Karena kutukan Batara Indra, Raja keindraan beserta istrinya jatuh miskin,
melarat, dan terlunta-lunta di kerajaan antah berantah yang diperintah oleh
Maharaja Indra Dewa. Setiap hari si miskin mencari sisa makanan yang sudah
dibuang orang di tempat-tempat sampah. Apabila penduduk melihatnya, mereka
beramai-ramai menghina, memukul, dan mengusis Si Miskin suami istri itu,
sehingga badannya luka-luka. Sedih hati si miskin sepanjang hari dan tidak berani
masuk kampong karena takut di pukul atau dilempari batu. Diambilnya daun-daun
muda untuk di makan dan untuk pengobat luka di tubuhnya. Demikian
pengalaman dan penderitaan mereka sepanjang hari.
Pada hari baik, setelah cukup bulanya, istri si miskin melahirkan seorang
putra yang sangat elok parasnya, anak itu di beri nama Marakemah yang artinya
anak dalam penderitaan.
Kemudian tersiar kabar, Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk
mengetahui peruntungan kedua anaknya kelak. Kesempatan ini di pergunakan
Maharaja Indra Dewa. Semua ahli nujum dikumpulkan dan dihasutnya supaya
mengatakan kepada indra angkasa bahwa Marakemah dan Nila Kesuma akan
mendatangkan malapetaka dan akan menghancurkan kerajaan Puspa Asri. Semua
ahli nujum mengatakan seperti yang dihasutkan oleh Maharaja Indra Dewa.
Sebuah kapal besar menghampiri perahu mereka dan mereka ditangkap lalu
dimasukkan ke kapal. Nahkoda kapal jatuh cinta kepada Cahaya Khirani. Cahaya
Khirani dipaksa masuk ke dalam kamar, sedangkan Marakemah di buang ke laut.
Betapa gembira mereka atas pertemuan itu tak dapat dibayangkan dengan
mudah pula Marakemah bersama iparnya Raja Palinggap Cahyo dapat
menemukan tempat Cahaya Khirani disembunyikan oleh nahkoda kapal. Setelah
Cahaya Khirani ditemukan dan ternyata ia belum ternoda oleh nahkoda, maka
dilangsungkanlah pernikahan antara Marakemah dengan Cahaya Khirani. Dan
nahkoda yang menggoda Cahaya Kirani di bunuh di kerajaan Palinggan Cahaya.