Anda di halaman 1dari 272

sebuah antologi

nuraga
1
tentang
indahnya
berbagi rasa

2
Teruntuk ,

Beliau yang kami gugu dan kami tiru.

3
Dan terimakasih kepada

yang kami cintai, juga bhawikarsu.

4
5
6
7
8
Karena kutukan Batara Indra, raja keindraan
beserta istrinya jatuh miskin, melarat, dan terlunta-lunta di
Kerajaan Antah Berantah yang diperintah oleh Maharaja
Indra Dewa. Setiap hari si Miskin mencari sisi-sisa makanan
yang sudah dibuang orang di tempat-tempat sampah.
Apabila penduduk melihatnya, mereka beramai-ramai
menghina, memukul, dan mengusir si Miskin suami-istri itu,
sehingga badannya luka-luka. Sedih hati si Miskin
sepanjang hari dan tidak berani masuk kampung karena
takut dipukul atau dilempari batu. Diambilnya daun-daun
muda untuk dimakan dan untuk pengobat luka di
tubuhnya. Demikianlah pengalaman dan penderitaan
mereka sepanjang hari.

Ketika mengandung 3 bulan, istrinya mengidamkan


buah mempelam (sejenis mangga) yang tumbuh di halaman
istana raja. Dimintanya agar suaminya (si Miskin) meminta
buah mempelam itu kepada raja. Mendekat kampung saja
suaminya tidak berani, apalagi hendak menghadap raja
minta buah mempelam itu. Dengan sedih dan meratap
istrinya memohon supaya suaminya mau meminta

9
mempelam raja itu. Karena kasihan kepada istrinya si
Miskin mencoba meminta mempelam itu.

Tiada disangka-sangka, raja sangat bermurah hati


dan memberikan mempelam yang diminta si Miskin. Buah
lain seperti nangka pun diberi raja. Penduduk kampung
yang melihatnya jatuh kasihan dan bermurah hati memberi
si Miskin kue dan juadah (kue basah). Mungkin berkat tuah
anak.yang dikandung istrinya juga hal yang demikian itu
terjadi.

Pada hari baik, setelah cukup bulannya, istri si


Miskin melahirkan seorang putra yang sangat elok
parasnya. Anak itu diberi nama Marakermah yang artinya
anak dalam penderitaan.

Ketika si Miskin menggali tanah untuk


memancangkan tiang atap tempat berteduh, tergali olehnya
taju (topi mahkota) yang penuh berhias emas. Dengan
kehendak Yang Mahakuasa, terjadilah sebuah kerajaan
lengkap dengan alat, pegawai, pengawal, dan sebagainya di
tempat itu. Si Miskin menjadi rajanya dengan nama
Maharaja Indra Angkasa dan istrinya menjadi permaisuri
dengan nama Ratna Dewi. Kerajaan itu mereka namakan
Puspa Sari.

10
Kerajaan Puspa Sari terkenal ke mana-mana.
Pemerintahannya baik, rakyatnya aman, damai, makmur,
dan sentosa. Tiada lama kemudian lahirlah pula adik
Marakermah yang diberi nama Nila Kesuma. Bertambah
mashurlah kerajaan Puspa Sari dan bertambah pula iri hati
Maharaja Entah Berantah.

Kemudian tersiar kabar, bahwa Maharaja Indra


Angkasa mencari ahli nujum untuk mengetahui
peruntungan kedua anaknya kelak. Kesempatan ini
dipergunakan Maharaja Indra Dewa. Semua ahli nujum
dikumpulkannya dan dihasutnya supaya mengatakan
kepada Indra Angkasa bahwa Marakermah dan Nila
Kesuma akan mendatangkan mala petaka dan akan
menghancurkan kerajaan Puspa Sari. Semua ahli nujum
mengatakan seperti yang dihasutkan oleh Maharaja Indra
Dewa.

Mendengar kata-kata ahli nujum itu sangatlah


murka Maharaja Indra Angkasa. Marakermah dan adiknya
hendak dibunuhnya. Permaisuri Ratna Dewi menangis
tersedu-sedu, memelas dan memohon kepada suaminya
supaya kedua putranya jangan dibunuh. Ia tak tahan hati
melihat kedua anaknya diperlakukan demikian.

11
Dimohonnya kepada suaminya supaya dibiarkan saja
kemana perginya mereka. Sambil disepak dan diterjang,
pergilah kedua anak itu mengembara tanpa tujuan. Sesaat
setelah mereka pergi, kerajaan Puspa Sari terbakar habis,
semuanya musnah.

Sampai di kaki bukit, berteduhlah Marakermah


dengan adiknya, Nila Kesuma, di bawah sebatang pohon
dalam keadaan lapar. Tertangkaplah oleh Marakermah
seekor burung yang sedang hinggap di dekatnya. Karena
lapar, mereka hendak memakan burung itu, dan berusaha
hendak memasaknya lebih dahulu. Datanglah mereka ke
pondok seorang petani hendak minta api untuk membakar
burung itu. Tiba-tiba mereka ditangkap petani karena
dituduh hendak mencuri. Keduanya dilemparkan ke laut
dan diterjang ombak ke sana kemari. Nila Kesuma akhirnya
terdampar di pantai dan ditemukan oleh Raja Mengindra
Sari, putra mahkota kerajaan Palinggam Cahaya. Nila
Kesuma dibawa ke istana, kemudian dipersunting raja
Mangindra Sari, menjadi permaisurinya dengan gelar Putri
Mayang Mengurai.

Marakermah dibawa arus dan terdampar di


pangkalan (tempat mandi di pantai) nenek gergasi (raksasa

12
tua). Kemudian ia diambil dan dimasukkan dalam kurungan
di rumahnya. Kebetulan di situ telah dikurung pula Putri
Raja Cina bernama Cahaya Khairani yang tertangkap lebih
dahulu. Mereka ini akan dijadikan santapan sang gergasi.

Sebuah kapal besar menghampiri perahu mereka


dan mereka ditangkap lalu dimasukkan ke kapal. Nahkoda
kapal jatuh cinta kepada Cahaya Khairani. Cahaya Khairani
dipaksa masuk ke kamar nakhoda dan Marakermah
dilemparkan ke laut. Kapal meneruskan pelayarannya.
Dalam keadaan terapung-apung, setelah kapal berlayar
jauh Marakermah ditelan seekor ikan nun (ikan yang
sangat besar). Ikan itu terdampar di pangkan Nenek
Kebayan. Seekor burung rajawali terbang di atas pondok
Nenek Kebayan dan memberitahukan supaya perut ikan
nun yang terdampar di pantai itu ditoreh (dibuka) hati-hati,
karena di dalamnya ada seorang anak raja. Petunjuk
burung itu diikuti Nenek Kebayan dan setelah perut ikan
nun ditoreh, keluarlah Marakermah dari dalamnya. Mereka
sama-sama senang dan gembira. Lebih-lebih Nenek
Kebayan yang mendapatkan seorang putra yang baik budi.

Marakermah tinggal di rumah Nenek Kebayan dan


sehari-hari turut membantu membuat karangan bunga

13
untuk dijual dan dikirim ke negeri lain. Dan cerita Nenek
Kebayan tahulah Marakermah, bahwa permaisuri kerajaan
tempat tinggal mereka bernama Mayang Mengurai yang
tidak lain daripada seorang putri yang dibuang ke laut oleh
seorang petani ketika hendak mencari api untuk membakar
seekor burung bersama kakaknya. Yakinlah Marakermah
bahwa putri itu sesungguhnya adiknya sendiri.

Kebetulan Cahaya Khairani maupun Mayang


Mengurai sangat menyukai karangan bunga Nenek
Kebayan yang sebenarnya Marakermahlah yang
merangkainya. Pada suatu ketika dicantumkannya
namanya dalam karangan bunga itu. Dari nama itu Cahaya
Khairani dan Nila Kesuma mengetahui bahwa Marakermah
masih hidup. Bertambah dalam cinta Cahaya Khairani
kepada kekasihnya. Demikian juga Nila Kesuma bersama
suaminya, berkemauan keras untuk segera mencari
kakaknya, Marakermah, ke rumah Nenek Kebayan itu.

Betapa gembira mereka atas pertemuan itu tak


dapat dibayangkan. Dengan mudah pula Marakermah
bersama iparnya, Raja Palinggam Cahaya, dapat
menemukan tempat Cahaya Khairani disembunyikan oleh
nakhoda kapal. Setelah Cahaya Khairani ditemukan, dan

14
ternyata ia belum ternoda oleh sang nakhoda, maka
dilangsungkanlah acara pernikahan antara Marakermah
dengan Cahaya Khairani, dan nakhoda yang menggoda
Cahaya Khairani dibunuh di Kerajaan Palinggam Cahaya.

Marakermah bersama Cahaya Khairani kemudian


pergi ke tempat ayah-bundanya yang telah jatuh miskin di
Puspa Sari. Dengan kesaktiannya, Puspa Sari yang telah
lenyap itu diciptakannya kembali menjadi kerajaan yang
lengkap dengan isinya di daratan Tinjau Maya, yaitu Mercu
Indra. Kemudian ia dinobatkan di sana menggantikan
mertuanya.

15
Di tengah sore yang hujan, terdapat seorang ibu dan
seorang anak laki-lakinya yang masih berusia kira-kira 7
tahun. Mereka tampak berjalan lesu karena kelaparan dan
belum mendapatkan asupan makanan sejak 2 hari yang
lalu. Suami sang ibu sudah meninggal 3 tahun yang lalu
dikarenakan sakit berat. Yang awalnya kehidupan mereka
sudah susah dikarenakan sang ayah hanya bekerja sebagai
buruh, bertambah susah lagi karena tulang punggung
keluarga mereka sudah tua dan tidak meninggalkan apapun
selain kesedihan. Mereka terus menyusuri jalan dengan
harapan akan menemukan makanan walaupun hanya sisa.

Di suatu pagi, mereka berjalan di suatu perumahan


yang mereka tinggali. Rumah yang mereka tinggali pun
hanya seluas 3x3 meter persegi dan hanya beratapkan
kardus bekas dan tidur beralaskan tikar yang sudah tak

16
layak pakai. hidup mereka memang bisa dikatakan sangat
tidak layak.

Mereka berjalan dari perumahan tersebut ke pasar.


Mereka pergi ke pasar dengan tujuan mencari
keberuntungan siapa tahu mendapatkan makanan
walaupun sisa tetapi yang layak makan. Namun
sesampainya di pasar, para penjual dan orang-orang yang
berada di pasar lainnya segera mengusir mereka. Mereka
diusir karena dianggap miskin dan tidak mampu membeli
barang-barang di pasar, selain itu mereka juga dianggap
hanya bisa meminta-minta kepada pembeli dan penjual di
pasar saja jadi hanya mengganggu kegiatan di pasar.

Si anak pun tentunya merasa sangat sedih


karena belum makan sejak 3 hari. Dikarenakan telat makan,
si anak tersebut jatuh sakit. Si ibu tentunya merasa sedih
dan bingung. Si ibu tidak punya apa-apa untuk diberikan
kepada si anak supaya si anak dapat cepta sembuh dengan
cara makan makanan bergizi. Mereka tidak mempunyai
sepeser uangpun. Si ibu pun merelakan dirinya untuk
mengemis di pinggir jalan demi mendapat sesuap nasi.

17
“Nak, ibu minta maaf ya belum bisa kasih makan
kamu, ibu cuma bisa belikan kamu gorengan dan air putih,”
kata sang ibu dengan mata yang berkaca-kaca.

Si anak pun menjawab “iya tidak apa-apa ibu, yang


penting aku bisa makan, ibu jangan lupa makan ya, ini apa
ibu mau sebagian dari gorenganku? Aku sudah cukup
kenyang kok bu,” sang ibu hanya bisa menatap haru
anaknya. Lalu si ibu pun memberanikan diri untuk pamit
kepada anaknya untuk pergi mengemis di pinggir jalan.

“Nak, ibu pamit mengemis dulu ya, di pertigaan


dekat SD,” pamit sang ibu.

“Kenapa harus mengemis bu? Kan kita bisa cari


uang dengan cara lain,” tanya sang anak kepada ibunya.

“Maafkan ibu ya nak, kita tidak bisa kerja apapun


selain mengemis. Karena ibu membutuhkan uang dengan
waktu yang cepat supaya bisa membelikanmu obat dan
makanan,” jawab sang ibu menjelaskan.“Baiklah bu, hati-
hati ya bu.”

“Iya nak, pasti. Kamu di rumah baik-baik ya,” pinta


sang ibu.

18
Si ibu pun berjalan menuju pertigaan dekat SD
untuk mengemis. Si ibu sudah tidak peduli malu karena ia
akan melakukan apapun demi anaknya. Si ibu pun
mengemis dar pagi sampai malam tetapi hanya mampu
mengumpulkan uang sebanyak 3000 rupiah saja yang mana
uang tersebut hany cukup untuk beli air mineral dan
gorengan saja. Lalu sang ibu membeli gorengan dan air
mineral lagi karena hanya itu yang bisa ia dapatkan dengan
3000 rupiah.

“Pak gorengannya 1 ya, sama air putihnya 1 aja,”


pinta sang ibu kepada penjual gorengan. Si penjual melihat
sang ibu dengan rasa iba karena baju yang dipakai sang ibu
terlihat tidak layak.

“Ini bu saya kasih bonus lagi ya, kebetulan


dagangan saya mau habis jadi sekalian saja” kata sang
penjual

“Wah terima kasih banyak ya pak,” kata sang ibu


terharu.

“Iya bu, hati-hati dijalan ya bu, semoga selamat


sampai tujuan.”

“Iya pak, terima kasih.”

19
Sang ibu pun meninggalkan penjual tersebut
dengan hati yang gembira karena anaknya bisa makan
dengan kenyang dari sebelumnya.

Sesampainya di rumah, si ibu pun kaget karena


melihat sang anak yang terlihat menggigil kedinginan dan
mengeluarkan keringat dingin yang banyak.

“Nak, ada apa denganmu?” tanya sang ibu dengan


nada yang khawatir.

“Bu, dingin bu, dingin,” si anak hanya bisa


menjawab seperti itu.

Si ibu tentunya merasa sangat khawatir. Lalu


dengan cepat si ibu memberi makan si anak pelan-pelan
lalu memberikan air mineral untuk diminum si anak.

Si ibu pun bergegas ke apotek untuk membeli obat


bagaimana pun caranya. Sesampainya di apotek, si ibu
berbicara kepada pegawai apotek untuk memberikannya
obat demam walau cuma 1 dan meskipun kualitasnya yang
biasa saja.

“Mbak saya mohon mbak, berikan saya satu saja


demam mbak, anak saya sangatlah demam dan saya tidak

20
punya uang sepeser pun. Apapun akan saya lakukan mbak,
saya bisa menyapu atau mengepel,” kata sang ibu dengan
nangis-nangis tersedu kepada pegawai apotek.

Si pegawai apotek pun tentu merasa sangat iba, lalu


ia pun memberikan 1 tablet obat demam.

“Ini bu, saya hanya bisa memberikan ini ya bu,maaf.


Ibu tidak perlu melakukan apapun. Cepat kembali ke
rumah, anak ibu membutuhkan ibu,” kata si pegawai
tersebut.

Si ibu pun dengan bergegas kembali ke rumah dan


segera memberikan obat itu kepada anaknya. Si anak pun
meminum obat dan kembali terlelap. Si ibu pun lega karena
anaknya dapat tidur lebih nyenyak dari sebelumnya.

Keesokan harinya, sang ibu terbangun oleh suara


anaknya.

“Ibu, ibu bangunlah kumohon,” kata sang anak.

Si ibu menjawab dengan nada mengantuk “Ada apa


nak?” tanya sang ibu.

“Ibu, aku ingin apel yang ada di pekarangan SD yang


terletak di dekat pertigaan.” Pinta sang anak dengan wajah

21
memelas. Si ibu pun tentunya sangat kebingungan. Di satu
sisi, si ibu ingin menuruti keinginan anaknya tetapi di satu
sisi, si ibu tidak tahu cara mendapatkan apel yang
diinginkan anaknya.

“Baiklah nak, ibu usahakan ya.” Ucap sang ibu


sembari mengelus kepala si anak.

“Terima kasih, bu.”

“Sama-sama, nak”

Di siang harinya, si ibu pun membulatkan tekad


untuk pergi ke SD tersebut untuk meminta mangga yang
ada di pekarangannya. Sesampainya di SD, si ibu pun
langsung diusir oleh satpam penjaga SD.

“Hei! Pergi kamu! Ngapain kamu disini? Pergi!


Pergi!” perintah si satpam

“Pak saya mohon pak, saya hanya ingin mengambil


apel yang ada di pekarangan SD ini. Walaupun sudah busuk
tidak apa-apa. Saya mohon pak. Anak saya sedang sakit,”
pinta sang ibu dengan bersungguh-sungguh.

“Tidak bisa-tidak bisa. Kau pikir ini hutan apa bisa


seenaknya ngambil buah sendiri. Pohon apel ini adalah

22
milik sekolah. Hanya warga sekolah saja yang boleh
mengonsumsi hasilnya,” kata si satpam dengan pedas.

Perdebatan itu pun menarik perhatian sang kepala


sekolah SD tersebut. Sang kepala sekolah pun memeriksa
apa yang terjadi di luar.

“Ada apa ini kok sepertinya ribut-rbut?” tanya sang


kepala sekolah.

“Bu, saya mohon bu beri saya sebuah apel. Anak


saya sedang sakit dia ingin makan apel. Saya mohon bu.
Walaupun sudah busuk tidak apa-apa,” pinta sang ibu
dengan bersimbah air mata.

Sang kepala sekolah pun tentunya merasa sangat


iba. Ia langsung menyuruh salah satu tukang taman untuk
mengambilkan 5 buah apel yang kondisinya bagus-bagus.

“Ini untuk anda, maaf saya hanya bisa memberi ini,”


ucap sang kepala sekolah

Sang ibu pun langsung berlutut di depan sang


kepala sekolah dan langsung ditarik kembali oleh sang
kepala sekolah. Setelah mendapatkan mangga yang
diinginkan anaknya, sang ibu pun langsung bergegas

23
pulang dan memberikan mangga-mangga tersebut kepada
anaknya. Si anak pun senang bukan kepalang.

Keesokan harinya, si anak kembali meminta


permintaan lagi yaitu sebuah apel yang berasal dari
pekarangan SD dimana ibu meminta buah mangga. Si
ibupun tetap pergi ke SD tersebut walaupun merasa tidak
enak. Si ibupun menjelaskan maksud kedatangannya lagi ke
kepala sekolah dan kepala sekolah langsung
memberikannya sekeranjang apel yang masih merah.

Apel-apel tersebut ia bawa pulang dan diberikan


kepada anaknya. 3 hari kemudian, si anak sembuh total
dari sakitnya. Dan beruntungnya, ia ditawarkan oleh ibu
kepala sekolah tersebut untuk melanjutkan pendidikannya
di jenjang paling bawah yaitu SD. Tentunya si anak merasa
sngat senang. Dan si ibu pun mendapatkan pekerjaan yang
layak yaitu sebagai juru masak di SD tersebut. Hidup
mereka kini jauh lebih baik dari sebelumnya.

24
Senja itu matahari akan meninggalkan
singgasananya. Burung- burung berlarian menuju
sangkarnya. Ada sepasang suami istri yang tengah berjalan
kelelahan, mencari tempat untuk beristirahat. Sepasang
suami istri itu bernama Bintang dan Bulan. DI tengah
perjalanannya Bulan hendak mengatakan sesuatu kepada
suaminya.

“Bintang, sepertinya ada toko yang akan ditutup


disitu. Malam ini kita bisa beristirahat di sana.”

“Oh, toko di seberang jalan itu. Baiklah kita istirahat


di sana.”

Mereka memang sangat miskin, setiap malam


mereka tidur di depan teras toko atau di bawah kolong
jembatan. Setiap hari harus menjadi pemulung atau
pengemis.

25
Pada suatu hari, ada sebuah grosir makanan yang
sedang mengadakan diskon besar- besaran. Bintang hendak
masuk ke dalam grosir tersebut, namun karena pakaiannya
yang kusut dan penuh dengan lubang, ia diusir tidak boleh
masuk. Bintang tetap memaksa ingin masuk ke dalam
grosir tersebut. Penjaga grosir pun marah dan
mendorongnya keluar sampai jatuh. Maka tangan dan
kakinya lecet dan kepalanya terbentur aspal di jalan
tersebut.

“Pergi kau dari sini miskin!”

“Mengapa aku di usir Pak?”

“Aku tidak ingin grosir ini di datangi oleh orang


seperti dirimu. Kotor dan bau, sangat menjijikkan!”

Bintang pun pergi dari grosir tersebut dengan luka


di tubuhnya. Lalu pemilik grosir tersebut masuk ke dalam
grosirnya tadi.

Bintang dan Bulan setiap pagi harus segera pergi


dari depan teras toko. Jika tidak pemilik toko akan
memarahi mereka dan mencela mereka. Mereka berdua
akan mengemis pada waktu pagi dan siang di depan pasar.
Pada saat sore mereka akan memulung sampah dan

26
mengumpilkannya. Apabila kantong sampah mereka sudah
terasa berat, mereka akan menjual sampah dan
menimbangnya pada pembeli sampah untuk mendapatkan
uang. Uang yang di dapat tidak seberapa dengan keringat
yang mereka keluarkan setiap hari.

Mereka merasakan lapar dan dahaga pada siang


hari yang terik itu. Mereka ingin meminta makanan di
pasar, namun mereka malah di usir daripasar. Lalu mereka
kembali berjalan dengan menahan rasa lapar dan dahaga.
Rasa itu semakin lama semakin memuncak, tidak bisa di
tahan lagi.

“Aku sudah sangat lapar. Tidak bisakah kita


membeli sesuatu?” tanya Bulan dengan suara seraknya.

“Bisakah kau menahannya sebentar lagi ? Kita akan


segera menemukan makanan.“ Bintang berusaha untuk
menenangkan Bulan yang hampir menangis.

Mereka bertemu dengan tempat pembuangan


sampah. Keduanya pun mencari sisa- sisa makanan yang
masih ada, hingga mereka menemukan sebuah roti, nasi
bungkus, dan susu yang hampir basi. Mereka pun

27
memakannya sampai habis, hilanglah rasa lapar dan
dahaga itu.

Malam pun tiba, mereka masih berjalan mencari


tempat untuk beristirahat. Lampu- lampu toko itu masih
menyala terang. Mereka bingung ingin pergi kemana lagi,
tidak ada tempat yang mau menampung atau menerima
mereka. Bulan yang tidak kuat menahan rasa lelah
menangis.

“ Tenanglah Bulan, kita akan segera menemukan


tempat untuk istirahat.”

“Mengapa tuhan seperti ini pada kita Bintang?”

“Mungkin ini adalah ujian kita di dunia, kita harus


menrimanya dengan ikhlas.”

“Rasa sabar ini akan segera hilang Bintang, aku


tidak bisa menahan semua ini lagi.”

“Percayalah, tuhan akan segera memberi kita rezeki


lagi.”

Hari semakin gelap, rembulan mulai menyapa


mereka. Mereka pun tidur di trotoar dengan tenang.

28
Sebenarnya, dahulu Bintang dan Bulan adalah dua
orang pengusaha paling sukses di negaranya. Kekayaan
mereka sangat melimpah, apapun dapat mereka dapat
dengan cepat. Cabngan perusahaannya pun terdapat di
seluruh negeri. Perusahaan mereka sanagt besar, namun
banyak pula pesaing mereka. Pesaing mereka juga terdapat
di seluruh negeri, baik perusahaan yang kecil ataupun
besar. Hingga pada suatu hari, Keduanya mendapat fitnah
yang membuat mereka bangkrut. Semua karyawan mereka
keluar dari perusahaan, utang di bank sudah tidak dapat
ditanggung lagi.

Beberapa waktu kemudian, Bulan hamil. Bintang


merasa senang dan sedih, karena ia merasa tidak mampu
membiayai hidup anaknya nanti. Kini ia sudah tinggal di
sebuah pemberian seseorang yang baik hati. Walaupun
rumah itu sebenarnya tidak layak untuk dihuni. Ketika usia
kehamilan istrinya mencapai tiga bulan, istrinya mulai
mengidam sesuatu. Bulan ingin suaminya menuruti
keinginannya, jika tidak ia akan menangis, merengek-
rengek pada suaminya.

“Sayang, aku mau makan buah mangga.”

29
“Kamu mau makan mangga, tapi bagaimana kita
bisa mendapatkannya ?”

“Aku tidak tahu, pokoknya aku mau kamu pulang


dengan membawa mangga yang enak.”

“Baiklah, aku akan coba meminta buah di pasar.”

Bintang pun pergi mencari buah mangga yang


diinginkan istrinya. Bulan tersenyum karena ia akan segera
makan buah keinginannya. Ketika sampai di pasar ia tidak
melihat satu pun orang yang berjualan mangga. Ia
kebingungan mencari buah mangga di setiap sudut pasar
itu. Sampai pada akhirnya ia menemukan seorang kakek
yang menjual buah mangga.

“Kakek, apakah kamu mau mengasihani aku?”

“Mau apa kau miskin? Apa kau mau aku memberi


buah ini padamu ?”

“Benar kakek, istriku sedang hamil. Ia ingin


memakan buah mangga yang manis.”

“Baiklah, aku akan memberikan satu buah saja


untukmu.”

30
Kakek ini merasa sangat iba kepada Bintang. Ia pun
menyuruh orang- orang yang berjualan di pasar untuk
membrikan satu saja barang yang dijual. Mendengar hal itu,
para pedagang di pasar juga merasa iba kepada Bintang.
Mereka pun memberi Bintang berbagai macam buah, sayur,
dan pakaian.

Bintang pulang dengan wajah bahagia, ia pun


sampai di rumah dengan senang. Istrinya kaget ketika
melihat suaminya itu membawa banyak sekali makanan
dan pakaian. Bintang menjelaskan kepada Bulan bahwa ini
adalah pemberian orang di pasar yang baik hati. Bintang
menjelaskan, bahwa ia juga sangat terkejut terhada sikap
orang di pasar yang berubah. Bulan bersyukur kepada
tuhanatas apa yang terjadi pada hari ini. Bulan pun
memakan buah yang dibawa suaminya dengan lahap.

Usia kehamilan Bulan kini mencapai bulan keenam.


Ia kini mulai mengidam lagi, kali ini ia ingin buah nangka.

“Bintang, aku mau makan buah nangka.”

“Sekarang kau ingin makan buah nangka?”

“Iya, sepertinya buah nangka sangat enak. Aku ingin


buah nangka yang dibelakang grosir itu.”

31
“Aku tidak mungkin bisa mendapatkannya
untukmu. Pemilik grosir itu sangat galak, aku pasti tidak
diperbolehkan untuk mengambilnya.”

Bulan membujuk suaminya agar mau


mengambilkan buah nangka itu. Bintang tidak mungkin
tidak mengabulkan keinginan istrinya itu. Ia pun
memberanikan diri untuk meminta buah nangka kepada
pemilik grosir. Sesampainya di sana pemilik grosir itu
memandangnya dengan amarah.

“Untuk apa kau datang ke sini miskin ?”

“Aku hanya ingin meminta satu buah nangka yang


sudah jatuh.”

Bintang bersujud kepada pemilik grosir itu, sambil


memohon untuk meminta satu buah nangka. Pemilik
grosirpun memberinya buah nangka itu. Bintang pulang
dengan lega dan tenang, karena ia mampu meminta buah
nangka itu. Bulan tersenyum lebar dan tertawa ketika
melihat suaminya itu. Bulan heran ketika suaminya berhasil
membujuk pemilik grosir yang jahat, lalu ia kembali
tertawa lagi. Selama masa kehamilan Bulan, banyak
tetangga yang memberinya makanan dan kain- kain bekas.

32
Tiga bulan telah terlewati dengan baik, kini saatnya
Bulan untuk melahirkan. Bintang membawanya pergi ke
sebuah puskesmas di kampung itu. Bulan melahirkan
seorang anak perempuan yang cantik. Bayi perempuan itu
diberi nama Tiara , karena ia sangat cantik dan kulitnya
putih bersih. Pada suatu hari, ada seorang yang kaya raya
sedang melintasi kampung mereka. Namun, mobil yang
ditumpangnya mogok tepat di depan rumah Bintang.
Bintang pun membantu memperbaiki mobil itu sampai
bisa berjalan lagi.

Orang kaya raya tadi berjanji tidak akan melupakan


jasa Bintang yang menolongnya. Beberapa lama kemudian,
orang kaya tadi menghampiri rumah Bintang. Ia bersedia
untuk membantu merenovasi rumah Bintang dan memberi
Bintang pekerjaan di perusahaan yang ia miliki. Sekarang
rumah Bintang menjadi indah dan megah serta ia mendapat
pekerjaan lagi.

33
Pada suatu hari, seorang walikota bernama Tun
Abdul Jainab beserta istrinya diasingkan ke luar kota,
karena diduga korupsi dan pencucian uang.

Si Abdul yang bajunya sudah compang camping


berjalan mencari rezeki berkeliling jauh dari kota asalnya.
Kemana mereka pergi selalu dicaci maki dan dianiaya
sampai luka luka badannya. Sepanjang perjalanan,
menangislah pasangan miskin itu karena tidak mendapat
makanan dan minuman. Waktu malam tidur di kolong
jembatan, waktu siang berjalan mencari rezeki dari orang
orang.Demikian seterusnya.

Ketika istrinya mengandung tiga bulan,ia


menginginkan nasi lemak di kota Singapura. Istrinya
berkata, ”Suamiku, aku ingin sekali makan nasi lemak di
kota singapura.” Si Abdul pun berkata,”Istriku,suamimu
tidak sanggup membawakan nasi lemak di kota Singapura,”

34
istri Si Abdul pun menangis mendengar jawaban suaminya
karena tidak mengabulkan permintaannya.

Si Abdul tidak ingin melihat istrinya menangis, ia berkata


”Istriku, janganlah menangis, suamimu akan
membawakanmu nasi lemak,” Si Abdul pun pergi ke pasar
untuk membeli nasi lemak dan memberikan ke istrinya.

Istrinya berkata, ”Ini bukan nasi lemak dari


Singapura, istrimu ingin nasi lemak dari Singapura,” dengan
hati jengkel dan takut, Si Abdul berangkat ke kota
Singapura. Di kota Singapura, Si Abdul bertemu dengan
pejabat pemerintah Singapura bernama Sie Kiong Kok. Sie
Kiong Kok pun kenal dengan Si Abdul karena dia dulu wakil
walikota Tun Abdul Jainab.

Sie Kiong Kok berkata, "Tun, kemana saja kau?


sehilangnya kau, aku dijadikan walikota di Singapura.”

Si Abdul berkata, ”Aku diasingkan oleh pejabat


pemerintah, dikarenakan aku dituduh melakukan korupsi
Sie Kiong Kok berkata, ”Kasihan…..kau belum makan? kalau
belum, aku ajak kamu ke restoran di sana.”

35
Si Abdul berkata, ”Tidak bisa, aku sudah dicap
korupsi oleh semua orang. Aku hanya ingin membelikan
nasi lemak pada istriku.”

Sie Kiong Kok berkata, ”Ini, kebetulan aku beli nasi


lemak ada dua, kamu ambil saja dua duanya.”

Si Abdul berkata, ”Terima kasih, kau memang


sahabat terbaik aku.”Setelah mendapatkan nasi lemak dari
temannya, Si Abdul pun langsung pulang menemui istrinya.
Istrinya pun senang dan memakan nasi lemak tersebut.

Setelah genap kehamilan istrinya, lahirlah anaknya


yang pertama bernama Marakarmah (seorang anak dalam
kesengsaraan) dan diasuhnya anak itu dengan penuh kasih
sayang.

Ketika sedang bekerja menggarap lahan petani


masyarakat, Si Abdul ditemui oleh tuannya bernama Rizieq
Shihuab

Rizieq Shihuab berkata, ”Hei Tun aku punya harta


yang sangat banyak, sampai sampai aku dan keluargaku
tidak bisa menghabiskannya.”

Si Abdul pun berkata, ”Maksud tuan bagaimana ya?”

36
Tuannya pun berkata, ”Kamu mau hartaku Tun?,
aku mau memberimu harta ini karena kerjamu kepadaku
sangat bagus sekali," Si Abdul pun berkata, ”Terima kasih
tuan, tuan sangat baik sekali. “

Si Abdul pun senang sekali dengan pemberian harta


itu dari tuannya dan dari tuhan. Beberapa tahun kemudian,
Si Abdul dengan keluarganya hidup tentram dan rukun. Si
Abdul menjadi kepala lurah di wilayahnya. Saat terjadi
pemilihan walikota Singapura, Si Abdul maju melnjadi
calon walikota, temannya yang bernama Sie Kiong Kok pun
ikut juga menjadi calon walikota. Sesudah pemilihan
walikota Singapura, Si Abdul pun menjadi walikota
Singapura, Si Abdul pun memimpin kota Singapura dengan
baik dan benar. Sie Kiong Kok pun iri dengan Si Abdul
dikarenakan Si Abdul dapat mensejahterakan
masyarakatnya dengan baik dan cepat. Diduga, membuat Si
Abdul diasingkan karena dugaan korupsi adalah hasutan
Sie Kiong Kok. Sie Kiong Kok pun mengkudeta Si Abdul,
sehingga anak anak Si Abdul pun mengungsi ke pulau lain
dan mencari perlindungan. Sesampai di tengah hutan,
Marakarmah dan Nila kesuma berlindung di bawah pohon
beringin. Murakarmah menangkap hewan untuk dimakan.
Waktu mau mencari kayu api, ia dituduh mencuri kayu

37
bakar kepunyaan masyarakat di dekat hutan. Murakarmah
pun di pukuli oleh masyarakat dan dilempar ke sungai.

Nila Kesuma pun ditemukan oleh pemimpin desa


bernama Tun Abdul Rozak. Nila Kesuma pun dinikahi oleh
anak pemimpin itu. Nasib Marakarmah di sungai, ia ditemui
Mei Mei(Anak saudagar kaya di China). Mei Mei pun
menghampiri Marakarmah yang terikat tali di seluruh
tubuhnya. Mei Mei pun mengajak Marakarmah ikut naik
kapal. Nakhoda yang melihat kecantikan Mei Mei pun
langsung muncul nafsunya dan membuang marakarmah ke
sungai lagi.

Marakarmah pun berkata, “Tolong…tolong…..”

Saat itu pun Marakarmah pun ditemukan oleh


nenek bernama Zaenab. Kemudian, Marakarmah pun
menjadi anak angkat dari nenek tersebut.

Nenek Zaenab pun bercerita dengan marakarmah,


”Bulan lalu, ada pemimpin desa bernama Tun Abdul Rozak
menemukan seorang putri bernama Nila Kesuma…
”Marakarmah pun bahagia karena berhasil menemukan
adiknya sekarang.

38
Marakarmah pun berkata, ”Terima kasih atas
pemberitahuannya nenek”

Marakarmah pun melanjutkan mencari


orangtuanya yang telah jatuh miskin kembali karena iri
dengkinya Sie Kiong Kok. Dengan kerja keras dan berdoa,
Marakarmah pun berhasil menjadi saudagar yang sangat
kaya raya.

Saat sedang jalan jalan, Marakarmah pun bertemu


dengan nakhoda yang dulunya melemparnya ke sungai
beberapa tahun yang lalu.

Marakarmah pun berkata pada nakhoda, “Hei, kau


ya yang dulunya melemparkan aku ke sungai beberapa
tahun yang lalu!!! ”

Nahkoda pun berkata, “Lho, kita bertemu kembali


rupanya, tangkap aku kalau kau dapat berlari
kencang….hahahaha. ”

Marakarmah pun mengejar si nakhoda kapal itu


sampai di tepi jurang, nakhoda itu pun langsung terperosok
ke jurang yang sangat dalam.

39
Nakhoda pun meminta tolong pada marakarmah,
“Tolong aku Marakarmah….. ”

Marakarmah pun menjawab, “Siapa yang mau


menolongmu wahai biadab!!! ”

Nakhoda itu pun jatuh ke dalam jurang dan lagsung


meninggal di tempat, karena kecerobohannya dan nafsunya
itu. Marakarmah pun melanjutkan kembali mencari
orangtuanya yang jatuh miskin kembali karena iri dan
dengkinya Sie Kiong Kok.

Marakarmah pun bertemu orangtuanya yang


sedang istirahat di kolong jembatan. Marakarmah pun
membangunkan orangtuanya yang sedang tertidur untuk
menahan lapar dan dahaga.

Marakarmah pun berkata, “Ayah…ibu…., bangun.


Ini, anakmu Marakarmah sudah menjadi saudagar yang
kaya raya. ”

Si Abdul dan Istrinya pun melihat wajah anaknya


yang agak berubah karena sudah beberapa tahun lalu
melihatnya masih remaja.

40
Si Abdul berkata, “Kaukah itu Marakarmah? Aku
pangling pada mukamu yang sudah lama tak kulihat. ”

Si Abdul dan istrinya pun menangis karena sudah


menyuruh anak anaknya pergi dari hadapannya.

Si Abdul berkata, “Kau mau memaafkan ayahmu ini


nak…..yang telah membuangmu karena terbual dengan
omongan palsu dari Sie Kiong Kok. ”

Marakarmah pun menjawab, “Aku maafkan ayah


dan ibu yang telah merawatku dari kecil sampai menjadi
saudagar seperti sekarang. ”

Pada saat itu, pemerintahan Sie Kiong Kok hancur


dikarenakan korupsi dan bertindak semena mena. Si Abdul
pun menjadi walikota Singapura kembali. Marakarmah pun
bertemu dengan Mei Mei di dekat kantor ayahnya. Mei Mei
berkata, “Oh, Marakarmah kamu kembali.” Marakarmah
pun berkata, “Iya Mei Mei, aku kembali untukmu.”

Akhirnya, Marakarmah dan Mei Mei pun menikah di


kota Shanghai. Beberapa setelah pernikahan keduanya,
Marakarmah menggantikan mertuanya memimpin kota
Shanghai.

41
Suatu hari ada seorang pekerja bernama Tino.
Sehari–harinya ia bekerja di sebuah perusahaan sebagai
karyawan biasa. Hari demi hari dia lakukan dengan
semangat. Bangun di pagi hari, bergegas mandi lalu
menggunakan baju yang telah disiapkan istrinya dan
sarapan bersama keluarga kecilnya. Tino memiliki dua
anak yang seumuran, Rizky duduk di bangku kelas 5 SD
sedangkan Bila kelas 6 SD.

Sudah 10 tahun lamanya Tino bekerja di PT.


Harapan Abadi. Selama itulah dirinya tetap saja menjadi
karyawan. Awalnya ia menjadi karyawan bagian lapangan
di awal tahun, di tahun ketiga ia dipindahkan menjadi staff
di kantor, setidaknya pekerjaannya tidak selelah di
lapangan. Sebenarnya jika disuruh jujur Tino sangat ingin
dinaikkan jabatannya.

42
Pagi itu saat Tino sedang sarapan bersama istri dan
anak–anaknya, Bila sang anak pertama berkata “Ayah, apa
ayah ada uang untuk membeli beberapa buku yang aku
perlukan untuk belajar menjelang ujian nasional?” Tino
diam sebentar lalu menjawab “Memang harga dan jumlah
bukunya berapa nak?” langsung dijawab oleh Bila “Aku
membutuhkan 4 buku yang total harganya lima ratus ribu
rupiah,” mendengar itu Tino langsung mengiyakan
permintaan anaknya, walaupun itu jumlah yang cukup
banyak tapi demi anaknya apapun akan ia lakukan.
Sebelum ayahnya berangkat Bila kembali berkata “Oh iya
ayah, siswa kelas 6 wajib mengikuti bimbel yang tiap bulan
diwajibkan membayar tiga ratus ribu rupiah,” “Iya nak
doakan ayah mendapat banyak rezeki ya,” jawab Tino.
Sekejab Tino memikirkan mulai banyaknya
pengeluarannya, sedangkan gajinya per bulan hanya empat
juta rupiah. Uang tersebut dirasa sangat pas–pasan karena
tiap bulannya dia perlu menyicil kendaraanya, membayar
sekolah, dan memenuhi kebutuhan kluarganya. Sangat
sedikit sisahnya untuk ditabung.

Tino memikirkan bagaimana caranya ia bisa naik


jabatan agar berpenghasilan lebih. Ia terus menambah
semangat dan kualitas kerjanya. Sering kali ia membantu

43
teman karyawan lainya jika pekerjaannya sudah selesai.
Hal itu membuat atasannya melirik pekerjaannya. Sang
atasan melihat Tino begitu rajin dan ulet.

Hingga suatu saat Tino akan pulang, teman


karyawan Tino menghampirinya “No, tadi saya disuruh
manggilin kamu oleh pak direktur,” “Ini saya mau pulang
memangnya ada perlu apa?” “Wah kurang tau saya,”
mendengar jawaban temannya Tino bergegas ke ruangan
pak direktur. Disepanjang perjalanan menuju ruangan
atasannya, ia berpikir ada keperluan apa pak direktur
memanggilnya. Ternyata tujuan pak direktur
memanggilnya sesuai dengan harapannya selama ini. Tepat
pada sore itu Tino diangkat menjadi manager, betapa
senangnya hati Tino sore itu.

Satu minggu Tino menjalani jabatan barunya


sebagai manager. Semua pekerjaannya berjalan lancar.
Teman–teman karyawannya tak jarang memberikan
selamat atas kenaikan jabatannya. Pada saat awal
mengetahui berita ia menjadi manager, keluarganya sangat
senang dan bersyukur. Sang istri berharap kebutuhan
mereka akan tetap terpenuhi dan bisa lebih baik. Dengan
kenaikan jabatannya, Tino merasa bangga terhadap apa

44
yang ia capai dan apa yang selama ini ia lakukan. Tino
menjadi sering kali berbangga diri.

Lama kelamaan Tino menjadi sosok atasan yang


suka semena – mena pada bawahannya. Tino seringkali
hanya marah dan menyuruh–nyuruh bawahannya secara
tidak jelas. “Pak hari ini bapak ada meeting bersama client
yang kemarin,” kata sekretaris Tino, “Wakilkan saja, saya
lagi malas mau keluar cari udara segar,” jawab Tino “Maaf
pak tapi meeting yang kemarin sudah diwakilka, sekarang
client nya ingin bertemu dengan bapak agar clear,” jawab
sekretarisnya lagi. Mendengar itu Tino tidak meresponnya,
ia malah pergi kluar dari ruangannya entah kemana.

Hari ini adalah ke 8 kalinya Tino menerima gajinya


sebagai manager. Biasanya sepulang kerja setelah gajian ia
mengajak keluarga kecilnya untuk keluar. Entah keluar
hanya untuk sekedar berjalan–jalan atau berbelanja. “Ma
hari ini makan malam diluar ya,” katanya kepada sang istri.
Malam itu mereka makan malam di suatu pusat
perbelanjaan. Setelah makan tino berkata “hari ini kalian
boleh beli apapun yang kalian mau,” anak – anaknya
menyambut gembiraperkataan sang ayah, tapi tidak
dengan istrinya “Yah, bulan kemarin kan sudah belanja

45
besar, seharusnya sekarang uangnya ditabung saja,”
kemudian Tino menjawab “sudah gapapa kalo punya uang
kenapa tidak.”. Sang istri sudah tau apa yang terjadi bila ia
membantah suaminya, pasti akan kalah. Oleh karena itu ia
hanya mampu memberi tau anak-anaknya agar membeli
apa yang mereka benar – benar butuhkan saja.

Dua bulan setelah malam itu, pagi – pagi saat ia


baru sampai di kantor sekretarisnya berkata bahwa ia
dipanggil ke ruangan pak direktur. Ia langsung saja menuju
kesana. Saat tiba didepan pintu ruangan pak direktur Tino
mengetuk pintunya lalu masuk. Ia dipersilahkan duduk
oleh pak direktur. Sejenak pak direktur menarik nafas lalu
berkata “Tino saya sangat kecewa kepada kamu,” Tino
kebingungan saat mendengarnya “Memang saya melakukan
hal fatal apa hingga bapak kecewa?” tanya Tino, kemudian
pak direktur menjawab “Kamu sepertinya tidak
menyadarinya, kamu sering semena–mena terhadap
pekerjaan kamu, meeting sering tidak hadir menyuruh–
nyuruh karyawan melewati batas, dan bahkan tidak
memberikan bonus karyawan, itu sangat–sangat cukup
untuk membuat saya kecewa,” Wajah Tino langsung pucat
saat itu “Maafkan saya pak, saya tidak akan mengulangi
semua kesalahannya saya, saya akan memperbaikinya,”

46
setelah mendengarkan perkataan Tino pak direktur hanya
menggelengkan kepala “Saya akan memaafkan kamu
dengan cara mulai saat ini saya dengan halus untuk tidak
bekerja lagi disini, perbaikilah kesalahanmu dikehidupan
yang baru silahkan meninggalkan ruangan saya,
terimakasih.” Saat itu juga Tino tidak bisa berkata apa–apa
lagi dan langsung keluar dari ruangan pak direktur.

Setelah kejadian ia dipecat, keadaanya sangat


terpuruk. Tino tidak tau akan bekerja apa karena beberapa
kali melamar pekerjaan tidak diterima. Uang tabungan yang
tak begitu banyak membuat Tino dan istrinya terus
berpikir harus berbuat apa, karna semakin lama
tabungannya semakin menipis. Hingga pada akhirnya sang
istri beride utuk membuka warung lalapan kecil dan
sederhana di teras rumahnya, karena kebetulan rumah
mereka dekat dengan universitas.

Hari pertamanya membuka warung hanya ada 10


pembeli. Mereka hanya bersabar dan menambah kualitas
makanan mereka. Berkat dari mulut ke mulut warung
mereka semakin bertambah pembelinya tiap hari. Hari
demi hari mereka jalani dengan kesabaran dan keikhlasan.
Tino mulai menjadi pribadi yang lebih baik. Anak - anaknya

47
juga tak menuntut apapun, mereka menerima
bagaimanapun keadaannya.

Setelah 2 tahun berjualan lalapan, pelanggan


warung mereka semakin banyak. Mereka juga bisa
merenovasi warungnya. Bisa dikatakan warung Tino dan
istrinya sudah cukup maju. Setiap hari mereka berdua
bekerja tanpa ada bantuan pekerja, mungkin hanya
bantuan anaknya kadang - kadang sepulang sekolah.

Akhir tahun ke 3 Tino dan istrinya berencana


membuka cabang kecil di kantin universitas. Mereka sudah
memikirkan modal dan penguasilan jika mereka membuka
cabang. Akhirnya mereka membuka cabang lalapan di
kantin universitas. Lalapan istrinya yang enak dan cocok
harganya untuk mahasiswa membuat warungnya terus
ramai dan jualannya selalu habis.

"Alhamdulillah ya yah kita sudak bisa melawati ini


semua, semoga bisnis kita semakin maju dan barakah
rezekinya," ucap sang istri kala sore hari di warung.
Warung mereka semakin lama semakin besar, kini halaman
rumahnya sudah tertutupi dengan warungnya. Nama
warung mereka juga semakin terkenal, tidak hanya
mahasiswa melainkan orang-orang yang memang sengaja

48
makan di warungnya. Nama warung mereka adalah
Lalapan Bangkit.

Nama bangkit memiliki arti tersendiri. Dimana dulu


Tino yang terpuruk akhirnya bisa bangkit kembali dan
merintis usaha. Berkat keuletannya bersama sang istri yang
selalu mendampingi semua yang ia lakukan terasa lebih
mudah dan menghasilkan keuntungan.

Apapun yang dilakukan Tino dulu hanya semata-


mata untuk membahagiakan keluarga kecilnya, tidak ada
maksud lain. Tetapi menyalahgunakan jabatan juga bukan
hal yang baik. Kita harus selalu tulus menjalankan
pekerjaan agar semuanya berjalan lancar dan tidak ada
hambatan. Kerja keras adalah hal yang paling penting
dalam kehidupan.

Jangan mudah menyerah terhadap keadaan, lihatlah


sudah sejauh apa kamu bekerja keras. Selalu ingat bahwa
kerja keras yang dilakukan selalu mencerminkan hasil yang
dirasakan. Yakinlah bahwa kita bisa dan pasti busai bangkit
dari keterpurukan.

49
Sekitar 5 tahun yang lalu, Anton adalah seorang
pengusaha sukses di kotanya. Ia memiliki kekayaan yang
melimpah, jabatan yang tinggi dan menikah dengan
seorang wanita yang cantik bernama Muti. Banyak yang
mengatakan jika Anton dan Muti adalah pasangan suami
istri yang boros, pelit, egois dan hidup berkemewahan. Oleh
karena itu, masyarakat di kota itu tidak ada yang suka
dengan Anton dan Muti, bahkan pengusaha lain yang
menyaingi perusahaan Anton selalu ingin menjatuhkan
perusahaan Anton.

Hingga pada suatu hari, ada pengusaha lain yang


melaporkan pabrik Anton ke pihak polisi. Mereka memiliki
bukti jika perusahaan Anton tidak dapat membayar utang
yang sangat besar. Akibatnya, pabrik Anton rugi besar,
seluruh karyawan Anton berhenti bekerja dan rumah
Anton disita polisi. Muti yang mendengar hal ini sangat
sedih dan kecewa pada Anton.

50
"Kenapa semuanya bisa seperti ini? Kita sekarang
udah ga punya uang, harta, rumah. Apakah kita akan
miskin?" tanya Muti yang hampir menangis.

"Kenapa kamu mojokin aku seperti ini? Istri itu


harusnya bantu suami," jawab Anton

"Bantu apa? Sekarang ga ada yang bisa kita lakukan!


Kita jadi orang miskin!" seru Muti

Anton dan Muti menangis. Mereka tidak tau harus


berbuat apa. Mereka sudah tidak memiliki apapun. Sore itu,
mereka mencari tempat untuk istirahat.

"Muti, malam ini kita tidur di sini ya?" tanya Anton


yang mulai duduk di kolong jembatan

"Apa? Di sini? aku nggak mau tidur disini. Apa tidak


ada tempat yang lain?" tanya Muti sambil terus menangis.

"Dimana lagi? Kita udah nggak punya rumah.


Orang-orang juga ndak ada yang mau bantuin kita," kata
Anton dengan nada kesal.

Karena Muti sudah lelah, akhirnya ia menuruti


Anton. Mereka tidur dengan perasaan takut, bau, dan tidak
tenang.

51
Sejak hari itu, Anton dan Muti selalu tidur di bawah
kolong jembatan. Mereka makan makanan sisa yang ada di
kolong jembatan. Jika tidak ada makanan sisa di kolong
jembatan, mereka mengemis. Orang-orang yang lewat itu
tertawa dan tidak ada satupun yang memberi uang atau
makanan karena mereka tau jika yang mengemis itu adalah
Anton yang sangat pelit dan tidak peduli dengan orang lain
saat ia kaya.

"Mas, kami belum makan 2 hari. Beri saja sedikit


uang kepada kami agar kami tidak mati kelaparan," kata
Anton.

"Uang? usaha dong! ngapain minta ke kami?


bukannya kamu pengusaha sukses di kota ini? Ups, tapi
dulu," ledek orang itu.

"Ampunilah kami, kami sadar jika apa yang kami


perbuat itu salah. tolong maafkan kami," kata Muti.

Usaha mereka pun sia-sia. Hari itu mereka sama


sekali tidak mendapatkan makanan atau pun uang. Muti
yang sudah tidak tahan dengan rasa haus dan laparnya
tiba-tiba menangis dengan kencang hingga seorang

52
pengamen bernama Yitno yang sedang lewat di situ
bertanya kepada Anton dan Muti.

"Kenapa kamu menangis?" tanya Yitno

"Aku sangat lapar dan haus. Udah 2 hari aku nggak


makan. Aku nggak siap hidup kayak gini. kenapa Tuhan
begitu jahat sama kami," kata Muti sambil terus menangis.

"Jangan mengeluh, kamu nggak sendirian. Di sini


banyak yang kelaparan, haus dan juga nggak punya tempat
tinggal. Kita semua harus berusaha," kata Yitno.

"Kami udah berusaha. Dari pagi kami sudah


mencoba untuk minta uang kepada orang-orang tetapi
tidak satupun memberikan uang atau makanan," sahut
Anton.

"Kalian masih sehat kan? Kalian juga belum tua?


kenapa kalian hanya bisa minta-minta doang?" tanya Yitno.

"Lalu apa yang bisa kami lakuin? Kami udah nggak


punya apa apa lagi. Kami sudah tidak bisa usaha. Kami
tidak bisa lagi bekerja." jawab Muti.

"Kata siapa kalian nggak bisa bekerja lagi?


Pekerjaan halal itu banyak. Kenapa kalian nggak ngamen

53
aja kayak aku? Halal kok, dapat uang lagi. Lumayan untuk
makan dan minum satu hari," kata Yitno.

"Oh iya, bener juga. Aku mau jadi pengamen, kalau


kami gimana Mut?" tanya Anton.

"Aku ikut kamu," kata Muti.

"Oke. Mulai besok kita boleh ngamen bareng


kamu?" tanya Anton kepada Yitno.

"Kenapa nggak boleh? Justru aku senang dong. Ada


teman baru ngamen," kata Yitno.

Keesokan harinya Anton dan Muti ikut Yitno


ngamen. Mereka bernyanyi di perempatan jalan ketika
lampu merah. Mereka senang karena uang yang mereka
dapatkan lumayan. Sejak saat itu mereka bisa membeli
makanan dan minuman. Mereka tidak pernah lagi merasa
lapar dan haus lagi. Mereka bersyukur kepada Tuhan dan
tidak pernah mengeluh lagi.

Beberapa hari kemudian, Muti hamil. Muti sangat


senang tetapi berbeda dengan Anton. Ia bingung dan tidak
tau bagaimana cara membesarkan anaknya itu. Melihat hal
itu, Yitno dan teman-temannya membantu Anton dan Muti.

54
Uang hasil kerja mereka sebagian diberikan kepada Anton
dan Muti. Tidak hanya uang, Yitno dan teman-temannya
pun juga memberi baju bayi, selimut, tikar dan lain-lain.
Betapa senangnya Anton dan Muti karena mereka
merasakan kebersamaan bersama Yitno dan teman-teman
lainnya itu.

Ketika sudah 8 bulan dalam masa kehamilannya,


Muti mulai mengidam berbagai makanan.

"Mas Anton, ingin rasanya aku makan mangga yang


sedikit asam. Bolehkah kau mencarinya untukku?" kata
Muti dengan senyumannya yang manis.

"Tapi Mut, kita nggak punya uang," kata Anton.

"Gimana kalau kamu cari pohon mangga saja? lalu


kau petik mangganya?" tanya Muti.

Karena tidak ingin melihat istrinya sedih, Anton


mulai mencari buah mangga. Ia keliling melewati jalan di
sebelah perumahan. Tidak lama kemudian, Anton melihat
pohon mangga tetapi di halaman rumah orang. Ketika
pemilik pohon mangga itu keluar dari dalam rumah, Anton
meminta buah mangga itu.

55
"Permisi Pak, apakah bapak yang punya pohon
mangga itu?" tanya Anton dengan lembut.

"Iya, benar," kata orang itu.

"Istri saya sedang hamil dan ia mengidam mangga


tetapi saya tidak punya uang lagi. Jika bapak boleh
memberinya satu untuk istri saya, saya sangat berterima
kasih kepada Bapak," kata Anton.

"Tunggu sebentar ya," kata orang itu.

Pemilik pohon mangga itu masuk ke dalam


rumahnya. Tidak lama kemuadian ia keluar dengan
membawa sekantong kresek besar berisi buah mangga.

"Ini, silakan ambil semuanya. Saya doakan istri


bapak selalu sehat dan melahirkan dengan lancar," kata
orang itu.

"Terimakasih banyak Pak. Istri saya pasti sangat


senang," kata Anton.

Akhirnya, Anton memberikan buah mangga itu


kepada Muti. Muti sangat senang dan berterima kasih
kepada Anton.

56
Setelah mencapai 9 bulan, Muti melahirkan anak
laki-laki dan diberi nama Rizky. Saat Rizky remaja, Anton
dan Muti mengajarkan untuk selalu rajin menabung,
bekerja keras, selalu bersyukur dan peduli dengan orang
lain. Rizky juga belajar dengan giat. Ia sekolah dengan hasil
uang bekerjanya sendiri hingga ketika dewasa Rizky
menjadi pengusaha sukses yang baik, hemat dan peduli
dengan orang lain.

57
58
Danar adalah seorang buruh yang sangat miskin. Ia
selalu mendapatkan upah yang sangat rendah yang tidak
sepadan dengan usahanya. Walaupun begitu, ia selalu
bersabar dan selalu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
bahwa perbuatannya akan dibalas suatu hari nanti, dan ia
selalu percaya hasil tak akan mengkhianati usaha.

Danar juga selalu memohon kepada


atasannya untuk menaikan gajinya karena ia harus
menghidupi istrinnya, Tania, yang tengah hamil tiga bulan.
Karena atasannya menolak permintaannya, Danar
melakukan pekerjaan lain agar ia memiliki uang yang
cukup untuk persiapan istrinya saat sudah melahirkan.

Pada suatu hari yang terik, seperti hari-hari


sebelumnya Danar melakukan pekerjaan tambahan. Hari
ini ia menarik gerobak sampah yang di dalamnya sudah
terkumpul banyak sampah. Namun, karena Danar sudah

59
kehilangan banyak tenaga, ia jatuh pingsan di jalanan yang
sangat panas.

Kemudian, ada seseorang yang melihat Danar yang


terkapar di jalanan, sehingga ia segera menghampirinya
dan membawa Danar ke rumahnya. Orang itu
membersihkan segala kotoran yang ada di tubuh Danar dan
mengganti bajunya yang sangat lusuh dengan yang baru.
Orang itu juga membungkuskan beberapa baju dan
makanan untuknya.

Beberapa jam kemudian Danar terbangun di tempat


yang sangat asing. Danar sangat kebingungan, karena
tempat itu bukanlah rumahnya. Kemudian, ia melihat
seseorang yang tinggi dan tegap sedang meracik sesuatu.
Tak lama kemudian orang tersebut mendekatinya.

“Oh! Kau sudah sadar? Minumlah obat ini dulu!”


kata orang tersebut.

Kemudian Danar meminum obat itu, dan ia segera


merasa sehat kembali.

“Ah iya, aku lupa memberitahumu. Kau bisa panggil


aku Ali,” kata orang itu.

60
Danar hanya mengangguk paham, dan melanjutkan
meminum obatnya tadi yang belum habis. Kemudian orang
itu—Ali bercerita banyak hal, dan ternyata, Ali terkadang
melihat Danar yang bekerja keras, sehingga ia menanyakan
alasannya untuk melakukan pekerjaan itu. Dan akhirnya
Danar menceritakan semuanya kepada Ali.

Setelah Danar bercerita panjang lebar, dalam hati


Ali muncul rasa empati, sehingga Ali mengatakan bahwa ia
ingin membantu Danar dan istrinya yang sedang hamil itu.

Seiring berjalannya waktu, Danar hidup dengan


bahagia dan sejahtera karena Ali yang sangat berbaik hati
untuk membantu keluarga kecil mereka yang menderita,
dan Tania, istrinya, dapat melahirkan anak mereka dengan
sehat.

Tania melahirkan anak yang sehat dan juga tampan.


Anak itu mereka beri nama Jaya, mereka juga setiap
harinya mendoakan anaknya demikian, “Hendaklah anak
kita dibekali dengan kebaikan, karena kebaikan itu sendiri
yang akan membuat kaya.

61
Di kota yang besar dan makmur bernama Kota
Receh, dipimpin oleh seorang walikota yang terkenal akan
sifatnya yang suka pamer dan berfoya-foya. Walikota
tersebut bernama Pak Dawet. Pak Dawet mempunyai
seorang wakil walikota yang bernama Pak Garong. Pak
Garong adalah orang yang ulet, sabar, dan memiliki etos
kerja yang tinggi. Karena sifatnya itu, Pak Dawet dengan
sewenang-wenang menggunakan kekuasaan jabatannya
untuk menyuruh Pak Garong menyelesaikan tugas-tugas
Pak Dawet. Pak Dawet berkata, "Hei Garong, kau selesaikan
tugasku yang di meja itu. Saya tunggu besok hasilnya. Kalau
sampai tidak selesai, kupecat kau!". Meskipun begitu, Pak
Garong tetap melakukan perintah Pak Dawet tanpa
mengeluh sekalipun.

"Inggih, Pak", jawab Pak Garong ketika disuruh Pak


Dawet.

62
Tak pernah sekalipun Pak Dawet peduli dengan
kehidupan dan latar belakang Pak Garong. Yang ia
pedulikan hanya kepatuhan Pak Garong ketika disuruh
untuk menyelesaikan tugasnya.

Setahun lamanya mereka menjabat sebagai


walikota dan wakil walikota, para menteri merasa kasihan
dengan Pak Garong. Mereka merasa prihatin dengan
walikota mereka yang tidak amanah dengan tugasnya
sebagai walikota melainkan hanya suka memamerkan
jabatannya. Ketua menteri berkata, "Wahai saudara-
saudara menteri, tidakkah kalian sadar betapa hinanya,
betapa tidak baiknya sikap walikota kita terhadap
wakilnya.".

Menteri lain menjawab, "Kami merasa, Pak Ketua.


Maka dari itu, kita sebagai menteri harus mengembalikan
keadilan di Kota Receh ini."

Menteri lainnya setuju dengan pendapat tersebut.


Para menteri mulai membuat perkumpulan untuk
mengatasi keresahan mereka. Mereka berencana untuk
melengserkan Pak Dawet dari jabatan walikota secepat
mungkin. Di pertemuan pertama mereka saling bertukar

63
pendapat, "Bagaimana jika kita meracuni Pak Dawet
dengan kopi racun, biar kapok !", ujar seorang menteri.

"Jangan, itu terlalu kejam, bagaimana jika kita


menaruhnya di penjara? Agar dia merenungi sikapnya yang
tidak baik itu selama di penjara.", kata Ketua Menteri.

"Setuju!!", jawab menteri lainnya.

Seusai pertemuan, para menteri segera


mengumpulkan data-data dan bukti tentang keserakahan
walikota mereka yang merugikan pemerintah. Dari data
yang terkumpul, mereka menyerahkannya kepada pihak
kepolisian.

Keesokan harinya, di saat Pak Dawet sedang


beristirahat di rumahnya yang megah, pihak kepolisian
dengan cepat menangkap dan mengamankan Pak Dawet ke
kantor kepolisian. Pak Dawet yang terkejut dengan aksi
polisi tersebut berusaha melarikan diri namun tidak
sanggup dan akhirnya tertangkap. Di kantor kepolisian, Pak
Dawet tidak diam saja. "Apa ini? Apa maksud kalian
menangkap saya tanpa alasan? Apa salah saya?", ujar Pak
Dawet.

64
Pihak kepolisian menjawab, "Alasan anda kami
tangkap adalah karena anda telah menjadi tersangka atas
penyalahgunaan kekuasaan walikota dengan semena-
mena." Pihak kepolisian memutuskan untuk memberi Pak
Dawet hukuman 2 tahun di penjara. Tak lama kemudian
Pak Garong datang.

"Mohon maaf saya mengganggu, saya mohon untuk


tidak memberikan hukuman penjara kepada Pak Dawet."

Pihak kepolisian terkejut dan bingung, "Kenapa


anda membela orang ini? Bukannya anda yang memberikan
dakwaan?"

"Saya tidak melakukannya melainkan para menteri


lah yang melaporkan hal ini. Sekali lagi saya menyatakan
permohonan maaf agar Pak Dawet tidak diberi hukuman
penjara.", ujar Pak Garong sambil memohon.

Pihak kepolisian pun akhirnya memutuskan untuk


tidak memberi hukuman penjara kepada Pak Dawet,
namun dilepaskan dari jabatan walikota dengan tidak
hormat dan dimiskinkan. Mendengar hal itu, Pak Dawet
hanya bisa pasrah dan menyesali perbuatannya.

65
Seminggu setelah kejadian tersebut, kehidupan Pak
Dawet menjadi semakin susah dan berat. Semua orang di
kota mengucilkan Pak Dawet dan tidak ada yang
mempedulikannya. Ia hidup sebatang kara, tanpa seorang
istri maupun anak. Tak ada seorang pun di kota ini yang
tidak mengetahui keserakahan Pak Dawet. Di mana pun ia
mencari pekerjaan, dari perkantoran hingga penjual es
dawet tidak ada seorangpun yang mau memberinya
pekerjaan. Ketika ia kehabisan uang, ia meminta pinjaman
ke bank namun tidak ada yang mau meminjamkan uang
kepadanya. Ia hidup hanya dengan makanan dari hasil
penggadaian barang di rumahnya, entah sampai berapa
lama dia bertahan.

"Ya Tuhan, betapa susahnya hidupku saat ini. Andai


aku masih berjaya seperti dulu, tak akan kugunakan
jabatanku dengan sia-sia.", kata Pak Dawet merenung.

Hari bertambah hari, bulan berganti bulan.


Kesengsaraan hidup yang dialami Pak Dawet lambat laun
mulai berubah. Ketika ia kehabisan uang, bank memberikan
pinjaman. Ketika ia butuh makanan dan pakaian,
tetangganya memberikan makanan untuk dimakan dan
baju layak pakai. "Alhamdulillah, Ya Allah. Terima kasih

66
atas segala bantuan yang Engkau berikan kepadaku di saat
aku sangat membutuhkannya.", ucap Pak Dawet bersyukur.

Hingga suatu hari, Pak Dawet melamar pekerjaan di


suatu toko bangunan. "Permisi, Bu. Saya ingin melamar
pekerjaan, apapun itu akan saya terima. Yang penting saya
punya pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup saya.",
kata Pak Dawet memohon kepada pemilik toko.

"Kebetulan sekali, Pak. Saya sedang butuh


seseorang untuk membantu dalam pekerjaan kuli. Upahnya
tidak banyak, hanya seratus ribu per minggunya. Apakah
bapak bersedia?", jawab ibu pemilik toko.

"Tentu saja saya mau, saya akan bekerja sesegera


mungkin. Terima kasih banyak atas bantuannya, Bu.", kata
Pak Dawet dengan penuh ambisi.

Sebulan lamanya Pak Dawet bekerja sebagai kuli di


toko bangunan. Selama sebulan ia bekerja mengecor
tembok, menyemen, mengangkat batu besar dan pekerjaan
berat lainnya. Ia mulai sadar akan beratnya bekerja dan
bahwa bekerja itu memerlukan usaha yang keras dan tekad
yang kuat. Semakin lama Pak Dawet bekerja di sana,
semakin sadar dirinya tentang perbuatan yang

67
dilakukannya selama menjadi walikota. Pak Dawet juga
mulai mengingat betapa keji dan tidak berperikemanusiaan
sekali perilakunya terhadap Pak Garong, mantan wakil
walikota yang kini menjabat menjadi walikota.

"Ternyata bekerja itu susah. Mengapa dulu aku


hanya diam saja sedangkan aku menyuruh yang lain untuk
bekerja seakan-akan itu adalah hal yang mudah? Sungguh
kusesali perbuatanku waktu itu. Bagaimana sekiranya
perasaan Pak Garong yang selama setahun aku suruh untuk
menyelesaikan tugasku? Jika aku menjadi dia, aku akan
marah dan tidak mau melakukan pekerjaannya.", kata Pak
Dawet dalam hati.

Setelah sebulan lebih Pak Dawet bekerja menjadi


tukang bangunan, kebutuhan hidupnya mulai tercukupi
dan hidupnya sudah mulai membaik. Ia tidak lagi perlu
meminjam uang di bank, terlebih ia sudah mengembalikan
uang yang ia pinjam ke bank kala itu. Sekarang, Pak Dawet
adalah orang yang berbeda dengan dulu. Pak Dawet
berubah menjadi orang yang lebih baik. Setelah
mengalaminya sendiri, ia menjadi lebih bertekad untuk
bekerja keras. Ia menjadi lebih mensyukuri semua nikmat
yang telah diberikan kepadanya.

68
Suatu ketika, di tempat Pak Dawet bekerja, ia
melihat sesosok pejabat tinggi yang mengunjungi tempat
kerjanya. "Siapa itu? Rapi sekali pakaiannya seperti pejabat.
Tapi kenapa wajahnya tampak tidak asing bagiku?", tanya
Pak Dawet pada pekerja lainnya.

"Mana? Orang itu? Masa kamu tidak tahu sih? Itu


kan walikota kita.", jawab pekerja lain.

"Oh, jadi itu Pak Garong ya....", kata Pak Dawet

Pak Dawet mulai mengingat kembali sejarah yang ia


miliki dengan Pak Garong. Ia merasa bersalah dan ingin
meminta maaf kepada Pak Garong. Tapi di lubuk hatinya, ia
berpikir Pak Garong masih punya dendam dan tidak ingin
bertemu dengannya. Ia pun kembali melanjutkan
pekerjaannya.

Keesokan harinya, Pak Dawet datang ke tempat


kerja seperti biasanya. Hari ini, Pak Dawet merasa senang
karena hari ini adalah waktu penerimaan gaji pegawai.
Ketika waktunya Pak Dawet menerima gaji, ia bergegas
menuju ke kantor ibu pemilik toko. Saat ia memasuki
kantor, ia terkejut dengan adanya kehadiran seorang
pejabat yang ia lihat kemarin yang tidak lain adalah Pak

69
Garong, walikota baru. "Selamat siang, Pak Dawet.
Bagaimana kabar bapak, baik-baik saja?", tanya Pak Garong.

Pak Dawet yang masih terkejut menjawab, "Eh, iya.


Alhamdulillah baik-baik saja. Pak Garong bagaimana
kabarnya? Baik?".

"Alhamdulillah baik.", jawab Pak Garong.

Seketika keadaan di kantor tersebut menjadi hening


dan canggung. Tiba-tiba Pak Garong berkata,

"Ada apa Pak Dawet? Ada masalah?", katanya


sambil tersenyum. Pak Dawet hanya diam dan
menggelengkan kepalanya.

"Jadi, apa ada yang ingin bapak sampaikan terlebih


dahulu sebelum saya beri tahu?", Pak Dawet bertanya.

"Beri tahu? Tentang apa, Pak?", jawab Pak Dawet


dengan penuh kebingungan.

"Tujuan saya ke sini adalah untuk meminta kepada


ibu pemilik toko, yang kebetulan adalah istri saya, agar Pak
Dawet bekerja bersama saya di Kantor Walikota.", kata Pak
Garong. Pak Dawet terkejut dan tidak dapat mengatakan
sepatah katapun.

70
"Ketahuilah Pak Dawet, selama ini yang membantu
anda dalam kesusahan hidup anda adalah suami saya.
Beliau meminta bank untuk meminjamkan uang kepada
anda. Beliau meminta tetangga anda untuk membantu anda
dalam kebutuhan makanan dan pakaian.", ujar ibu pemilik
toko.

Tanpa basa-basi Pak Garong bertanya pada Pak


Dawet, "Jadi, Pak Dawet, bersediakah bapak bekerja
kembali bersama saya menjadi wakil walikota?". Tak bisa
menahan air matanya, Pak Dawet menangis dan
menganggukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa ia mau
kembali bekerja bersama Pak Garong.

Pada akhirnya, Pak Dawet kembali bekerja


bersama Pak Garong di kantor walikota. Setelah mengalami
kehidupan yang susah, Pak Dawet dapat memahami betapa
pentingnya mensyukuri segala kenikmatan dan bekerja
membutuhkan tekad yang kuat. Kini, Kota Receh menjadi
kota yang makmur dan maju dengan duo pemimpinnya,
Walikota Pak Garong dengan wakil walikotanya Pak Dawet.

71
Pada suatu hari, terdapat pasangan suami-istri
yang tinggal di Ibukota, yakni Pak Budi dan Bu Ratna.
Mereka berdua hidup sengsara akibat kemiskinan.
Mereka berasal dari Kota Malang, Jawa Timur. Karena
jumlah lapangan pekerjaan dinilai kurang mencukupi,
mereka merantau jauh-jauh ke Ibukota Negara.
Tinggal di DKI Jakarta yang terkesan akan
kemajuannya, membuat mereka merasa tertekan
setiap harinya. Mereka berdua mengira di Jakarta
banyak yang akan menerima mereka sebagai pekerja.
Namun, apa daya, pasangan suami istri tersebut tidak
berpendidikan tinggi, ataupun memiliki keahlian.

Dulunya mereka tinggal di rumah yang


ukurannya sangat kecil. Rumah tersebut tidak lain

72
berada di pinggir rel kereta api. Namun naas, rumah
mungil tersebut terpaksa digusur oleh pemerintah
daerah karena berada di tanah milik negara, yang
tidak semestinya dibanguni. Sejak penggusuran
tersebut, mereka terpaksa tinggal di pinggir jalan
setiap harinya. Setiap kali memerlukan air, Pak Budi
dan Bu Ratna harus pergi ke sungai yang jaraknya
cukup jauh. Tampak mereka berdua yang kotor dan
baju mereka yang compang-camping membuat
sebagian besar orang yang melihat mereka merasa
jijik. Ada pula yang mengusir mereka di saat mereka
hendak tidur di malam hari.

Namun, Pak Budi dan Bu Ratna ialah pasangan


suami istri yang tak kenal putus asa. Walaupun
keadaan mereka mengenaskan, mereka senantiasa
beribadah dan berdoa akan pertolongan Allah SWT.

Suatu ketika, Pak Budi beserta Istrinya mencari


makanan sisa di tempat sampah restoran ternama.
Rasa lapar dan haus telah menyiksa perutnya sekian

73
lama. Ia kebetulan menemukan sebungkus ayam
goreng, yang masih utuh dan hangat.

"Alhamdulillah" Kata Pak Budi dengan rasa


syukur.

Ia langsung melahap ayam goreng tersebut


bersama istrinya tercinta. Merasa belum kenyang,
Istrinya mencari makanan lagi di tempat yang sama.
Mereka berdua saling bekerja sama mencari makanan
yang sekiranya bisa dimakan.

"Uripe wong liya mesti enak ya, saben dina uripe


penak, panganane enak!" Keluh Bu Ratna.

"Rezekine wong iku beda-beda Bu, ana sing uripe


nganti mati enak, ana sing uripe ora penak terus! "
Tukas Pak Budi.

Bulan demi bulan pun telah berlalu. Kini, Bu


Ratna hamil tiga bulan dan merengek meminta buah
apel yang dijual di pusat perbelanjaan (mall).

74
"Pak... Aku kepingin apel sing didol ndek mol-mol
iku lho" Kata Bu Ratna dalm Bahasa Jawa.

Pak Budi menjawab, "Iyo Bu. Bakal tak golekno!"

Pak Budi akhirnya pergi mencari buah apel


untuk Sang Istri. Pak Budi menyusuri pasar, dan
meminta-minta akan buah apel pada pedagang-
pedagang pasar tersebut.

Ia beruntung dan mendapatkan beberapa butir


buah apel, karena rasa iba para pedagang pasar
terhadap Pak Budi. Ia merasa senang karena berhasil
mendapatkan buah apel dalam jumlah yang cukup
banyak. Pak Budi pulang dan memberikan apel-apel
tersebut kepada Bu Ratna.

"Niki Bu, apele! Insyaallah legi! "

"Alhamdulillah.. Matur Nuwun Pak! "

Pak Budi sempat menceritakan keheranannya


akan pedagang pasar yang kebetulan ramah pada hari
itu, tidak seperti pada hari-hari biasanya. Mendengar

75
cerita Pak Budi tersebut, Bu Ratna mendadak menjadi
kurang puas akan apel-apel tersebut, karena apel-apel
tersebut bukanlah apel dari mall seperti yang Bu
Ratna inginkan.

"Pak.. Iki duduk apel washington.. Iki tekan pasar


ya..."

"Iyo Bu, ancene entuk tekan pasar... "

"Lho... Kan aku njaluke apel sing tekan mall! "

"Kesuen Bu, ndek pasar onok kok."

Pak Budi akhirnya memberanikan diri dan pergi


menuju salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal.
Ia meminta-minta uang kepada orang-orang yang
berlalu-lalang di pusat perbelanjaan tersebut. Pak
Budi mendapatkan beberapa uang, dan langsung ia
belanjakan apel. Sepulang dari pusat perbelanjaan,
Sang Istri merasa senang melihat Sang Suami telah
kembali membawa banyak buah apel dari mall.

76
Tiga bulan telah berlalu. Kini kandungan Sang
Istri telah berusia enam bulan. Sang Istri merengek
meminta buah nangka yang dijual di pusat
perbelanjaan.

"Pak... Aku kepingin nangka.. Rasane enak agawe


wetengku sing senep " rengek Bu Ratna.

"Waduh Bu.. Awakku pegel kabeh, tambah njaluk-


njaluk! " jawab Pak Budi dengan nada kesal.

"Masio awakku yo pegel! " saut Bu Ratna.

Dengan perasaan yang kesal, Pak Budi sebagai


Sang Suami langsung kembali menuju ke pusat
perbelanjaan yang dulu ia kunjungi. Ia pun kembali
dengan membawa keresek penuh akan buah nangka.
Bu Ratna langsung terlihat senang, apalagi nangka-
nangka tersebut manis sekali rasanya. Bu Ratna
sempat

Selama mengandung, janinnnya mendapatkan


makanan yang enak dan pakaian serta perabotan yang

77
cukup dari pemberian orang. Setelah genap sembilan
bulan, Sang Anak pun lahir.

Mereka mendapatkan bantuan dari beberapa


orang, yang biasanya menyumbangkan mereka
sembako setiap harinya. Semakin hari semakin banyak
saja yang menyumbang mereka.

Tanpa diketahui, sembilan bulan telah berlalu,


kandungan Bu Ratna sudah tidak sabar untuk keluar.
Alangkah baiknya, banyak sekali orang yang peduli
dengan mereka, mereka bersama-sama membantu
kelahiran anak dari Pak Budi dan Bu Ratna. Orang-
orang yang menyumbang tersebut sangat bahagia
melihat anak Pak Budi dan Bu Ratna lahir dengan
selamat.

Mereka menamai anaknya “Michael” karena


mereka yakin bahwa Malaikat Mikail selalu membagi
rezeki secara adil. Mereka berharap Michael menjadi
seorang anak yang sholeh dan dapat membanggakan
orang tuanya. Allah SWT menunjukkan kebesarannya,
Michael tumbuh menjadi seorang anak yang pintar

78
dan tanggap. Ia sangatlah kreatif dan akhirnya dapat
mencari nafkah sendiri dan mampu membantu
menghidupi orang tua dan keluarganya. Kini, Pak Budi
dan Bu Ratna tidak lagi tinggal di pinggiran jalan,
melainkan tinggal di sebuah rumah di kawasan elit
Jakarta Utara. Mereka selalu ingat masa lalu mereka,
hal tersebut mendorong mereka untuk terus
membantu satu sama lain, terutama membantu orang
yang membutuhkan. Keluarga mereka disegani warga
sekitar, karena karakter mereka yang baik.

79
Pada suatu waktu terdapat satu keluarga kecil
di tengah perkotaan. Keluarga tersebut terdiri dari
seorang Ayah, istrinya, dan satu orang anaknya laki-
laki. Sang Ayah bernama Given, istrinya bernama Gisel,
sedangkan anaknya bernama Genta. Mereka
merupakan keluarga yang kaya karena Ayahnya
memiliki perusahaan terbesar di provinsinya.

Sangking kayanya apapun yang diperlukan


anaknya dan apapun yang diinginkan pasti dapat
terpenuhi dan mereka sering keluar negri walaupun
dengan alasan bisnis Ayahnya. Karena terbiasa hidup
mewah Genta sampai tidak mau pergi ke rumah
saudara dari Ayah maupun Ibunya, dikarenakan
saudara dari orang tuanya itu hanya rakyat biasa
menurut pandangannya. Ia pun sering menyebut
rumah saudara orang tuanya itu dengan rumah

80
gembel, Genta yang sangat sombong sangat tidak
disukai oleh teman-temannya.

Kadang kala dengan tingkah lakunya yang


seenaknya sendiri itu, orang tuannya tidak sanggup
melihatnya. Sehingga mereka sering memberi
hukuman kepada Genta dengan meminimalisir
fasilitas yang mereka beri. Suatu waktu di perusahaan
Given ada suatu masalah sehingga mereka harus
mengeluarkan banyak dana dan para investor
perusahaan mulai mencabut inves yang mereka beli.
Given yang kewalahan menangani bisnisnya itu
akhirnya perusahaannya pun gulung tikar.

Tidak sampai di sana saja tetapi ia juga harus


merelakan rumah dan semua fasilitas yang ia miliki
untuk bank, karena ia tidak bisa membayar semua
hutang yang ada di bank. Genta yang mengetahui hal
itu sangat kesal kepada Given dan ia langsung marah
tanpa menghiraukan situasi yang terjadi saat itu.

“Ayah...!!! Bagaimana ini?? Ayah harus segera


bicara pada mereka, tidak mungkin jika kita benar

81
benar jatuh miskin dan kembali gembel! Bagaimana
sih!!! Apa saja yang Ayah lakukan selama ini?!” amuk
Genta.

“Genta cukup!! Tak perlu berlebihan seperti itu!


Kamu iti laki- laki seharusnya bisa lebih mandiri dong!
Kamu mengerti situasinya tidak sih! Kamu yang
selama ini enak enak kan saja tidak mau membantu
Ayah dan sekarang apa kamu hanya bisa marah tanpa
fikir panjang! Kapan kamu akan dewasa?!!” sahut
Given kesal melihat tingkah anaknya yang begitu
kekanak- kanakan.

“Loh kenapa Ayah malah menyalahkan Genta kan


ini semua salah Ayah dan Ibu yang tidak pernah
memperhatikanku dan yang selalu memenjakanku.
Bahkan waktu aku masih kecil pun kalian berdua tidak
pernah menyempatkan waktu untuk sekedar bermain
denganku, tetapi kalian selalu sibuk dengan urusan
masing-masing sehingga aku selalu dengan baby sister
saja.” tiba-tiba saja kata katanya terputus, lalu tampak
muka genta yang begitu marah.

82
“Aku muak dengan tingkah kalian yang selalu
begitu, aku iri dengan teman-teman yang lain yang
bisa dekat dengan kedua orang tua mereka. Apakah
kalian pernah sekalipun memikirkan bagaimana
perasaanku??” lanjutnya dengan suara yang lantang
dan menekan disetiap perkataannya.

Genta dan Gisel hanya bisa diam mendengarkan


semua keluh kesah anaknya yang memang semua itu
benar terjadi.

“Perasaan dimana setiap perpisahan semua anak


didampingi orang tuannya tetapi aku hanya sendiri
tanpa ada orang tua yang bisa menyemangatiku,
kalian hanya bilang selamat dan memberi hadiah
maupun fasilitas lainnya, tapi aku tidak membutuhkan
itu semua aku hanya butuh kasih sayang dari kalian!!!”
lanjutnya lagi masih dengan penuh amarah dan
Gentapun segera pergi meninggalkan kedua orang
tuannya.

Gisel dan Given yang mendengar semua


perkataan Genta tadi hanya bisa diam mematung.

83
Mereka merenungi semua kesalahan yang telah
mereka perbuat, dan tanpa sadar mereka membiarkan
Genta pergi begitu saja. Tiba-tiba hujan turun dan
mereka berdua tersadar dari lamunannya, kemudian
mencari keberadaan Genta dan mereka tersadar
bahwa Genta tidak lagi bersama dengan mereka.

Akhirnya mereka memutuskan untuk berteduh


sambil mencoba menghubungi teman Genta untuk
mencari tahu keberadaan Genta saat ini.

•~•~•~•~•

Di tengah jalanan yang sepi dan gelapnya malam,


terlihat sesosok laki-laki muda yang tengah berjalan
dengan keadaan yang sangat basah akibat terguyur
hujan. Dia adalah Genta, ya dari tadi siang ia hanya
menyusuri jalanan tanpa memiliki tujuan yang jelas.
Meskipun udara malam menyapu badannya ia tidak
peduli karena yang ada dalam pikirannya sekarang
hanyalah bagaimana cara mendapatkan tempat untuk
bermalam.

84
Genta terus menyusuri jalanan, melewati lorong
hingga ia merasakan dinginnya udara yang menerpa
tubuhnya. Baju yang ia kenakan sekarang telah kering,
dan ia mulai merasa lapar disepanjang jalan ia terus
bertemu dengan tempat makan mewah yang dipenuhi
pengunjung yang duduk di dekat cendela sehingga ia
bisa melihat betapa lahapnya mereka makan.

Genta memang kuat tidak makan 1 hari, namun


karena berjalan sangat lama membuatnya merasakan
lapar yang tak tertahankan.Genta merasa lemas dan
dia bingung apa yang harus dilakukannya.

‘krucyuk..krucyuk..’ perutnya sudah memanggil,


karena sudah kehabisan bahan bakar. *’apa yang
harus kulakukan?? Bagaimana ini, aku tidak memiliki
uang sepeserpun.. Tapi aku lapar! Aku harus
bagaimana lagi?’ gumam Genta dengan ekspresi sedih
dan wajah yang pucat.

Akhirnya Genta pun memutuskan untuk pergi ke


dalam sebuah tempat makan. Ia berencana untuk
mengambil makanan dari sana, tetapi ia kemudian

85
melihat dirinya kembali. *’apakah dengan penampilan
gembel seperti ini mereka mau menerima ku?’
gumamnya lagi. Genta menjadi bimbang, hingga tanpa
pikir panjang lagi ia tetap mengikuti rencana awalnya.

Saat pintu restaurant mulai terbuka ia melihat ke


sekeliling, lalu ia pun memberanikan diri menuju
kasir. Kemudian ia bertanya kepada salah satu
pelayan.

“Pak apakah aku bisaendapatkan satu porsi nasi


terenak disini?” tanyanya penuh keraguan.

“Tentu saja, silahkan anda menunggu terlebih


dahulu.” Jawab pelayan tersebut sembari ia
membersihkan meja yang telah digunakan.

Mendengar jawaban pelayan tersebut, spontan


senyum kecil terukir di bibir Genta. Ia sangat senang,
tanpa menyadari bahwa semua mata tertuju
padanya.Beberapa saat kemudian pelayan tersebut
datang kepadanyaa dan memberikan pesannannya

86
tadi, tanpa butuh waktu yang lama Genta segera
menyantap makanan tersebut.

“Hei apa kau lihat orang yang berada disebelah


sana? Lihatlah dia sangat dekil berani beraninya dia
masuk sini. Memangnya dia sanggup membayar
makanan tersebut?” ujar seorang pelayan berbadan
besar yang berada direstoran itu kepada temannya.

“Sudahlah kau itu jangan pikirkan orang lain.


Sekarang fokus saja denpekerjaanmu! Apa sekarang
kau ingin menghindari pekerjaan yang melelahkan
ini?” kesal temannya.

“Tidak tidak bukan itu! Aku yakin bahwa dia tidak


dapat membayarnya dan setelah makan ia akan kabur!
Lihat saja bagaimana gerak gerik nya.” balas orang itu.

“Kau ini kenapa sih?!” jengkel temannya.

Disisi lain setelah Genta selesai makan, ia


bingung ia harus membayar memakai apa. Akhirnya ia
berdiri dari tempat duduknya kemudian pergi diam
diam melalui pintu belakang. Tetapi saat ia sudah

87
sampai di pintu belakang, ia bertemu dengan salah
satu pelayan yang sedang membuang sampah. Ia pun
medapat pertanyaan dari pelayan itu.

“Maaf.. Apa yang sedang Anda lakukan disini?


Apakah Anda memiliki kepentingan dengan
seseorang?” tanya pelayan tersebut penuh curiga.

“Eh... Sa.. Sa...s...saya disini ingin menghirup udara


segar...” jawab Genta dengan cengar cengir tidak jelas.

“Duh sial kenapa harus pelayan yang tadi?


Bagaimana ini apalagi masalah yang harus aku lalui?
Kenapa nasib tidak berpihak kepadaku?” ringik Genta
dalam hati.

“Sebaiknya anda kembali kedalam bersama


dengan saya karena di luar sini tak ada yang bisa anda
cari dn disini sangatlah dingin.” Ujar pelayan itu
sambil mendorong Genta masuk ke dalam.

Dalam keadaan seperti ini Genta hanya bisa


pasrah. Lalu disaat ia mulai masuk, ia kembali berpikir
ubtuk pergi kembali. Saat si pelayan tersebut bertemu

88
dengan teman satunya dan berbincang bincang,
perlaha lahan Genta mecoba pergi dari sana dengan
berlari kecil. Tapi sialnya saat ia berada di pintu luar
ada seorang pelayan yang menghadanginya, akhirnya
Genta dibawa kembali dan ditanyai.

“Hei nak... Lihat kemari! Apa yang sedang kau


lakukan tadi?! Apa au mencuba kabur saat kau belum
membayar makanan yang kau pesan tadi?” tanya
pelayan berbadan besar.

“Bukan begitu aku hanya...” balas Genta dengan


muka pucat.

“Lalu jika tidak sekarang bayar makanan itu!”


kata pelayan itu kembali.

Genta diam sejenak, kemudian menjawab


pertanyaan tersebut.

“Aku tidak memiliki uang pak..” balas Genta


dengan muka memelas.

89
Di luar ekspetasi Genta, pelayan berbadan besar
itu setelah mendengar jawaban dari nya. Pelayan itu
spontan melayangkan tinjuan ke muka genta sambil
memaki maki Genta hingga Genta babak belur dan tak
sanggup berdiri lagi kemudian mengusirnya dari
restaurant tersebut. Genta merasa tidak kuat lagi
hingga ia menangis terisak isak.

“hiks...hiks... Ayah... Ibu... Apakah kau tidak ingin


bertemu denganku lagi? Apa kau sudah sangat
membenciku? Aku takut.. Aku sakit sekarang!” isak
Genta sambil mencoba bangun dan meninggalkan
restauran itu untuk kembali menyusuri jalanan.

•~•~•~•~•

Flashback

Setelah mencoba menghubungi teman Genta


beberapa kali, Gisel dan Given tetap tidak mengetahui
diimana keberadaan Genta, mereka berdua mulai
cemas. Akhirnya Gisel dan Given menuju kantor polisi
dan melaporkan bahwa Genta hilang, namun saat

90
mereka sudahmelapor mereka harus mengeluarkan
biaya untuk ini.

Sedangkan keadaan keuangan mereka saat ini


sangatlah buruk, jadi mereka kembali ke rumah orang
tua Given dengan keadaan kecewa dan mereka hanya
dapat memosting pengumuman itu di sosial media.

Flashback end

Genta masih terus berjalan menyusuri jalanan


yang dingin iti dan sesekali ia mencoba mengetuk
pintu rumah seseorang demi mendapatkan tempat
untuk bermalam. Tapi yang didapatkannya setelah si
pemilik rumah membuka pintu, mereka malah
mengusir Genta dan terkadang ada yang
melemparinya dengan sampah. Akhirnya Genta
melewati kolong jembatan dan ia menemukan sebuah
kardus, dengan terpaksa karena ia sudah lelah ia
memutuskan untuk bermalam di koong jembatan
dengan memakai alas sebuah kardus.

91
*Keesokan Paginya

Pagi ini Genta masih terlihat tidur dengan muka


memar, tubuh yang kotor dan posisi menekuk juga
menggigil. Pagi ini Genta mencoba untuk bangun tapi
apa daya tubuhnya sangat lemas, mukanya pucat dan
dia sedang sakit. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah
berbaring diatas sebuah kardus dan berharap
seseorang akan menolongnya.

Tidak banyak orang yang melewati kolong


jembatan, maka dari itu kecil kemungkinan harapan
Genta terjadi. Saat Genta mencoba tidur dengan
menahan semua keadaan tubuhnya, tiba tiba
seseorang berteriak kepadanya.

“Hei.. Gembel!!! Gelandangan!! Berani beraninya


kamu tidur disini! Punya hak apa kamu bisa
menempati wilayah kekuasaanku?! Seenaknya saja!”
kesal orang itu.

92
Tidak ada reaksi apapun dari Genta, ia sudah
tidak sanggup lagi menjawab maka dari itu ia hanya
bisa bersabar dan pasrah pada takdir.

“Lihat dia apakah dia bisu?! Ha..ha...ha...” gelak


Teman orang itu.

“Wha..ha..ha..” gelak mereka dengan keras.

“Hentikan!!!! Hei gembel apa kau tidak akan


pergi?” tanya orang itu penuh kesal.

Tapi tetap tidak ada jawaban dari Genta, dengan


penuh amarah orang itu mendekati Genta. Kemudian
menendangnya dan memukulinya, melihat hal
tersebut teman orang itu juga ikut memukuli Genta.
Genta yang sudah tak kuat untuk berdiri lagi akhirnya
ia pasrah menyerahkan dirinya untuk digebugi orang
itu, beberapa saat setelah Genta dipukuli ia pun
pingsan tak sadarkan diri.

Orang yang memukulinya kebingungan dan


akhirnya pergi meninggalkan Genta sendirian dengan
tubuh penuh luka. Sekarang ini Genta seperti orang

93
tak bernyawa, lalu terlihat seseorang yang sedang
melewati kolong jembatan. Orang itu sangatlah cantik
parasnya, saat ia melewati kolong jembatan
pandangannya teralihkan pada Genta.

Saat ia melihat Genta ia merasa takut, tatapi tiba


tiba ada suara yang entah darimana datangnya.

“To...to...tolong..aku....beri aku makanan.” Pinta


Genta dengan suara yang kecil.

“Apa? Siapa yang bicara denganku tadi? Apakah


dia memanggilku? Menyeramkan Sekai, sebaiknya aku
segera pergi dari sini.” gumam Gadis itu pada dirinya
sendiri.

Gadis itu mempercepat langkahnya, tapi


beberapa saat kemudian seseorang berbicara kembali.

“Ku..kumohon.tolong aku..bantu aku keluar dari


sini.” Kali ini Genta berbicara dengan suara yang lebih
keras sambil mengayunkan tangannya ke arah gadis
tersebut.

94
Kali ini gadis tersebut memutuskan untuk
menoleh kebelakang dan didapatinya seseorang
(*yaitu Genta) yang sedanng memanggilnya untuk
dimintai pertolongan. Kemudian gadis itu perlahan
mendekati genta, saat ia mendekat tiba tiba Genta
memegang kaki gadis tersebut dengan tangan
dinginnya. Gadis yang tadinya berdiri sekarang ia
mulai menunduk dan memeriksa keadaan Genta.

Saat ia mengetahui bahwa keadaan Genta yang


sangat mengerikan, tanpa berpikir panjang ia segera
menghubungi pihak rumah sakit agar segera
menjemputnya dan Genta. Sambil menunggu gadis itu
mencoba untuk menyelimuti badan Genta dengan
jaket yang dipakainya. Beberapa waktu kemudian
ambulan datang dan akhirnya mereka menuju rumah
sakit.

Sesampainya di rumah sakit Genta segera dibawa


masuk dan saat itu disana ada salah satu teman Genta
yang melihatnya. Kemudian temannya segera
menghubungi orang tua Genta dan memberi tahu

95
keberadaan Genta. Saat kedua orang tua Genta tau
dimana keberadaan anaknya, mereka segera pergi
menuju lokasi dimana Genta berada.

Beberapa hari kemudian setelah kejadian


tersebut, akhirnya Genta dapat keluar dari rumah
sakit dan dia pun mau pergi untuk tinggal dirumah
neneknya. Setelah beberapa bulan akhirnya Given
dapat membeli sebuah tanah dan dijadikan ladang,
iapun sering mengalami jatuh bangun berkali kali
tetapi karena ada keluarga disampingnya ia tidak
pernah menyerah hingga usaha pertaniannya benar
benar sukses dan uang penghasilan dari bisnisnya ini
tidak akan habis hingga ia dapat memeberikannya
kepada anak cucunya nanti.

96
Suatu hari di sebuah kota besar tinggalah
keluarga miskin. Sehari hari mereka bekerja sebagai
pemulung begitu juga dengan satu anaknya ikut
dengan mereka bekerja. Disaat teman teman sebaya
nya bermain sepeda bersenang senang ia membantu
kedua orang tua nya memulung. Meskipun umurnya
baru 7 ia mampu bekerja membantu orangtuannya,
dia bernama Doni.

Sang ayah dahulu adalah seorang pejabat tinggi semus


kebutuhan tercukupi bahkan sangat mencukupi
karena gajinya yang melimpah. Namun ada seorang
temannya yang menjatuhkannya agar ia naik pangkat.

Saat bersantai didepan rumah tibatiba polisi


datang

97
“Permisi apakah benar ini pak Daryanto?” kata
seorang polisi

“Iya dengan saya sendiri, ada apa?” dengan


bingung dan perasaan cemas apa yang terjadi

“Dimohon ikut kami menuju kantor polisi


sekarang”

“Loh ada masalah apa ini?” tanya sang istri


dengan emosi

“Nanti akan kami jelaskan sesampainya di


kantor polisi”

Dibawalah Pak Daryanto bersama sang istri ke


kanntor polisi,doni yang saat itu masih berumur 1
tahun hanyalah terdiam tidak tau apa
apa.sesampainya dikantor polisi ternyata temanya lah
yang menuduhnya korupsi hanya untuk mengambil
jabatanny yang sudah tinggi. Tetapi yang sebenarnya
terjadi temannya lah yang berkorupsi. Mungkin
nasibnya yang tidak beruntung ia yang harus

98
dipenjara selama 5 tahun dan membayar denda yang
besar.

5 tahun berlalu terbebaslah pak daryanto dari


penjara lalu ia mencari kerja. Dan diterimalah dia di
perusahaan besar swasta di Jakarta Selatan. Dengan
gaji yang sudah lumayan besar ia berlibur bersama
keluarganya ke seaword.Namun nasib naa
menimpanya lagis saat mereka pulang dan melihat
rumahnya kebakaran karna arus listrik pendek.
Mereka tidak tau harus tinggal di mana lagi disana
rumah satu satunya. Namun ia tetap bersyukur
keluarganya selamat.hingga pada akhirnya mereka
tinggal di rumah peninggalan ayah pak Daryanto.

Setelah menjalani hidup yang damai dan tenang


pekerjaan yang mulai naik pangkat

Sebagai direktur. Lagi lagi kedamaian itu hanya


sementara banyak pegawai iri dengan nya karena
kenaikan pangkatnya sangat cepat. Mereka
merencanakan untuk menjatuh kan nya dengan

99
menuduhnya menghilang kan surat tanah proyek
yang sedang dikerjakan.

“ Kemana surat tanah proyek ini?” ujar bos


perusahaan

“ Maaf pak saya sudah menyimpan nya dengan


baik namun hilang” dengan gemetar pak Daryanto
berbicara

“Bisa bisa nya hilang itu surat penting”

“Kamu harus mengganti nya” ujar pak bos

“Sekarang kamu saya pecat dan besok kamu


harus membayar densda itu” dengan marah pak bos
memecatnya.

Ia bingung harus mengganti uang itu dari


mana uang gajian belum turun dan ia sudah dipecat
tak punya pekrjaan tabungan sudah habis. Dengan
lesu dan menangis pulang kerumah. Sang istri sudah
mengetahui kabar tersebut dengan sabar mendapingi
suaminya dan sabar menghadapi semua ini.

100
Keeseokan paginya datanglah penagih utang
menggedor gedor pintu rumah.

Ia bingung mau membayar dengan apa, pada akhirnya


mereka memberikan surat tanah rumah mereka.
Mereka diusir dari rumah tersebut dan tidak tau mau
tinggal dimana selanjutnya Doni yang saat itu masih
berumur 6 tahun hanya bertanya “ayah siapa mereka
? kenapa mereka megusir kita?”

Sang ayah hanyalah tersenyum dan berkata


“Mereka orang orang baik, doakan ayah yaa nak”

Doni hanya tersenyum dan menjawab” iyaa


yahh”

Sejak saat itulah mereka tinggal disebuah gubuk


dipingir jalan , sekarang mereka hanya

bisa memulung dan berserah diri kepada Allah SWT


dengan sabar dan tabah mereka menajalani hidupnya
yang selalu dikelilingi oleh masalah masalah.
Sekalipun mereka tidak pernah mengeluh selalu

101
bersyukur apa yang telah diberikan oleh Allah
baginnya itu adalah suatu cobaan.

Doni yang pada waktu itu harus putus sekolah karena


tidak memiliki biaya untuk

Sekolah. Walau begitu ia mengerti bagaimana


keadaan kedua orangtuanya ia tak pernah meminta
mainan. Meskipun terkadang saat melihat anakanak
bermain sepeda ingin sekali ia memiliki sepeda .
hingga suatu saat ia sedang memulung, segerombalan
anak mencaci nya

“Hey kamu pemulung ngapain ngeliatin kita ?”


kata anak gendut itu dengan wajahnya yang
menyebalkan

“Hahaha pingin punya sepeda ya?tapi gak


punya uang” ujar temann teman yang lain terlihat
puas mnertawakannya

“Maaf bila mengganggu tuan tuan saya


permisi” dengan sabar ia berkata dan tersenyum lalu
pergi

102
“Dada pemulung hahahhaha”lagi lagi mereka
mencaci

Doni pulang dengan menangis , sesampainya dirumah


mama memelukknya.

“Ibuuu kenapa mereka mencaci ku” selagi


menangis

”Sabar nak, biarkan mereka mencaci mu


biarlah Tuhan yang membalasnya” dengan sabar ia
menenangkan annaknya

“Iya bu, mengapa kita harus begini aku ingin


sepeda”

“Sebentar ya nak nabung dulu, sepeda juga


mahal”

“Pokoknya harus yang baru aku tidak mau


yang bekas ujarnya”

“ Nabung dulu ya semoga bisa beli”

“Iyaa buu”

103
Seminggu kemudian Doni menagih janji itu, namun
orangtua Doni belum mampu

Membeli kan.ibu Doni memberi penngertian kepada


anaknnya tersebut namun Doni terus merengek minta
sekarang harus dibelikan. Pak Daryanto pun datang
bertannya

“Kenapa Doni menanngis?”

“Ini yah janji yang waktu itu belum kita tepati


karena memang uangnya belum tercukupi”

“Sepeda itu?’

“Iyaa Doni inginnya sekarang tidak mau


ditunda”

“Yasudah ayo sekarang kita ke toko sepeda”


ujarnya dengan tersenyum”

“Pakai uang apa?”

“Ayah tadi baru dapat rezeki alhamdulillah”

“Gimana bisa?”

104
“Nanti aku ceritakan, sekarang kita ke toko
sepeda dulu”

“Ayo Doni kita berangkat ke toko sepeda”


dengan merangkul pundak anaknya

Seketika ia berhenti menangis dan langsung


tersenyum dengan berlari kegiranggan.

Sesampainya ditoko sepeda Doni langsung memilih


sepeda yang harganya lumayan

Mahal dan bagus. Untungnya uang yang tadi di bawa


ayahnya cukup untuk membeli sepeda tersebut.
Pulanglah mereka ke rumah Doni yang sudah tidak
sabar menaiki sepedanya, ia pulang menaiki sepeda
dan orangtuanya mengikuti dari belakang. Selagi
perjalanan pulang ibu Doni yang sedari tadi
penasaran uang darimana yang dipakai. Bertanyalah
ibu Doni kepada ayahnya

“Dapat darimana uang tadi?’. Berceritalah pak


Daryanto ternyata uang tersebut pemberian dari
orang yang telah ia tolong, itu bentuk terimakasih

105
karena sudah membantu mencari tambal ban dan
mendorong kan mobilnya yang mogok tibatiba
ditengah jalan. Sebagai bentuk terimakasih ia
memberikan uang tersebut. Legalah perasaan ibu
yang sedari tadi memikirkan hal hal yang negatif
karena seorang pemulung tidak mungkin mendapat
uang sebanyak itu dalam sehari.

1 tahun kemudian Doni berumur 7 tahun. ketika Doni


sedang membantu orang tuanya

Melewati sd negeri. Tibatiba ia meninggal kan


ibunnya dan menuju pager sekolah tersebut , ia
senang melihat anaknak yang bermain sepak bola di
lapangan.

“Ayo nak kita jalan lagi” kata ibunya

“Iya bu”Selagi berjalan Doni berbicara kepada


ibunya

“Enak ya bu jadi mereka bisa sekolah, bermain


sepak bola bersama teman teman, tidak sepertiku

106
yang mau main saja tidak ada yang mau bermain
denganku”, dengan sedihnya.

“Doni kamu harus mensyukuri apapun yang


sudah diberikan, jangan suka mengeluh kita hanya
bisa berusaha dan berdoa kepada Allah”

“Iyaa buk maaf kan Doni”

“Iyaa nak jangan diulangi lagi”

“Tapi aku ingin sekolah bu”

“Iya nak nanti yaa kalau sudah punya uangg


ibu pasti akan mennyekolahkanmu” Doni hanya
terdiam sepanjang perjalanan dan tidak berbicara apa
apa.

Sesampainya dirumah ibu Doni bercerita kepada


ayahnya bahwa Doni ingin sekolah.

Mereka bingung harus mendapatkan uang dari mana


untuk membiayai sekolah Doni . disaat mereka
bingung berfikir tiba tiba saja ada yang mengetuk
pintu rumah mereka. Dibukalah pintu rumah

107
ternyata yang datang adalah seorang laki laki besar
dan tinggi. Ternyata ia adalah orang yang waktu itu di
bantu pak Daryanto. Datang untuk memberikan
bantuan uang dan dibelikan rumah. Betapa
bersyukurnya mereka rezeki yang datang tiba tiba.
Tidak hanya diberikan uang dan rumah tetapi juga
pekerjanan. Pak Daryanto diterima sebagai pegawai di
sebuah perusahaan yang besar dan ibunya juga
diterima sebagai koki di dapur kanntor tersebut. pak
Daryanto sangat berterimakasih hingga sujud syukur .

7 tahun yang lalu kejadian itu terjadi kini keluarga


mereka sudah bahagia. Doni sekarag

bersekolah di SD negri favorit , kini ia sudah kelas 5


SD. Doni menjadi murid yang teladan selalau rangking
3 besar juga berprestasi betapa bangganya kedua
orantua Doni saat dipanggil ditas panggunng karena
prestasi anaknya.Doni tak pernah terlena dengan
kekayaan yang sudah ada ia terus belajar untuk
mendapatkan prestasi sebanyak banyaknya. Ia mau

108
mengajari teman temannya yang belum bisa tidak
pernah menolak untuk mengajari teman temannya.

Meski Semua kebutuhan keluarga mereka


sudah tercukupi. Dan kini pak Daryannto sudah
menjadi seorang direktur. Meskipun suda sukses pak
Daryanto tidak lupa selalu bersyukur atas apa yang
sudah diberikan. Juga tidak lupa dengan bos yang
telah menolongnya.

Pak Daryanto tetap seorang yang sederhana dan


sabar. Bukan orang yang

Lupa dengan kulitnya, meskipun tidak sepenuhnya


pak Daryanto bisa membalas budi pak bos .

Setelah mennjalani berbagai rintangan dan masalah


dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Semua sudah
berbalik dan yang inginkan tercapai.

109
110
Sebermula ada saudagar di negara Ajam.
Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan
tetapi ia tiada beranak.tak seberapa lama setelah ia
berdoa kepada Tuhan,maka saudagar Mubarok pun
beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang di beri
nama Khojan Maimun.

Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun,


maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada
banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun
lima belas tahun,ia di pinangkan dengan anak
saudagar yang kaya,amat elok parasnya, namanya Bibi
Zainab.

Hatta beberapa lamanya khojan Maimun


beristri itu,ia membeli seekor burung bayan jantan.
Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor
tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan di
taruhnya hampir sangkaran bayan juga

111
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan
perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada
istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada
istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan,
mufakatlah dengan dua ekor unggas itu,hubaya-
hubaya jangan tiada ,karena fitnah di dunia amat besar
lagi tajam dari pada senjata.

Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada


anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi
Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk
bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada
suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung
tiung itu hendak menemui anak raja itu,maka
bernasehatkah di tentang perbuatanya yang
melanggar aturan Allah SWT.maka marahlah istri
Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari
sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.

Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan


yang sedang berpura2 tidur.maka bayan pun berpura2
terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab

112
perg mendapatkan anak raja.maka bayan pun berpikir
bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan
binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, mak
ujarnya,"Aduhai Siti yang baik paras,pergilah dengan
segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba
ini haraplah tuan,jikalau jahat sekalipun pekerjaan
tuan,Insya Allah di atas kepala hambalah
menanggungnya. Baiklah tuan pergi,karena sudah di
nanti anak raja itu. Apatah di cara oleh segala manusia
di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan?
Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat
seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh
tuannya seorang istri saudagar.

Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun


untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun
berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar
ia dapat memperlalaikan perempuan itu.

Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu


ingin mendapatkan anak raja itu,dan setiap
berpamitan dengan bayan ,maka di berilah ia cerita-

113
cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung
tersebut bercerita,hingga akhirny lah Bibi Zainab pun
insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya
Khojan Maimum pulang dari rantauannya.

114
Suatu hari, ada sekeluarga yang tinggal di
sebuah desa yang asri. Keluarga tersebut adalah Adi,
Rahma, dan anak semata wayang mereka, Dimas.
Mereka selalu hidup bahagia karena saling menolong.
Di desa, Adi memiliki puluhan petak sawah sehingga
setiap hari ia bekerja ke sawah ditemani oleh Dimas.
Adi selalu giat bekerja sehingga tak heran jika ia
memiliki penghasilan yang cukup.

Siang hari yang cerah, Dimas sedang menanam


padi di sawah milik bapaknya. Caping yang dipakainya
membantu melindungi dirinya dari sinar matahari
yang terik. Usai mengerjakan sepetak sawah, Dimas
berjalan menuju sebuah gubuk untuk beritirahat.
Kemudian datanglah Kirana sambil membawa kotak
makan untuk Dimas. Kirana adalah teman Dimas
sedari kecil.

115
“Hai Dim, ayo makan dulu. Aku sudah masak
nasi goreng kesukaan kamu nih.”

“Wah, makasih Na. Pas banget nih aku sudah


selesai bekerja di sawah.”

Keduanya makan bersama di gubuk dengan


dikelilingi padi yang sudah menguning. Setelah makan,
mereka beristirahat sebentar sebelum perjalanan
pulang.

Keesokan harinya, Dimas mengajak Kirana


berjalan-jalan mengelilingi desa ditemani udara yang
sejuk. Pemberhentian pertama mereka adalah kebun
teh. Di sana mereka menghabiskan waktu bersama.
Memetik daun teh, menunggang kuda, mengelilingi
pabrik teh, dan meminum teh. Semua itu mereka
lakukan hanya berdua. Hingga tak terasa hari mulai
petang.

"Setelah ini aku mau ajak kamu ke suatu


tempat. Di sana kita bisa lihat matahari terbenam, "
ujar Dimas.

116
"Kita mau kemana Dim? Jauh nggak?" tanya
Kirana.

"Enggak, cuma 20 menit aja kok. Tapi kita jalan


kaki ya? Kamu kecapekan nggak?" tanya Dimas sedikit
khawatir karena mereka telah menghabiskan waktu
seharian.

"Ih santai aja Dim,” jawab Kirana meyakinkan.

"Ya sudah, ayo berangkat sekarang! Keburu


mataharinya terbenam, sini aku bantu turun," kata
Dimas sambil mengayunkan tangannya untuk Kirana.

Kemudian mereka bejalan bersama menuju


tempat tersebut. Walaupun jalan yang dilalui sedikit
sulit namun Dimas selalu menuntun Kirana.
Sesaimpainya di sana, mereka disuguhkan
pemandangan yang sangat indah. Kebun teh yang
terbentang luas dengan latar belakang langit jingga.
Mereka menyaksikan semua itu dalam diam.

"Indah banget ‘kan?" tanya Dimas kepada


Kirana.

117
"Iya, sangat indah! Terima kasih sudah
membawaku ke tempat ini," balas Kirana.

Setelah puas menikmati pemandangan, mereka


memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin
gelap.

Semenjak kejadian tersebut, Dimas mulai


memiliki rasa kepada sahabatnya, Kirana. Setiap
Dimas bekerja membantu bapaknya di sawah, Kirana
selalu mengunjungi mereka dan membawakan
makanan. Setelah itu baru Dimas dan Kirana
menghabiskan waktu berdua di tepi sungai atau kebun
teh untuk menikmati senja.

Tiga tahun kemudian, Dimas ingin melamar


Kirana untuk menemani dalam hidupnya. Orang tua
Dimas, Adi dan Rahma, sangat senang mendengar
keinginan Dimas. Mereka ingin segera memiliki cucu
agar tak merasa kesepian lagi. Tiba saatnya, Dimas
bersama dengan kedua orang tuanya pergi menemui
Kirana yang terletak tak jauh dari rumahnya. Setelah
mengutarakan niatnya untuk melamar Kirana, Kirana

118
pun menjawabnya dengan senang hati. Setelah
persiapan yang cukup singkat, pernikahan yang
sederhana akhirnya tergelar. Pernikahan tersebut
hanya dihadiri oleh sanak saudara dan kerabat dekat
Dimas dan Kirana.

Kirana dan Dimas dikaruniai anak laki-laki


yang tampan bernama Dido. Mereka sangat bahagia
dengan hadirnya Dido dalam hidup mereka. Di pagi
hari, Kirana selalu menuju dapur untuk menyiapkan
sarapan. Setelah itu, ia membangunkan Dimas dan
Dido untuk makan bersama.

“Ayo bangun, Dido! Nanti kamu terlambat


sekolah loh, Ibu sudah menyiapkan sarapanmu,“ ujar
Kirana seraya mengusap lembut lengan Dido.

“Baik Bu!“ kata Dido lalu mencium kedua pipi


ibunya.

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Dido menyusul


Dimas dan Kirana yang sudah berada di ruang makan.

119
Mereka mulai makan dengan keadaan hening. Setelah
itu, Dido berpamitan kepada kedua orang tuanya.

“Ayah... Ibu... Aku berangkat ke sekolah dulu


ya,” pamit Dido.

“Iya, Nak. Hati-hati ya!” kata Dimas.

“Siap Yah!“ balas Dido.

“Na, aku juga berangkat ke sawah ya. Mau


mengecek perkembangannya dulu,” pamit Dimas.

Semenjak menikah, Dimas mendapat sebagian sawah


dari bapaknya. Namun karena kegigihannya dalam
bekerja, ia dapat membeli lagi beberapa petak sawah
dan mempekerjakan orang untuk menggarap
sawahnya.

Sekian lama Dimas menjalani pekerjaan di


desa. Tiba-tiba ia tertarik untuk membuka usaha kecil-
kecilan di kota. Ia segera mengutarakan niatnya
tersebut kepada Kirana.

120
“Na, aku ingin merantau ke kota. Di sana aku
ingin membuka usaha bersama temanku, “ jelas Dimas.

“Sampai kapan kamu berada di kota Dim?“


tanya Kirana.

“Entahlah. Aku masih mencari tempat yang


cocok dan melihat kondisi sekitarnya dahulu. Mungkin
sekitar sebulan aku di kota,“ jawab Dimas.

“Iya Dim, aku selalu mendukung semua


keinginanmu,“ kata Kirana.

Setelah menyiapkan berbagai keperluan, Dimas


berangkat menuju kota besama temannya
menggunakan mobil.

“Hati-hati di sana, Ayah! Jangan lupa kabari aku


ya,” kata Dido saat Dimas berpamitan.

“Pasti dong, kamu mau ayah bawakan apa dari


kota?” tanya Dimas.

“Terserah ayah saja,” jawab Dido.

121
“Baiklah, nanti jika usaha ayah sudah berjalan
dengan baik, kita pindah ke kota ya,“ jelas ayah.

“Oke Yah!“ jawab Dido semangat.

Sudah sebulan sejak kepergian Dimas ke kota.


Walaupun selalu berkomunikasi, Kirana dan Dido
tetap merindukan Dimas. Usaha Dimas di kota
mengalami kesulitan pada awalnya. Sehingga ia tidak
dapat menepati janjinya untuk pulang ke desa setelah
satu bulan merantau. Namun karena kegigihan, Dimas
dan temannya mampu membangkitkan usaha mereka.
Kini usaha mereka mulai berjalan dengan baik.

Ditinggal pergi selama beberapa waktu,


membuat Kirana kesepian. Hal ini menyebabkan
Kirana keluar rumah pada malam hari setelah Dido
terlelap. Kirana pergi menemui seseorang dari desa
seberang. Seseorang tersebut ternyata menyimpan
rasa untuk Kirana. Ia berusaha merebut Kirana saat
Dimas merantau ke kota. Sudah dua minggu Kirana
selalu pergi menemui orang tersebut. Tentu saja hal
ini membuat Dido curiga terhadap ibunya. Pada suatu

122
malam Dido berpura-pura tertidur. Saat ibunya sudah
pergi meninggalkannya Dido mengikutinya. Betapa
terkejutnya ketika ia melihat ibunya bertemu laki-laki
selain Ayahnya, Dimas. Dido melihat ibunya bercanda
tawa bersama laki-laki tersebut. Ia pun merasa kesal
dan segera menghampiri ibunya.

“Ibu tega melakukan ini!” teriak Dido.

Melihat Dido mengikutinya dan berteriak


membuat Kirana tersentak.

“Apa Ibu tidak tahu jika ayah sedang bekerja


keras di sana? Bahkan ayah rela tidak pulang agar
usahanya dapat berjalan dengan lancar,“ jelas Dido
sambil menangis.

Kirana menyadari bahwa yang dilakukannya


salah. Ia segera meminta maaf kepada Dido.

“Maaf Dido, Ibu minta maaf. Ibu hanya merasa


kesepian karena ayahmu tak kunjung pulang,” kata
Kirana lalu memeluk Dido.

123
“Ibu sadar dengan kelakuan Ibu. Mulai saat ini,
Ibu akan selalu menunggu ayahmu pulang untuk
hidup bahagia bersama. Maafkan Ibu ya sayang,“
sambung Kirana seraya menenangkan Dido.

Kemudian Kirana dan Dido pulang.


Sesampainya di rumah, Kirana langsung menidurkan
Dido yang terlihat kelelahan. Melihat kondisi Dido,
Kirana berjanji bahwa ia akan selalu mencintai Dimas
dan menunggunya pulang.

Seminggu kemudian, Dimas kembali ke desa


setelah usahanya di kota berjalan lancar. Kirana dan
Dido dengan senang hati menyambut kedatangan
Dimas. Kirana menyiapkan makan siang dengan
masakan kesukaan Dimas. Setelah menghabiskan
waktu bersama, Dido terlelap. Kemudian Kirana
menceritakan semua kejadian yang sangat ia sesali
kepada Dimas. Dimas terkejut mendengar cerita
tersebut. Ia merasa kecewa dengan hal itu.

124
“Maafkan aku, Dim. Aku hanya merasa kesepian
saat itu dan sekarang aku benar-benar menyesal telah
melakukan itu,“ jelas Kirana.

Mendengar permintaan maaf Kirana yang tulus,


membuat hati Dimas luluh. Ia segera memafkan
Kirana.

“Aku janji. Mulai saat ini dan seterusnya, aku


selalu menunggu kamu Dimas,” ucap Kirana sungguh-
sungguh.

Dimas tersenyum mendengar hal itu.

“Aku percaya kamu, Na. mulai saat ini, kita


harus saling terbuka. Jika kamu merasa kesepian
kamu bisa mengatakannya. Jangan dipendam sendiri
karena aku juga merasakannya,“ kata Dimas seraya
tersenyum.

“Terima kasih, Dim,“ kata Kirana.

Setelah kejadian tersebut, keluarga kecil Dimas


menjadi lebih harmonis. Sesuai dengan janji awalnya,

125
Dimas membeli rumah di kota dan mengajak Kirana
dan Dido untuk tinggal. Mereka hidup bahagia
bersama.

126
Suatu hari hiduplah sepasang suami istri yang
tinggal di desa dekat pantai yang bernama Desa
Sugeng. Mereka bernama Pak Slamet dan Bu Sri. Pak
Slamet bekerja sebagai nelayan. Mereka memiliki
seorang anak bernama Aryo. Aryo merupakan seorang
anak yang baik dan taat. Mereka hidup bahagia
bersama.

Aryo sangat suka menaiki kapal. Ketika ia berumur


dua puluh tahun ia mencoba untuk pergi berlayar dan
pergi ke kota. Ia ingin melihat kehidupan di kota.

Sesampainya disana Aryo berkeliling hingga ia


bertemu dengan seorang anak saudagar kaya dan
cantik bernama Ayu. Mereka berkenalan dan Aryo
merasa ia jatuh cinta kepada Ayu. Setelah sampai
kembali di Desa Sugeng Aryo berencana pergi kembali

127
ke kota esok hari dan memutuskan untuk melamar
Ayu.

Setelah sampai di kota. Ia bertemu kembali dengan


Ayu. Kemudian ia melamar Ayu. Ayu pun setuju akan
hal itu. Tak lama kemudian mereka menikah dan
mereka pindah ke Desa Sugeng asall Aryo.

Setelah beberapa tahun mereka menikah mereka


belum juga dikaruniai anak. Hingga akhirnya Aryo
memutuskan untuk mengadopsi dua orang anak untuk
menemani mereka. Satu laki laki bernama Joko yang
berumur lima tahun dan satu perempuan yang
berumur sepuluh tahun bernama Dewi. Mereka
merupakan anak yang baik dan taat.

Suatu ketika Aryo ingin berdagang di laut untuk


mencari nafkah. Ia akan meninggalkan desanya selama
beberapa minggu. Sebelumnya, ia sudah berpesan
kepada Ayu untuk menjaga dan merawat anak anak
mereka karena akan meninggalkannya sementara.

128
Suatu ketika ada seorang anak kepala desa yang
bernama Alde yang sedang berkeliling Desa Sugeng. Ia
melihat sebuah rumah. Ia melihat Ayu sedang duduk
di kursi teras rumah. Bagi Alde, Ayu sangatlah cantik.
Mereka akhirnya berkenalan. Mereka saling jatuh
cinta. Alde mengajak Ayu untuk bertemu di rumahnya
pada malam hari. Akhirnya hampir setiap malam ia
pergi bertemu Alde.

Melihat hal itu Joko dan Dewi bingung. Mereka


berencana untuk memperingati ibu mereka. Pada
suatu malam Ayu hendak pergi bertemu dengan Alde.

"Hei kamu ibu tiri, jangan kamu pergi


menemui anak kepala desa itu. Apakah kau tidak ingat
akan suamimu? Dasar perempuan jahat," katanya Joko
tiba-tiba.

Mendengar itu Ayu marah. Ia membawa paksa


Joko pergi dan menelantarkannya ke hutan. Tetapi
perkataan Joko membuatnya sedikit tersadar.

129
Melihat itu Dewi menjadi takut. Ia berpikir jika ia
mengatakan hal yang sama ia akan di telantarkan juga.
Akhirnya ia lebih memilih untuk menasihatinya secara
baik baik.

Setelah beberapa waktu Ayu hendak pergi bertemu


Alde. Melihat itu Dewi merasa ini saat yang tepat.
"Ibu, tolong jangan pergi. Ayah sedang mencari makan
untuk kita," kata Dewi secara halus.

Mendengar perkataan Dewi, Ayu lansung menyadari


kesalahannya. Ia menyadari bahwa perbuatannya
selama ini tidaklah benar. Ia merasa bersalah dan
menyesal. Hingga pada akhirnya ia lebih memilih
untuk menunggu suaminya pulang.

130
Palembang, 20 November 1995

Jika suatu saat engkau membuka halaman ini dan


membacanya, aku harap engkau mengerti apa yang
kumaksud. Mungkin kata-kataku akan sedikit susah
‘tuk dipahami. Namun itulah kenyataannya.
Kenyataan bahwa ada sesuatu yang kupendam,
kusembunyikan. Bahkan aku sendiri masih belum
sepenuhnya memahami. Semua terjadi secara tidak
sengaja. Atau mungkin Tuhan telah merencanakan
hal itu sejak kita masih di dalam kandungan ibu kita.
Aku ingin sekali menyampaikannya secara langung.
Tapi aku terlalu takut. Aku takut dinilai terlalu
frontal, aneh, atau semacamnya. Aku takut, engkau
berubah dan hilang perlahan dalam dingin sikapmu.
Sederhananya, aku hanya ingin bilang, aku
menyukaimu.

⪻⪼

131
Namaku Veronica Angelina. Kerap dipanggil Angela.
Saat ini aku sudah menjadi seorang mahasiswi semester
pertama jurusan arsitektur di fakultas terbaik di Ibu Kota.
Senang rasanya bisa masuk di universitas yang didambakan
banyak orang lewat jalur undangan. Aku merasa bangga
atas pencapaianku saat ini.

Hari-hariku disini tidaklah buruk. Aku tinggal di


rumah saudara jauhku. Mereka baik kepadaku. Aku juga
telah menemukan teman kuliah yang bisa aku percayai.
Proses adaptasiku berjalan cepat seiring kemampuanku
bersosialisasi dengan sekitar. Tak bisa dipungkiri,
keseharianku disini membawaku pada rasa rindu pada
kampung halamanku, ibuku, serta adik kecilku.

Malam ini, tepat sejam sebelum hari ulang tahunku,


aku mendapat telepon dari pamanku di kampung. Dengan
kondisi masih tidak sadar karna baru terbangun dari
tidurku, aku menjawab telepon dan mendengar suara
sayup pamanku.

“Selamat malam, nak Angela, ini paman.”

“Iya paman, ada apa menghubungi Angela selarut


ini?”

132
“Paman mau memberitahu, …”

“Iya paman, ada hal apa?”

Pamanku terdiam. Aku bisa merasakan suasana


panik dalam telepon. Ada teriakan isak tangis seorang anak
kecil yang tidak asing bagiku. Aku juga mendengar sirine
ambulance yang terdengar tak jauh. Beberapa detik
kemudian, pamanku kembali berbicara.

“Nak Angela, ibu kamu kecelakaan dan masuk


rumah sakit. Paman harap kamu bisa segera kesini dan
melihat kondisi ibumu.”

Seketika mataku membulat, Air mata mengalir


tanpa disuruh. Aku tidak banyak membalas perkataan
pamanku. Hanya mengucap kata persetujuan, salam,
kemudian menutup telepon. Tubuhku mematung. Kepalaku
seketika sakit. Kurasa, ketakutanku akan terulang kembali.
Aku takut akan kehilangan.

⪻⪼

Aku tiba di kampungku pukul 4 dini hari.


Perjalananku Jakarta-Palembang hanya memakan 2 jam
dengan pesawat. Aku tiba di rumah sakit tempat ibuku

133
dirawat setengah jam kemudian. Tapi apalah daya, alat
elektrokardiograf yang tersambung dengan ibuku hanya
menunjukkan garis horizontal lurus berwarna hijau diiringi
bunyi khas kematian yang memekakkan telinga. Ibuku
telah tiada.

Semua yang berada di ruangan itu hanya bisa


berkelu. Isak tangis mulai terdengar. Suasana mencekam
menyelimuti kamar 305 itu. Para suster mulai berdatangan
untuk membawa tubuh ibuku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi.


Keluargaku mulai berpergian satu persatu. Sedangkan aku
masih terdiam di lobby rumah sakit. Beberapa menit
kemudian, pamanku datang dan duduk disebelahku.

“Yang sabar ya, nak Angela. Paman tau, susah


bagimu untuk menghadapi kehilangan yang kedua kalinya.
Paman akan selalu membantu kamu untuk menjalani
kehidupanmu di Jakarta. Paman sangat bersyukur punya
keponakan seperti kamu Angela,” kata paman dengan raut
kesedihan.

134
“Ya, paman. Angela akan selalu berjuang untuk
meraih cita-cita Angela, meski kedua orangtua Angela telah
pergi meninggalkan Angela,” jawabku dengan pelan.

“Bagus. Jangan patah semangat ya Angela. Paman


dan bibi akan membantu mengurus dan menyekolahkan
adikmu yang masih kecil disini.”

“Terima kasih, Paman.”

“Oh ya Angela, ibu kamu menitipkan kotak kayu ini


buat kamu. Ibu kamu berpesan, apapun yang ada di dalam
kotak ini dapat membantu kamu menjalani dan memaknai
hidup kamu yang sebenarnya,” jelas paman dengan yakin.

“Baik paman. Terima kasih sudah memberikan


perhatian paman kepada keluarga kami. Semoga paman
dan bibi dan sehat selalu.”

“Terima kasih kembali, nak Angela. Kamu dapat


tinggal di rumah kami sebelum kamu kembali ke Jakarta.
Paman pulang duluan ya. Sampai jumpa,” pamit paman.

“Iya paman. Sampai jumpa kembali,” jawabku.

Akupun menerima kotak kayu itu dan bersalaman


dengan paman. Meski rasa sedih menyelimuti tubuhku,

135
namun ada rasa penasaran yang menyeruak lebih hebat
dalam benakku. Tak lain dari kotak kayu yang diberikan
pamanku. Akupun membukanya dan kudapati amplop-
amplop yang tersusun rapi. Kuambil salah satunya, kubuka,
dan kubaca.

⪻⪼

Palembang, 17 Desember 1995

Aku senang sekali hari ini, ujian kenaikanku telah


selesai. Semoga kerja kerasku tidaklah sia-sia. Selain
itu, aku juga senang sekali bisa bertemu dengannya.
Laki-laki yang membuatku tidak bisa tidur malam
ini. Namanya Siregar. Laki-laki keturunan Batak
yang sangat manis. Aku menyukainya sejak pertama
bertemu setahun yang lalu. Tadi sore, ia menawariku
tumpangan. Betapa luluhnya hatiku. Hariku hari ini
sangat berwarna. Semoga ia segera tahu isi hatiku.

Palembang, 26 Desember 1995

Hari ini adalah sehari setelah Natal. Banyak tamu


berdatangan di rumahku. Senang rasanya bisa
merasakan kehangatan Natal. Entah mengapa bulan
Desember selalu menjadi bulan favoritku. Yang lebih

136
membahagiakan lagi adalah malamnya, aku diajak
pergi jalan-jalan oleh Siregar. Betapa bahagianya
aku malam itu. Siregar datang ke rumahku dengar
motornya. Ia menjemputku. Tentu aku sudah
mempersiapkan kedatangannya dengan memakai
baju terbaikku, sepatu bagus, serta memakai make
up meski hanya tipis. Kami pergi makan malam
bersama.

Di akhir pertemuan kami. Ia menyatakan cinta


padaku. Di bawah sinar rembulan, kesiur angin
menggelitik kulit, aku menerima dia sebagai
pacarku. Tentu kuterima. Momen ini adalah hal yang
paling kutunggu. Ternyata pertemanan kami
berbuah cinta. Semoga cinta kita dapat bertahan
selamanya.

Palembang, 6 September 2000

Hari ini adalah hari kami menikah. Tak terasa kami


telah bersama selama 6 tahun. Kami bersama mulai
dari SMA, kuliah, hingga kami menikah. Dan ya, aku
masih tidak bisa menghilangkan kebiasaan menulis
keseharianku dalam secarik kertas. Aku lebih suka
menulisnya di selembar kertas daripada di buku.

137
Entah mengapa. Aku senang mengumpulkan kertas-
kertas tersebut dalam amplop. Pernikahanku
berjalan lancar. Semua orang terlihat bahagia. Aku
harap kami dapat tetap bersama selalu.

Palembang, 6 Juni 2001

Hari ini tepat 1 bulan kelahiran anak kami. Veronica


Angelina Siregar, namanya. Kami sengaja
memberinya marga Siregar. Nama yang sangat
indah. Semoga hubungan rumah tangga kami tetap
baik.

Palembang, 6 Mei 2003

Hari ini adalah ulang tahun Angela yang ke dua


tahun. Sayangnya ayah Angela, Siregar, sedang
bertugas di luar pulau. Aku dan Angela hanya berdoa
bersama di ruang tamu seraya meniup lilin. Aku
sudah mulai jarang menuliskan keseharianku di
secarik kertas seiring kesibukan merawat Angela. Oh
iya, hari ini pula aku dinyatakan mengandung dua
bulan anak kedua kami.

Palembang, 9 Juni 2003

138
Aku sedih. Angela berkata kepadaku, “Ma, ayah
kemana?” Hal itu membuatku sedih. Sudah sebulan
Siregar pergi. Aku takut ia kenapa-kenapa. Sering
saat aku menghubunginya, ia hanya menjawab
bahwa kondisinya baik. Ia sedang sibuk dengan
proyek besar di Kalimantan. Aku hanya bisa diam
dan berdoa semoga suamiku baik-baik saja.

Palembang, 23 Juli 2003

Aku mendapat kabar dari teman sekantor Siregar, Ia


berkata bahwa suamiku telah menikah bersama
perempuan lain di Kalimantan. Sontak tubuhku
lemas tak berdaya. Berulang kali aku
menghubunginya namun hasilnya nihil. Ia tidak
mengangkat teleponku. Aku menangis malam ini.
Sebegitu susahkah untuknya menjaga hatinya
untukku? Aku sedih. Aku menulis ini untuk
meluapkan isi hatiku. Aku sangat sedih. Entah apa
yang harus aku perbuat. Kandunganku telah
mencapai umur 4 bulan. Aku juga harus merawat
Angela. Meski ada pembantu yang membantuku
mengurus rumah. Namun semua ini terasa berat.

139
Ditambah lagi kenyataan bahwa suamiku yang
kusayang telah bersama orang lain.

Palembang, 1 Agustus 2003

Ternyata benar dugaanku selama ini. Ia


menceraikanku. Betapa sakitnya hatiku. Mengapa ia
berpindah ke lain hati, sedangkan aku setia
menunggunya disini. Aku meneteskan air mataku
untuk kesekian kalinya hari ini. Semua ini sangat
susah kuterima. Memang benar apa kata orang,
menjaga hati itu susah. Aku harap anakku dapat
tahu tentang hal ini. Aku harap ia dapat belajar dari
perjalanan hidupku. Tentang sakitnya, tentang
pengorbanan, tentang perjalanan kesetiaan. Semoga
jika nanti anakku sudah besar, ia dapat menemukan
pasangan yang baik. Yang setia kepadanya. Semoga
kedua anakku juga bisa menjaga hatinya untuk
pasangannya seperti yang kulakukan saat ini. Maaf
anakku, jika suatu saat kalian membaca ini, kalian
dapat tau dimana ayah kalian dan juga mengapa ia
pergi meninggalkan kita. Aku saying kalian anakku.
Akan selalu kusayang.

140
Itu akhir dari surat ibuku yang kubaca, juga
merupakan titik puncak tangisku. Aku baru mengetahui
betapa besar perjuangannya selama ini. Aku menangis
sejadi-jadinya. Aku menyayangi ibuku. Aku harap aku bisa
menjadi seperti ibu. Seorang wanita kuat yang setia pada
suaminya.

⪻⪼

Beberapa menit kemudian tangisku mulai reda. Aku


mengusap air mataku dan meraih surat-surat kitu dan
meletakannya kembali ke dalam kotak kayu itu. Akupun
berjalan meninggalkan lobby rumah sakit.

Setelah beberapa langkah aku melangkahkan kaki


dari tempat aku duduk. Ada seorang pria paruh baya yang
menatapku dari depan pintu rumah sakit. Ia terlihat tak
asing. Aku perlahan mulai mengenali raut wajah tegas
dengan tubuh tegap miliknya. Dan benar, itu ayahku.
Menatapku dengan sendu.

141
“Dua setel pakaian, sleeping bag, masker,
nesting, pisau, dua botol air,kotak P3K, lalu..” Sandy
bergumam seraya menggoyang telunjuk seakan
menunjuk barang-barang yang disebut. Bola matanya
bergerak keatas-samping mencoba mengingat sesuatu.

“Sudah. Memang itu saja yang wajib kau bawa.


Tapi tas carrier mu penuh. Jangan-jangan kau bawa
barang diluar ketentuan?” mata Emma menatap Sandy
tajam-tajam. Sandy membatu seketika.

“Ya! Tapi hanya pakaian dalam! Jadi jangan


coba-coba sentuh tas ku,ya!”, seru Sandy gugup.
Tubuhnya bergeser melindungi tasnya dan tidak
berani menatap Peter sedikitpun.

Srettt! Dengan gerakan kilat Emma berhasil


merenggut tas Sandy dari lindungannya. Sandy mulai

142
panik. Emma mengacungkan tas Sandy dengan
senyuman miring. Segera ia buka dan membalik tas
tersebut hingga isinya berceceran. Sandy menutup
matanya, memasang wajah seakan berkata “gawat”.

“Snack, deodoran, bantal, komik. Buang mereka


semua! Sebelum senior datang, atau kelompok kita
akan push up lima puluh kali. Kau ini pecinta alam
atau anak mama?” Emma menggelengkan kepala.

“Baiklah,” mata Sandy masih menatap Emma


kesal. Sesekali ia melirik barang-barangnya yang akan
ia buang, kemudian memasang wajah melas kepada
Emma, namun ia hanya terabaikan sedari tadi.

***

“Jadi pada trekking kali ini, kita mengusung


tema “Estafet Air”. Tiga orang dari masing-masing
kelompok, yaitu kalian sendiri, harus berjalan hingga
pos 2 dengan membawa dua kantung botol air minum
yang masing-masing beratnya lima kilogram. Kalian
akan menemukan dua orang dari kelompok kalian

143
yang menunggu disana. Berikan dua kantung botol
tersebut kepada mereka yang akan membawanya ke
garis finish, dan akan ditentukan siapa pemenangnya
berdasarkan jumlah air yang tersisa. Peraturannya,
kalian tidak diperbolehkan membawa bekal kecuali
roti dan peta. Pemenangnya akan diantar menuju
gerbang hutan menggunakan truk saat perjalanan
pulang, yang lainnya harus berjalan kaki. Mengerti?”
jelas Richard, satu dari kategori senior tersabar.

“Dalam hitungan sepuluh masing-masing


kelompok harus menentukan perwakilan! Satu! Dua!
Tiga!...” teriak seorang senior dari kategori senior
terkejam membuat seluruh peserta tergopoh-gopoh.

“…Sepuluh! Tiga orang perwakilan masing-


masing kelompok harap menuju garis start, dua orang
lainnya tetap di tempat!”

Sandy mulai grogi. Tak terpikirkan apa yang


akan terjadi pada dirinya di tengah perjalanan nanti. Ia
berusaha cuek dengan mengalihkan pandangan dari
wajah-wajah suram para senior. Ditemani oleh Emma

144
yang pemberani dan Tyson yang otak encer, ia merasa
dirinya akan baik-baik saja.

Perjalanan dimulai. Tyson dan Sandy yang


terlebih dahulu membawa kantung botol minum.
Sementara Emma berjalan di depan membawa peta
sebagai pemandu. Jalan makadam menanjak dengan
hutan pinus di samping kanan kiri, dan bayang-bayang
diri menemani perjalanan mereka selama beberapa
saat. Emma yang berjalan di depan sebagai pemimpin
mengajak dua orang di belakangnya untuk berjalan
sembari bernyanyi menghafal mars pecinta alam.
Gemerisik suara serangga pohon ditambah kicauan
burung dan nyanyian mereka mengisi kesunyian
hutan.

Setelah ribuan langkah, mereka akhirnya


dihadapkan dengan trek jalan setapak menanjak
dengan debu teramat tebal dan pemandangan jurang
di sebelah kanan. Mereka mulai kelelahan,nafas tak
beraturan. Namun keinginan untuk segera sampai di
pos 2 mengalahkan keinginan mereka untuk

145
beristirahat. Emma yang berada di depan masih fokus
dengan peta dan sibuk mencocokkannya dengan posisi
mereka sekarang. Sandy dan Tyson mulai tak kuasa
membawa kantung botol minum. Berkali-kali
mengumpulkan niat untuk mengeluarkan roti dari
saku celana dan memakannya menggunakan sebelah
tangan sambil berjalan, namun itu sangat sulit bagi
mereka yang sedang membawa kantung botol.

“Kita sudah cukup jauh menyusuri trek ini.


Setelah ini kita akan bertemu pos satu dan disanalah
kita akan beristirahat sejenak,” ujar Emma yang juga
mulai kewalahan. Sandy dan Tyson membuang napas
lega.

Kali ini sebelum bertemu pos satu mereka


dihadapkan trek jalan serupa, namun debu lebih tebal
dan jalan menurun. Satu langkah menurun dapat
membuat debu bertebaran hingga terbatuk-batuk.
Trek ini juga lumayan panjang hingga wajah mereka
berlapis debu.

146
Setelah sekian lama akhirnya mereka
menemukan pos satu. Banyak yang berekspetasi pos
satu berupa gazebo yang nikmat untuk merebah
seperti gambar di peta,namun realita berkata tak ada
apa-apa selain papan bertuliskan “pos satu” tertempel
di batang pohon pinus. Namun bukan masalah besar,
mereka merebahkan diri mereka di atas tanah dengan
pemandangan langit dan sinar matahari yang samar-
samar, tertutup oleh rindangnya pohon.

“Silakan ambil satu botol dari kantung, namun


satu orang hanya boleh dua kali teguk, agar kita tidak
mengurangi banyak air. Makan setengah dari roti yang
kalian bawa untuk menambah energi!” perintah
Emma. Sandy dan Tyson mengangguk cepat dan
segera mengisi perut.

Namun apa yang terjadi, Sandy justru


menghabiskan satu botol air minum saking hausnya.

“Sandy, apa yang kau lakukan?!” bentak Emma.

147
“Maafkan aku. Aku tidak sengaja! Maaf! Aku
benar-benar lupa, Ya Tuhan!”

Emma dan Tyson mendengus pasrah. Karena


kejadian itu, Emma dan Tyson terpaksa memutuskan
tidak meminum air sama sekali .

Sudah cukup banyak trek melelahkan yang


mereka lalui seperti berjalan menyusuri sungai
berbatu, jalan setapak berdebu lagi, jalan setapak
makadam dengan kemiringan 45 derajat, dan banyak
lagi . Dan sudah cukup banyak pula Sandy meminum
air secara diam-diam. Berkali-kali ia beralasan
kelelahan sehingga memilih berjalan paling belakang
untuk meminum air dari kantung. Berawal dari
ketidaksengajaan, kini ia mulai terbiasa meminum
airnya tanpa sepengetahuan Emma dan Tyson. Hampir
sekitar tiga botol ia habiskan sendiri selama
perjalanan.

“Teman-teman, kurasa kalian masih bisa


meminum airnya. Kita masih hanya kehabisan satu

148
botol air minum, itu masih sedikit. Aku tahu kalian
haus,” ujar Sandy tiba-tiba.

“Tidak. Terimakasih. Kita sudah kehilangan


banyak air,” sahut Emma.

“Benar, sudah berapa botol tadi terbuang?”


lanjut Tyson. Ia dan Emma sama-sama memandang
Sandy dengan wajah polos. Sementara Sandy tak dapat
berkata apa-apa.

149
“Aku janji gak akan melupakanmu.”

Siang hari di kantin SMP Nusa Bangsa, ada dua


remaja yang sedang makan disana. Satu bernama Audi
dan yang satu bernama Della. Mereka adalah sahabat
yang tidak bisa dipisahkan. Setiap hari, bahkan setiap
jam, setiap menit, setiap detik, mereka selalu bersama-
sama dimanapun dan kapanpun.

“Di, kamu nanti les kan?” tanya Della.

“Iya lah, so pastiiii, udah kelas 9 gak boleh


males-males,” jawab Audi dengan gayanya yang sok
rajin.

“Sok banget sih kamu,” Ujar Della yang


ceringas-ceringis mendengar jawaban Audi.

150
Mereka les di satu tempat yang sama, sehingga,
pagi, siang, sore, dan malam mereka selalu bertemu.

Seiring berjalannya waktu, tak terasa waktu


Ujian Nasional pun semakin dekat. Empat hari yang
penuh penyiksaan pun tinggal di depan mata. Mereka
berkerja keras penuh semangat untuk menghasilkan
nilai yang maksimal.

4 hari berlalu...

“Lega bangetttt, tinggal nunggu nilai ujian, nih,”


kata Audi.

“Banget nget nget, semoga hasilnya bagus dan


semoga kita bisa satu sekolah lagi ya, Di,” kata Della.

“Aminn.”

Sekitar 2 bulan, seluruh murid kelas 9


digantungkan dengan nilai mereka masing-masing.
Ada yang penasaran, takut, khawatir, biasa saja,
menunggu hasil nilai ujian mereka. Termasuk Audi

151
dan Della, mereka setiap hari selalu berdoa
mengharap yang terbaik.

Sehari sebelum pengumuman hasil Ujian


Nasional, di rumah Della.

“Del, besok udah pengumuman, aku harap nilai


kita bagus dan kita bisa satu SMA,” kata Audi.

“Aku harap juga begitu, Di. Andaikan kita gak


satu sekolah lagi, aku gak masalah, asalkan kamu
harus janji,” kata Della, serius.

“Janji apa?” tanya Audi.

“Kamu harus janji. Kamu gak akan


melupakanku, kamu akan setia sama aku, kamu gak
akan ninggalin aku,” jawab Della dengan muka yang
sedikit sedih.

“Apa?! Melupakanmu? Lucu banget, enggak lah.


Aku janji gak akan melupakanmu. Mana bisa aku lupa
sama sahabatku sendiri,” jawab Audi.

“Janji?”

152
“Janji.”

Pengumuman tiba. Seluruh murid kelas 9


bersenang ria mengetahui bahwa mereka lulus 100%
dan mendapatkan nilai yang sesuai keinginan mereka.
Termasuk Audi dan Della, mereka sangat senang
dengan nilai mereka masing-masing. Tapi ada satu
yang membuat Della bersedih.

“Sepertinya aku gak bisa satu SMA sama kamu


deh. Nilaimu lebih bagus daripada aku, pasti kamu
diterima di SMA favorit,” kata Della.

“Jangan ngomong kayak gitu, ah. Bisa, kamu


pasti bisa kok satu SMA sama aku.” Jawab Audi yang
memiliki tabiat optimis.

Hari berganti hari, Audi dan Della sudah


diterima di SMA dengan jalur online. Audi SMA
Cendekia, sedangkan Della SMA Pelita Bangsa. Mereka
sebenarnya sedih, karena tidak diterima di satu
sekolah yang sama. Tetapi, janji yang sudah dibuat,

153
membuat mereka optimis dengan kenyataan yang
mereka hadapi.

Mereka sudah memiliki dunia masing-masing.


Hingga pada suatu hari saat Audi merayakan ulang
tahunnya di sebuah restoran, Della tidak diundang.
Melihat hal seperti itu, Della sangat sedih dan berniat
bertanya Audi melalui sosial media.

“Di, kemarin kamu merayakan ulang tahunmu


ya? Kok aku gak diundang?” tanya Della

“Oh iya... maaf Del, aku lupa,” jawab Audi.

“Kacang lupa kulitnya ya kayak gini,” jawab


Della.

“Kok ngomong gitu sih?!” ujar Audi.

Della tidak membalas pesan dari Audi, dia


sudah terlalu sakit hati dengan perilaku ‘sepele’ Audi.
Tapi bagi Della, melupakan sahabat sendiri bahkan
tidak mengundang di acara ulang tahunnya bukanlah
perilaku yang sepele.

154
3 bulan lebih mereka tidak berkomunikasi.

Pada suatu hari, mereka tidak sengaja bertemu di mall.


Audi ingin menyapa, tetapi dia takut Della
mengabaikannya. Akhirnya, dia putuskan untuk
menyapa.

“ Della!!” sapa Audi.

“Ehh, ada Audi. Gimana kabarnya, Di?” Jawab


Della.

Semua rasa takut Audi hilang sekita. Ekspetasi


buruk yang ada di pikiran Audi hilang.

“Baik. Aku ingin bicara nih, ehmm, maafkan aku ya Del,


waktu itu gak mengundang kamu. Maaf banget, aku
masih inget janji kita dulu kok. Aku gak akan
melupakanmu,” ujar Audi dengan wajah yang penuh
penyesalan.

“Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu


minta maaf padaku. Aku juga gak lupa sama janji kita.
Aku gak akan melupakanmu,” jawab Della.

155
3 tahun kemudian...

Masa lalu telah berlalu, Audi dan Della masih


menjadi sahabat. Walaupun mereka sudah memiliki
kehidupan dan teman-teman baru di sekolah masing-
masing, mereka tidak pernah melupakan janji yang
mereka buat.

Mereka masih menjadi sahabat, ya, sahabat sejati.

156
157
Suatu hari ada seorang warga di Desa Lagaas
yang bernama Jata Winawan. Ia sudah 5 tahun
menikah tetapi masih belum dikaruniai anak. Tetapi ia
selalu senantiasa berdoa kepada Tuhan. Setelah sekian
lama istrinya pun hamil. Istrinya sudah mengandung
selama 9 bulan,ia pun melahirkan anak laki-laki yang
mungil dan tampan. Mereka bingung anaknya akan
diberi nama siapa.

“Wahai istriku,apa nama yang cocok untuk


anak kita ini?” kata Jata Winawan kepada istrinya.

Ia pun berpikir tentang nama anaknya


kelak,lalu ia menemukan nama yang sekiranya cocok
dan bagus untuk anaknya.

“Bagaimana jika anak kita diberi nama Ghani


Maulana? Karena dengan nama itu semoga kelak ia

158
bisa menjadi anak yang sholeh,berbakti kepada orang
tua,tegas,gagah,dan berani,” tanya Jata Winawan
kepada istrinya. Istrinya pun setuju dengan saran
nama yang diberikan suaminya. Akhirnya mereka
memberi nama anaknya Ghani Maulana.

Ia hidup dan dibesarkan di lingkungan


pedesaan yang asri,ia sangat suka bercocok tanam di
sawah dan berdagang. Saat ia berumur 5
tahun,ayahnya menyuruh seorang guru mengaji untuk
mengajari anaknya mengaji,karena ayahnya ingin
Ghani menjadi anak yang sholeh dan taat agama.
Ketika Ghani sudah berumur 20 tahun,ia akan
dijodohkan dengan anak kepala desa Lagaas yang
cantik bernama Ning Lisa. Ayah Ghani Maulana
sebelumnya sudah memastikan kepada
keduanya,apakah bersedia dijodohkan atau tidak.

“Anakku apakah kamu bersedia untuk


kujodohkan dengan Ning Lisa?” Tanya ayah Jata
Winawan.

“Saya sangat bersedia ayah,” jawab Ghani

159
Mereka berdua pun setuju dengan perjodohan
ini. Orang tua mereka sedang mempersiapkan untuk
pernikahan anak-anak mereka. Agar proses nya bisa
berjalan lebihb cepat. Karena lebih cepat lebih baik.

Persiapan pernikahannya dilakukan selama


beberapa hari. Pada hari Jumat akad nikah mereka
dilaksanakan,setelah itu mereka telah resmi menjadi
sepasang suami istri yang sakinah,mawaddah,dan
warrohmah.

Beberapa lama setelah menikah,mereka belum


juga dikarunia anak. Hingga pada suatu hari Ghani
bertemu dengan pamannya dari desa
Galagah,pamannya tersebut berkata, “Wahai Ghani
Maulana,maukah engkau ikut denganku untuk
merantau ke kota. Saya yakin anda pasti
membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk
menafkahi istrimu.”

“Terimakasih atas tawarannya,beri saya waktu


untuk memikirkan ini dengan matang-matang karena
merantau di kota,itu berarti asaya akan meninggalkan

160
anak istri saya dalam jangka waktu yang lama,” jawab
Ghani Maulana dengan raut muka bingung.

Setelah berpikir dan berdiskusi dengan Ning


Lisa selama 2 hari,ia pun setuju untuk ikut pamannya
merantau di kota. Tetapi ada satu hal yang
membuatnya tidak ingin pergi. Ia belum dikarunia
anak,siapa yang akan menemani Ning Lisa saat
ditinggal lama oleh suaminya. Ning Lisa pasti jika tidak
ada Ghani merasa ketakutan,selalu gelisah dan
khawatir.

“Istriku,jika aku pergi meninggalkanmu di


desa,dengan siapakah kau disini nantinya? Kita kan
tidak mempunyai anak” tanya Ghani Maulana.

“Hmm,bagaimana jika kita mengadopsi anak


yatim piatu yang ada di pesantren. Jadi,jika kau ada
masalah,merekalah yang akan membantumu,” jelas
Ning Lisa kepada suaminya dan suaminya pun setuju.

Lalu mereka berdua pergi ke sebuah pesantren


yang ada di desa ini. Ghani Maulana sangat mengenal

161
dengan pemiliknya,karena beliau yang mengajarinya
mengaji saat ia berumur 5 tahun dulu. Ia pun bertanya
kepada pemilik pesantren tersebut, “Permisi pak,saya
Ghani Maulana,murid anda dulu. Saya datang kesini
ingin mengadopsi anak-anak yang tidak memiliki
orang tua. Saya sanggup untuk membiayai anak-anak
tersebut.”

“Baiklah nak,biarkan istrimu berkeliling


pesantren ini,untuk menemukan anak yang cocok
dengannya,” kata pemilik pesantren tersebut.

Istrinya pun berkeliling sambil melihat-lihat isi


pesantren tersebut. Saat ia berjalan melewati masjid,ia
mendengar alunan suara seorang anak lelaki yang
mengaji dengan merdunya. Ia pun penasaran dan
masuk ke dalam masjid itu,ia mendengarkan sambil
menunggu anak itu selesai mengaji. Anak lelaki itu
berumur sekitar 11 tahun an. Saat selesai
mengaji,Ning Lisa berbicara dengan anak lelaki
tersebut.

162
“Wah,suaramu indah sekali nak. Siapa namamu
nak? Bagaimana kabarmu disini nak?” kata Ning Lisa.
Anak tersebut pun tersanjung atas perkataan Ning
Lisa.

“Terimakasih bu. Nama saya Akbar. Saya baik


baik saja disini,” kata anak lelaki itu.

Setelah berbincang-bincang lama, Ning Lisa


menanyakan apakah anak tersebut ingin tinggal
bersamanya dan mengangkatnya sebagai anak. Akbar
pun menyetujuinya dan Ning Lisa berkata kepada
pemilik pesantren tersebut.

“Pak anak asuh bapak yang bernama Akbar


bersedia untuk tinggal bersama saya. Tetapi saya juga
ingin anak perempuan yang sangat paham betul
tentang agama,” kata Ning Lisa.

Bapak pemilik pesantren pun mengenalkannya


dengan anak perempuan bernama Faizah. Ia anak
yang rajin beribadah,dan sudah hafal 30 juz al-quran.
Ning Lisa pun sangat senang dengan anak ini.

163
Saat berbincang-bincang dengan Akbar dan
Faizah,suaminya pun datang untuk menanyakan
tentang anak angkatnya yang akan menemaninya.

“Wahai istriku,apakah kau sudah menemukan


anak yang akan menemanimu saat aku pergi merantau
nanti,” tanya Ghani Maulana.

“Sudah. Ini anak lelaki bernama Akbar


suaranya saat mengaji sangat merdu,dan dia anak
yang sholeh. Ini juga ada anak perempuan cantik
bernama Faizah,ia rajin beribadah,dan hafal 30 juz
loh,hebat kan. Apakah mas bersedia untuk
menerimanya?” kata Ning Lisa yang sedang
memperkenalkan anak tersebut.

Suaminya pun setuju,dan segera


mempersiapkan rumahnya untuk tempat tinggal
Akbar dan Faizah. Karena besok adalah keberangkatan
Ghani Maulana merantau ke kota.

Sebelum ia berangkat untuk mernatau ke


kota,ia pun meminta ijin kepada istrinya. Ia juga

164
berpesan kepada istrinya,“Jika ada suatu
permasalahan,maka berceritalah kepada Faizah dan
Akbar. Mereka sudah dibekali ilmu yang cukup saat
berada di pesantren. Jangan kau pendam sendiri
masalahmu,mereka juga akan menasihati,aku sudah
berbincang-bincang dengan mereka kemarin.”

Setelah beberapa lama ditinggal suaminya


merantau ke kota. Ning Lisa sedang pergi ke pasar
untuk membeli bahan makanan. Saat perjalanan
pulang,ada seorang anak kepala desa sebelah yang
tiba-tiba lewat dan berkata, “Wah,cantik sekali gadis
ini. Kau hendak kemana gadis cantik?

Ning Lisa pun kaget karena yang memanggilnya


adalah seorang lelaki gagah dan tampan. Ning Lisa
akan diantar pulang oleh lelaki tersebut,ia pun
mengiyakan. Tetapi Ning Lisa tidak mau diantar
sampai depan rumahnya.

Setelah beberapa lama bertemu,mereka pun


saling jatuh cinta. Pertemuan mereka pun dibantu oleh

165
saudara kandung lelaki tersebut,yang diduga namanya
adalah Fasa.

Sampai pada suatu malam,Ning Lisa ingin


bertemu dengan Fasa. Ia pun berpamitan kepada
Faizah,putrinya yang berumur 15 tahun. Faizah tidak
tau jika selama ini ibunya sering bertemu orang lain
selain ayahnya. Faizah pun tidak menyetujui karena
itu melanggar perintah Allah Swt. Ning Lisa pun marah
karena pertemuannya tidak diizinkan oleh putrinya.
Faizah terus-terusan menasehati ibunya agar tidak
jadi bertemu dengan lelaki tersebut. Hingga Faizah
membentak kepada ibunya. Ibunya pun terkejut
dengan sikap Faizah yang seperti ini.

“Jangan sekali-kali kau membentak ibumu


Faizah. Dasar anak durhaka,pergilah dari rumah ini
sekarang. Janganlah kau kembali kesini anak
durhaka!” Teriak Ning Lisa sambil menyeret Faizah ke
luar rumah.

Ketika Ning Lisa hendak pergi,ia lupa belum


berpamitan dengan Akbar. Ia pun ke kamar Akbar

166
untuk berpamitan. Tetapi saat ia lihat Akbar sedang
tertidur. Tetapi sebenarnya Akbar hanya berpura-pura
tidur. Akbar pun juga mendengar percakapan Ning
Lisa dan Faizah. Ia pun mengetahui jika Faizah diusir
dari rumah. Karena melarang Ning Lisa bertemu
dengan lelaki tersebut dan membentak Ning Lisa.
Akbar tidak ingin itu terjadi pada dirinya.

“Akbar sayang,bangun. Ibu hendak pergi


bertemu dengan Paman Fasa. Apakah kamu
mengizinkan ibu pergi?” tanya Ning Lisa.

Akbar pun terbangun dari tidurnya,dan


berkata, “Oh,ibu ingin pergi. Pergilah bu. Aku tidak
kenal dengan Paman Fasa. Jadi,aku tidak tau harus
apa. Aku disini saja bu. Hati-hati di jalan. Tetapi ingat
bu,ayahku masih ayah Ghani Maulana.”

Ning Lisa pun berangkat untuk menemui Fasa


dengan hati yang gembira. Karena anaknya yang
bernama Akbar mengizinkan nya untuk pergi. Tetapi
ia bingung dengan perkataan terkahir anaknya,tetapi
ia tidak peduli. Di malam-malam berikutnya,Ning Lisa

167
selalu pergi untuk bertemu Fasa. Tetapi ketika hendak
berangkat bertemu dengan Fasa ia selalu berpamitan
kepada Akbar. Sebelum ibunya berangkat ia selalu
bercerita kisah-kisah yang ia dapat dari pesantrennya
dahulu. Hingga pada suatu saat Ning Lisa menyadari
kesalahannya. Ia pun bertobat kepada Allah Swt dan
berhenti menemui Fasa.

Saat ini Ia setia menunggu suaminya pulang


merantau dari kota. Akbar pun senang melihat
perubahan ibunya. Akbar bangga karena ia berhasil
membuat ibunya tersadar dari kesalahannya yang
melanggar aturan Allah Swt.

Sepekan kemudian,Ghani Maulana pulang dari


Kota. Ia membawa oleh-oleh banyak. Tetapi ia melihat
ada kejanggalan di dalam rumahnya.

“Dimana Faizah?” kata Ghani sambil melihat ke


sekeliling rumahnya..

Ning Lisa pun kebingungan menjawab


pertanyaan suaminya. Ia pun merasa bersalah

168
terhadap Faizah. Ia pun menceritakan masalahnya
dengan Faizah. Ia pun berniat untuk mencari Faizah
kembali,dan memintanya pulang ke rumah. Ghani
Maulana pun paham,dan sabar atas sikap istrinya saat
ia merantau ke kota. Ghani Maulana juga senang
karena anaknya yang bernama Akbar berhasil
menyadarkan kesalahan istrinya.

169
Namaku Kirana Fredella, umurku baru 15
tahun, aku menduduki bangku kelas 10 di SMAN 8
Jakarta, bisa dibilang salah satu SMA ternama di kota
ini. Sejak kecil, aku sudah bermimpi untuk bersekolah
di luar negeri. 2 Bulan yang lalu terdapat tes untuk
mengseleksi 5 siswa sebagai perwakilan sekolah
untuk melakukan student exchange ke London dan
tentunya aku sangat bertekad untuk mengikutinya,
berbeda dengan kedua sahabatku, Freya dan Neysha
yang hanya iseng mengikuti tes ini.

Katanya hari ini sekolah akan mengumumkan


siapa yang mendapat student exchange tersebut. Saat
bel istirahat berbunyi, aku dan kedua sahabat ku
bergegas untuk kedepan ruang guru untuk mengecek
pengumumannya. Ketika sampai disana, ternyata
papan pengumuman sudah ramai karena siswa-siswa

170
yang juga kepo dengan hasil tes tersebut. Aku dan
kedua sahabatku pun mencoba masuk kedalam
gerombolan untuk melihat lebih jelas hasil tes nya.

“Permisi artis mau lewat.” Kata Neysha


bercanda, dia memang sedikit receh, tapi itu salah satu
sifat yang menarik dari nya. Setelah menyalip orang-
orang, kita bertiga pun berhasil berada di depan papan
pengumuman tersebut. Aku terlalu terburu-buru
kesini hingga meninggalkan kacamataku diatas meja,
sehingga aku harus menyipitkan kedua mataku untuk
melihat hasil tersebut. Ya, tertulis dengan jelas “Kirana
Fredella” di kertas tersebut, lalu aku menatap kedua
sahabatku yang sepertinya juga sudah menyadari
terdapat namaku disana. Kita bertiga pun berteriak
dengan cukup keras sehingga membuat beberapa
orang menoleh, agak memalukan.

“Kirana selamat! Lo diterima student exchange


ke London!” Kata Freya.

“Selamat terkabul impian lo dari dulu!” Sahut


Neysha.

171
“Tapi gw kok nggak diterima sih...,” kata Freya
sambil memasang raut wajah sedih.

“Yah lo mah nggak sepinter kirana, apalagi lo


ngerjainnya nggak niat,” celetuk Freya

“Iya juga sih,” kata Neysha

Kirana hanya geleng-geleng sambil sedikit


tertawa mendengar percakapan kedua temannya itu.

“Oiya ran, lo nggak bilang Evan kalo keterima


student exchange?” Kata Freya tiba-tiba.

“Iya mungkin nanti pulang sekolah gw bilang


sama dia,” menjawab pertanyaan dari Freya tersebut.

“Aduh kasiannya habis ini LDR-an,” Kata


Neysha sambil memasang raut wajah sedih yang
dibuat-buat.

“Biasa aja kalii,” jawab ku. Lalu ditengah


perbincangan, bel masuk pelajaran berbunyi aku dan
kedua sahabatku pun langsung bergegas kembali ke
kelas.

172
***

elajaran terakhir adalah Geografi, pelajaran


yang lumayan sulit menurutku, namun aku hanya
melamun sambil melihat keluar jendela. Lalu bel
pulang sekolah pun berbunyi dan memecah
lamunanku. Aku pun segera merapikan barang-barang
dimeja ku dan menaruhnya kedalam tas. Freya dan
Neysha pun menghampiriku.

“Ran, gw sama Neysha duluan ya, eskul musik


kumpul nih.” ujar Freya.

“Okeoke kumpul aja sana,” Jawabku.

“Lo kok murung gitu sih? Gaapa nih keluar


kelas sendiri?” Kata Neysha sambil melihat kearahku
yang sepertinya menyadari raut wajahku yang sedih.

“Yaelah santai aja kali, emangnya gw anak kecil


harus ditemenin kemana-mana?” jawabku sambil
menggenakan tas punggung ku.

“Oke siap kak,” Jawab Neysha bercanda.

173
“Lo pulang bareng Evan kan Ran? Kita salam
buat dia ya, jangan lupa bilang kalo lo keterima
student exchange, oke udah telat nih, kita pergi dulu
bye-bye!” Ujar Freya yang mengatakan hal tersebut
sambil berlari keluar kelas.

“Bye-bye Ran!” Kata Neysha yang langsung ikut


berlari dibelakang Freya.

Setelah dua orang itu pergi pun aku berjalan


keluar kelas dan menuju parkiran motor lalu aku
melihat seorang laki-laki yang duduk diatas motornya
dan bermain HP, badan nya tidak terlalu tinggi,
berkulit putih, rambutnya hitam pekat dan berjambul,
dan berparas tampan. Dia Evan, pacarku, kita sudah
berpacaran sejak awal masuk SMA.

“Haloo,” Kataku untuk mengalihkan


perhatiannya dari HP nya.

“Loh Ran kapan lo dateng?” Jawab Ran sambil


menoleh kearah ku.

“Barusan kok, sorry, udah nungguin lama ya?”

174
“Enggak kok gw juga barusan.”

“Oiya Van, gw keterima student exchange loh!”


Aku yang memberitahu dengan penuh semangat

“Serius? Selamat Ran gw ikut seneng impian lo


terkabul!” Evan langsung berdiri dari posisi awal ia
duduk di motor dan memeluk Kinara.

“Iya hehe.”

“Oiya ini udah sore nih, ngobrol nya lanjut


nanti, gw anterin pulang ya?”

Setelah sampai dirumahku, kita masih


berbincang-bincang didepan rumah.

“Eh van, tapi lo nggak sedih nih aku student


exchange?”

“Lah ngapain sedih?” Jawab Evan bingung.

“Nggak ketemu gw 6 bulan.” Kataku sambil


tertawa.

175
“Yaah kalo itu sedih sih, tapi kan kita masih
bisa chatan” Jawab Evan optimis.

“Pasti dong”

“Oiya lo berangkat ke London kelas 11 kan?”

“Iya, oiya nggak mau masuk dulu kerumah


van?” Tanyaku

“Nggak deh, gw masih harus ngurus buat acara


minggu depan disekolah, salam buat mama papa lo ya,
Bye!”

“Bye!” Jawabku sambil melambaikan tangan


kepada Evan yang mulai pergi menjauh dengan
motornya, Evan adalah salah satu anggota osis, jadi
bisa dibilang dia orang yang sibuk dan kita jarang
menghabiskan waktu berdua. Belum lagi karena paras
nya, dia memiliki banyak fans dan beberapa nekat
mendekati nya yang kadang membuat ku sebal.

***

176
Hari ini, Minggu, 13 Januari 2019, aku akan
berangkat ke London. Aku hanya bersekolah selama 1
minggu setelah itu aku langsung berangkat ke London
dan kembali 6 bulan lagi tepatnya saat semester 2
dimulai. Aku diantarkan oleh kedua orang tuaku untuk
pergi ke bandara. Sampai nya disana aku melihat 4
siswa lainnya yang juga perserta student exchange ini.

Setelah turun dari mobil, papa menurunkan 2


koper besar yang akan kubawa nantinya. Aku
langsung berpelukan dengan kedua orang tua ku.

“Rumah bakal sepi nih,” Kata mama dengan


memasang raut wajah sedih.

“Cuma 6 bulan kok maaa,” Kataku sambil


mencium pipi mamaku.

“Jaga diri baik-baik ya disana.”

“Iyaa pa” Aku pun salim kepada kedua orang


tuaku dan menggeret koperku ke arah peserta 4 siswa
dan 2 orang guru yang akan mengurus
pemberangkatan kita. Kita berangkat tanpa guru,

177
namun sampai di London kita akan langsung dijemput
dan diantar ke asrama kita tinggal nanti.

Tiket dan koper semua diurus oleh guru aku


dan 4 peserta lainnya hanya duduk menunggu. Lalu
Neysha, Freya, dan Evan datang menghampiri.

“Raaannn, bakal sepi banget gaada lo!” Kata


Neysha.

“Iya Ran bakal sepi banget nih huhu,” Kata


Freya sambil menahan air mata.

“Iyaa gw juga bakal kangen kalian berdua


huhu,” Sambil memeluk kedua sahabatnya itu.

“Ran, jaga diri baik-baik ya, jangan sampe


naksir bule!” kata Evan bercanda.

“Lo juga jangan sampe lirik sana-sini pas gw


gak ada yaa” Balasku dengan bercanda juga.

“Oiya gw ada hadiah kecil, ini gelang couple,


kamu yang warna putih, aku yang warna hitam, tapi di
gelang nya ada 1 manik warna yang ketuker gitu, jadi

178
you’ll bring a piece of me wherever you go, gimana?
Udah so sweet gak gw?”

“Yaelah pake sok inggris segala,” Kata Neysha


yang memperhatikan kita berdua.

“Van makasii,” kataku sambil memeluk evan.

“Sama-sama Ran,” Sambil membalas


pelukanku.

“Oiya ini udah disuruh masuk, gw pergi dulu ya,


sampai ketemu 6 bulan lagi!” Kataku seraya pergi
meningalkan kedua temanku dan pacarku, setelah
masuk aku menunggu boarding di airport lounge, aku
meminum secangkir teh hangat sambil tersenyum geli
mengingat perkataan Evan yang agak cheesy.

***

(Evan POV)

Sudah 2 bulan sejak Kirana berangkat ke


London, ternyata LDR itu lebih sulit dari yang kukira.
Kita jarang mengabari satu sama lain karena

179
perbedaan waktu yang cukup signifikan antara Jakarta
dan London yaitu 6 jam. “Masih ada 4 bulan lagi
sampai dia kembali hmm,” gumamku sambil mencari
kunci motor di dalam tas karena aku ingin segera
pulang. Lalu tiba-tiba aku mendengar suara orang
terjatuh, ternyata ada anak perempuan yang terjatuh
tidak terlalu jauh dari tempat ku berdiri, aku pun
menghampirinya.

“Kamu nggak papa?” tanyaku dengan raut


wajah cemas.

“Eh Kak Evan? Iya nggak papa kak, kaki ku


hanya sedikit tergelincir,” Jawabnya.

“Wah kalo jam segini UKS pasti udah tutup,


kamu bisa pulang sendiri?”

“Bisa kok sepertinya,” Ia pun mencoba berdiri


dan berjalan kearah motornya namun ia terjatuh lagi.

180
“Emm sepertinya kamu nggak bisa pulang, mau
aku anterin?”

“Eh beneran kak?”

“Iya nggak papa, kuanterin aja.”

Sebagai kakak kelas yang baik, aku hanya


menawarkan mengantarkannya atas rasa simpati,
tentunya aku tidak mengantarkan nya karena alasan
lainnya. Aku pun mengantarkannya pulang dan
ternyata rumahnya satu jalan dengan rumahku,
sesampai dirumahnya ia langsung turun.

“Terimakasih kak, kalo nggak ada kakak aku


pasti nggak bisa pulang hehe,” katanya.

“Sama-sama, senang bisa bantu kamu,”


Jawabku.

Dia pun berjalan masuk kearah rumahnya dan


tiba-tiba ia bilang,

“Oiya kak, namaku Friska, Friska Adelia dari X-


B!” teriak Friska.

181
Aku pun menyalakan kembali motorku dan
melanjutkan perjalanan untuk pulang kerumah.
“Friska ya? Hmm manis juga dia,” Gumamku. “Eh?”

***

(Neysha POV)

“Frey, lo sadar gak sih belakangan ini Evan


deket banget sama adik kelas, Friska kalo nggak salah
namanya.” Kataku sambil melihati Evan dan Friska
yang sedang duduk di salah satu meja di kantin dan
berbincang-bincang.

“Mereka juga sering pulang bareng,”

“Berani-beraninya dia mentang-mentang


ditinggal Kirana student exchange,”

“Nanti coba kita samperin Evan yuk,”

“Oke,” Jawabku singkat. Aku dan Freya pun


memutuskan pulang sekolah untuk menemui Evan,
kita berjalan kearah parkiran motor dimana Evan
biasanya berada.

182
“Van lo sekarang deket sama Friska?” Kataku
langsung to the point.

“Iya cuma temenan aja sih,” Jawab Evan.

“Yakin temenan? Setiap istirahat berdua,


pulang mesti dianterin?” Sahut Freya.

“Van lo sendiri yang bilang perkataan cheesy lo,


‘you’ll bring a piece of me wherever you go’, nah
sekarang buktinya apa? Masa ditinggal 6 bulan aja lo
langsung deket sama cewek lain?” Kataku lagi.

Evan hanya terdiam, dia speechless mungkin.


Aku dan Freya pun pergi meninggalkan Evan sendiri.
“Semoga dia sadar,” gumamku.

***

(Evan POV)

Aku masih terdiam, setelah perkataan Neysha


dan Freya, mereka benar. Aku cuma bosan karena

183
tidak ada Kirana sehingga aku mendekati cewek lain.
“Cowok macam apa aku ini?” gumamku, setelah itu
aku menyalakan mesin motorku dan bersiap-siap
pulang lalu tiba-tiba Friska datang.

“Kak, udah nungguin dari tadi ya?” Katanya.

“Eh, sorry, mulai hari ini dan seterus nya lo


pulang sendiri ya,”

“Eh?”

“Sorry banget, ini kesalahan, searusnya kita


nggak usah deket dari awal,” Aku menatap Friska yang
sepertinya dia bingung dengan maksud perkataanku.

“Sorry gw masih suka sama Kirana.” Kataku


lagi, setelah itu aku langsung pulang meninggalkan
Friska yang masih berdiri disana.

184
Pada abad ke 20 yang lalu, disekitar daerah
Pulau Sempu hiduplah dua orang suami istri yang
miskin bernama Apollo dan Siti. Diceritakan bahwa
mereka telah menikah selama 35 tahun, namun belum
dikaruniai anak. Mereka terus berdoa agar dikaruniai
anak.

“Cobaan ataukah azab ini, yang telah Allah


berikan kepada kami kanda?”, Ujar Siti kepada
suaminya tersebut.

“Kita diberi cobaan, apakah kita senantiasa


memaki Tuhan, atau tetap bersabar dan berdoa
kepada-Nya”, jawab Apollo. Setiap hari mereka selalu
berdoa kepada Allah SWT, hingga akhirnya berkat ke
sabarannya, mereka di karuniai anak yang gagah.

185
“Apa nama yang sepatutnya kita beri kepada
buah hati kita ini?” Siti bertanya.

“Bagaimana jika Alex, nama yang cukup


modern untuk jam.....” Jawabnya.

Dengan cepat dan bernada tinggi Siti langsung


memotong pembicaraan Apollo, “Jangan nama itu, aku
ingin beri nama Markucel soalnya nama tersebut lebih
lucu dan kedaerahan Jawa”. Akhirnya Apollo pun
setuju dengan nama tersebut karena keinginan Istri
nya tersebut.

Karena Markucel hanya anak tunggal dari


Apollo dan Siti, dia dirawat dengan baik dan dan didik
banyak hal. Saat menginjak umur 4 tahun, Markucel
telah diajar mengaji dan sembahyang.

Suatu Saat Markucel bertanya kepada ayahnya.


“Apa sih manfaatnya ngaji dan sembahyang yah?”.

Apollo dengan ketenangannya menjawab,”


Sembahyang dan ngaji itu untuk bekal mu menuju
alam berikutnya, setelah kamu meninggalkan dunia

186
ini. Selain belajar untuk agamanya, Markucel Juga
dilatih beladiri dan berlayar mencari ikan dilaut.

Suatu saat Apollo mengtakan kepada


Markucel,” Semua yang ayah ajarkan ini untuk
bekalmu nak, saat kau sudah tidak ditemani oleh
orang tuamu lagi”.

“Emang Ayah akan meninggalkanku begitu


saja?” Jawab Markucel.

Sontak Apollo menjawab, “ Ayah sudah pernah


mengatakan sesuatu kepadamu, kalau suatu saat
orang pasti akan meninggalkan dunia ini, makanya
kamu harus berbekal agama untuk sukses menuju
tempat yang jauh lebih bagus dari dunia ini. Agama
mengajarkan untuk percaya kepada pencipta dunia
dan langit ini, ketika kamu sudah mati, kamu akan
bertemu kepada tuhanmu, yang meciptakan dunia ini
yaitu Allah, Kamu akan diminta pertanggung jawabkan

187
apa yang telah kamu lakukan di dunia ini, maka kamu
harus melakukan hal yang baik-baik”.

Ketika Markucel berumur 11 tahun, Ibunya


meninggal dunia karena sakit. Hal tersebut membuat
Markucel semakin paham tentang meninggalkan
dunia. Dengan hal itu ia semakin taat untuk berdoa
kepada tuhannya. Ia juga punya keinginan suatu saat
dia memiliki uang, ia akan naik haji.

Ketika Markucel berumur 25 tahun, dia hidup


sendiri karena orang tua nya meninggal dunia.
Akhirnya Markucel merantau ke Pulau Jawa untuk
bertahan hidup. Di sana, Ia bekerja sebagai nelayan
harian dan menjualnya ke pantai Pulau Jawa. Hingga
suatu saat ia memiliki majikan yang baik hati, yang
menugaskan Markucel untuk berlayar.

“Apa yang harus saya lakukan pak, untuk


mendapat upah dari bapak?”,tanya Markucel.

188
Lantas majikannya menjawab, “Kamu cukup
mendapat ikan 5 kg setiap malam, maka kamu akan
mendapat makan sepanjang hari dan uang pesangon
untuk kebutuhanmu lainnya.”

Merasa hal tersebut lebih mudah dilakukan, ia


semakin giat untuk menyeleaikan tugas tersebut. 6
tahun bekerja bersama majikannya, Markucel
akhirnya telah memiliki cukup uang untuk mencari
pekerjaan yang lebih layak. Ia menjadi majikan bagi
nelayan lainnya. Ia juga mencari untung dari hasil
nelayan.

Hingga akhirnya ia menemukan wanita


pujaanya yaitu Markonah. Markonah berasal dari desa
dekat pantai, yang disebut desa Sipelot. 6 bulan kenal,
mereka akhirnya menikah.

“Apa yang kamu inginkan setelah menikah


denganku?”, Tanya Markucel kepada Markonah.

189
“Aku hanya ingin setia kepadamu dan
mengikuti perintah baikmu.” Ujar Markonah.

Setelah setahun menikah, Markucel pergi


merantau ke luar negeri untuk mencari pekerjaan
yang layak untuk kehidupan keluarga kecilnya, karena
dengan 2 orang, jika hanya menjadi nelayan, maka
tidak mencukupi kebutuhan sehari hari.

Markucel berjanji kepada istrinya, “Ketika aku


kembali kesini, akan aku beri kau sebuah rumah”.

“Hati-hati selama perantauanmu kakanda, aku


tidak berharap lebih kepadamu, aku hanya ingin kamu
selamat”, ujar Markonah.

Suatu kala, anak seorang kades sedang


memantau keadaan desa Markonah. Markonah pun
jatuh cinta kepada anak kades tersebut.

190
Hingga suatu saat Markonah mengajak
berkencan bersama. “Hai kau anak kades, bisakah aku
makan malam bersamamu?”

Lantas anak kades itu menjawab, “Kau wanita


yang cantik, tentu saja boleh, bahkan aku bersedia
membayar biaya makan. Apakah kau memiliki suami,
kemana suami mu?”

Markonah sedikit bimbang menjawab


pertanyaan itu. Jika ia menjawab memiliki, maka ia
kehilangan kesempatan berkencan karena selama ini
dia tidak ada yang menemani. Akhirnya ia melanggar
janji nya. Ia mengatakan,”aku tidak memiliki suami,
maka bisa saja kita makan malam.”

Saat akan berkencan, ada tetangganya bernama


Srintil yang sedikit berteriak seraya memanggil
Markonah,”Hai mbak, apakah kamu lupa akan
suamimu?”.

“Apa urusan anda menanyakan hal itu?”, jawab


Markonah.

191
Apa daya Srintil yang malah dibalik dimarahi
oleh Markonah bahkan diancam untuk dilaporkan
polisi karena Markonah menganggap itu sebuah hina-
an kepadanya. Srintil memilih untuk diam dengan hal
itu. Akhirnya, Markonah telah berhasil berkencan.

Seminggu setelahnya, Markonah berniat untuk


berkencan kembali dengan anak kades tersebut. Tentu
saja anak kades itu pun tidak menolak ajakan wanita
cantik. Markonah menjadi senang kepada anak kades
tersebut karena perekonomian nya yang bagus.
Kemudian seorang hansip bernama Srontol berniat
untuk menghalangi niat buruk Markonah.

“Wahai istri Pak Markucel, bisakah kita


berbicara sebentar?”, ujar Srontol.

“Ada apa, apa yang anda inginkan dari saya?”


jawab Markonah

Sontak Srontol bercerita kepada nya, “Apakah


anda tidak tahu apa dampaknya jika anda telah
menikah, tetapi bebas berkeliaran bersama lelaki lain?

192
Bagaimana jika suami mu tahu anda seperti ini? Tentu
hal itu membuat suamimu sakit hati, depresi, bahkan
bisa meceraikan mu. Apakah anda tidak merasakan
hal itu?”

“Apa urusan anda menanyakan hal itu? Anda


sama saja dengan tetangga sebelah rumah saya, suka
mengurusi orang lain.” jawaban simple Markonah
yang dilontarkannya kepada Srontol.

“Apakah anda tak tau bahwa siksa Tuhan


sangatlah pedih, Allah tidak menyukai istri yang
mengkhianati suaminya, Allah mengharamkan untuk
selingkuh, dan Allah melarang untuk berzina. Berapa
dosa yang telah kau perbuat untuk hal ini saja?”,
ceramah Srontol.

Menyadari kesalahannya, akhirnya Markonah


bertaubat. Sebulan setelah kejadian tersebut,
Markucel menjemput Markonah untuk diajak ke Rusia.

193
“Ini Rumah untukmu, Aku telah berjanji ketika
aku kembali maka aku akan membelikanmu sebuah
rumah. Kini aku telah memiliki saham pada industri
olahan ikan disini. Aku harap kamu suka dengan apa
yang telah aku punya.”, kata Markucel kepada istrinya.

“Aku menyukai ini semua.”, singkat Markonah.

Hingga akhirnya mereka hidup bahagia sampai


ajal menjemput.

194
Suatu hari di sebuah perkotaan lebih tepatnya
kota jakarta yang mana perkotaan itu ialah perkotaan
yang gemerlap dan fancy yang menyebabkan
maraknya pergaulan bebas dimana-mana yang
diceritakan terdapat satu kalangan anak muda yang
beranggotakan anak anak dari kalangan atas yang
kerjanya hanya menghabiskan duit orang tua
mereka.Itulah geng Frick yang dimana terdapat enam
anggota yaitu Milea, Dilan, Nandan, Wati, Anhar, dan
Rani.

Mereka berenam sudah bersahabat dari kecil


dikarenakan orang tua mereka yang memiliki proyek
kerja yang sama, tetapi tidak terkecuali untuk Milea
dan Dilan, mereka berdua memang sahabat sekaligus
kekasih. Mereka memang sudah lama menjalin sebuah
hubungan tetapi kesetiaan dari mereka berdua masih

195
perlu dipertimbangkan. Terkadang Dilan suka sekali
pergi ke club untuk berdansa dan berfoya-foya dengan
perempuan-perempuan lain tanpa Milea ketahui. Tapi
memang dasarnya keduanya memang tidak setia Milea
pun juga seringkali melakukan hal bodoh seperti
terlalu mengumbar aurat di manapun tapi hal itu
sudah banyak yang mengetahui, milea juga seringkali
pergi ke bar untuk bermain bersama pria pria kaya.

Tetapi dilan dan milea masihlah menjalin


hubungan walaupun melakukan hal senonoh seperti
itu. Suatu hari Dilan menyuruh teman teman nya
untuk berkumpul di sebuah cafe mewah.

"Makasiii ya guys udah mau dateng ntar gue


bayarin deh hehe", Nandan pun terheran heran

"Wih kenapa lo tumben banget kaya gini lo mau


sesuatu kan ya pasti", Dilan pun mengelaknya sambil
tertawa tawa.

196
"Hahaha kali aja gue mau sesuatu jadii tujuan
gue ngumpulin kalian semua disini tuu karena ada
sesuatu yang pengen gue sampe-in guys.

Semua pun mulai serius pandangannya. Milea


pun langsung berinisiatif bertanya, "Eh ada apa loh,
kamu belum bicara apa apa ke aku perasaan."

Dilan pun menjawab, "Iya sayang ini aku mau


bilang biar semua pada tau"

Dilan pun menjawab perkataan nya, "Jadi guys


gue mau bilang kalo sebenernya besok itu gue harus
segera berangkat ke london buat kuliah dan
ngelanjutin proyek bokap gue yang ada disana"

Semua pun terkaget dan langsung bilang


"APA!!??".

Dilan tertawa sedikit dan berkata "Maaff ya


sayang, temen temen gue bilang nya mendadak
banget".

197
Wati pun bertanya dengan raut kaget dan
kecewa, "Lo kok mendadak banget sii Lan"

"Tapi tenang aja gue gabakal lama di London,


mungkin sekitar 1,5 tahun doang", Dilan pun
menenangkan

"Sama aja! Kamu mendadak banget bilang nyaa


Dilann kita masi belum siap kamu tinggalin" Milea
berkata sambil memasang raut wajah sedih.

"Maaf yaa biar surprise aja sii lah kok kalian


jadi sedihh gini" Dilan pun menambahkan.

Dilan meminta milea untuk duduk berdua saja


di ruang tertutup meninggalkan keempat temannya.

"Milea kamu bisa nungguin aku kan selama 1,5


tahun itu jangan nakal ya, jangan aneh aneh aku gak
lama kok kita masih bisa kontak kontak an kann?",
Dilan menenangkan Milea.

Milea pun menjawab dengan raut wajah sedih,


"Iya dilan, sukses ya".

198
Akhirnya berangkatlah dilan ke London. Esok
harinya, hari demi hari mereka jalani seperti biasa tapi
tidak untuk Milea, Milea sangatlah kesepian tidak ada
lagi yang memperhatikan dia.

Tapi pada suatu ketika saat mereka berlima


Nandan, Wati, Milea, Anhar, dan Rani sedang di sebuah
cafe Anhar merasa kasihan kepada Milea yang setiap
harinya sedih terus menerus akhirnya di hiburlah
Milea oleh Nandan. Tetapi semakin lama Nandan
seperti memiliki rasa untuk Milea walaupun Nandan
sudah tau Milea kekasih Dilan tetapi tetap saja dia
memiliki rasa itu, tapi lama kelamaan Milea pun juga
memiliki rasa yang sama, dekatlah mereka tidak hanya
sebagai sahabat melainkan lebih dari itu. Mengetahui
hal tersebut ketiiga sahabatnya memutuskan
berkumpul untuk membicarakan hal ini. Pembicaraan
dimulai oleh Rani.

"Gimana nih guys kita gaboleh biarin Nandan


sama Milea pacaran, sama aja kita gabisa jagain Milea
buat dilan kan?"

199
Anhar menanggapi "Gimana ya enak nya?
Menurut kalian gimana?"

Wati pun langsung menjawab, "Oh gue tauu,


gimana kalo lo langsung aja bilang atau nasehatin
Nandan, menurut kalian gimana? "

Rani menjawab "Boleh si boleh gimana har?"

Anhar menjawab "Okee gue coba ya”.

Keesokan harinya di waktu luang Anhar pergi


kerumah Nandan untuk tujuan menasehati nya. Pada
saat itu Anhar mengajak Nandan untuk bermain ps
terlebih dahulu agar mengawali nya dengan basa basi
terlebih dahulu. Saat ditengah tengah bermain ps tiba
tiba anhar membuka pembicaraan.

"Lo ada apa sama milea?"

Nandan menjawab, "gue? Kelihatan nya gimana


deh menurut lo?"

Anhar menjawab, "Nan, jangan kaya gitu lah


Milea tu punya Dilan, Dilan Nann temen kita dari

200
kecill, masa lo tega si ngambil Milea dari Dilan, kita
temen Nan! "

Seketika Nandan membanting stick ps nya dan


berteriak, "Gue bener bener gak ngurus dia punya
Dilan atau gimana yang terpenting dia nyaman sama
gue kan?”

Anhar pun hanya bisa diam dan


menggelengkan kepala dengan tatapan kecewa dia
bilang

"Gue gak tau lagi harus bilang apa ke lo, baru


pertama kali ini lo bentak gue Nan, gue gak tau lagi
sama lo".

Seketika Nandan berdiri dan menyuruh Anhar


untuk keluar dari rumah nya, "Sekarang lo pergi dari
sini dan gue udah ga kenal lo siapa sekarang Har".

Anhar pun keluar dengan memendam amarah


kepada Nandan.

201
Keesokan harinya Anhar menyeritakan semua
nya kepada Wati dan Rani. Wati dan Rani pun
berambisi untuk memisahkan Nandan dan Milea
dengan cara apapun akhirnya Wati dan Rani
berinisiatif dengan cara menasehati tapi tidak dengan
cara yang langsung tetapi dengan cara yang pelan
pelan seperti mengingatkan kepada Milea tentang
kenangannya yang lama selama bersama Dilan.

Sehingga keesokan harinya Rani dan Wati


berkunjung ke rumah Milea dengan maksud bermain
dan bersantai bersama Milea sekaligus menasehatinya
secara perlahan.

(suatu hari di kamar Milea)

Rani berkata "Milea kamu gak kangen sama


Dilan?"

202
Milea menjawab, "Hmm....sedikit si, kenapa
emangnya?"

Wati langsung memotong pembicaraan dan


berkata, "Aku jadi kangen sama Milea dan Dilan saat
mereka bersama hem sedih"

Sontak Rani "Iya, saat Dilan dan Milea bersama


itu aku berasa ga sepi, kalo diingat ingat jadi sedih
sendiri".

Mendengar perkataan Wati dan Rani, Milea


merasa kepikiran terus menerus terhadap Dilan
selama beberapa hari. Seminggu selanjutnya Wati dan
Rani pun melanjutkan tak tik mereka agar membuat
Milea mengingat Dilan lagi. Lambat laun hubungan
Nandan dan Milea pun juga ikut tidak membaik. Wati
dan Rani pun sudah memisahkan diri mereka
terhadap Nandan yang begitu kasar.

Setelah 8 bulan selanjutnya Wati, Rani, Milea,


dan Anhar menjalani hari tanpa adanya Nandan, dan

203
Dilan pun pulang untuk menemui teman teman nya.
Milea pun begitu senang.

Wati dan Rani pun bercerita seusai Dilan


pulang tentang pertengkaran mereka berempat
dengan Nandan, Dilan pun tidak segan segan menemui
Nandan dan meminta Nandan untuk kembali bersama
sahabatnya yang dulu, setelah menjalani kurang lebih
6 bulan mereka kembali akrab seperti dulu lagi dan
hidup bahagia.

204
Hari itu tanggal 7 April, hari lahir Ahmad. Ia
merayakan hari ulang tahunnya yang ke-17 sendirian
di rumah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Ahmad hanya tinggal bersama kakeknya yang pastinya
sudah berusia tua. Ia memiliki pekerjaan sampingan
berupa pesuruh di suatu rumah makan. Ia tidak bisa
terus bergantung kepada kakeknya yang sudah
berusia lanjut dan hanya bekerja sebagai buruh
dengan upah yang hanya secukupnya. Jadi wajar saja
apabila ulang tahunnya tidak pernah dirayakan. Lagi
pula dia juga tidak pernah menuntut siapa pun untuk
merayakannya.

Sepulangnya dari bekerja, lelah seperti


biasanya, Ahmad merebahkan tubuhnya di atas kasur
di kamarnya. Rasa lelah, sedih, dan sepi yang dia
rasakan mulai merasuki dirinya. Di tengah

205
keresahannya, sang kakek masuk ke kamarnya. Ia
membawa sebuah kotak yang cukup besar yang ia
sembunyikan di balik badannya. Ahmad sudah
merasakan hatinya berdebar-debar. Dengan rasa ingin
tahu yang tinggi, ia berjalan mendekati kakeknya.

“Maaf selama ini kakek tidak pernah


memberimu hadiah. Setiap tahun kakek menabung
untuk masa depanmu. Tahun ini kakek rasa kamu
sudah siap membantu dirimu sendiri. Kakek tidak
akan selalu berada di sampingmu selamanya. Hadiah
ini kakek berikan kepadamu untuk kamu jaga dengan
baik, dia akan menemanimu selama kakek pergi.” Kata
kakek kepada Ahmad

Sejujurnya Ahmad bingung apa maksud


perkataan kakek dan hal tersebut menambah rasa
ingin tahu Ahmad. Tiba-tiba ia dengar suara yang
cukup mengejutkan dari kotak tersebut. Ia mengintip
dari ujung matanya. Kotak tersebut dibalut dengan
kain berwarna ungu tua. Namun ia dapat melihat

206
dengan jelas bahwa kotak tersebut bergetar-getar
seperti ada makhluk hidup di dalamnya.

“Seekor anjing!” Ucap Ahmad tiba-tiba. Sang


kakek hanya tersenyum melihat Ahmad yang dengan
senang melepaskan kain dari kotak tersebut.

“Kakek ingin kamu menjaga anjing itu. Kakek


yakin dia akan membantumu di waktu sulitmu. Kalian
harus saling menjaga satu sama lain.” Kata sang kakek
kepada Ahmad yang sedang bermain dengan anjing
barunya.

Pagi hari Ahmad terbangun dan menuju


kandang Nova, nama anjing barunya. Ia memberi Nova
makan dan mengelus-elus bulunya. Ia perhatikan Nova
bukanlah anjing mahal. Bulunya saja kotor dan kusut.
Kukunya panjang dan kotor. Aromanya juga tidaklah
harum. Tapi Ahmad tidak keberatan. Ia sudah berjanji
akan merawat Nova sebagai anjing dan tema barunya.

Beranjak dari kandang Nova, Ahmad berjalan


menuju ruang makan. Ia tidak melihat kakek sejak

207
pagi. Pikirnya kakek sudah berangkat kerja. Ia
mengenang waktu-waktu yang dia habiskan bersama
kakeknya, dan betapa bersyukurnya dia memiliki
sosok kakek yang sangat mencintainya. Ia teringat
pesan kakek yang selalu diberikan kepadanya.

“Jika nanti kamu sudah sukses, jangan lupakan


kami. Ingatlah kami yang selalu berjuang bersamamu
melalui rintangan dalam prosesmu menuju
kesuksesan. Selalu hargai apa yang telah bersamamu
dan janganlah kamu mengingkari janjimu karena
kakek tahu kamu akan menjadi orang yang sukses.”

Ahmad selalu tersenyum mendengarnya. Ia


menghela napas dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Dia
akan belajar dengan giat dan dia akan bekerja dengan
keras karena dia tidak ingin mengecewakan dirinya
dan kakeknya. Dia berjanji akan menjadi sosok yang
sukses.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi


tahun telah berlalu. Hari ini adalah hari ulang tahun
Ahmad yang ke-27. Sore hari dia pulang dari kantor di

208
tempat ia bekerja. Di rumah ia disambut oleh istri
cantiknya yang menggendong putri mungilnya yang
baru berusia 8 bulan dan Nova, anjing yang sudah
dirawatnya selama 10 tahun.

Setelah makan malam untuk merayakan hari


ulang tahun Ahmad, dia terduduk diam di atas sofa
depan TV di ruang keluarganya. Dengan istrinya yang
tertidur di sampingnya dan putrinya yang sudah
tertidur pulas di keranjang bayi. Dia melihat ke arah
Nova. Nova tidak lagi muda dan aktif. Sekarang Nova
adalah anjing tua yang bahkan kesulitan untuk
berjalan dan mengunyah makanan.

Dia mengingat lagi masa lalunya yang lalui


bersama Nova. Ketika kakeknya meninggalkannya
untuk selamanya, hanya Nova lah yang bertahan
bersamanya. Nova selalu menghiburnya dengan
caranya sendiri. Meskipun Nova tidak sebegitu
terawat seperti anjing-anjing lainnya, Nova tidak
pernah meninggalkan Ahmad. Namun itu semua
terjadi saat Ahmad masih miskin dan serba

209
kekurangan. Kini Ahmad sudah menjadi orang yang
sukses. Membeli anjing berharga 5 kali lipat dari harga
Nova adalah hal yang sangat kecil bagi Ahmad.

Tiba-tiba terlintas pemikiran untuk menjual


Nova di pikiran Ahmad. Ia ingin membeli anjing yang
jauh lebih muda, lincah, dan mahal daripada Nova.
Nova sudah tidak lagi berguna. Yang ia lakukan hanya
tidur dan makan dan menjadi beban. Akhirnya Ahmad
memberikan Nova ke toko hewan. Esok harinya
Ahmad memberi tahu istrinya bahwa ia telah
meletakkan Nova di toko hewan. Istrinya terkejut
namun hanya terdiam. Ahmad tahu bahwa jika
istrinya berbicara maka ia pasti akan mengungkit
waktu-waktu susah yang Ahmad alami bersama Nova.
Namun Ahmad juga tahu bahwa istrinya diam karena
Ahmad sudah tidak peduli lagi tentang jasa Nova
kepadanya.

Malamnya Ahmad tertidur pulas. Dalam


tidurnya ia bermimpi. Sosok yang menyerupai
kakeknya datang menghampirinya. Rasanya ia seperti

210
disihir oleh sosok itu. Ia bermimpi bahwa ia tersihir
kembali menjadi sosok Ahmad 20 tahun yang lalu.
Waktu di mana ia berusaha keras untuk bertahan
hidup melawan rasa kesepian dan kelelahannya. Lalu
ia kembali merasakan sulitnya dan kerasnya masa
remajanya. Lalu sosok sang kakek muncul dan
menceritakan 100 cerita yang mengingatkan Ahmad
tentang janjinya untuk selalu merawat Nova. Mimpi
itu terasa sangat nyata. Ahmad terbangun dan
menangisi keputusannya. Mimpi yang terasa seperti
akan berlangsung selamanya akhirnya berakhir dan
menyadarkannya.

Pagi hari Ahmad mengajak istrinya dan


putrinya ke toko hewan. Istrinya mengira bahwa
Ahmad akan membeli anjing baru yang jauh lebih
cantik dari Nova. Namun ternyata Ahmad meminta
Nova kembali. Istrinya merasa lega namun juga
bertanya-tanya. Ahmad menjelaskan tentang
mimpinya semalam dan mengapa ia berubah pikiran.
Istrinya turut bahagia atas perubahan Ahmad. Lalu
Ahmad berjalan menunjuk kandang seekor anak

211
anjing. Ia bilang bahwa ia akan membelinya untuk
menemani putrinya tumbuh besar dan agar putrinya
dapat merasakan pelajaran yang ia dapatkan selama
beranjak dewasa.

212
213
Pada suatu hari Raja Indera Bungsu dari
kerajaan Kobat Syahrila menginginkan anak. Lantas
beliau mengutus orang - orang yang diperintah oleh
patihnya untuk membaca do'a Qunut dan bersedekah.

Tak lama kemudian, istrinya, Putri Siti Kendi


hamil dan melahirkan putera kembar. Putra yang
sulung lahir dengan panah dan diberi nama Syah Fri.
Putra yang bungsu lahir dengan sebilah pedang dan
diberi nama Indera Bangsawan.

Sejak kecil kedua anak baginda itu dididik


dengan baik. Mereka tumbuh dengan akhlak dan
perilaku yang baik. Maka sang ayah bimbang untuk
menentukan siapa yang pantas menggantikannya
untuk memerintah kerajaan.

Pada suatu malam, sang Baginda Raja


nermimpi tentang buluh (bambu) perindu. Sang Raja
sangat terpesona dengan buluh (bambu) tersebut

214
yang bersuara sangat merdu. Keesokan harinya,
Baginda Raja menceritakan mimpinya tersebut pada
kedua anaknya. Sang Baginda berkata pada kedua
anaknya, bahwa barangsiapa yang bisa mendapatkan
buluh perindu maka ialah yang akan menggantikanku
untuk menjadi raja.

Setelah mendengar itu, kedua anak Baginda


Raja segera bersiap untuk memulai pengembaraan
mencari buluh perindu yang diidamkan ayahnya.
Dalam perjalanan, mereka selalu bersama, sampai
pada saat angin topan, hujan lebat, dan awan gelap
gulita yang memisahkan mereka.

Syah Fri lalu berjalan dan terus berjalan hingga


ia menemukan suatu taman dan sebuah mahligai
(ruang tempat Raja atau Putri Raja dalam lingkungan
istana). Dalam mahligai itu, Syah Fri menemukan
sebuah gendang, lantas ia memukul gendang tersebut
dengan keras. Pada saat dia memukul gendang itu, dia
mendengar ada suara lain yang berasal dari dalam
gendang.

215
Lalu Syah Fri merobek gendang tersebut.
Betapa kagetnya Syah Fri karena dia mendapati
seorang Putri dan dayang-dayang nya sedang
bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan
dari dalam gendang, Sang Putri bercerita bahwa dia
disembunyikan di dalam gendang oleh ayahnya untuk
menghindari serangan raksasa Garuda yang telah
meluluh-lantah-kan kerajaan mereka.

Tak lama kemudian, raksasa Garuda datang


hendak membunuh sang Putri. Syah Fri segera
menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan
raksasa Garuda. Akhirnya raksasa Garuda kalah, dan
Syah Fri menikahi Sang Putri dengan disaksikan oleh
dayang-dayang Sang Putri.

Di lain tempat, INdera Bangsawan menemukan


suatu padang yang tidak cukup luas. Di dalam padang
itu terdapat sebuah gua yang dihuni oleh raksasa
perempuan. Indera Bangsawan lalu bertemu dengan
raksasa perempuan itu, dan menjadikan raksasa
perempuan itu sebagai nenenknya.

216
Selama mereka bersama, raksasa perempuan
banyak memberikan pengalaman baiknya,
memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu,
dan memberikan sebuah senjata untuk melawan
Buraksa (raksasa jahat). Raksasa perwmpuan
bercerita bahwa masih di wilayah ini, ada sebuah
kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa.
Raksasa perempuan menyuruh Indera Bangsawan
untuk membantu kerajaan tersebut.

Kerajaan itu adalah kerajaan antah-berantah


yang dipimpin oleh Raja Kabir. Raja Kabir sangat
tunduk kepada Buraksa. Raja Kabir akan menyerahkan
putrinya, Putri Kemala Sari kepada Buraksa sebagai
upeti agar kerajaan itu tidak di hancurkan oleh
Buraksa. Setelah Indera Bangsawan berhasil masuk di
wilayah kerajaan dengan menyamar sebagai relawan,
Raja Kabir berkata, barangsiapa yang bisa membunuh
Buraksa dan membawa hidungnya yang tujuh, dan
matanya yang tujuh, maka dia akan aku kawinkan
dengan putriku, Puteri Kemala Sari.

217
Indera Bangsawan segera bergegas untuk
mengejar dan mencari Buraksa tersebut. Indera
Bangsawan sudah diberi senjata oleh raksasa
perempuan yang akan dia gunakan untuk memotong
hidung buraksa yang tujuh dan mata Buraksa yang
tujuh.

Dengan taktiknya, Indera Bangsawan berhasil


menemukan Buraksa lebih dulu dari pada relawan-
relawan yang lain. Indera Bangsawan segera melawan
Buraksa, dan akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa.
Indera Bangsawan juga memotong hidung Buraksa
yang tujuh dan mata Buraksa yang tujuh untuk dibawa
menghadap Raja Kabir.

Setelah sampai di istana, Indera Bangsawan


segera menghadap Raja Kabir. Raja Kabir bahagia
karena ada orang yang dapat menyelamatkan
putrinya. Pada saat itu juga, Putri Kemla Sari segera
dinikahkan dengan Indera Bangsawan.

Indera Bangsawan sudah mendapatkan buluh


peribdu yang diidamkan ayahnya, maka ia mengajak

218
istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrila
untuk menghadap ayahnya. Namun, Indera
Bangsawan memdadak sakit keras.

Di tempat berbeda, Syah Fri beberapa hari


tidak dapat tidur dengan nyenyak dan selalu
memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam
mimpinya, Indera Bangsawan sedang sakit keras dan
membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah ia
mencari Indera Bangsawan.

Setelah berhari-hari mencari, sampailah Syah


Fri di kerajaan antah-berantah. Lalu ia menemukakn
Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya
dengan ditemani istrinya. Syah Fri lalu berusaha untuk
menyembuhkan Indera Bangsawan dengan
pengetahuan yang dia miliki.

Selang beberapa hari, Indera Bangsawan


berangsur-angsur sembuh. Syah Fri dan istrinya lantas
mengajak Indera Bangsawan dan istrinya untuk
kembali ke kerajaan Kobat Syahrila.

219
Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia
melihat kepulangan kedua putranya yang didampingi
juga oleh istrinya. Indera Bangsawan jug alangsung
menyerahkan buluh perindu yang diidamkan ayahnya.
Sang ayah bertambah bahagia dan langsung
mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk
menggantikan posisinya.

Untuk membalas kebaikan hati kakaknya yang


mau mencarinya untuk menyembuhkannya, Indera
Bangsawan memberi Syah Fri batu hikmat. Batu
hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Fri untuk
dijadikan sebuah kerajaan lengkap dengan abdi
kerajaan, rakyat, dan perlengkapan kerajaan.

Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang


bersama, saling bahu-membahu untuk menciptakan
kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian.

220
Elno Weda Pratama adalah seorang pengusaha
sukses di Jakarta. Hampir 5 tahun ia menikah dengan
perempuan bernama Nada Olivia, tetapi mereka belum
juga dikaruniai anak. Mereka berusaha untuk
mendapatkan keturunan untuk meneruskan
perusahaan Elno. Sampai-sampai hampir setahun
belakangan ini ia rajin berdoa dan memberi sedekah
untuk fakir miskin agar cepat dikaruniai buah hati.
Sampai suatu hari Nada memberikan kejutan kepada
Elno bahwa ia hamil. Elno sangat senang mendengar
hal tersebut.

Kehamilan Nada berjalan lancer. Awalnya ia


merasa mual, pusing, dan sering kelelahan saat awal
masa kehamilan, tetapi Elno setia menemaninya.
Sekarang usia kandungannya memasuki usia 9 bulan.
Menurut jadwal dokter ia akan melahirkan minngu

221
depan. Mereka sangat bersemangat akan hal itu.
Tetapi ternyata 3 hari setelah pemeriksaan itu Nada
suda mulai merasakan kontraksi. Elno segera
membawanya ke rumah sakit. Orangtua mereka juga
langsung menyusul mereka ke rumah sakit. Sekitar 4
jam kemudian akhirnya Nada melahirkan.

Nada melahirkan 2 anak kembar kakaknya


bernama Veno Januar Pratama dan adiknya bernama
Vero Januar Pratama. Januar karena mereka lahir pada
bulan Januari tepatnya pada tanggal 15. Walaupun
kembar mereka memiliki perbedaan yang cukup
terlihat yaitu perbedaan warna di bola mata mereka.
Veno lahir dengan bola mata berwarna coklat seperti
ayahnya dan Vero lahir dengan bola mata berwarna
hitam seperti ibunya. “Akhirnya kita punya
keturunannya,” kata Elno sambil menahan haru. “Iya
impian kita terwujud,” jawab Nada sambil meneteskan
air mata. Mereka berdua menangis haru melihat kedua
anak kembarnya.

222
Semakin kesini semakin terlihat perbedaan
sifat mereka. Veno adalah anak yang cerdas, rajin,
penurut, dan pintar bermain musik, sedangkan Vero
sang adik adalah anak yang nakal dan malas tetapi ia
temasuk anak yang cerdas, ditambah lagi ia pintar
bermain basket dan memiliki suara yang merdu.
Karena perbedaan tersebut sejak kecil mereka sering
bertengkar tetapi mereka akan berbaikan dengan
sendirinya. Saat ia memiliki seorang adik perempuan
perengkaran mereka sudah mulai jarang terjadi,
merekaa memlih untuk marah dalam diam karena
takut mengganggu adiknya dan berujung dimarahi
oleh mamanya.

Ya benar sekali Elno dan Nada dikaruniai


seorang anak perempuan yang cantik warna bola
matanya sama seperti Vero maka dari itu ia diberi
nama Vera Aprilia Pratama. Aprilia karena ia lahir
pada tanggal 4 bulan April. Sifat Vera sama dengan
sifat Vero ia anak yang nakal, tetapi pintar, ia suka
manja kepada ayah dan kakak-kakaknya yang hanya

223
beda 2 tahun darinya, dan ia juga memiliki sura yang
indah.

Mereka disekolahkan di sekolah internasional


oleh ayah mereka. Elno memang sangat ketat dalam
pendidikan anak-anaknya. Ia ingin anaknya bisa
menjadi penerus perusahaannya. Ia juga tidak lupa
mengirimkan mereka mengaji di sore hari. Sampai
akhirnya Veno dan Vero lulus dari kuliahnya di
Jerman.

Hari ini mereka balik dari Jerman setelah


seminggu setelah kelulusan mereka. Elno berkata,
“Ma, dek ayo cepat nanti kakak sama abang
nunggunya kelamaan.” “Iya yah ini uda siap,” jawab
Vera sambil turun dari tangga. “Ayo berangkat, mama
juga uda siap nih,” tambah Nada. Mereka akhirnya
berangkat menuju bandara. Buat kalian yang bertanya
bagaimana dengan Vera sekarang, Vera sekarang
berkuliah di Singapura tetapi ia sedang libur kuliah.
Dan buat kalian yang heran dengan kata kakak dan

224
abang itu adalah panggilan untuk si kembar. Veno
dipanggil kakak, sedangkan Vero dipanggil abang.

Saat tiba di bandara Vera langgsung memeluk


kakaknya, sifat manjanya memang tidak pernah
berubah walaupun ia sudah dewasa dan berkuliah
jauh dari kakak-kakaknya tetapi saat bertemu tetap
saja kembali menjadi Vera yang manja. Setelah itu
mereka pergi makan di rumah makan Padang karena
Veno dan Vero kangen dengan masakan padang.
Dirumah makan padang tiba-tiba Elno bertanya,
“Karena kalian sudah lulus, salah satu dari kalian akan
menggantikan ayah, ayah sudah mulai tua, siapa
diantara kalian yang mau meneruskan perusahaan
ayah?”

Keadaan menjadi hening dan keduanya saling


bertatapan. Dalam hati mereka, mereka sama-sama
ingin meneruskan perusahaan ayah mereka. “Jadi
gaada yang mau nih nerusin perusahaan ayah?” Tanya
Elno. “Aku mau yah,” jawab mereka bersamaan. “Tapi
ayah Cuma butuh salah satu dari kalian,” jawab

225
ayahnya. Keadaan kembali menjadi hening. Sampai
kemudian Vera mengusulkan idenya “Bagaimana jika
kakak sama abang lomba cari cara buat buka cabang
perusahaan ayah? Jadi waktunya 3 bulan, kakak sama
abang harus promosiin perusahaan ayah di kota lain
biar ada orang yang tertarik bekerjasama untuk
membantu buka cabang, dan yang berhasil bisa
ngegantiin ayah,” usul Vera. “Mama setuju sama Vera
jadi bisa sekalian ngembangin perusahaan,” kata Nada.
“Ayah juga setuju, kalian gimana?” Tanya Elno pada si
kembar. “Boleh juga,” jawab mereka bersamaan.

Setelah selesai makan, mereka pulang


kerumah. Malamnya mereka kumpul diruang keluarga
untuk melanjutkan obrolan tadi siang. “Jadi kalian mau
promosi di kota mana?” Tanya Elno. “Aku si
kepikirannya di Jogja yah,” jawab Veno. “Kalau aku
pengennya di Bali yah,” jawab Vero. “Kapan kalian
mulai mempromosikan perusahaan?” Tanya Nada. Si
kembar diam dan berfikir. “Minggu depan gimana?”
jawab Vero. “Gapapa sih,” kata Veno. “Oke, bulan

226
depan ya, mulai besok kalian bisa ke kantor untuk
ngumpulin data-data yang diperlukan,” kata Elno.

“Yaudah sekarang ganti topik ya dari tadi


bahas perusahaan mulu,” kata Vera sambil cemberut.
Vero menyubit pipi adiknya dan berkata “Ayok keluar
jalan-jalan sama abang, kak ikut ga?” Veno menjawab
“Ikut dong.” Akhirnya Si kembar dan Vera pergi jalan-
jalan. Sudah lama mereka tidak jalan-jlan bertiga
seperti ini. Vera kembali menjadi anak manja saat ini.

Seminggu telah berlalu, sekarang mereka


sedang di bandara. Si kembar akan pergi dengan
tujuan yang berbeda. Veno pergi ke Jogja sedangkan
Vero akan pergi ke Bali. Mereka akan pergi untuk
mempromosikan perusahaan ayah mereka dan
mendapatkan kerjasama untuk membuka cabang.
Mereka sudah menyiapkan hal-hal yang diperlukan. Si
kembar hanya diantar oleh orangtua mereka karena
Vera kemarin sudah kembali ke Singapura untuk
berkuliah. Mereka akan disana selama 3 bulan.

227
Sesampainya mereka di tempat tujuan mereka
masing-masing, mereka mulai melakukan tugasnya.
Sebelumnya mereka juga sudah bertanya kepada
rekan-rekan ayahnya bagaimana cara yang tepat
untuk membuka cabang. Rekan—rekan ayahnya
sungguh membantu mereka dalam
merekomendasikan orang-orang untuk diajak
bekerjasama. Mereka juga membantu mencarikan
data-data yang diperlukan.

Hingga suatu hari Veno bertemu oleh seorang


wanita bernama Novelyn Erithia. Wanita yang biasa
dipanggil Novel ini bertemu dengan Veno di sebuah
café. Saat itu Elno sedang minum kopi dan
menyiapkan materi untuk presentasi. Saat itu ia
terlalu serius sampai-sampai ia menjatuhkan cangkir
kopi yang tenyata tersenggol oleh barang –barangnya
yang berantakan. Ternyata saat cangkir tersebut jatuh
ada seorang wanita yang sedang lewat di sebelah
mejanya. Cangkir tersebut menumpahkan kopi panas
di kaki wanita tersebut.

228
“Adu panass,” teriak Novel. “Maaf maaf
gasengaja,” ucap Veno. Veno membantu Novel berdiri
dan meminta air es untuk mengompres kaki Novel
kepada pelayan. “Kaki kamu aku kompres dulu ya,”
ucap Veno. Setelah beberapa saat, “Udah-udah
mendingan kok,” ucap Novel. Setelah itu Veno kembali
emminta maaf dan mereka berkenalan. Setelah itu
Veno mengntarkan Novel pulang.

Sejak saat itu mereka menjadi dekat. Novel


adalah gadis cantik yang merupakan seorang pelukis.
Gadis asli jogja ini merupakan pelukis yang cukup
terkenal. Ia suka memamerkan lukisan-lukisannya
yang terisnsprisari dari kota asalnya. Lukisannya
bahkan sudah pernah dipajang di luar negeri. Saat ini
ia bermimpi untuk membuat galerinya sendiri.

Lain halnya dengan Veno, seminggu setelah


sampai di Bali Vero mendapatkan teman baru yaitu
Diko. Diko adalah seorang arsitek yang sedang
merancang tempat wisata baru di Bali. Mereka
bertemu saat Vero sedang berada di sebuah café untuk

229
bertemu dengan orang yang akan diajak bekerjasama
untuk membuka cabang perusahaan ayahnya di Bali.
Secara tidak sengaja Diko mendengar percakapan
mereka. Setelah Vero selesai dengan pertemuannya
Diko menghampiri Vero. Ia menawarkan jasanya
untuk membantu Vero dalam merancang gedung
perusahaannya. Diko berkata jika ia sudah punya
rancangan gedung akan lebih mudah kerjasama.

Akhirnya Vero setuju dengan hal tersebut. Dan


sekarang mereka menjadi teman dekat. Sebulan
setelah pertemuan mereka untuk pertama kalinya,
rancangan gedung perusahaan sudah selesai dibuat.
Vero sangat suka melihat rancangannya. Rancangan
dibuat sangan cocok untuk daerah Bali. Vero mulai
menawarkan kerjasama dengan tambahan rancangan
gedung perusahaannya.

3 bulan telah berlalu. Jika kalian bertanya siapa


yang berhasil mendapatkan kerjasama untuk
membuka cabang, jawabnnya adalah Vero. Sedangkan
Veno? Semenjak menjalin hubungan dengan Novel ia

230
tidak lagi menginginkan perusahaan ayahnya. Ia lebih
senang dan ingin membantu Novel untuk membuka
galeri. Ia merelakan perusahaan ayahnya untuk Vero.
Bahkan ia membantu Vero untuk menemukan orang
yang mau bekerjasama.

Jadi sudah dipastikan bahwa Verolah yang akan


menjadi penerus ayahnya. Tetapi Vero juga akan tetap
membuka cabang di Bali. Cabang yang ada di Bali akan
diberikan untuk Veno karena veno telah
membantunya dalam mencari kerjasama. Selain itu ia
juga akaan membantu Novel dalam membuka galeri.
Vero juga mengusulkan bagaimana jika Diko yang
merncang galeri tersebut.

Setelah cabang di Bali selesai dibuat, Veno dan


Novel melangsungkan pernikahan. Setelah menikah
mereka pindah ke Bali. Saat itu mereka mulai
merancang untuk membangun galeri di Bali. Yap
mereka sudah membangun sebuah galeri di Jogja.
Galeri tersebut berisi karya-karya Novel tentang Kota
Jogja. Mulai dari tempat wisata hingga orang-orang

231
Jogjanya sendiri lengkap disana. Sedangkan galerinya
yang di Bali berencana untuk diisi lukisan-lukisan
yang pernah dipajang diluar negeri.

Buat kalian yang bertanya mengenai Vero.


Tentu saja sekarang Vero menjadi seorang pengusaha
sukses. Perusahaan ayahnya semakin maju dan
rencananya ia akan membuka cabang baru untuk
adiknya yaitu Vera yang telah lulus dari kuliahnya.
Juga sekarang ia lagi menyiapkan pernikahannya. Ia
akan menikah dengan seorang wanita bernama Talia.
Talia adalah anak dari orang yang bekerjasama
dengan cabang perusahaannya di Bali. Jadi saat itu ia
bertemu dengan Talia yang merupaka teman Diko.
Lalu Talia mencoba menawarkan perusahaan itu
kepada ayahnya. Semenjak saat itu mereka menjadi
dekat.

Setelah beberapa tahun menikah. Vero dan


Talia mempunyai seorang anak laki-laki. Sedangkan
Veno dan Novel mempunyai anak kembar laki-laki dan
perempuan. Vera pun sudah menjadi wanita sukses

232
dengan memegang cabang perusahaan ayah mereka di
Surabaya. Dia juga akan melangsungkan pernikahan.
Ayah dan mama mereka pindah ke Bogor untuk
mencari suasana yang lebih sejuk. Mereka hidup
dengan nyaman dan bahagia.

233
Terdapat perkataan seorang Perdana Menteri
bernama Sidharta di Jakarta. Setelah sekian lama
menjalankan pemerintahan ia belum dikaruniai anak.
Maka pada suatu hari,ia pun menyuruh anak buahnya
membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan
miskin. Setelah beberapa lama, istri dari Sidharta yaitu
stephanie dan melahirkan dua orang putra laki-laki.
Yang tua lahir dengan kepinteran luar biasa dan yang
muda lahir dengan kreativitas luar biasa. Sidharta dan
stephanie sangat senang maka mereka menamai anak
mereka Sailendra dan Stuart.

Pada saat mereka memasuki usia 7 tahun.


Mereka diperintahkan untuk rajin mengaji. Lalu
mereka diajarkan kitab usul, fikih, hingga saraf, dan
tafsir. Setelah belajar yang begitu lama, mereka

234
menguasai ilmu pengetahuan, ilmu politik, dan ilmu
agama.

“Aku sangat bersyukur, anak kita semuanya


memiliki bakat yang luar biasa, bakat yang kita sendiri
bahkan tidak sebagus mereka. Benar kan, wahai
istriku?” Tanya Sidharta.

“Iya, wahai suamiku. Anda benar sekali. Ini


semua berkat karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
Serta hasil dari kebaikan kita.” Tutur Stephanie.

“Mereka sudah mempelajari banyak hal, dan


mereka semua memiliki bakat yang luar biasa. Namun
aku bingung, siapa yang kelak akan jadi penerusku?”
Sidharta bingung.

“Mungkin kelak anda akan menemukan suatu


cara. Saya yakin itu, wahai suamiku.” Kata Stephanie
dengan yakin.

Sidharta pun bingung mana yang akan menjadi


penerusnya karena anak-anaknya sangatlah
berpotensi. Lalu sidharta pun mencari muslihat dan ia

235
menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia
bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang
berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari
mahkota ayahnya yang diambil oleh si pemuda, ialah
yang patut menjadi penerus tahta Perdana Menteri
ayahnya.

“Wahai anakku, semalam ayah bermimpi.” Kata


Sidharta.

“Mimpi apa wahai ayah? Kami ingin tahu.”


Jawab Sailendra.

“Apakah mimpi tentang kami?” tanya Stuart.

“Ayah bermimpi, bertemu seorang pemuda


yang mengambil mahkota ayah. Dan siapa yang
berhasil mengambilnya, dapat menjadi penerus ayah.”
Kata Sidharta.

“Wow.” Sailendra kagum.

236
“Lalu ayah akan menyuruh kami mencari
mahkota tersebut bukan? Tetapi kami tidak tahu
dimana pemuda itu.” Jawab Stuart dengan cemas.

“Wahai anak-anakku, ini adalah salah satu cara


untuk menentukan siapa yang pantas menjadi penerus
tahta ayah. Dan juga ayah membutuhkan mahkota
tersebut.” Tegas Sidharta.

“Baiklah ayah, kami akan berusaha mencari


sebisa kami. Kami tidak akan mengecewakan ayah.”
Kata Stuart.

“Jangan khawatir ayah, kami pasti akan


menemukan mahkota ayah!” Jawab Sailendra dengan
nada yang ambisius.

Lalu mereka berdua mencari pemuda yang


mengambil mahkota milik ayahnya. Mereka mencari
ke seluruh kota Jakarta. Tetapi mereka masih belum
bisa menemukan pemuda tersebut. Di perjalanan,
mereka bertemu seorang pengemis yang ternyata
adalah pencuri yang menyamar.. Awalnya pencuri itu

237
menipu menjadi pengemis di pinggir jalan. Karena
kebaikan hati mereka, mereka berdua pun memberi
uang ke pencuri itu. Lalu si pencuri itu tiba-tiba berdiri
dan menyerang Stuart.

“Hahaha. Kamu tidak bisa lari karena kamu


sudah kutangkap.” Teriak pencuri itu.

“Tidak! Lepaskan aku. Tolong, Sailendra!


Selamatkan aku.” Stuart berteriak meminta tolong.

Sailendra pun segera mengambil tindakan


untuk melumpuhkan pencuri. Mereka pun kabur.
Tetapi tidak lama mereka bertemu dengan jalan buntu
dan berhdapan dengan pencuri. Pencuri itu
menginginkan harta keluarganya

“Kalian tidak bisa pergi kemana-mana lagi.


Hahaha” Sahut pencuri itu.

“Apa yang kamu inginkan dari kami? Pergilah


saja! Ayah kita adalah perdana Menteri kota ini! Dia
akan melindungi kita dimanapun.” Kata Sailendra.

238
“Benar! Jangan berani-berani menyakiti kita!”
Geram Stuart.

“Hahaha justru harta ayahmu itu yang aku


inginkan. Karena pasti seorang perdana Menteri
mempunyai kantong yang sanagat tebal. Dan pasti
kalian juga begitu. Maka dari itu, serahkan uang kalian
dan aku tidak akan menyentuh kalian. Jadilah anak
yang baik.” Ancam pencuri itu.

Stuart dan Sailendra pun bingung harus


berbuat apa. Lalu si Sailendra mempunyai ide untuk
melumpuhkan pencuri itu dengan cara menendang
kakinya agar ia jatuh. Akhirnya Sailendra
memberanikan diri untuk menendang kaki pencuri itu.
Pencuri itu kesakitan tetapi ia tidak menyerah.
Akhirnya Stuart juga menendang kaki satunya dan
akhirnya pencuri itu tumbang dan lalu ia tidak
sadarkan diri. Stuart dan Sailendra pun bergegas lari
dan kabur dari pencuri itu.

239
“Huft… untung saja kita berhasil lari dari orang
itu.. dia terlihat sangat menyeramkan.” Kata Sailendra
dengan kelegaan.

“Iya, mungkin lain kali kita harus lebih berhati-


hati. Orang yang jahat bisa datang dari mana saja. Kita
harus menjaga diri kita.” Kata Stuart.

Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan


mereka. Setelah lama berjalan, mereka pun menyadari
bahwa mereka saling menghambat satu sama lain.
Sehingga mereka memutuskan untuk berpisah. Tetapi
mereka juga mengalami konflik karena adanya kesalah
pahaman. Sailendra merasa bahwa Stuart
memperlambatnya, dan juga Stuart merasa Sailendra
memperlambat lajunya. Mereka sempat konflik dan
akhirnya Stuart memutuskan bahwa satu-satunya cara
agar dapat menemukan mahkota ayahnya tanpa
terhalang adalah dengan cara berpisah. Lalu mereka
pun melakukan hal tersebut.

“Stuart, aku merasa kamu memperlambat


lajuku. Karena kamu berjalan pelan. Dan kamu

240
membuat dirimu ditangkap oleh pencuri tadi!” Kata
Sailendra dengan tegas.

“Aku tidak bermaksud begitu, ia tiba-tiba


menyerangku! Aku hanya mencoba untuk
memberinya uang. Apakah itu dinamakan
menghambat? Justru kamu yang menghambatku!”
Kata Stuart dengan marah.

“Eh kata siapa? Kamu jangan asal menuduh dan


berlagak seakan kamu paling benar! Kita mempunyai
tujuan yang sama loh.” Jawab Sailendra.

“Iya, kita mempunyai tujuan yang sama yaitu


mencari mahkota ayah yang hilang dicuri. Daripada
kita rebut, menurutku lebih baik kita berpisah saja. Itu
adalah satu-satunya cara agar tidak menghambat satu
sama lain.” Kata Stuart.

“Baiklah, aku setuju. Kamu kea rah timur dan


aku kea rah barat.” Jawab Sailendra.

Mereka pun akhirnya memisahkan diri dan


pergi kearah yang berbeda. Mereka sekarang

241
sendirian dan tidak ditemani siapapun. Sementara itu
di kediaman keluarga Sidharta, SIdharta dan
Stephanie, yaitu orang tua Sailendra dan Stuart
mengkhawatirkan anak-anak mereka. Mereka tidak
tahu soal mereka bertemu dengan pencuri. Tetapi jika
mereka tahu pasti akan panik.

“Bagaimana kabar anak-anak kita, wahai


suamiku? Sudah 3 jam berlalu dan mereka pun belum
kembali ke rumah ini. Saya takut mereka terluka atau
diculik oleh orang yang jahat. Seharusnya kita tidak
membiarkan mereka pergi tanpa pengawasan.” Kata
Stephanie sambil menangis.

“Tenanglah, wahai istriku, aku yakin mereka


baik-baik saja. Mereka sudah besar. Aku yakin mereka
akan menjaga dan melindungi diri mereka. Dan
janganlah berpikir negatif bahwa akan terjadi hal
yang buruk pada anak-anak kita.” Sidharta
menenangkan istrinya.

242
“t..tapi saya tetap khawatir karena ini adalah
kota yang luas dan pastinya banyak kejahatan yang
akan terjadi.” Cemas Stephanie.

“Baiklah, kalua kamu memang khawatir. Akan


ku kirim anak buahku untuk mencari mereka.” Jawab
Sidharta.

Anak buah Sidharta mencari keberadaan kedua


anak kembar tersebut. Pada saat itu mereka juga
masih belum menemukan pemuda yang mengambil
mahkota Sidharta. Tetapi disaat perjalanan, Stuart
menyadari bahwa ia diikuti oleh orang yang tidak ia
kenal. Ia diculik oleh pemuda yang mengambil
mahkota ayahnya. Sailendra pun tidak tahu bahwa
saudaranya diculik maka ia tetap melanjutkan
perjalanannya. Lalu anak buah Sidharta tidak dapat
menemukan si kembar. Si istri Stephanie pun marah
besar kepada sang Perdana Menteri.

Mereka akhirnya memutuskan untuk bercerai


selamanya. Setelah mereka bercerai, Perdana Menteri
Sidharta pun mencari Stuart yang hilang dan

243
membawanya ke gua di suatu kaki gunung. Disana
sudah terdapat pemuda dan seorang wanita cantik
bernama Madison. Ternyata mahkota ayahnya dicuri
oleh pencuri yang hamper membunuh si kembar.
Pemuda itu berkata, siapa yang dapat membunuh
pencuri dan membawakan mahkota Perdana Menteri,
akan menjadi suami wanita cantik. Disana juga ada si
kembar dan 9 orang asing. Semua berebut mencari
mahkota dan membunuh pencuri, tetapi yang berhasil
melakukan keduanya adalah si kembar.

244
Libur akhir tahun telah usai, ketika mata masih
setengah terbuka. Masih terngiang di kepala akan
suara pesta kembang api kemarin malam. Sinar Sang
Surya menyengat ringan melewati teralis kamarku.
Kicauan burung-burung membius telinga orang tua ini.
Dengan secangkir teh hangat buatan istriku, lengkap
sudah pagi sempurna ini untuk melawan kerasnya
dunia hari ini.

Belum selesai aku menyelesaikan secangkir


kopi hangatku telepon selulerku berdering sangat
kencang yang seketika merusak pagi hari yang indah
ini. Nama Andrew terpampang di telepon seluler.

"Halo bos selamat pagi, maaf mengganggu


pagimu", Andrew menyapa dengan nada terengah-
engah.

245
"Pagi Andrew, dari nadamu berbicara aku tau
kau akan merusak pagiku ini. Ada apa?", Aku menebak
selaknya seorang cenayang.

"Maaf bos partai kita mengalami pemerosotan


kader yang sangat tinggi yang menyebabkan...", Belum
selesai dia mengoceh lebih panjang aku sudah
menutup telponya, orang tua ini sudah tahu apa yang
harus dilakukanya.

Aku merupakan pemilik partai besar di negeri


ini. Sudah ada ribuan dewan yang lahir dari partai ini.
Bahkan presiden pun dibawahi payung partai besar
ini. Tapi semakin tua usia ini pemerosotan terjadi
dengan besarnya.

Tapi orang tua ini tidak sebodoh itu untuk tidak


mepertimbangkan apa yang akan terjadi. Kuraih
telepon yang tadi kulemparkan asal ke arah tempat
tidurku. Rasanya ini adalah waktu yang tepat untuk
menghubungi "mereka". Mulai kubuka Whatsapp dan
mulai mencari kontak Daniel. Setelah semenit jari ini
mengusap-usap layar telepon dengan mata yang

246
terbelolok ke arahnya, aku menemukan nama Daniel,
langsung aku memberi dia pesan.

"Daniel..."

"Iya Yah?"

"Apa Kabarmu di sana?"

"Baik Yah"

"Apakah kamu siap sekarang Dan?"

...

25 tahun lalu istriku melahirkan seorang putra


yang menawan. Sejak bayi saja sudah terlihat bahwa
dia adalah pria yang cerdas dan pintar. Lesung pipinya
yang dalam membuat setiap mata yang melihat bisa
tenggelam dalam indahnya lautan. Tak banyak bicara
akan tetapi selalu bertanggung jawab dan cerdas
membaca situasi. Masuk sekolah menengah dia sudah
bisa mencapai usahanya sendiri. Memang dia adalah
musuh dari pebisnis. Tak sedikit yang bilang bahwa
dia akan menjadi mafia besar negeri ini.

247
Setelah Lulus SMA, dia melanjutkan untuk
kuliah Binus, kuliah para pebisnis yang tangguh.
Meskipun sebenarnya aku ingin dia kuliah hukum saja
biar memiliki dasar politik seperti orang tua ini.

"Daniel, aku sudah menyiapkan fakultas hukum


di UGM, fakultas hukum terbaik di Indonesia,
tertarik?", aku mengajak dia dengan sangat
meyakinkan.

"Tidak", tak banyak kata, tak banyak basa-basi,


langsung fokus pada tujuanya.

Aku terkekeh dan maklum bahwa tawaranku


ditolak dengan mentahnya, akhirnya aku pasrah dan
bertanya kepada dia, "Memang kau mau kemana nak?"

"Binus saja Yah", jawabnya singkat.

"Baiklah, kau bisa mengurusnya sendiri kan


Dan?", tanyaku cemas.

"Ayah lebih tahu daripada saya bukan?",


jawabnya sedikit remeh.

248
Aku terkekeh sekali lagi dan orang tua ini mulai
berpesan layaknya radio rusak bagi anaknya, "Tentu
kau bisa Dan, betapa bodohnya orang tua ini bertanya
seperti itu kepadamu, hati-hati disana kau akan
menjadi pengusaha besar dan hebat maka jangan
lupakan hatimu agar kamu tidak terjerumus pada
kehancuran."

"Baik", lagi-lagi hanya sesingkat itu dan dia


berkata sambil balik kanan dan siap siap menuju
Binus.

"Dan, suatu saat orang tua ini butuh


bantuanmu untuk melanjutkan partai ini, bukan untuk
uang, tapi untuk menyelamatkan ribuan orang yang
percaya akan partai ini. Orang tua ini akan terus
semakin tua, maka kau bisa meneruskan keinginan
orang tua ini. Aku percaya padamu Dan."

Langkah Daniel terhenti sejenak, tak begitu


lama, tanpa kata kata dia sudah melanjutkan
langkahnya menuju Binus.

249
Siapa sangka diumurnya yang menginjak 19 dia
sudah menguasai hampir seluruh saham bank besar di
negeri ini. Memang gila anak itu, tak kaget banyak
yang mengira dia akan menjadi mafia besar negeri ini.
Bahkan Presiden pun telah mengakui kehebatanya,
dan dia telah memegang saham puluhan BUMN yang
besar. Oleh karena itu dia dipandang oleh petinggi
negara karena telah mendukung usaha milik negara.
Tak hanya itu, dia juga memiliki usaha Kapal Yacht
dan Otomotif di Jepang, bahkan sekarang sudah
menjadi merk pesaing Honda, Suzuki, dan Yamaha.
Sungguh sukses anak ini sekarang.

...

"Menyelamatkan partai Ayah?"

"Ya benar, kurasa kau sudah melebihi siap


dengan bisnismu yang luar biasa sukses sekarang."

"Ya aku siap, Yah."

"Baiklah, minggu depan apakah kau bisa


mengunjungi orang tua ini?"

250
"Sampai jumpa minggu depan"

Untuk menyelamatkan partai ini aku memiliki 2


bidak catur. Satu bidak telah siap dan aku sangat
percaya pada bidak satu ini. Akan tetapi apakah bidak
keduaku siap?

Belum selesai aku berpikir was-was, bidak


keduaku menghubungi aku lewat telepon. Muncul
nama Ram di teleponku. Entah bagaimana bisa setepat
ini dia menghubungiku saat aku membutuhkanya.
Ram adalah adik Daniel, mereka berselisih 5 tahun.

Mereka sangat berbeda, Ram sangat banyak


bicara tidak seperti Daniel yang memegang prinsip
"hemat pangkal kaya" sampai-sampai dia menghemat
kata-katanya sampau menjadi superkaya seperti
sekarang. Ram anak yang bermasalah, dia sangat
malas mencari ilmu, banyak bicara, pemberontak, tapi
justru itulah kelebihan Ram. Dia bisa menjadi
pendobrak negeri ini. Dengan gayanya yang tegas dan

251
omonganya yang cetus dia bisa mengangkat negara ini
menjadi negara yang bersih. Dia hanya nurut kepada
kakaknya, Daniel. Saat dia berseragam SMA, kakaknya
meninggalkan dia untuk lanjut ke Binus. Oleh karena
itu dia menjadi liar di sekolah.

Rasanya aku dan guru BK sekolah Ram sudah


menjadi saudara karib karena sangat sering diundang
kesekolah. Tapi tak apa, dibalik kenakalanya dia dapat
berpikir rasional. Dia pernah menyabotase kelae
dengan memanfaatkan cara berbicaranya dia yang
sangat berbakat, dia memersuasi teman-temannya
agar tidak ikut pelajaran karena guru yang mengajar
sangat tidak adil dan tidak disiplin. Sampai-sampai dia
memersuasi Wakasek dan akhirnya guru itu dipecat
dari jajaran guru sekolah Ram. Sungguh sepertinya
bertemu murid seperti Ram adalah mimpi buruk
ternyata bagi guru itu.

"Halo Papa !", dia menyapaku dengan sangat


gembira.

252
"Hai Ram, apa kabarmu disana?", tanyaku
dengan sedikit heran kenapa anak ini sangat
bersemangat.

"Sungguh ini kabar gembira Papa, ide tentang


membuat partai baru ini sangat efisien, aku
mengelolanya dengan baik Papa. Bahkan 70% kader
yang hengkan dari partai Papa itu pindah ke Partaiku.
Hebat bukan?", dia menjelaskan panjang tentang apa
yang telah ia capai.

Oh belum kujelaskan, jadi dulu aku membuat


partai baru yang kuberikan wewenang seluruhnya
kepada Ram. Dengan bakat berbicaranya amu yakin
dia bisa menjadi petinggi partai yang baik dan sukses.
Dan ternyata benar. Ini gila ! aku tak menyangka dia
akan sesukses ini. Aku yakin dia akan sukses, tapi tak
sesukses ini. Sampai-sampai salah satu kota menjadi
seluruhnya milik partai dia.

"Hey Ram orang tua ini butuh bantuanmu


sepertinya", tanpa menghiraukan pertanyaan
retorisnya aku menimpali dengan suatu permintaan.

253
"Apa itu Pa?", tanyanya begitu datar.

"Bisakah kau datang kemari minggu depan?",


aku akan menejelaskan semua padanya karena
memang dia mudah salah paham.

"Tapi aku minggu depan ada pertemuan


dengan dosen hukum di UGM, jadi aku..."

Belum selesai dia menyelesaikan ocehanya


yang akan begitu panjang jika dia lanjutkan, aku
menimpalinya seketika, "Sang Pangeran juga kemari
minggu depan?".

"Kakak? baiklah aku kesana minggu depan


Papa. Sampai jumpa !" jawabnya dan langsung
menutup telponya.

Pukul 09.00 terpampang di layar telponku.


Dengan 2 bidak yang sudah digenggaman, rasanya
merupakan waktu yang tepat untuk melanjutkan tidur.

Satu minggu telah berlalu. Terlalu banyak


masalah yang menimpa partai ini. Para penghianat

254
sudah mulai terlihat satu-persatu. Sudah muak dengan
semua ini. Mungkin Andrew juga sudah stress dengan
data yang masuk satu minggu kebelakang. Mungkin
inilah akhir dari perjuanganku. Semuanya seperti
telah terlambat, tidak ada yang bisa dilakukan orang
tua ini.

Suara pintu depan terketuk 3 kali. Ketika aku


dan istriku sedang menikmati hidangan lezat yang
tersaji di atas meja makan, suara ketukan itu
menggelisahkanku. Apakah itu suara dua bidak ? atau
malah suara para jaksa yang menuntut penutupan
partai ini ? Tapi rasanya rasa gelisah itu tak
berlangsung lama setelah keluar suara dari balik
pintu.

"Ini Daniel.", suara yang tak asing keluar dari


sela-sela pintu tua yang menjadi muka rumahku.

"Hei Dan apa kabarmu ? baru pertama kali


kumelihatmu semenjak kau lulus SMA !", aku menyapa
Dan sambil memeluknya erat.

255
"Aku baik-baik saja, aku kangen ayah sama
mama." ia menjawab pertanyaanku

"Kami lebih kangen padamu Dan.", istriku


menjawab Dan.

Belum sempat kami menyambut Dan, Ram


datang dengan dikawal 2 bodyguard kekar. Mobil
mewah dengan macan yang berlari menempel di
depannya berparkir di halaman rumahku. Pintu mulai
terbuka dan dari kejauhan dia menyapa, "Hai
semuanya, reuni keluarga ya?". Anak ini memang
kocak, apa manfaatnya membawa bodyguard ke
rumah sendiri. Dan sepertinya bisa membaca
pikiranku, "Ram, suruh bodyguardmu pulang, dalam
kondisi seperti ini siapa saja bisa jadi penghianat.".
Tidak banyak kata dari Ram langsung menyuruh dua
orang itu pulang. Ram memang sangat penurut
terhadap kakaknya. Dia menjuluki Dan sebagai "Sang
Pangeran". Dan membalas dengan memanggil Ram
dengan "Pion". Tentu itu sangat membuat Ram kesal.

256
Kita berempat duduk bersama di meja makan.
Berbincang tentang politik negeri ini. Sungguh aneh
makan sambil membahas topik yang sangat berat ini.

"Negeri ini sudah sangat gila sepertinya, diberi


hak demokrasi tapi tak dimanfaatkan dengan baik.
Golput, kampanye gelap, pilih cap cip cup, dan hal
bodoh lainya. Sunggu meritokrasi di Indonesia
hanyalah menjadi mitos semata." celetus Ram.

"Tapi politik negeri ini akan membaik Ram,


mungkin meritokrasi sekarang hanyalah mitos. Tapi
aku yakin ini tidak akan bertahan lama. Kalian berdua
yang akan merubah itu jadi fakta.", celetusku.

"Tapi jika para pejabat hipokrit masih berkuasa


di negeri ini, sangat tidak mungkin tercipta politik
dewasa di sini." Dan ikut angkat bicara.

"Sudahlah kau harus percaya apa kata orang


tua ini, pemilu akan diadakan 2 bulan depan dan aku
sudah mendaftarkan diri, dan itu bisa digantikan oleh

257
siapa saja, dan rencananya aku akan memilih salah
satu dari kalian.", aku menjelaskan kepada mereka.

"Pion saja.", Dan menjawab singkat.

"Sang Pangeran takut?", balas Ram.

"Kau memiliki massa yang banyak, dan aku,


dengan uang akan mendukungmu dari belakang.",
jelas Dan.

"Baiklah.", jawab Ram.

Pesta Kampanye telah dimulai, dengan massa


yang banyak, mudah saja bagi Ram mendapat
perkiraan pencoblos terbanyak. Tapi hal ini membuat
pesaing dia iri dan menghalalkan segalanya cara untuk
menyingkirkan bocah bermuslihat ini. Dia telah
mengambil salah langka sehingga terjebak dalam
perangkap lawan. Singkat cerita dia menjadi kriminal
dan buronan. Tapi dengan uang Dan, semua bisa
disumpal dan semua kasus dihilangkan. Ram pun
memenangkan pemilu yang akhirnya mengembalikan
kepercayaan seluruh anggota partai. Karena

258
menyelamatkan Ram, Dan aku angkat menjadi ketua
umum partai dan mendapat banyak proyek dari Ram.

Untuk pertama kalinya Ram bangga dengan


nama “Pion” setelah penjelasan kakaknya. Dan
berkata, “Aku sudah memperkirakan ini Ram, kau
sangat berpotensi. Pion merupakan bidak terkecil
dalam catur. Akan tetapi ia akan mendapatkan
pangkatnya dengan perjuanganya. Maka julukan “Pion
berganti jadi Ratu” sangat melekat dengan mu.”

259
"Abrar. Namanya Abrar. Agar Ia menghargai
orang tuanya, selagi dimilikinya."

Di suatu desa, hiduplah sebuah keluarga.


Ayah dan seorang anak laki-laki, tanpa ibu. Anak laki-
laki itu bernama Abrar. Sungguh nama yang memiliki
arti yang baik: orang-orang yang berbakti. Begitulah
harapan ibu Abrar saat melahirkannya, untuk Abrar
agar berbakti kepada kedua orang tuanya. Atau
mungkin, satu orang tuanya. Ibu Abrar berpulang ke
Rahmatullah sesaat setelah melahirkan Abrar,
meninggalkannya bersama Ayahnya.

Beberapa tahun berlalu, Abrar menjadi anak


yang durhaka terhadap ayahnya. Abrar menjadi anak
yang bebal, tidak dapat menerima nasihat meskipun
banyak cara telah dilakukan ayahnya.

260
Pada suatu hari, Abrar mencari tas
pelajarannya di rumah. Tapi Ia tak menemukannya
dan marah.

"Aduh, dimana lagi sih ini?"

"Apa, nak?"

"Duh. Jangan ikut campur, orang tua!" Ujar


Abrar menyentak. Ia lalu mencari di ruang yang dulu
kamar ibunya. Tapi, ia menemukan hal lain.

Ayah yang sabar iru mulai meneteskan air


mata. Ia kecewa. Ayahnya kecewa, bukan ini yang
diharapkan Anisah. Iya, Anisah, Ibu dari seorang
Abrar.

Dulu, Anisah memiliki gejolak naik turun


kehidupan yang berat. Ia pernah bercita-cita
mendirikan sebuah butik. Sejak menghadiri Sekolah
Menengah Kejuruan, Ia mempelajari seluk beluk tata
busana. Tapi sebelum itu, Ia memiliki masa kecil yang
jauh lebih rumit.

261
"Anisah, sini, nak. Ayo ikut ibu berjualan
kue." Ujar Ibu Anisah ceria, dengan tangan penuh
loyang berisi kue yang baru matang.

"Aduh, ngapain lagi, sih? Anisah malu sama


teman-teman, Bu."

Ibunya terdiam. Satu kalimat dari Anisah


cukup untuk membuatnya tersadar. Ia pun mengambil
satu barang bawaan lagi, sebuah keranjang berisi jamu
untuk dibawa di punggungnya. Jamu-jamu itu bukan
barang jualan Ibu yang biasa. Jamu itu adalah hadiah
dari tetangganya karena Ibu Anisah sedang sakit

"Aku harus bekerja lebih keras agar


kehidupan kami membaik. Aku tidak boleh
membiarkan Anisah dicemooh teman-temannya
karena keadaan keluarga." Pikir Ibu Anisah.

BRAKK. PRYAANGG!!

Suara botol kaca yang hancur menghantam


semen tanpa keramik rumah, diikuti

262
sebuah tubuh yang kehilangan keseimbangan.

"Aduh! Ibu ini bagaimana, sih?!" Ujar Anisah,


mendengar suara ibunya yang

terjatuh, tanpa niatan membantunya sama


sekali.

"Aduh," Erang ibu kesakitan. Tak heran, Ia


membawa 3 loyang penuh kue serta

punggungnya membawa keranjang berisi jamu.


Belum lagi pecahan kaca yang

menggores kakinya hingga terluka. Beban yang


dipikulnya tidak main-main. Bukan

hanya beban fisik, namun beban mental akan


sikap Anisah terhadapnya.

Anisah lalu bersiap berangkat ke sekolah. Ia


menuju ke sekolah unggulan di

kotanya, yang memiliki status ekonomi jauh


diatasnya. Namun, berkat giatnya Anisah

263
di Sekolah Dasar, Ia memiliki nilai yang bagus
dan melanjutkan pendidikannya

disana.

Di sekolah, Anisah yang duduk di bangku


kelas 9, sedang bersiap untuk Ujian Nasional. Ia
memfokuskan diri agar bisa diterima di sekolah
dengan jurusan yang diimpikannya, Jurusan Tata
Busana. Namun teman-temannya yang suka
menjahilinya lalu menghampiri Anisah.

"Eh, anak kencur, ngapain lu?" Ujar teman


Anisah sambil melirik latihan soal yang dikerjakan
Anisah.

"Apa, sih? Pergi sana."

"Lho, mulai berani, ya sama kita. Ini apaan


lagi nih, sok pinter banget pake ngerjain latian soal
segala."

Melihat Anisah yang tidak merespon


gunjingan mereka, Salah satu mulai menggoda Anisah

264
lebih jauh. Ia menumpahkan jus jambu yang
dipegangnya ke latihan soal yang telah dikerjakan
Anisah. Anisah yang marah pun lalu hendak membalas
gadis gadis itu.

"Eits, jangan macem-macem. Mau lu ibu


penjual jamu ku sabotase? Itu mah kecil buat gue."

"Gue ga peduli! Pergi dari sini!" Ujar Anisah


marah setelah soal yang dikerjakannya lenyap begitu
saja.

Di rumah, Anisah yang marah lalu


merencanakan kepergiannya dari rumah. Ia marah
pada ibunya yang telah membuat teman temannya
berbuat seperti itu kepadanya. Anisah lalu
memutuskan untuk meninggalkan kota itu setelah
melaksanakan Ujian Nasional. Ia pun menyiapkan
koper berisi barang bawaannya. Untuk uang, Anisah
mengambil semua sisa tabungannya dan ibunya.

"Lho, nak Anisah. Mau kemana, nduk?"

"Apa sih, Bu? Gausah ikut campur."

265
Ibu menghela nafas, Ia berpikir sebentar lagi
kakinya sembuh dan dapat melanjutkan pekerjaannya.

"Uhuk uhuk," Batuk Ibu tiba-tiba.

"Ibu ini kenapa lagi, sih? Jamunya nggak


diminum, apa?!"

"Uhuk, Ibu jual nduk, jamunya."

"Eh, tumben ibu pinter." Ujar Anisah tak


peduli sambil terus melipat bajunya.

Sebulan kemudian, Anisah telah


melaksanakan Ujian Nasional dan pergi ke kota
Yogyakarta. Iya, Yogyakarta. Atau yang biasa dikenal
sebagai Kota Pendidikan. Ia mencari sekolah
impiannya, jurusan Tata Busana.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2


Yogyakarta, Jurusan Tata Busana. Disinilah tempat
kedua orang tua Abrar bertemu.

"Jadi ini, tempatku 3 tahun ke depan." Ujar


Anisah.

266
"Iya, aku juga." Balas seseorang.

"Hah? Kamu siapa?"

"Aku? Kenalkan, Namaku Radi. Aku akan


menemanimu 3 tahun ke depan."

"Bagaimana bisa?"

"Aku juga berada di jurusan Tata Busana."

"Memangnya kau tahu darimana kalau aku


berada di jurusan yang sama denganmu?"

3 tahun berlalu, Anisah lulus. Ia lalu teringat


pada ibunya saat kelulusan mereka.

"Anisah, apa yang akan kamu lakukan setelah


ini?"

"Aku akan pulang ke kampung balaman."

267
Anisah pun pulang. Hanya untuk menemui
lahan yang dulu rumahnya, kini jadi sesawahan. Ia pun
mencari informasi pada tetangganya.

"Ibu? Ini nduk Anisah?"

"Iya, ini Anisah. Ibu dimana?"

"Ayo, nduk." Ujar nenek tersebut.

Mereka berjalan menuju jalanan yang sepi.


Belokan yang tajam dan berkelok. Semakin suram
auranya, menuju pintu pemakaman.

"Nggak, ini nggak mungkin. Ibu nggak


mungkin meninggal."

"Maaf ya, nduk."

Anisah menangis sejadi-jadinya. Ia menyesal


terhadap apa yang telah dilakukannya pada ibunya.
Radi berada disampingnya, menemani dan
menenangkan Anisah. Ia mengetahui apa yang telah
dilakukan Anisah pada ibunya, dan memyadarkan
Anisah tentang kesalahannya.

268
Di Yogyakarta, Anisah dan Radi menikah.
Tak lama kemudian, Anisah pun hamil.

"Jadi?"

"Jadi apa?" Ujar Anisah bingung.

"Jadi namanya siapa?"

"Aku tidak tahu. Belum kepikiran." Jawab


Anisah sambil menatap kosomg ke depan. Keheningan
menyambar mereka. Lama, dan sunyi mereka berdua
duduk dan merenung. Sampai ujaran Anisah
membubarkannya.

"Abrar."

"Abrar?"

"Namanya Abrar. Agar Ia menghargai orang


tuanya, selagi dimilikinya."

Radi lalu memeluk istrinya, merasakan


kepedihannya sekali lagi.

269
Setetes air mata jatuh. Abrar membuka benda
temuannya, yang ternyata buku harian ibunya dulu.
Tanpa pikir panjang, Abrar lalu membuka pintu kamar
tersebut dan lari menuju ayahnya. Abrar memeluknya.
Sudah lama Radi tidak merasakan hangatnya pelukan.
Kata maaf dan dimaafkan telah tersebut. Di saat itu,
waktu terasa berhanti. Dua tetes air mata jatuh.

270
271

Anda mungkin juga menyukai