Anda di halaman 1dari 25

No Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Panas
1
1
Peraturan dan Undang-undang
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA

Pasal 2 ayat 1
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Pasal 12
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung-jawabkan.

Pasal 13.
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.08/MEN/VII/2010
TENTANG
ALAT PELINDUNG DIRI

Pasal 4 ayat 1
(1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana :

• Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi
yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan

• Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang

• Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran

• Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah

Pasal 6 ayat 1 dan 2

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan
APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko
(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang
disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan

KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
No. : KEP.186/MEN/1999
TENTANG
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
a. Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
b. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
d. Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penganggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
e. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan
melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran.
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
a. Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
b. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
d. Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penganggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
e. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan
melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran.
f. Regu penanggulangan kebakaran ialah Satuan tugas yang mempunyai tugas
khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.
g. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang
penanggulangan kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
h. Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkehalian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
i. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannnya yang berdiri sendiri.
j. Pengusaha ialah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
dan angka (2) yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia

Pasal 2

1. Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan


kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja.
2. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
3. Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan
gas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Pasal 2

1. Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan


kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja.
2. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
3. Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan
gas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 1992


Tentang : Kesehatan Kerja

Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pasal 4
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
Pasal 5
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungannya.
Pasal 23
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
LAPORAN PROSEDUR PEKERJAAN

Standar Operasional Prosedur

IJIN MELAKUKAN PEKERJAAN PANAS


• Lamanya waktu izin berlaku
• Nama(-nama) pekerja yang akan melakukan pekerjaan panas
• Nama(-nama) penjaga (pengawas keselamatan) dan/atau supervisor
• Lokasi pekerjaan panas
• Tanggal dan waktu melakukan pekerjaan panas
• Penggunaan alat pelindung diri dan lainnya yang diperlukan untuk semua tindakan pencegahan
harus diikuti oleh setiap pekerja yang akan melakukan pekrjaan panas
• Peralatan pelindung dan peralatan keadaan darurat harus digunakan oleh setiap orang yang ambil
bagian dalam penyelamatan atau merespons keadaan darurat lainnya di dalam pekerjaan panas
• Tandatangan penanggung jawab dan pekerja yang akan melakukan pekerjaan panas, Tandatangan
yang terdapat pada izin harus menunjukkan bahwa tindakan pencegahan yang memadai sudah
dilakukan untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang telah diantisipasi.
• Mengetahui jenis-jenis aktifitas kerja dengan panas (hot work), misalnya welding, cutting, grinding,
mengoperasikan mesin diesel, atau aktifitas lain yang bisa menyebabkan percikan (spark).
• Memahami dan mengikiuti prosedur hot work permit (ijin kerja panas) yang ada diperusahaan anda
• Jika anda memiliki keraguan atau tidak pasti untuk melakukan aktifitas kerja panas (hot work),
segera hentikan dan bicarakan dengan manajemen sebelum melanjutkannya.
• Gunaka flammable gas detector untuk mengidentifikasi keberadaan gas atau uap mudah terbakar
disekitar area kerja.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELASAN (WELDING )


1. Sebelum melakukan pekerjaan pengelasan (welding) lakukan Safety Toolbox Meeting dengan
semua pekerja untuk menjelaskan ruang lingkup pekerjaan pengelasan (welding) dan aspek K3 yang
harus dipenuhi.
2. Semua pekerja yang terlibat harus dalam keadaan sehat baik itu secara fisik maupun mental
3. Memakai alat pelindung diri (APD) Helm, Sepatu Safety, Masker, Sarung Tangan Kulit, Jacket
Welding/Appron, Welding cap Screen dan Kacamata, wajib dipakai selama pekerjaan pengelasan
(welding), Sumbat telinga/ earplug, menyesuiakan dengan tempat kerja jika ada paparan bahaya
kebisingan dan pastikan kelayakannya untuk di gunakan.
4. Siapkan alat pemadam api (APAR) yang layak di gunakan.
5. Pastikan peralatan dalam kondisi normal (stang holder, kabel-kabel power tidak ada yang
terkelupas/dalam keadaan aman dan terpasang dengan baik pada panel).
6. Pastikan di area kerja tidak ada barang/material yang mudah terbakar
7. Dilarang mengelas di luar ruangan pada saat cuaca hujan.Ketika bekerja di tempat basah, harus
berdiri di tempat yang dialaskan dengan bahan isolasi serta memakai sepatu isolasi.
8. Jika pekerjaan pengelasan (welding) dilakukan di area CONFINED SPACE/ AREA MUDAH TERBAKAR
harus ada ijin kerja khusus
9. Pengelasan (welding) pada sore dan/atau malam hari harus dipastikan Fasilitas penerangan
memadai dan Kondisi fisik para pekerja harus menyesuaiakan dengan ketentuan batas kerja lembur
10. Pengawas/Mandor/Foreman Harus selalu mengawasi pekerjaan pengelasan (welding) untuk
memastikan pekerjaan berjalan lancar.
11. Jika pekerjaan selesai instalasi kelistrikan pada mesin las yang digunakan dimatikan.
12. Pekerjaan telah selesai Kemasi dan rapikan semua peralatan pekerjaan pengelasan (welding) dan
sisa material yang di gunakan.
13. Koodinasikan dengan pimpinan kerja atau yang berwenang, bahwa pekerjaan telah selesai
dilakukan
sisa material yang di gunakan.
13. Koodinasikan dengan pimpinan kerja atau yang berwenang, bahwa pekerjaan telah selesai
dilakukan
Larangan pekerja

1. Dilarang melakukan pekrjaan dalam pengaruh alkohol.


2. Tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan dalam kondisi sakit.
3. Dilarang melakukan pekerjaan tanpa menggunakan alat pelindung diri
yang lengkap.
3. Dilarang melakukan pekerjaan tanpa ada izin kerja terlebih dahulu.
4. Dilarang melakukan pekerjaan dengan peralatan yang tidak layak di
gunakan.
5. Dilarang melakukan melakukan pekerjaan jika tidak mengetahui apa
yang akan dikerjakan.
6. Dilarang mendekatkan tabung oksigen dan acytelling, dan minimal
jarak antara tabung 5 meter
Penanggung Jawab

Firdaus

Anda mungkin juga menyukai