Anda di halaman 1dari 10

MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR 4D

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PBA

Disusun Oleh:

1. AHMAD BAIHAQI M (2223550004)


2. MINALLAH RAMADHAN (2223550005)
3. EDI AHMAD (2223550007)

Dosen Pembimbing;
Dr. Syamsul Rizal, M. Pd

PROGRAM STUDI MANEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU


2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagian besar keadaan pembelajaran di sekolah-sekolah khususnya pada mata
pelajaran masih sangat kaku, seperti penyampaian materi hanya ceramah, penyusunan
materi yang sekedarnya atau materi hanya bersumber dari buku-buku teks yang belum
tentu sesuai dengan keadaan sekolah itu sendiri. Sedangkan siswa di tuntut untuk
memiliki kompetensi agar dapat berhasil baik dalam pembelajaran maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Kompetensi abad ke-21 dapat didefinisikan sebagai suatu
kombinasi dari kemampuan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai. Keseimbangan dari aspek kompetensi ini adalah penting bagi siswa agar dapat
berhasil baik dalam belajar, kehidupan sehari-hari maupun masa depan mereka. Dengan
demikian, guru perlu menciptakan pembelajaran yang mampu mengembangkan
komptensi siswa secara holistik dalam abad ini (Azrizal, 2018).
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran sendiri, yang kemudian dipertegas malalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar.
Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan pembelajaran sebagai
salah satu sumber belajar. Bahan ajar merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum
yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang
beragam. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi-materi yang harus dikuasai oleh
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ruang lingkup materi pembelajaran telah tersusun
secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum dalam hal ini adalah standar isi.
Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-model
pengembangan guna memastikan kualitasnya, seperti yang diungkapkan oleh Syaiful
Sagala (2005:136), penggunaan model pengembangan bahan pembelajaran yang
pengembangan pengajaran secara sistematik dan sesuai dengan teori akan menjamin
kualitas isi bahan pembelajaran. Model-model tersebut antara lain, model 4D, ADDIE,
ASSURE, Hannafin dan Peck. Dari beberapa model tersebut tentu memiliki karakteristik
masing-masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami. Maka dari itu pemilihan bahan ajar
perlu diperhatikan dalam kesesuaian dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan bahan
ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
memfokuskan membahas mengenai model pengembangan bahan ajar 4D yang dianggap
penting diketahui untuk mengembangkan bahan ajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belajar yang telah dikemukakan, adapun rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana sejarah model pembelajaran 4D?
2. Apakah kelebihan dan kelemahan model pembelajaran 4D?
3. Bagaimana tahapan-tahapan model pembelajaran 4D?
C. Tujuan penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah model pembelajaran 4D
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran 4D
3. Mengetahui tahapan-tahapan model pembelajaran 4D
D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Penulis, sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi mengenai model
pengembangan bahan ajar 4D
2. Tenaga Pendidik, untuk menambah wawasan mengenai model pengembangan bahan
ajar 4D
3. Pembaca, sebagai wadah untuk menambah wwasan mengenai model pengembangan
bahan ajar 4D
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah model pembelajaran 4D

Desain Model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974)
yang digunakan untuk alur pengembangan perangkat pembelajaran (instructional
development), pada dasarnya dimaksudkan untuk pelatihan guru (training teacher) untuk
anak-anak berkebutuhan khusus (exceptional children), dan penekanannya pada
pengembangan bahan ajar (material development). Anak-anak berkebutuhan khusus
tersebut adalah anak- anak cacat (handicapped children).

Meskipun awalnya model 4D dimaksudkan untuk mengembangkan bahan ajar bagi


guru untuk pelatihan guru-guru anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu bagi guru - guru
yang mengajar anak-anak cacat, tetapi disinyalir dari kata pengantar (foreword) oleh
Maynard C. Reynolds (ketika itu dia sebagai Director Leadership Training Institute/
Special Education University of Minossa), bahwa model 4D tersebut dapat dijadikan
sumber ide dan prosedur pengembangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
dan penyebarannya (dissemination) pada bidang lainnya. Dengan demikian model 4D
secara umum dapat dipandang sebagai model untuk pengembangan instruksional (a
model for instructional development). Pengembangan model 4D didasarkan pada
pengembangan instruksional oleh Twelker, Urbach, dan Buck (Thiagarajan, Semmel,
dan Semmel, 1974) dengan tahapan: analysis, design, dan evaluation. Awalnya
Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) memodifikasi model ini menjadi empat tahap,
yaitu: analysis, design, evaluation, dan dissemination. Selanjutnya desain ini setelah
melalui proses revisi dan pengembangan dalam pelatihan-pelatihan yang dilakukan
disebut model 4D yang meliputi empat tahap: define, design, develop, dan disseminate.

Penamaan model pengembangan Four D (4D) ini diambil dari empat tahap
pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Penamaan ini diinisiasi
langsung oleh pencetusnya yaitu Sivasailam Thiagarajan dan timnya.
B. Kelebihan dan kelemahan model pembelajran 4D
1. Kelebihan
a) Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran
b) Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis
c) tidak membutuhkan waktu yang realtif lama, karena tahapan relatif tidak terlalu
kompleks
2. Kelemahan
a) Di dalam model 4D hanya sampai pada tahapan penyebaran saja, dan tidak ada
evaluasi, dimana evaluasi yang dimaksud adalah mengukur kualitas produk yang
telah diujikan, uji kualitas produk dilakukan untuk hasil sebelum dan sesudah
menggunakan produk.
C. Tahapan-tahapan model pembelajran 4D
Menurut (Thiagarajan, 1974) terdiri dari empat tahap pengembangan. Tahap
pertama Define atau sering disebut sebagai tahap analisis kebutuhan, tahap kedua adalah
Design yaitu menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran, lalu
tahap ketiga Develop, yaitu tahap pengembangan melibatkan uji validasi atau menilai
kelayakan media, dan terakhir adalah tahap Disseminate, yaitu implementasi pada sasaran
sesungguhnya yaitu subjek penelitian.
Adapun rincian tahapan pengembangan sebagai berikut:
1. Tahap Define (Pendefinisian) Tahap awal dalam model 4D ialah pendefinisian
terkait syarat pengembangan. Sederhananya, pada tahap ini adalah tahap analisis
kebutuhan. Dalam pengembangan produk, pengembang perlu mengacu kepada
syarat pengembangan, manganalisa dan mengumpulkan informasi sejauh mana
pengembangan perlu dilakukan. Tahap pendefinisian atau analisa kebutuhan dapat
dilakukan melalui analisa terhadap penelitian terdahulu dan studi literatur.
(Thiagarajan, 1974) menyebut ada lima kegiatan yang bisa dilakukan pada tahap
define, yakni meliputi:
a) Analisa Awal Analisa awal dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran sehingga melatarbelakangi perlunya pengembangan. Dengan
melakukan analisis awal peneliti/pengembang memperoleh gambaran
fakta dan alternatif penyelesaian. Hal ini dapat membantu dalan
menentukan dan pemilihan perangkat pembelajaran yang akan
dikembangkan.
b) Analisa Peserta Didik Analisa peserta didik merupakan kegiatan
mengidentifikasi bagaimana karakteristik peserta didik yang menjadi
target atas pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik yang
dimaksud ialah berkaitan dengan kemampuan akademik, perkembangan
kognitif, motivasi dan keterampilan individu yang berkaitan dengan topik
pembelajaran, media, format, dan bahasa.
c) Analisa Tugas Analisa tugas bertujuan untuk mengidentifikasi
keterampilan yang dikaji peneliti untuk kemudian dianalisa ke dalam
himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Dalam hal
ini, pendidik menganalisa tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik
agar peserta didik bisa mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.
d) Analisa Konsep Dalam analisa konsep dilakukan identifkasi konsep pokok
yang akan diajarkan, menuangkannya dalam bentuk hirarki, dan merinci
konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan tidak relevan.
Analisa konsep selain menganalisis konsep yang akan diajarkan juga
menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
Perumusan Tujuan Pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari
analisa konsep (concept analysis) dan analisa tugas (task analysis) untuk
menentukan perilaku objek penelitian.
2. Tahap Design (Perancangan) adalah perancangan (design). Ada 4 langkah yang
harus dilalui pada tahap ini yakni:
a) Penyusunan Standar Tes adalah langkah yang menghubungkan tahap
pendefinisan dengan tahap perancangan. Penyusunan standar tes
didasarkan pada hasil analisa spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisa
peserta didik. Dari hal ini disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes
disesuaikan dengan kemampuan kognitif peserta didik.
b) Pemilihan Media Secara garis besar pemilihan media dilakukan untuk
identifikasi media pembelajaran yang sesuai/relevan dengan karakteristik
materi. Pemilihan media didasarkan kepada hasil analisa konsep, analisis
tugas, karakteristik peserta didik sebagai pengguna, serta rencana
penyebaran menggunakan variasi media yang beragam. Pemilihan media
harus didasari untuk memaksimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses
pengembanan bahan ajar pada proses pembelajaran.
c) Pemilihan Format dalam pengembangan perangkat pembelajaran bertujuan
untuk merumuskan rancangan media pembelajaran, pemilihan strategi,
pendekatan, metode, dan sumber pembelajaran.
d) Rancangan Awal adalah keseluruhan rancangan perangkat pembelajaran
yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilakukan. Rancangan ini meliputi
berbagai aktifitas pembelajaran yang terstruktur dan praktik kemampuan
pembelajaran yang berbeda melalui praktik mengajar (Microteaching)
3. Tahap Develop (Pengembangan) Tahap ketiga dalam pengembangan perangkat
pembelajaran model 4D adalah pengembangan (develop). Tahap pengembangan
merupakan tahap untuk menghasilkan sebuah produk pengembangan. Tahap ini
terdiri dari dua langkah yaitu
a) penilaian ahli yang disertai revisi dan delopmental testing (uji coba
pengembangan. Dengan melakukan penilaian oleh ahli dan mendapatkan
saran perbaikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan selanjutnya
direvisi sesuai saran ahli. Penilaian ahli diharapkan membuat perangkat
pembelajaran lebih tepat, efektif, teruji, dan memiliki teknik yang tinggi.
b) Uji Coba Pengembangan dilaksanakan untuk mendapatkan masukan
langsung berupa respon, reaksi, komentar peserta didik, para pengamat
atas perangkat pembelajaran yang sudah disusun. Uji coba dan revisi
dilakukan berulang dengan tujuan memperoleh perangkat pembelajaran
yang efektif dan konsisten.
4. Tahap Disseminate (Penyebarluasan) Tahap ini merupakan tahap penggunaan
perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini terbagi
atas 4 fase yaitu: validation testing (pengujian validitas), packaging (pengemasan),
diffusion and adoption (difusi dan adopsi) (Thiagarajan, 1974: 9). Pada tahap
validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan
kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat
implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah
produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan.
Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak
terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir
dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion
and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang
lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku
panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut
disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan
digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks pengembangan bahan ajar,
tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui
pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik.
Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik
terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna
bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan
pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas.

Dari urian penjelasan yang telah di paparkan bahwah model pengembangan bahan
ajar 4D itu merupakan model pengembangan yang mimiliki 4 tahapan yakni Define
(Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), Disseminate
(Penyebaran). Penamaan ini diinisiasi langsung oleh pencetusnya yaitu Sivasailam
Thiagarajan dan timnya. Dan dari setiap tahapan-tahapan tersebut memiliki langakah-
langkah tersendiri. Yang membuat model ini sangat baik di gunakan karena cendrung
tidak membutuhkan waktu yang relative lama.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas maka dapat dismpulkan bahwa:

Model pengembangan bahan ajar 4D itu merupakan model pengembangan yang


mimiliki 4 tahapan yakni Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop
(Pengembangan), Disseminate (Penyebaran). Penamaan ini diinisiasi langsung oleh
pencetusnya yaitu Sivasailam Thiagarajan dan timnya. Dan dari setiap tahapan-tahapan
tersebut memiliki langakah-langkah tersendiri yang membuat model ini sangat baik di
gunakan karene cendrung tidak membutuhkan waktu yang relative lama.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Kedepannya kami akan lebih focus dan detail dalam dalam menjelaskan
tentang tugas yang telah di berikan berupa tulisan ini dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang dapat di pertanggung jawabkan. Kami sangat menerima saran dan keritikan
yang membangaun dari pembaca untuk membuat tulisan ini lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Asrizal, 2019. Pengembangan Bahan Ajar Fisika “Analisis Model Pengembangan Bahan
Ajar (4d, Addie, Assure, Hannafin Dan Peck), Padang

Sagala, Syaiful..2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alvabeta

Thiagarajan, S.et.al,, 1974, Instructional Development for Training Teacher of


Exceptional Children. Bloomingt on Indiana: Indiana University

Maydiantoro Albet, 2019. Model-Model Penelitian Pengembangan (Research And


Development)

Anda mungkin juga menyukai