produk yang

dilakukan oleh penulis secara rinci dapat dilihat melalui bagan berikut ini:

Analisis Tujuan Tahap Validasi (validasi


desain/grafis,
dan Kebutuhan Perencanaan
Merumuskan Tujuan validasi materi,
Analisis Performansi dan validasi
Pembelajaran Mengembangkan kebahasaan)
Analisis Instrumen Evaluasi
Karakteristik Mengembangkan Revisi
Siswa Stategi Pembelajaran Implementasi
(one-to-one dan
Mengembangkan dan small group)
memilih bahan ajar

Tahap Tahap
Pendahuluan Pengembangan

Bagan 3.3 Prosedur Pengembangan


C. Desain Uji Coba Produk

Desain uji coba produk merupakan rancangan atau gambaran produk yang

dikembangkan dalam penelitian pengembangan. Desain uji coba produk dapat

diujicobakan ketika sudah melakukan validitas dan revisi sehingga produk yang

dihasilkan sudah terjamin kualitas kelayakannya.

1. Desain Uji Coba

Penelitian yang dilakukan menghasil produk yang berupa LKPD. Desain

LKPD ini disesuaikan dengan karakteristik-karakteristik bahan ajar serta

memenuhi kebutuhan siswa dan guru. Desain produk akan diuji coba melalui

empat tahap, yaitu uji pra-validasi, validasi ahli, evaluasi one to one, dan small

group tryout (uji kelompok kecil). Berikut ini tahapan yang dilakukan penulis

dalam desain uji coba produk:

a. Uji Pra-validasi

Pada tahap uji pra-validasi, penulis berdiskusi perihal produk yang

dikembangkan dengan dosen pembimbing. Diskusi ini bertujuan untuk

mengetahui kekurangan produk yang dirancang dan memperoleh saran, sehingga

produk tersebut sudah lebih baik ketika dilakukan validasi oleh ahli.

b. Validasi Ahli

Validasi ahli adalah tahap penilaian terhadap produk yang dikembangkan

yang dilakukan oleh validator yang ahli di bidangnya. Validasi ahli dalam hal ini

terbagi menjadi tiga, yaitu validasi grafis/desain, validasi materi, dan validasi

kebahasaan. Hasil validasi yang telah dilakukan oleh ahli menjadi patokan bagi
45

penulis untuk merevisi produk yang dikembangkan sehingga produk tersebut

lebih layak untuk diujicobakan kepada subjek uji coba.

c. Evaluasi One to One

Evaluasi one to one adalah kegiatan mengevaluasi yang melibatkan siswa

untuk melakukan review suatu produk yang dikembangkan. Siswa dalam kegiatan

ini dipilih secara acak. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada siswa berjumlah

sepuluh pertanyaan.

d. Small Group Tryout (Uji Kelompok Kecil)

Small group tryout atau uji kelompok kecil adalah kegiatan menguji

produk yang dikembangkan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh respon

subjek uji coba perihal aspek desain, kebahasaan, serta materi yang dimuat dalam

produk. Kegiatan ini melibatkan enam siswa dan siswa tersebut dapat memberikan

responnya dengan mengisi angket respon pembaca yang telah disediakan.

Pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa berjumlah lima belas

pertanyaan.

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian ini terdiri dari tenaga ahli dalam bidang

materi, tenaga ahli dalam bidang perancangan produk, dan sasaran pemakaian

produk. Pada penelitian ini, subjek uji coba bidang materi dan pernacangan

produk adalah validator bidang materi dan validator bidang desain, sementara

sasaran pemakaian produk adalah siswa kelas XI semester genap di SMK Negeri

2 Musi Rawas.

3. Instrumen Pengumpulan Data


Sebuah penelitian pasti memiliki instrumen pengumpulan data yang telah

dirancang. Instrumen penelitian terdiri atas angket, wawancara, serta observasi.

Kegiatan penelitian pengembangan LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis

kearifan lokal yang dilakukan oleh penulis menggunakan instrumen pengumpulan

data yang berupa wawancara dan kuesioner.

a. Wawancara adalah teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan

melakukan tanya jawab, baik secara langsung maupun tatap muka atau secara

tidak langsung. Wawancara digunakan untuk memperoleh respon siswa

terhadap bahan ajar berbentuk LKPD mengidentifikasi unsur drama berbasis

kearifan lokal sehingga diperoleh data tentang kekurangan atau kelebihan

bahan ajar yang dikembangkan.

b. Kuesioner/angket adalah teknik pengumpulan data yang berisi sejumlah

pertanyaan tertulis yang menuntut jawaban secara tertulis. Kuesioner/angket

berfungsi untuk memperoleh respon siswa terhadap LKPD mengidentifikasi

unsur drama berbasis kearifan lokal. Angket kebutuhan diberikan kepada siswa

yang menjadi subjek uji coba kelompok kecil dan guru mata pelajaran bahasa

Indonesia kelas XI di SMK Negeri 2 Musi Rawas.

1) Instrumen Mengukur Kevalidan Produk

Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan lembar validasi

sebagai instrumen untuk mengukur kevalidan produk. Lembar validasi yang

dimaksud adalah angket validasi yang akan diisi oleh validator dalam menilai

produk. Aspek-aspek yang dinilai oleh para ahli pada LKPD mengidentifikasi

unsur drama yang dikembangkan oleh penulis meliputi aspek isi atau materi,
47

aspek kebahasaan, dan aspek desain. Validator dapat memberikan tanda

centang () pada bagian jawaban yang disesuaikan dengan pertanyaan yang

tertera selama melakukan penilaian terhadap produk.

Terdapat tiga kisi-kisi instrumen dalam mengembangkan LKPD

mengidentifikasi unsur drama berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh

peneliti. Tiga kisi-kisi instrumen tersebut, yaitu:

a) Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Desain (lampiran)

b) Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi (lampiran)

c) Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Kebahasaan (lampiran)

2) Instrumen Mengukur Kepraktisan Produk

Instrumen mengukur kepraktisan produk yang digunakan dalam

mengembangkan produk adalah angket respon pembaca yang diberikan pada

sasaran pemakaian produk. Sasaran pemakaian produk dalam penelitian ini

adalah siswa dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI. Pengisian

angket dilakukan dengan mencentang () kolom jawaban berdasarkan

pertanyaan yang dimuat dalam angket. Respon dari siswa dan guru digunakan

untuk mengukur kepraktisan produk yang dikembangkan.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian yang

dilakukan yang telah diperoleh melalui kegiatan wawancara dan pengisian angket

respon pembaca. Analisis data yang digunakan oleh peneliti disesuaikan dengan

instrumen pengumpulan data. Berikut ini adalah teknik analisis data yang

diterapkan oleh penulis:


a) Teknik Analisis Data Wawancara

Analisis data wawancara yang dilakukan kepada siswa dan guru perihal

hasil penelitian pengembangan yang dilakukan oleh penulis dilakukan dengan

mendeskripsikan hasil wawancara tersebut.

b) Teknik Analisis Data Angket

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan mendeskripsikan

hasil respon dari sasaran pemakaian produk. Angket yang diperlukan dalam

penelitian ini yaitu angket penilaian ahli desain, angket penilaian ahli materi,

angket penilaian ahli kebahasaan, dan angket respon pembaca (siswa).

1) Analisis Data Kevalidan

Data kevalidan yang diperoleh berguna untuk mengukur kevalidan LKPD

yang dikembangkan. Analisis data kevalidan dalam penelitian ini menggunakan

skala likert dengan skor 1-5, masing-masing skor memiliki keterangan yang

berbeda. Penskoran yang digunakan dalam analisis data kevalidan, yaitu:

Tabel 3. 1
Pedoman Skor Penilaian Validasi Ahli
Jawaban Item Skor Jawaban Item Skor
Instrumen Skor (Pertanyaan Instrumen Skor (Pertanyaan
Negatif) Positif)
Sangat Valid 1 Sangat Valid 5
Tidak Valid 2 Valid 4
Cukup Valid 3 Cukup Valid 3
Valid 4 Tidak Valid 2
Sangat Tidak Valid 5 Sangat Tidak Valid 1
(Modifikasi Riduwan, 2015:13)

Skor penilaian total dalam analisis data dapat dicari dengan rumus berikut:

f
P= × 100 %
N
Keterangan:
49

P = angka persentase data angket


f = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum

Dalam pengkonversian skor kevalidan produk, digunakan pedoman berikut:

Tabel 3.2
Kriteria Kevalidan
Persentase Kriteria
81% - 100% Sangat valid
61 % - 80 % Valid
41 % - 60 % Cukup valid
21 % - 40 % Tidak valid
0 % - 20 % Sangat tidak valid
2) Analisis Data Kepraktisan

Teknik analisis ini dilakukan dengan menganalisis dan mengukur

persentase respon siswa terhadap produk yang diujicobakan. Data yang tertera

pada angket respon pembaca digunakan untuk menganalisis data kepraktisan

produk yang dikembangkan.

Tabel 3.3
Pedoman Skor Penilaian Respon Siswa

Jawaban Item Skor Jawaban Item Skor


Instrumen Skor (Pertanyaan Instrumen Skor (Pertanyaan
Negatif) Positif)
Sangat Setuju 1 Sangat Setuju 5
Tidak Setuju 2 Setuju 4
Cukup Setuju 3 Cukup Setuju 3
Setuju 4 Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 5 Sangat Tidak Setuju 1
( Modifikasi Riduwan, 2015:13)

Angka respon siswa dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

f
P= × 100 %
N

Keterangan:
P = angka persentase data angket
f = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum

Dalam pengkonversian skor kepraktisan produk, digunakan pedoman sebagai

berikut:

Tabel 3.4
Kriteria Kepraktisan

Persentase Kriteria
81% - 100% Sangat praktis
61 % - 80 % Praktis
41 % - 60 % Cukup praktis
21 % - 40 % Tidak praktis
0 % - 20 % Sangat tidak praktis
(Modifikasi Riduwan, 2015:15)
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, M. T. & Muspiroh, N. (2013). Pengembangan LKPD Pembelajaran


Berbasis Sains, lingkungan, teknologi, masyarakat, dan Islam (Saling
Temasis) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Ekosistem Kelas X di SMA NU (Nadhalatul Ulama) Lemahabang
Kabupaten Cirebon.Jurnal Scientiae Educatia. (2) 2:8.
Ainin, M. (2013). Penelitian Pengembangan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Jurnal OKARA. II:96-97.
Aji, dkk. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Memerankan Drama Berbasis
Legenda Untuk Kelas VII SMP Di Daerah Jawa. Jurnal Pendidikan.
2(9):1168.
Buyung. (2018). Pengembangan Bahan Ajar pada Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Batanghari Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 18(3):512.
Daryanto. (2013). Menyusun LKPD untuk Persiapan Guru dalam Mengajar.
Yogyakarta: Gava Media.
Endrasawara, S. (2011). Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi, Ekspresi, dan
Pengkajian). Jakarta: CAPS.
Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam PendidikanKarakter. Jurnal
Sosio Didakta. I (2):1-2.
Fransisca &Noratama. (2019). Pemanfaatan Teknologi RFID untuk Pengelolaan
Inventaris Sekolah DenganMetode (R&D). Jurnal Mahasiswa Aplikasi
Teknologi Komputer dan Informasi (JMApTeKSI). 1(1):72-75
Ghufroni & Dewi, M.R. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Bermain Drama
Dengan Model Pembelajaran SAVI Pada Siswa SMA. Jurnal Semantika.
1(1):45.
Haikal, A.D., Harjito, & Umaya, N.M. (2018). Pemuatan Pendidikan Karakter
Dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Satu Babak Berbasis
Kontekstual Sebagai Pengembangan Bahan Ajar Untuk Siswa SMP Di
Kota Semarang. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.
Hamzah, A. (2019). Metode Penelitian dan Pengembangan. Malang: CV. Liberasi
Nusantara Abadi.
Hartati, M. (2017). Analisis Cerita Pendek Tugas Mahasiswa Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak. Jurnal Edukasi. Vol.
15 No. 1.
Herawati, dkk. (2018). Analisis Struktural Naskah Drama Raja Galau. Jurnal
Indonesian Language Education and Literature. 3(2):172-173.
Hermawan, D. (2019). Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni Karya Almas
Sufeeya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. Jurnal Metamorfosis.
12(1):19.
Kosti, dkk. (2015). FosteringHistoricalEmpathy Through Drama-ineducation: A
Pilot Study onSecondarySchoolStudents in Greece. International Journal
of Drama Research. 3(1):7.
83

Lestari, A. dkk. (2016). Analisis UnsurIntrinsik dan Ekstrinsik pada Kumpulan


Cerpen Pilihan Kompas 2014 Serta Relevansinya Sebagai Materi
Pembelajaran Sastra Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian
Bahasa Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 4(1):187...
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi Instrumen Aspek Penilaian Untuk Ahli Desain

Aspek
Indikator Jumlah Butir
Penilaian
Isi desain Bahan ajar sesuai dengan Kompetensi Inti, 1
Kompetensi Dasar, dan Materi
Bahan ajar memuat materi dan gambar yang 1
mendukung pembelajaran
Bahan ajar memuat konsep-konsep yang 1
mampu meningkatkan pemahaman siswa
Kesesuaian isi bahan ajar dengan kondisi 1
dan tujuan yang ingin dicapai
Tampilan Kesesuaian antara gambar dengan kearifan 1
lokal
Kombinasi warna yang menarik dan tepat 1
Ketepatan ukuran dan jenis huruf dan angka 1
Kualitas kertas yang digunakan 1
Penyajian materi dalam bahan ajar secara 1
sistematis
Cover 1
Jumlah 10

Kisi-kisi Instrumen Aspek Penilaian Ahli Materi

Aspek
Indikator Jumlah Butir
Penilaian
Konten Kesesuaian materi dengan Kompetensi Inti 1
dan Kompetensi Dasar
Materi yang disajikan sistematis sesuai 1
gambar dan kearifan lokal yang ada di
dalam bahan ajar memperjelas materi
pelajaran
Kesesuaian materi dengan latihan dan 1
evaluasi
Manfaat menambah pengetahuan 1
Bahasa Kesesuaian penggunaan bahasa dengan 1
tingkat perkembangan siswa
Sesuai dengan kebutuan siswa 1
Istilah yang digunakan tepat 1
85

Jumlah 7

Kisi-kisi Instrumen Aspek Penilaian Ahli Kebahasaan

Aspek Penilaian Indikator Jumlah Butir


Komunikatif Pemahaman siswa terhadap pesan yang 1
disampaikan
Kesederhanaan struktur kalimat 1
Bahasa yang mudah dipahami 1
Kesesuaian Kesesuaian dengan kaidah bahasa 1
dengan kaidah Indonesia yang baik dan benar
bahasa Indonesia Kejelasan informasi 1
yang baik dan Keterkaitan antar kalimat, paragraf, dan 1
benar konsep
Keefektifan kalimat 1
Jumlah 7

Kisi-kisi Instrumen Aspek Penilaian Respon Siswa

Aspek Penilaian Indikator Jumlah Butir


Pembelajaran Menumbuhkan semangat belajar 1
Menumbuhkan minat belajar siswa 2
Pengalaman baru untuk siswa dalam 4
belajar
Materi pelajaran mudah dipahami 3
Contoh-contoh soal yang diberikan 1
mudah dipahami
Bahasa yang digunakan mudah 1
dipahami
Desain Tampilan (jenis huruf, ukuran huruf, 1
warna, dan gambar) menarik dan jelas
Gambar dalam bahan ajar LKPD jelas 1
Gambar dalam bahan ajar LKPD 1
menambah semangat belajar
Jumlah 15

Anda mungkin juga menyukai