Anda di halaman 1dari 12

RESUME MATERIAL MAGNETIK

Materi: Medan Magnet, Magnetisasi dan Permeabilitas


Kelompok 3: (1) Eduwin Saputra
(2) Gervasia Yulita Kedjo
(3) Ramlah
(4) Zora Rispa Kase

I. MEDAN MAGNET
Material magnetik merupakan material yang menghasilkan atau memberi respon
terhadap medan magnet/gaya magnet. Medan magnet merupakan daerah atau ruang di
sekitar material yang dipengaruhi oleh gaya magnet. Medan magnet dihasilkan oleh muatan
bergerak yang berasal dari arus mengalir dalam konduktor maupun gerakan elektron dalam
atom (spin elektron). Pada atom, medan magnet dominan ditimbulkan oleh perputaran
elektron pada porosnya. Medan magnet yang dihasilkan sering digambarkan dalam bentuk
garis gaya dan memiliki orientasi/arah tertentu, dimana arahnya tegak lurus terhadap spin
elektron. Orientasi medan magnet ini dikenal sebagai momen magnet.

Gambar 1. Medan magnet elektron dalam atom


Momen magnet elektron dalam material umumnya berbeda-beda, sehingga gaya/medan
magnetnya dapat saling menguatkan, melemahkan atau bahkan menghilangkan (resultan
gaya = 0). Jika material dengan momen magnet acak diberikan medan magnet luar, maka
lektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan
resultan medan magnet atomis yang paralel dengan medan magnet luar. Fenomena ini
dikenal sebagai magnetisasi
II. MAGNETISASI
Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum adalah suatu nilai yang mewakili posisi suatu elektron di dalam atom
yang akan menjelaskan sebuah kuantitas kekal di dalam sistem dinamis. Sistem kuantum
dapat memiliki beberapa bilangan kuantum yang akan menentukan sebuah tingkat energi,
bentuk orbital elektron, orientasi orbital elektron, dan spin orbital elektron. Bilangan
kuantum memiliki beberapa jenis yang akan menyatakan masing-masing status orbital. Ada
4 jenis bilangan kuantum yang akan menyatakan masing-masing status orbital tersebut,
yaitu:
1. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum utama menyatakan sebuah tingkat energi elektron. Bilangan kuantum
utama merupakan kulit elektron. Nilai n = 1 menunjukkan kulit elektron terdalam dari
sebuah atom, sesuai dengan keadaan energi terendah atau keadaan dasar elektron.
Nilai kuantum utama yang lebih besar menunjukkan jarak yang lebih besar antara
elektron dan inti. Makin besar nilai kuantum utama juga menyiratkan ukuran atom yang
makin besar. Bilangan kuantum utama biasanya berupa bilangan bulat dengan nilai
positif yang sama dengan atau lebih besar dari satu.
2. Bilangan kuantum azimut atau momentum sudut (ℓ)
Bilangan kuantum azimut dikenal juga dengan bilangan kuantum sudut atau orbital yang
menjelaskan subkulit dan memberikan besarnya momentum sudut orbital. Dalam kimia
dan spektroskopi, ℓ = 0 disebut orbital s, ℓ = 1 disebut p orbital, ℓ = 2 disebut d orbital,
dan = 3 disebut f orbital. Nilai ℓ berkisar dari 0 sampai n − 1 karena orbital p pertama (ℓ
= 1) muncul di kulit elektron kedua (n = 2), orbital d pertama (ℓ = 2) muncul di kulit
elektron ketiga (n = 3), dan seterusnya. Dalam kimia, bilangan kuantum penting untuk
menentukan bentuk orbital atom dan sangat mempengaruhi ikatan kimia dan sudut
pandang.
3. Bilangan kuantum magnetik (mℓ)
Bilangan kuantum magnetik menunjukkan tingkat energi yang tersedia dalam subkulit
dan menyatakan proyeksi orbital dalam ruang tiga dimensi. Dengan analogi, kulit atom
adalah asrama bertingkat lalu subkulit atom adalah lantai berisi kamar-kamar. Bilangan
kuantum magnetik (mℓ) akan memproyeksikan distribusi elektron pada kamar-kamar
yang ada di setiap lantai. Artinya, bilangan kuantum magnetik menunjukkan orientasi
elektron dalam ruang orbital. Perlu diketahui, bilangan kuantum magnetik bergantung
pada bilangan kuantum azimut. Maka, nilai mℓ berkisar dari - ℓ hingga +ℓ, dengan
langkah bilangan bulat di antaranya. Subkulit s (ℓ = 0) berisi satu orbital, dan oleh karena
itu mℓ elektron dalam subkulit s akan selalu 0. Subkulit p (ℓ = 1) berisi tiga orbital
sehingga mℓ elektron pada subkulit p adalah 1, 0, atau 1. Subkulit d (ℓ = 2) berisi lima
orbital, dengan nilai m -2, -1, 0, 1, dan 2. Nilai bilangan kuantum m dikaitkan dengan
orientasi orbital.
4. Bilangan kuantum magnetik spin (ms)
Bilangan kuantum spin menyatakan arah perputaran atau rotasi pada sebuah sumbu
elektron. Arah perputaran bisa searah jarum jam atau berlawanan. Bilangan kuantum spin
tidak bergantung dengan bilangan kuantum lainnya. Bilangan kuantum spin ini
ditunjukkan dengan ± 1/2 atau -1/2. Bilangan kuantum spin positif artinya arah putaran
elektron ke atas (spin up). Bila negatif, maka artinya arah putaran elektron ke bawah.
Seperti dikutip dari Chemistry Libre Texts, bilangan kuantum spin juga menggambarkan
sifat kemagnetan elektron. Saat spin elektron berlawanan kemudian disatukan, keduanya
saling meniadakan sehingga tidak ada medan magnet bersih.
Magnetisasi
Ketika dalam sebuah atom terdapat elektron yang tidak berpasangan maka terdapat net
magnetik dipol yang mengukur kekuatan medan magnet dari material tersebut. Jadi sifat
magnet pada sebuah material timbul dari momen magnetik dipol yang sejajar. Jika magnetik
dipol ini sejajar maka material dipol tersebut memiliki sifat magnet. Jadi dari sini kita dapat
mengukur magnetisasi (M) yang menunjukkan jumlah momen magnetik dipol per unit
volume.
Magnetisasi adalah: proses ketika sebuah materi yang ditempatkan dalam suatu bidang
magnetik menjadi magnet. Studi mengenai magnetisasi telah dikenal sekitar 400 tahun yang
lalu. Penelitian magnetisasi bumi yang pertama kali menunjukkan bahwa medan magnet
bumi ekivalen dengan arah utara–selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan tersebut kemudian
diperdalam untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di
permukaan bumi. Hasil penelitian itu kemudian dibukukan dalam ”the examination of iron
ore deposite by magnetic measurement” yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran
magnetisasi bumi (geomagnet).
Sebelumnya kita sudah tahu kalau muatan yang bergerak dapat menghasilkan medan
magnet. Salah satunya adalah pergerakkan elektron di sekitar inti atom. Jadi ketika elektron
bergerak mengelilingi inti atom, elektron ini akan bergerak di 2 sumbu, yang pertama di
sepanjang orbitnya, yang kedua berputar di sumbunya sendiri. Nah, ibaratnya elektron ini
seperti bumi dan inti atomnya matahari (rotasi, revolusi). Akibat pergerakan ini, terciptalah
momen magnetik dipol yang dapat meningkatkan medan magnet. Jadi ada 2 jenis momen
magnetik dipol yang dihasilkan yaitu: 1) orbital moment (μorb) yang dihasilkan karena
elektron yang mengelilingi inti atom. 2) spin moment (μspin) yang dihasilkan karena elektron
berputar di sumbunya sehingga setiap elektron bisa diasumsikan sebagai sebuah magnet
kecil yang memiliki dipol magnetik permanen yang terdiri dari μorb dan μspin.
Perhitungan Magnetisasi
Secara makroskopis setiap atom dapat dianggap sebagai dipol magnet sehingga
setiap atom dapat dinyatakan dengan momen dipolnya:
mi = momen dipol ke- I
Maka momen dipol dari suatu elemen volume ΔV ditulis:
Σ mi yang meliputi ΔV
Magnetisasi didefinisikan sebagai momen dipol magnet per-satuan volume:
M = Lim (1/Δv) Σmi ........(2.1)
Δv→ 0
Jika material tidak diberikan medan magnet luar, arah dari momen dipol bersifat acak,
sehingga:

Untuk bahan yang diberi magnet luar, maka :

Faktor yang mempengaruhi magnetisasi


Proses magnetisasi ini ditentukan oleh jenis bahan yang disesuaikan dengan kekuatan
medan magnet. Pada sebagian besar bahan, proses magnetisasi sangat kecil. Bahan yang
menghasilkan magnetisasi kuat sekalipun berada di medan magnet yang lemah disebut
feromagnetik. Bahan feromagnetik terdiri dari dua bidang kecil yaitu kompleks weiss dan
bidang-bidang elementer. Bahan tersebut akan mengalami magnetisasi tinggi karena
sumbu-sumbu perputaran elektronnya sejajar. Faktor lain yang melemahkan magnetisasi
adalah pengarahan kompleks weiss pada bahan yang sembarangan. Misalnya terjadi pada
sebuah batang besi yang dimagnetisasi namun arah kompleks weiss sembarangan maka besi
tersebut tidak akan menjadi magnet atau tidak mengalami magnetisasi. Pengarahan
kompleks weiss yang benar adalah terarah sejajar dengan medan bahan yang akan
dimagnetisasi. Magnetisasi akan terjadi jika semua bidang bahan sudah terbentuk dan bahan
tersebut sudah dikatakan jenuh.
Hubungan Magnetisasi dengan Medan Luar
Bila medan magnetik luar diberikan secara kontinu, maka harga magnetisasi yang
dialami material akan membentuk lengkungan magnetisasi hingga mencapai titik saturasi.
Kemudian jika nilai medan magnetik luar diperkecil, maka nilai magnetisasi yang dialami
material tidak mengikuti lengkungan magnetisasi semula, melainkan membentuk garis
berbeda. Meskipun magnet luarnya nol, tetapi nilai magnetisasinya tetap ada (Remanance).
Untuk menghilangkan nilai magnetisasi pada material, maka diperlukan medan magnet
balik (Koersiviti). Jika medan magnetik balik diperbesar, maka nilai magnetisasi akan
berubah arah magnetisasi negatif dan kembali ke titik awal.

Hubungan antara Suseptibilitas dan Suhu


Hubungan antara suseptibilitas dan suhu menurut grafik Curie-Weiss adalah sebagai
berikut:

Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar suhu yang diberikan terhadap material akan
menyebabkan nilai suseptibilitas material tersebut semakin kecil. Hal ini dikarenakan jika
material tersebut mendapatkan suhu yang tinggi maka gerakan random yang dialami oleh
partikel-partikel penyusunnya semakin cepat sehingga energi yang dibutuhkan untuk
mensejajarkan spin-spin setiap partikel-partikel tersebut akan semakin besar juga. Sehingga
ketika suhu yang diberikan melampaui suhu curie, nilai suseptibilitas yang dimiliki oleh
material tersebut lebih kecil daripada satu.
Hubungan Magnetisasi terhadap Suhu
Berdasarkan data dari Weiss dan Furier, grafik antara magnetisasi dengan temperatur
adalah sebagai berikut:

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu yang diberikan ke dalam
sistem maka kemampuan momen magnet mensejajarkan diri semakin kecil. Hal ini
dikarenakan spin-spin momen magnetik bergerak bebas, sehingga membutuhkan energi
yang besar untuk bisa mensejajarkan dirinya.
III. PERMEABILITAS
Permeabilitas (permeability) adalah kemampuan suatu benda untuk dilewati garis gaya
magnet. Permeabilitas dinyatakan dengan simbul μ (mu). Benda yang mudah dilewati garis
gaya magnet disebut memiliki permeabilitas tinggi. Pemeabilitas udara dan ruang hampa
dianggap sama dengan satu. Untuk benda-benda yang lain, besarnya permeabilitas
ditentukan dengan perbandingan terhadap udara atau ruang hampa, didapatkan
permeabilitas relatif (relative permeability). Nilai permeabilitas untuk udara adalah μo = 4 π
x 10-7 atau 1,26 x 10-6. Untuk menghitung μ, nilai permeabilitas relatif μr harus dikalikan
dengan permeabilitas udara μo, sebagaimana rumus di bawah ini.
𝜇  = 𝜇𝑟 ×  𝜇𝑜
Keterangan:
μ : Permeabilitas
μr : Permeabilitas relatif
μo : Permeabilitas udara
Ditinjau dari permeabilitas relatifnya, benda-benda dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yaitu:
1. Benda-benda ferromagnetik, yang memiliki permeabilitas jauh lebih besar dari 1. Benda-
benda yang memiliki permeabilitas tinggi bila terletak di dalam medan magnet, garis-
garis gaya magnet cenderung lewat pada benda tersebut. Dengan demikian benda-benda
ferromagnetik mudah ditarik oleh magnet dan mudah dibuat magnet buatan. Yang
tergolong benda ini antara lain besi, baja, nikel, cobalt, logam paduan seperti alnico dan
permalloy. Kutub magnet, inti transformator dan bagian-bagian yang berhubungan
dengan kemagnetan dibuat dari bahan ferromagnetik.
2. Benda-benda paramagnetik, yang memiliki permeabilitas sedikit lebih besar dari 1.
Benda-benda yang tergolong pada jenis ini tidak begitu kuat ditarik magnet dan bila
terletak di dalam medan magnet, fluks yang mengalir di dalamnya sama dengan fluks
magnet yang mengalir di dalam udara biasa. Yang tergolong benda ini antara lain
aluminium, khrom, mangaan dan platinum.
3. Benda-benda diamagnetik, yang memiliki permeabilitas kurang dari 1. Benda-benda
yang tergolong jenis ini sukar ditarik magnet dan bila terletak di dalam medan magnet
cenderung dihindari oleh garis-garis gaya magnet. Yang tergolong beda ini antara lain
bismuth, antimoni, tembaga, seng, merkuri, emas dan perak.
Pengaruh permeabilitas bahan:
Berdasarkan permeabilitas, bahan dapat digolongkan menjadi 5, yaitu diamagnetic,
paramagnetic, ferromagnetic, antiferromagnetic dan ferrimagnetik (ferrit). Bahan
diamagnetic adalah bahan yang sukar menghantarkan garis gaya magnetic (ggm),
permeabilitasnya sedikit lebih kecil dari 1 dan tidak mempunyao dwikutub yang permanen.
Yang termasuk bahan diamagnetic antara lain Bi, Cu, Au, Al2O3 dan Ni SO4. Bahan
paramagnetic adalah bahan yang dapat menyalurkan ggm tetpai tidak dwikutubnyatidak
beraturan. Contoh bahan paramagnetic Al, Pb, Fe2 SO4, FeSO4, Mo, W, Ta, Pt dan Ag.
Bahan ferromagnetic adalah bahan yang mudah menyalurkan ggm, pemeabilitasnya jauh
lebih besar dari 1. Contohnya adalah Fe, Co, Ni, Gd dan Dy.
Teori anti ferromagnetic dikembangkan oleh Neel, seorang ilmuwan Prancis. Bahan
anti ferromagnetic mempunyai suspensibilitas positif yang kecil pada segala suhu tetapi
perubahan suspensibilitas karena suhu adalah keadaan yang sangat khusus. Susunan
dwikutubnya sejajar tetapi berlawanan arah. Bahan anti ferromagnetic antara lain; MnO2,
MnO, FeO dan CoO.
Resistivitas bahan ferromagnetic adalah sangat rendah. Hal ini yang menyebabkan
pemakaian ferromagnetic terbatas pada frekuensi rendah. Sedangkan bahan ferrimagnetik
resistivtasnya jauh lebih tinggi dibandingkan bahan ferromagnetic. Karena itu ferrimagnetik
layak digunakan pada peralatan yang menggunakan frekuensi tinggi, disamping arus eddy
yang terjadi padanya rendah. Rumus bahan ferrimagnetik adalah Mo, Fe2O3 (M adalah
logam bervalensi 2 yaitu Mn, Mg, Ni,Cu, Co, Zn, Cd). Contoh: ferrit, seng, nikel.

Gambar 1. susunan dwikutup bahan-bahan magnetik

Perbandingan permeabilitas feromagnetik yang disederhanakan, paramagnetik dan


diamagnetik Bahan dengan permeabilitas vakum. Mana: dalam setiap kasus naiknya garis
lurus atau kurva (permeabilitas diferensial).
Istilah bahan magnetic untuk umum yang digunakan hanyalah bahan ferromagnetic.
Bahan-bahan ferromagnetic dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu;
1) Bahan yang mudah dijadikan magnet yang lazim disebut bahan magnetik lunak. Bahan
ini banyak digunakan untuk inti transformator, inti motor atau generator, relai, peralatan
sonar atau radar.
2) Bahan ferromagnetic yang sulit dijadikan magnet tetapi setelah menjadi magnet tidak
mudah kembali semula, disebut bahan magnet keras. Bahan ini digunkan untuk pabrikasi
magnet permanen.
Sifat-sifat bahan magnetik mirip dengan sifat-sifat bahan dielektrik. Momen atom dan
moleku-molekul yang menyebabkan adanya dwikutub yang sama dengan momen dwikutub
pada bahan dielektrik. Magnetisasi pada bahan magnet seperti halnya polarisasi pada bahan
dielektrik.
Ketergantungan permeabilitas:
Berbeda dengan cairan dan padatan dia- dan paramagnetik, permeabilitas bahan
magnetik lainnya tergantung pada:
a) Frekuensi
b) Kekuatan medan
c) Arah
d) Suhu Curie
Untuk gas, permeabilitas sebagian besar sebanding dengan kepadatan, sehingga
tergantung pada tekanan dan suhu. Dalam superkonduktor tipe 1, paramagnetisme ideal
menghilang ketika superkonduktivitas hilang.

ARTIKEL TERKAIT DENGAN PENINGKATAN PERMEABILITAS SUATU


MATERIAL MAGNETIK UNTUK MENINGKATKAN NILAI APLIKASINYA

Dalam artikel menjelaskan bahwa material magnetik lunak (MnZn berbasis ferrit)
banyak digunakan dalam pembangkitan dan distribusi energi listrik seperti transformator,
induktor, konverter DC-DC, inverter, dll. Dengan upaya berkelanjutan untuk mengecilkan
dimensi dan meningkatkan efisiensi energi perangkat elektronik, sangat penting untuk
mengembangkan ferit MnZn dengan permeabilitas tinggi, kehilangan daya rendah pada
MHz, dan suhu kerja yang tinggi.
Diketahui bahwa nilai maksimum sekunder permeabilitas awal (μi) dan nilai minimum
kehilangan daya (Pcv) dalam ferit MnZn dapat dicapai pada suhu di mana konstanta
anisotropi magnetokristal (K1) mencapai nol, yang juga disebut kompensasi suhu K1.
Secara teori, suhu kompensasi K1 tidak sensitif terhadap struktur dan terutama bergantung
pada komposisi kimia dan dopan. Ferit MnZn murni menunjukkan anisotropi
magnetokristal negatif pada suhu rendah dan meningkat terus menerus dengan peningkatan
suhu. Dopan, seperti Co2+, memiliki efek yang sangat positif pada K1 dan memindahkan
suhu kompensasi ke nilai yang jauh lebih rendah. Kation bervalensi tinggi, seperti Ti 4+, Sn4+
dan Nb5+, juga dapat mengkompensasi K1 negatif dan menurunkan suhu kompensasi
dengan memasukkan Fe2+, yang juga menunjukkan nilai anisotropi magnetokristal positif.
Sebaliknya, kation bervalensi rendah termasuk Ni2+ dan Li+ menggeser suhu kompensasi ke
nilai yang lebih tinggi.
Namun, kehilangan daya ferit MnZn sensitif terhadap struktur, yang dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti granularitas serbuk, kondisi sintering, komposisi utama dan
terutama kombinasi berbagai dopan. Kation umum yang didoping dalam ferit MnZn telah
dipelajari secara eksplisit dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: (1) kation yang ada
sebagai lapisan isolasi pada batas butir, seperti Ca 2+, Si4+ dan La3+, dapat meningkatkan
resistivitas dan mengurangi penurunan arus eddy dari ferit MnZn secara signifikan. Namun,
segregasi Ca2+ dan Si4+ pada batas butir akan mengurangi permeabilitas awal akibat
pengenceran magnetik; (2) kation yang benar-benar larut ke dalam kisi kristal, seperti Ti4+,
Ni2+ dan Co2+, dapat secara efektif menyesuaikan sifat magnetik intrinsik ferit MnZn; (3)
kation yang sebagian larut dalam kisi ferit MnZn, seperti Nb 5+ dan Sn4+, sangat penting
untuk meningkatkan resistivitas dan memodifikasi struktur mikro ferit, yang selanjutnya
meningkatkan histeresis serta kerugian arus eddy.
Dari hasil percobaan yang dilakukan diketahui bahwa dengan co-dopping
menggunakan Nb2O5 dan TiO2 mampu meningkatkan kemampuan dari material magnetik
MnZn berbasis ferrit. Nb2O5 mendorong proses densifikasi selama sintering (proses
pemanasan dibawah titik leleh) dan sebagai lapisan resistif di daerah batas butir yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan kehilangan daya. Doping TiO2 menghasilkan
pembentukan pasangan Fe2+-Ti4+ dan memberikan kekosongan pada kation untuk
berdifusinya Nb5+ yang akan meningkatkan pengaruh co-dopping tersebut.
PERTANYAAN DARI SESI DISKUSI
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas suatu material magnetik!
Jawab:
Suatu bahan dengan permeabilitas magnetik yang baik entah akan
termagnetisasi ke arah medan magnet atau bertentangan terhadap medan magnet.
Permeabilitas magnetik dari vakum udara dianggap sebagai yang terkecil.
Permeabilitas magnetik tidak konstan dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti suhu,
media yang digunakan, kelembaban dan kekuatan medan magnet yang diterapkan.
Akibatnya, dalam aplikasi teknik, permeabilitas magnetik biasanya dinyatakan dalam
istilah relatif dan bukan secara absolut. Besi murni dan banyak paduan magnetik
memiliki permeabilitas magnetik relatif maksimum.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komples Weiss dan magnet elementer!
Jawab:
Weiss menerangkan teori magnet dengan menggunakan teori elektron. Menurut
teori Weiss, setiap atom memiliki inti dan elektron-elektron yang mengelilingi intinya
menurut garis edarnya (orbitnya). Di samping berputar mengelilingi inti menurut garis
edarnya, elektron-elektron itu juga berputar mengelilingi sumbunya masing-masing.
Akibat perputaran pada sumbu elektron ini terjadilah kutub-kutub magnet elementer,
yaitu kutub utara dan kutub selatan. Perputaran elektron-elektron menurut sumbunya
ini ada yang positif dan ada yang negatif; artinya arah perputaran itu ada yang searah
dan ada yang berlawanan arah. Selanjutnya, perputaran elektron menurut sumbunya
disebut puntiran elektron. Untuk puntiran-puntiran elektron yang tidak searah serta
letak poros-poros elektron tidak teratur menyebabkan kutub-kutub magnet elementer
pada poros elektron saling memperlemah (menetralkan) satu dengan lainnya.
Kelompok-kelompok elektron yang mempunyai puntiran searah disebut kompleks
Weiss atau kelompok Weiss, dan ini akan saling memperkuat sehingga merupakan
magnet-magnet kecil di dalam atom-atom benda. Adanya magnet elementer dalam
setiap bahan dijadikan dasar teori kemagnetan. Menurut teori ini besi lunak atau bahan
lainnya tersusun oleh magnet-magnet elementer (dipol magnet elementer). Posisi dan
komposisi magnet elementer bagi setiap bahan berbeda-beda. Sebagian ada yang acak
dan sukar dipengaruhi medan magnet lain, sebagain lagi membentuk susunan teratur
dan mudah dipengaruhi oleh medan magnet.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan medan magnet balik (koersiviti)!
Jawab:
Langkah menentukan permeabilitas, koercivitas, dan remenensi adalah: (1)
memasukkan dua sampel FCD ke dalam kumparan dan probe fluks meter di tengah-
tengahnya, (2) menaikkan arus kumparan mulai nol sambil mengukur medan magnet
pada tengah kumparan sampai medan tidak naik lagi, (3) arus diturunkan sampai nol,
lalu arah arus dibalik dan dinaikkan hingga medan tetap, dan (4) arus diturunkan
kembali sampai nol dan arah arus dibalik lagi sampai dengan medan hampir tetap.
Jadi dari langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan medan magnet balik atau koersiviti adalah medan magnet
eksternal yang diperoleh dengan cara menurunkan arus sampai nol lalu
membalikkan arah arusnya.

Anda mungkin juga menyukai