Anda di halaman 1dari 5

1.

Istilah dalam Kebakaran

Istilah-istilah yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.

KEP-186/MEN/1999 antara lain sebagai berikut:

a. Kebakaran ringan adalah bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat

bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan bila

terbakar melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

b. Kebakaran sedang 1 adalah bahaya kebakaran pada tempat dimana

terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar

sedang, penimbunan bahan – bahan mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih

dari 2,5 meter dan bila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga

menjalannya api sedang.

c. Kebakaran sedang 2 adalah bahaya kebakaran pada tempat dimana

terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kernudahan terbakar sedang,

penimbunan bahan-bahan mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4

meter dan bila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga

menjalarnya api sedang.

d. Kebakaran sedang 3 adalah bahaya kebakaran pada tempat dimana

terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan

apabila terjadi kebakaran melepas panas tinggi sehingga menjalarnya api

cepat.

e. Kebakaran berat adalah bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat

bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan


apabila terjadi kebakaran melepas panas tinggi sehingga menjalarnya api

cepat.

f. Unit penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan

ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat

kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber

bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.

g. Petugas peran penanggulangan kebakaran adalah petugas yang ditunjuk dan

diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan

melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran unit kerja.

h. Regu penanggulangan kebakaran adalah suatu tugas yang mempunyai

tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.

2. Landasan Hukum

Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam

beberapa pasal memuat ketentuan tentang penanggulangan kebakaran seperti

tersebut dalam Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11/M/BW/1997

tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran. Syarat keselamatan

kerja yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran secara jelas telah

digariskan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 antara lain:

a. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

b. Penyediaan sarana jalan untuk menyelamatkan diri.

c. Pengendalian asap, panas, dan gas.

d. Melakukan pelatihan bagi semua karyawan.


1. Setiap APAR diperiksa dua kali dalam setahun. Pemeriksaan

dalam jangka 6 bulan dan jangka 12 bulan.

2. Isi tabung harus sesuai dengan berat yang tertera pada plat.

3. Pipa saringan dan penyalur tidak boleh tersumbat.

4. Ulir tutup kepala tidak rusak.

5. Peralatan yang bergerak tidak boleh dalam rusak, harus dapat bergerak

bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan tuas penekan harus

dalam keadaan baik.

6. Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik.

7. Lapisan pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik.

Frekuensi pemeliharaan rutine harus berdasarkan persyaratan ketentuan

dan standar yang berlaku.

1. Sistem Proteksi Kebakaran

Menurut Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.: Ins.11/M/BW/1997 tentang

Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran, sistem proteksi dalam

upaya penanggulangan kebakaran di tempat kerja dibagi menjadi dua yaitu

proteksi aktif dan proteksi pasif.

Proteksi kebakaran pasif adalah suatu teknik desain tempat kerja untuk

membatasi atau menghambat penyebaran api, panas dan gas baik secara vertikal
maupun horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan, memasang dinding

pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan media yang tahan api atau

dengan mekanisme tertentu. Sedangkan proteksi kebakaran aktif adalah penerapan

suatu desain sistem atau instalasi deteksi, alarm dan pemadan kebakaran pada suatu

bangunan tempat kerja yang sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja

tersebut mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran.

a. Inspeksi

Menurut Firman Setiawan (2005), tujuan dilakukannya inspeksi di tempat

kerja yaitu:

1) Untuk mengidentifikasi kondisi tidak aman,

2) Untuk mengidentifikasi tindakan tidak aman,

3) Menentukan penyebab dasar timbulnya kecelakaan kerja,

4) Melakukan perbaikan baik pada sistem, peralatan kerja, serta SOP.Inspeksi

dilakukan bukan untuk mencari-cari kesalahan seseorang akan tetapi untuk

pencegahan dan pengendalian terhadap resiko terjadinya kecelakaan.

b. Emergency response Preparadness

Menurut Kepmenaker No. Kep-186//MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan

Kebakaran di Tempat Kerja, pasal 1 huruf d, yang dimaksud unit

penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk

menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi

kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan,

pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.


c. Sistem proteksi aktif ;

Suatu pemeliharaan saksama seluruh Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

adalah hal yang sangat penting agar Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dapat

beroperasi secara kontinyu. Pengujian akan mengidentifikasi Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) yang rusak, dengan mengikuti pemeliharaan yang ditentukan oleh

Depnaker 1998/1999 akan membantu mencegah kegagalan Alat Pemadam Api

Ringan (APAR). Agar Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dapat beroperasi seperti

yang diharapkan, maka diperlukan:

Anda mungkin juga menyukai