Anda di halaman 1dari 24

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Industri pemesinan dan perlengkapan manufaktur berperan penting dalam


menunjang kegiatan proses produksi sebuah perusahaan untuk menghasilkan
barang berkualitas. Untuk itu, industri ini diminta untuk terus berinovasi dan
berkembang. Badan Pusat Statistik merilis laporan, pertumbuhan produksi industri
manufaktur besar dan sedang sudah terjadi semenjak tahun 2014 dengan angka
kenaikan 4,57%. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri
mesin dan perlengkapan manufaktur sebesar 12,05%, paling tinggi kenaikannya
diantara industri-industri bidang yang lain. (http://kemenperin.go.id)

Hal tersebut menjelaskan bahwa industri pemesinan merupakan penopang


utama sektor manufaktur di Indonesia. PT. Mandiri Ghifa Nusantara yang bergerak
di bidang industri pemesinan, yang salah satu kegiatannya adalah hole repair
dengan menggunakan Portable Line Boring Machine. Portable Line Boring
Machine adalah sebuah mesin portable yang digunakan untuk pengerjaan
pembesaran lubang pada benda kerja atau material besar yang tidak memungkinkan
untuk menggunakan mesin drilling biasa.

Perkakas atau alat bantu berupa jig and fixture memberikan peranan penting
dalam proses pengerjaan material atau benda kerja pada sektor manufaktur. Penepat
dan pencekam (jig and fixture) merupakan salah satu alat atau “perkakas bantu”
yang dipakai untuk mengarahkan, memposisikan, mendukung, melindungi dan
memegang benda kerja agar bisa diproses oleh mesin perkakas dan mesin-mesin
produksi lainnya termasuk pengelasan. (http://id.wikipedia.org)
6

2.2 Tinjauan Patent

 E. P. Mooers “Boring Tool Fixture” United State.


Patent number: US1939786 A

Gambar 2.1 Boring Tool Fixture


(Sumber: http://www.google.com/patents/US1939786A)
Desain fixture ini sudah bagus, akan tetapi apabila diaplikasikan atau
digunakan pada proses portable line boring machine, khususnya untuk
bentuk benda kerja silindris seperti pipa kurang sesuai karena pencekaman
hanya dilakukan dari atas. Untuk melakukan proses centering juga akan
mengalami kesulitan karena tidak dilengkapi dengan penepatnya atau jig.
Kemudian bentuknya juga kurang sesuai dengan desain portable line boring
machine saat ini.

 “Boring Jig Apparatus” United State.


Patent number: US4865496 A

Gambar 2.2 Boring Jig Apparatus


(Sumber: http://www.google.com/patents/US4865496A)
7

Desain jig ini kurang sesuai digunakan dalam proses portable line
boring machine untuk pengerjaan material berbentuk silindris atau tabung.
Selain itu, proses pencekaman pada benda kerja atau material juga akan sulit
karena tidak dilengkapi pencekam atau fixture. Sehingga benda kerja akan
mudah goyah dan bergerak saat proses boring dilakukan. Benda kerja tidak
berada pada kondisi steady atau diam pada posisi tepatnya.

Pada desain jig and fixture portable line boring machine ini dipilih bentuk
locator yang sesuai untuk benda kerja silindris (pipa) yaitu bentuk prisma atau Ve
dengan pertimbangan komponen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, lebih
murah, solid, kuat dan sangat cocok untuk pencekaman benda kerja berbentuk
silindris. Selain itu, tuntutan pengoperasian (ergonomi dan elemen operasi mudah
dikenali), konstruksi (tidak berlebihan atau over design) dan keamanan (jauh dari
bahaya listrik dan kegagalan pencekaman) menjadi pertimbangan umum yang harus
diperhatikan dalam perancangan jig and fixture.

2.3 Dasar Teori

2.3.1 Pengertian jig and fixture

Istilah jig and fixture di industri mempunyai arti dan penggunaan


yang berbeda-beda. Dalam industri pengolahan logam, jig and fixture sering
dikelompokkan sebagai salah satu alat atau perkakas bantu produksi, sejajar
dengan mesin perkakas atau peralatan potong. Kata jig didefinisikan sebagai
piranti/alat khusus mengontrol dan mengarahkan alat potong dalam suatu
proses pembentukan benda kerja. Secara umum penggunaan jig adalah pada
pengarahan alat potong atau proses seperti, mengarahkan proses pelubangan
(drilling), peluasan (boring), pembuatan lubang teliti (reamer), pengarahan
busur las, pengelingan (riveting) atau dimana suatu proses pengarahan
dianggap penting.
Sedangkan fixture adalah alat yang berfungsi untuk memegang,
melokasikan benda kerja pada posisi tertentu dan menjamin agar benda
8

kerja tetap pada posisinya. Secara umum alat penepat dan pencekam (jig and
fixture) terdiri dari 3 bagian: (Sumber: http://id.wikipedia.org)

 Bagian peletak. Meletakkan benda kerja secara akurat terhadap bagian


pemandu dan pengatur mesin perkakas.
 Bagian pemegang. Memegang benda kerja dengan aman selama proses
pengerjaan berlangsung.
 Bagian pengatur dan pemandu alat/pahat. Memandu pahat menuju
lokasi yang diinginkan pada benda kerja.

2.3.2 Tujuan Penggunaan Jig and Fixture


Tujuan penggunaan jig and fixture dapat dikelompokkan dalam
beberapa aspek, antara lain:
1. Aspek teknis atau fungsi
a. Mendapatkan ketepatan ukuran.
b. Mendapatkan keseragaman ukuran.
2. Aspek ekonomi
a. Menurunkan ongkos produksi dengan pemakaian bukan operator ahli
atau terampil.
b. Memungkinkan pelaksanaan penyederhanaan tahapan pengerjaan dan
pemanfaatan tenaga kurang terampil.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan mesin.
d. Optimalisasi mesin yang kurang teliti.
e. Meningkatkan kinerja mesin.
f. Mengurangi waktu inspeksi dan alat ukur.
g. Mengurangi kesalahan pengerjaan.
h. Aspek sosial atau keamanan
i. Mengurangi resiko kecelakaan kerja.
9

2.3.3 Manfaat dan Keuntungan Penggunaan Jig and Fixture


Manfaat yang dapat di peroleh dari penggunaan Jig and Fixture ini
adalah sebagai berikut :
1. Mempercepat setting potong dan benda kerja saat sebelum proses
permesinan.
2. Memungkinkan melaksanakan penyederhanaan beberapa tahapan
proses kerja dan pemanfaatan tenaga yang tidak terampil.
3. Menambah ketelitian karena benda kerja secara otomatis akan tepat
pada posisinya tanpa harus dilakukan penyetingan yang lama.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan mesin perkakas sehingga dapat
menurunkan biaya produksi.
5. Pengoprasian mesin dapat dilakukan oleh operator dengan skill yang
rendah namun dengan kwalitas yang hampir menyamai operator dengan
skill yang tinggi.

2.3.4 Komponen Jig and Fixture


Berdasarkan fungsinya, sebuah jig and fixture dapat terdiri dari
komponen- komponen antara lain:
1. Elemen penepat yang berfungsi secara ruang menempatkan posisi benda
kerja relatif terhadap mesin.
2. Elemen penumpu yang berfungsi melindungi benda kerja dari deformasi
bentuk akibat gaya cekam, gaya potong atau gaya berat benda kerja itu
sendiri, selain itu juga berfungsi untuk menghindari kekeliruan posisi
benda kerja.
3. Elemen pencekam yang berfungsi mengamankan ruang benda kerja
terhadap penggeseran ataupun perputaran serta menjamin benda kerja
selalu pada posisi yang diharapkan.
4. Elemen pengarah alat potong yang berfungsi mengarahkan pergerakan
alat potong dan menjamin letak (relatif terhadap benda kerja) alat potong
selalu pada posisi yang sama.
10

5. Elemen penyetel alat potong berfungsi untuk memungkinkan penyetelan


posisi relatif jig and fixture terhadap alat potong.
6. Elemen operasi pencekam berfungsi untuk memungkinkan operator
mengoperasikan jig and fixture secara manual.
7. Rangka jig and fixture merupakan keseluruhan komponen pada jig and
fixture serta memungkinkan penempatan posisi dan pencekaman benda
kerja ke mesin.
8. Elemen pengikat berfungsi untuk menghubungkan dan mengikat jig and
fixture berikut komponen-komponen ke posisi yang diharapkan.

2.3.5 Macam – Macam Rangka Jig and Fixture


Rangka berfungsi sebagai pemersatu elemen- elemen pada posisi
masing- masing sehingga membentuk jig and fixture. Dengan adanya
rangka, maka jig and fixture secara keseluruhan dapat lebih mudah
dihubungkan dengan meja mesin atau dengan bantuannya benda kerja dapat
dikerjakan di atas meja mesin.
1. Rangka konstruksi baut.
a. Keuntungan
1) Komponen tunggal dapat dibuat dengan mudah pada mesin.
2) Ketepatan posisi (jarak, penyetelan posisi) dapat dilakukan setelah
proses pengikatan baut.
3) Elemen yang rusak dapat diganti.
b. Kerugian
1) Diperlukan banyak pengerjaan permukaan yang berfungsi sebagai
landasan benda kerja atau bidang datum bagi elemen lain.
2) Pada rangka yang besar akan lebih berat dibandingkan kontruksi
pengelasan.
3) Seluruh elemen yang akan diikat dengan baut harus dikerjakan dengan
ketelitian tinggi.
11

2. Rangka konstruksi pengelasan.


a. Keuntungan
1) Sesuai untuk benda kerja yang sangat besar.
2) Penghematan bahan dengan kekuatan konstruksi yang memenuhi
syarat.
3) Mudah menyesuaiakan diri terhadap bentuk benda kerja, mesin dan
pengoprasiannya.
b. Kerugian
1) Kemungkinan timbul kembali dalam akibat proses pengerjaan
mekanik.
2) Penyusutan dan deformasi akibat tegangan.
3) Konstruktor harus mampu memperkirakan pembebanan yang akan
terjadi dan mengambil tindakan pengamanan yang baik akibat beban
bengkok, puntir dan deformasi statis.
3. Rangka konstrukasi Tuangan (cor)
a. Keuntungan
1) Besi tuang dapat meredam getaran lebih baik.
2) Pada pembuatan rangka dalam jumlah besar akan lebih ekonomis
dibandingkan dengan cara lain.
3) Dengan model yang tersedia, maka penggantian seluruh rangka akan
lebih murah dan cepat.
b. Kerugian
1) Tidak ekonomis untuk jumlah yang kecil.
2) Perubahan bentuk benda kerja, mesin dan pengoprasian membutuhkan
rangka tuang yang baru.
3) Waktu penyelesaian lebih lama.

Pada desain jig and fixture portable line boring machine ini, untuk main
body jig and fixture dipilih jenis rangka konstruksi tuangan (cor) dengan
pertimbangan bahwa besi tuang dapat meredam getaran akibat proses pemotongan
material lebih baik dibandingkan jenis rangka yang lain. Serta dengan tambahan
rangka kontruksi baut untuk penyambungan antar bagian-bagian dari main body dan
12

juga bagian support body jig and fixture dengan pertimbangan ketepatan posisi
(jarak maupun penyetelan posisi) dapat dilakukan setelah proses pengikatan baut
dan elemen yang rusak mudah untuk dapat diganti.

2.4 Pemilihan Bahan

Bahan yang merupakan syarat utama sebelum melakukan pembuatan


komponen pada suatu mesin atau peralatan. Harus dipertimbangkan terlebih dahulu
pemilihan mesin atau peralatan lainnya. Selain itu pemilihan bahan juga harus
selalu sesuai dengan kemampuannya. Jenis-jenis bahan dan sifat-sifat bahan yang
akan digunakan, misalnya tahan terhadap keausan, korosi dan sebagainya.
Adapun hal-hal yang perlu perhatikan dalam pemilhan bahan untuk
komponen-komponen alat ini adalah:
1. Bahan yang digunakan sesuai dengan fungsinya
Dalam pemilihan bahan, bentuk, fungsi dan syarat dari bagian alat
bantu sangat perlu diperhatikan. Sebagai seorang engineer harus
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang sifat mekanik, kimia,
termal untuk mesin seperti baja besi cor, logam bukan besi (non ferro) dan
sebagainya. Hal-hal tersebut berhubungan erat dengan sifat material yang
mempengaruhi keamanan dan ketahanan alat yang direncanakan.
2. Bahan mudah ditemukan
Yang dimaksud bahan mudah didapat adalah bagaimana usaha agar
bahan yang dipilih untuk membuat komponen yang direncanakan itu selain
memenuhi syarat juga harus mudah didapat dipasaran. Pada saat proses
pembuatan alat terkadang mempunyai kendala pada saat menemukan bahan
yang akan digunakan. Maka dari itu, bahan yang akan digunakan harus
mudah ditemukan di pasaran agar tidak menghambat pada saat proses
pembuatan.
3. Efisien dalam perencanaan dan pemakaian
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pemakaian suatu bahan
hendaknya lebih banyak dari kerugiannya. Sedapat mungkin alat yang
13

dibuat sederhana, mudah dioperasikan, biaya perawatan dan perbaikan


relatif rendah tetapi memberikan hasil yang memuaskan.
4. Pertimbangan khusus
Dalam pemilihan bahan ini ada hal yang tidak boleh diabaikan
mengenai komponen-komponen yang menunjang pembuatan alat itu sendiri
komponen-komponen penyusunan alat tersebut terdiri dari dua jenis. Yaitu
komponen yang telah tersedia lebih menguntungkan untuk dibuat, maka
lebih baik dibuat sendiri. Apabila komponen tersebut sulit untuk dibuat,
maka lebih baik dibeli supaya dapat menghemat waktu pengerjaan.
Tujuan pemilihan bahan ini adalah untuk mengoptimalkan
penggunaan bahan. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan
bahan adalah :
1. Sifat Mekanis Bahan
Sifat mekanis bahan adalah daya tahan dan kekuatan bahan terhadap
gaya yang diterima. Dalam suatu perencanaan perlu diketahui sifat mekanis
dari bahan, agar dalam menentukan bahan yang akan digunakan menjadi
lebih efektif dan efisien. Dengan mengetahui sifat mekanis bahan, maka
dapat diketahui bahwa bahan tersebut mampu menerima beban sesuai
dengan fungsi dari masing – masing komponen pada kontruksi yang akan
dibuat. Sifat mekanis bahan meliputi kekuatan tarik, tegangan geser,
modulus elastisitas dan tegangan puntir.
2. Sifat Fisis Bahan
Sifat fisis bahan adalah daya tahan dan kekuatan bahan yang
dipengaruhi oleh unsur – unsur pembentuk bahan tersebut. Sifat fisis bahan
perlu diketahui dalam pembuatan suatu mesin agar dapat menentukan bahan
yang cocok untuk digunakan. Sifat fisis bahan meliputi kekasaran, titik leleh
bahan dan ketahanan terhadap korosi.
3. Sifat Teknis
Kemudahan dalam proses pengerjaan bahan perlu diperhatikan
karena berhubungan dengan kelancaran produksi. Hal ini disebabkan karena
dalam perencanaan suatu mesin tentu ada komponen mesin yang harus
dikerjakan dengan menggunakan mesin. Dengan memperhatikan hal
14

tersebut maka dapat diketahui apakah bahan itu dapat dikerjakan dengan
mesin atau tidak.
4. Mudah didapat di Pasaran
Bahan yang akan digunakan seharusnya dapat dengan mudah
didapat di pasaran. Sehingga memudahkan dalam memilih, mengganti atau
memperbaiki komponen yang rusak dan dapat diusahakan adanya alternatif
pengganti bila bahan tidak ada. Selain itu harga bahan yang akan digunakan
diusahakan semurah mungkin namun memiliki kekuatan sesuai dengan
perancangan.
2.4.1 Diagram Tegangan – Regangan

Dalam pembuatan komponen mesin, perlu sekali untuk mengetahui


bagaimana material itu akan berfungsi di dalam penggunaannya. Untuk itu
karakteristik atau sifat-sifat mekanis dari material harus dikenal. Sifat
mekanis dari material ini biasanya banyak dipergunakan dalam praktek dan
umumnya diketahui dari standartd percobaan tegangan tarik.

Gambar 2.3 Diagaram Tegangan Regangan *)


*)Sumber : http://wikipedia.image.com

1. Proporsional limit

Pada gambar diatas dari 0 sampai titik proporsional limit merupakan


garis lurus yang berarti tegangan berbanding lurus terhasap regangan.
15

Hukum Hooke berlaku sampai proporsional limit yaitu batas dari tegangan
pada diagram tegangan- regangan mulai menyimpang pada garis lurus.

2. Elastic limit

Elastic limit terjadi jika setelah melalui titik proporsional limit beban
terus dinaikkan hingga mencapai titik elastic limit. Pada titik ini disebut
elastic limit yang berarti bahwa bertambahnya tegangan yang terjadi pada
material tanpa menimbulkan deformasi plastis atau permanen.

3. Yield stress

Jika beban tarik pada material terus dinaikkan di luar titik elastic
limit, maka deformasi plastis akan terjadi. Dalam hal ini apabila beban
ditiadakan, maka material tidak dapat kembali pada bentuk dan ukuran
seperti semula.

4. Ultimate stress

Pada titik ultimate harga tegangannya merupakan harga maksimum


yang dapat tercapai oleh material dan disebut sebagai ultimate stress.

5.Fracture

Setelah benda uji mencapai ultimate stress, maka akan terjadi


pengecilan penampang (necking). Dalam hal ini untuk mematahkan benda
uji patah pada titik fracture.

2.4.2 Rumus Perhitungan

Dalam perancangan jig and fixture digunakan beberapa rumus


perhitungan.
1. Perhitungan Massa
Dalam Wikipedia, massa benda diperoleh dengan cara menghitung
perkalian antara massa jenis benda dan volume benda, secara matematis
dirumuskan (http//wikipedia.com):
16

𝑚
ρ= (2-1)
𝑉
dengan m = Massa benda (kg)
V = Volume benda (mm²)
ρ = Massa jenis benda (kg/mm³)

2. Gaya Potong
Gaya potong adalah besarnya gaya yang dibutuhkan cutting tool untuk
dapat memotong benda kerja. Gaya potong ini menjadi acuan desain dalam
menentukan kekuatan material yang dirancang. (Westerman Table. Hal: 96)
𝐹 = 𝑎 × 𝑠 × 𝑘𝑐 (2-2)
dengan F = Gaya potong (N)
a = Depth of cut (N/mm)
s = Feedrate (mm/rev)
𝑘𝑐 = Konstanta gaya spesifik material (kg/mm2)

3. Perhitungan Sudut V-block


Sudut dari bentukan pencekam (bentuk prisma atau Ve) V-block dapat
ditentukan melalui persamaan berikut: (Herman W. Pollack: 1977)
D−d
E = csc 𝛽 ( ) (2-3)
4

𝛼 = 2. 𝛽 (2-4)

dengan 𝐸 = Variasi dari titik tengah benda kerja (mm)

D = Maksimum diameter benda kerja (mm)


d = Minimum diameter benda kerja (mm)
𝛼 = Sudut bentukan V-block (°)

4. Tegangan Geser Izin


Tegangan geser izin suatu material atau bahan dapat diketahui dengan
rumus: (Sularso, 1983:8):
σB
τa = (2-5)
Sf1 . Sf2
17

dengan τa = Tegangan geser izin (kg/mm2)


σB = Kekuatan tarik (kg/mm2)
Sf1 = Safety factor 1
Sf2 = Safety factor 2

5. Torsi
Perhitungan torsi atau momen puntir yang terjadi pada suatu material
(khususnya poros) ada berbagai macam persamaan yaitu:

T = Fx r (2-6)
(Sumber: online)
𝜏. 𝐼
𝑇= (2-7)
𝐶

(Sumber: Ach. Muhib Zainuri, 2008: 167)


P
Mw = 71620 n (2-8)

(Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 89)

Dimana:
P = Daya (HP)
𝑛 = Putaran mesin (rpm)
𝑇 = Torsi (N.m)
𝐼 = Momen inersia polar (mm4)
𝐹 = Gaya (N)
𝑟 = panjang lengan putar (mm)
𝐶 = jari-jari penampang lingkaran (mm)
𝜏 = tegangan geser (kg/mm2)
𝑛 = putaran poros (put/menit)
Mw = Momen puntir (kg.mm)

6. Perhitungan Diameter Poros


18

Perhitungan poros yang digunakan pada perancangan jig and fixture


portable line boring machine ini menggunakan persamaan: (Sularso dan
Suga: 1991)

1
5,1
ds = [ τ √(K m . M)2 + (K t . T)2 ] 3 (2-9)
a

Dimana:

ds = Diameter poros yang digunakan pada perancangan jig and


fixture (mm)

τa = Tegangan geser poros yang diizinkan pada perancangan


(kg/mm2)

Km = Faktor koreksi untuk momen bending pada poros yang


digunakan pada perancangan jig and fixture yang mengalami
tumbukan ringan adalah 2

M = Momen bending yang terjadi pada poros yang digunakan


pada perancangan jig and fixture (kg.mm)

Kt = Faktor koreksi untuk momen puntir pada poros yang


digunakan pada perancangan jig and fixture yang dikenai
beban sedikit kejutan adalah 1,5

T = Momen puntir yang terjadi pada poros yang terdapat pada


perancangan jig and fixture (kg.mm)

𝟑 16 . T
d = √π . (2-10)
𝜏𝑎

(Sumber: Ach. Muhib Zainuri, 2008: 168)

Dimana :

d = Diameter poros (mm)

τa = Tegangan geser poros yang diizinkan (kg/mm2)

T = Momen puntir yang terjadi pada poros (kg.mm)

2.4.3 Bahan Ulir


19

Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandartkan dalam JIS


seperti diperlihatkan dalam tabel 2.1. Arti dari bilangan kekuatan untuk baut
dalam tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Angka disebalah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum

kekuatan tarik σB (kg/mm²), dan disebelah kanan titik adalah 1/10 (σγ/ σB).

Untuk mur, bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban


jaminan.
Tabel 2.1 Bilangan Kekuatan Baut/Sekrup Mesin dan Mur*)

*)Sumber: JIS B 0205

2.4.4 Macam-Macam Ulir


Di dalam jurusan teknik mesin dikenal beberapa macam ulir di
antaranya adalah :
1. Ulir Metris
Satuan dinyatakan dalam milimeter, sudut ulirnya 60° dan s (kisar)
juga dinyatakan dalam milimeter.

Gambar 2.4 : Ulir Metris*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 9
2. Ulir Uni
20

Ulir ini mempunyai sudut 60°. Diameter luar (D) dinyatakan dalam
inchi. Untuk ulir halus digunakan UNF, contohnya 1”- 12 UNF artinya
diameter luar (D) = 1”, angka 12 adalah kisar tiao inchi.

Gambar 2.5 : Ulir Uni*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 9

3. Ulir Withwort
Ulir ini mempunyai sudut 55° dan termasuk ulir kasar.

Gambar 2.6 : Ulir Whitwort*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 9

4. Ulir Persegi Tunggal


Macam ulir ini biasanya dipakai untuk sambungan- sambungan yang
bergerak seperti dongkrak dan mesin- mesin produksi. Selain yang tunggal
ada pula yang ganda 2, ganda 3 dan seterusnya.
21

Gambar 2.7 : Ulir Persegi Tunggal*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 9

5. Ulir Trapesium
Ulir trapesium banyak dipakai untuk sambungan- sambungan yang
bergerak seperti halnya pada ulir pesegi sudut ulirnya adalah 30°. DI
samping tunggal ada pula yang ganda 2, ganda 3 dan seterusnya.

Gambar 2.8 : Ulir Trapesium*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 9
Ulir yang dipakai pada alat- alat permesinan harus diperhitungkan
kekuatan dan kemampuannya menahan suatu benda. Beban yang bekerja
padanya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Pembebanan Memanjang
Pembebanan memanjang mengakibatkan tegangan tarik.
Disebabkan oleh pemasangan baut dengan kunci, maka pada batang baut
terjadi gaya memanjang sebesar F. Ini berarti pada baut terjadi pembebanan
memanjang. Tempat terlemah yang terdapat pada baut adalah pada
penampang intinya. (Umar Sukrisno, 1983: 9):
22

Gambar 2.9 : Pembebanan Ulir*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983 : 11
Untuk mencari pembebanan memanjang menggunakan rumus
(Umar Sukrisno, 1983: 9):

F= A. 𝜎̅𝑡 (2-11)

Untuk mencari luas permukaan (A) yang mengalami pembebanan


memanjang menggunakan rumus:
𝜋
A = 4 x D² (2-12)

Dengan D² = Diameter inti (cm²)

2. Pembebanan Melintang
Pembebanan melintang terjadi apabila kita menyambung dua buah
plat atau lebih dengan menggunakan baut, sedangkan pada plat terjadi gaya
tarik kesamping. Bagian baut yang menerima tarikan yang paling besar
adalah di tempat dimana kedua plat terjadi berimpitan. Maka gaya F yang
bekerja pada bagian baut tadi didasarkan atas pergeseran.
23

Gambar 2.10 Baut yang Terkena Pembebanan Melintang*)


*)Sumber: Umar Sukrisno, 1983: 14
Untuk mencari pembebanan melintang menggunakan rumus (Umar
Sukrisno, 1983: 14) :

F = n.A.τd (2-13)

Dengan F = Pembebanan (kg)


A = Luas penampang (mm²)

τd = Tegangan geser (kg/cm²)

τd = 0,8 x σt

2.4.5 Sambungan Baut dan Mur

Mur dan Baut merupakan komponen pengikat yang sangat penting


dalam suatu rangkaian alat atau mesin. Untuk mencegah kecelakaan dan
kerusakan pada mesin atau alat, pemilihan mur dan baut sebagai pengikat
harus dilakukan secara teliti untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan
beban yang diterimanya. Penyambungan menggunakan baut atau mur
sangat mudah untuk proses maintenance pada saat pelapasan atau
pemsangannya kembali, metode sambungan ini sering pakai pada kontruksi
jembatan.
24

Gambar 2.11 Type of screwed joint *)


*) Sumber : Khurmi, RS. Hal : 383

a) Through bolt

Pada jenis sambungan seperti gambar 2.11 (a) paling cepat proses
pembuatanya karena kedua part di bor tembus langsung, namun harus
menambahkan pengunci mur diujung satunya, jenis ini mudah dalam
pelepasannya tinggal memutar salah satu pengunci mur atau kepala baut,
b) Tap bolt
Pada jenis ini sambungan seperti gambar 2.11 (b) bagian salah satu
part dibor kemudian ditap yang difungsikan sebagai pengganti mur, dan
pada part satunya hanya di bor saja lebih besar dari diameter luar baut. Pada
jenis ini tidak membutuhkan sebuah mur dan sering ditemui pada mesin
perkakas namun cukup lama proses pembuatanya dibanding through bolt.
c) Stud bolt

Pada jenis ini seperti gambar 2.11 (c) kedua part yang akan di
sambung dibor kemudian di tap, jenis ini tidak memerlukan baut dan
pembuatanya relative lama.

Gambar 2.12 Type of Cap Screws *)


*) Sumber : Khurmi, RS, Hal : 384
25

Gambar 2.13 Type of Set Screws *)


*) Sumber : Khurmi, RS, Hal : 384

Baut dan mur yang standar ada di pasaran menggunakan material


yang dibagi berdasarkan kelas kekuatanya mulai dari yang mempunyai
kekuatan rendah dan kecil untuk penyambungan komponen elektrik yang
relative kecil sampai yang terbesar biasa digunakan untuk penyambungan
yang menahan beban besar seperti jembatan, mesin pengangkat dan lain-
lain.

Tabel 2.2 Mechanical Properties of grade bolt or nut *)

Properties Grade Grade Grade Grade Grade


5.6 6.8 8.8 10.9 12.9

Tensile stress (𝑵/𝒎𝒎𝟐) 500 600 800 1000 1200

Yield stress (𝑵/𝒎𝒎𝟐) 380 440 640 900 1080

*)www.fullermetric.com/technical/information/tech_mechanical _properties.aspx

2.4.6 Suaian

Suaian adalah pasangan lubang dan poros atau sebaliknya, baik poros
dan lubang mempunyai diameter nominal sama toleransi khusus tertentu
kemudian selisih dari toleransi tersebut adalah suaian. Suaian dibagi
menjadi 3 yaitu:

1. Suaian Longgar
2. Suaian Transisi
3. Suaian Sesak

Tabel 2.3 Suaian basis Lubang *)


26

H8 H7

Suaian Poros Keterangan Contoh Penggunaan

Longgar besar Bantalan luncur untuk selisih


temperatur yang besar,
d9 bantalan tuas

Longgar masih
e8
terasa

Dapat digeser Kopling geser, ring jarak


dengan ringan
Longgar h9

f7 Longgar sekali Poros engkol, Torak, Katup

Longgar tidak terasa Bantalan luncur pada mesin


perkakas
g8

Jika dilumasi masih Rangkaian pada kepala lepas


dapat digeser
h7 h6

Dengan tangan Bantalan glinding, pasal


disertai tekanan kecil posisi
js6 masih dapat digeser

Dengan hammer Handwheel, kopling, puli


Transisi tangan disertai sabuk, bantalan glinding
sedikit tekanan
k6 bagian suaian
dipasang

Dengan hammer Pemindah momen puntir


tangan bagian suaian dengan pengaman
n6 dipasang

Bagian suaian Pemindahan momen puntir


dipasang dengan ringan tanpa pengaman
Sesak p6
pengepresan atau
pemanasan

*) Sumber: Sato, Takhesi. Hal: 130

Tabel 2.4 Suaian basis Poros *)


27

h9 h6
Keterangan Contoh penggunaan
Suaian Lubang
H11 Longgar besar Lubang baut
Longgar sangat Bantalan luncur untuk
D10 besar mesin pertanian
E9 Longgar besar Silinder untuk torak
F8 Longgar terasa Bantalan luncur (bushing)

Longgar G7 Longgar tidak terasa Pandu presisi

H9 Masih dapat digeser Pasak pada roda


dengan tangan Kopling geser
H7
JS9 Masih dapat digeser Pasak pada roda
dengan tangan Bagian yang sering
disertai sedikit dipasang dan dilepas:
JS7 tekanan handwhell, roda gigi ganti,
puli sabuk
Dengan hammer Handwhell, kopling puli
tangan disertai sabuk
K7
sedikit tekanan
Suaian dipasang Pasak silindris
Transisi
N7 dengan press tangan
Suaian dipasang Pasak pada poros
P9 dengan press tangan
Bagian suaian Pemindahan momen puntir
dipasang dengan ringan tanpa pengaman
Sesak P7 pengepressan atau
pemanasan
*) Sumber: Sato, Takhesi. Hal: 130

Gambar 2.14 Suaian (Khurmi, RS. Hal: 65)


28

Pada desain jig and fixture portable line boring machine ini, untuk poros
penggerak pencekam jig and fixture dipilih jenis ulir trapesium dengan
pertimbangan bahwa ulir trapesium merupakan salah satu bentuk ulir daya yang
biasa digunakan pada alat bantu cekam, sedangkan bahan poros yang digunakan
adalah tipe S50C dengan pertimbangan bahwa sifat mekanis, fisis dan teknis dari
bahan tersebut yang kuat serta mudah ditemukan di pasaran. Kemudian, poros
penggerak table untuk dudukan jig and fixture digunakan bahan yang sama seperti
poros penggerak cekam hanya saja digunakan ulir metris dengan pertimbangan
lebih mudah/sederhana dalam pembuatannya dan juga pada table menggunakan
poros bantu untuk rel dengan poros tanpa ulir, sehingga beban yang ditimbulkan
tidak terpusat pada satu poros saja.
Pemilihan bahan pada desain untuk poros penggerak saddle jig and fixture
digunakan bahan baja untuk poros tipe S45C dengan pertimbangan sifat bahan yang
cukup kuat dan mudah ditemukan di pasaran. Sedangkan untuk sambungan baut
dipilih baut tipe ISO dengan Grade 8.8 dengan pertimbangan mudah untuk didapat
di pasaran. Kemudian, untuk suaian basis poros dipilih suaian transisi dengan kode
N6 dengan pertimbangan komponen jig and fixture supaya dapat dilepas-pasang,
sedangkan suaian basis lubang dipilih juga suaian transisi dengan kode P9 atau K7.

Anda mungkin juga menyukai