LANDASAN TEORI
2.1 Pneumatik
Pneumatic berasal dari kata dasar “pneu” yang berarti udara tekan, dan
“matik” yang berarti ilmu atau hal-hal yang mempelejari/berhubungan dengan
sesuatu. Sehingga secara bahasa, pengertian pneumatik adalah suatu ilmu yang
berhubungan dengan udara bertekanan. Dalam dunia mekanik, pneumatic
merupakan sebuah alat atau sistem.
5
6
1. Kompresor
Kompresor digunakan untuk menghisap udara atmosfer dan
memampatkannya ke dalam tangki penampung atau receiver, kondisi udara
pada atmosfer dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, sehingga berlaku:
P . V = M .R1 . T
………………………(2.1)
Dimana:
P = Tekanan (Pa)
V = Volume yang dibutuhkan oleh gas (m2)
M = Massa molar
R1 = Konstanta gas spesifik = 287 j/kg.ºK
T = Temperatur absolut (ºK) Simbol:
3. Katup Pneumatik
Tabel 2.1 Simbol Pneumatik
Nama Keterangan Simbol
komponen
Katup kontrol
aliran (Flow Aliran udara keluar dapat diatur,
Control dengan memutar pengaturnya.
Valve)
Kerja Manual
Umum
Tombol tekan
Tuas
Pedal kaki
Pegas
Rol
Tekanan kembali
(pressure relief )
Selenoid tunggal
Selenoid ganda
4. Pressure Relief
Berfungsi sebagai saklar otomatis, komponen ini berkerja apabila tekanan
pada tabung di dalam komponen telah mencapai tekanan maksimum, maka
udara akan mengalir dan mengaktifkan katup 3/2 yang juga terdapat di
dalam komponen pressure relief ini.
Simbol:
5. Pressure Gauge
Berfungsi sebagai alat pengukur tekanan fluida (udara) pada sistem
pengontrol pneumatik.
Simbol:
Keterangan:
1. Batang/Rumah Silinder
2. Saluran Masuk
3. Saluran Keluar
4. Batang Piston Seal
5. Bearing
2.1.4 RumusDasar
Adapun rumus dasar pada praktikum pneumatik sebagai berikut:
1. Tekanan terhadap Luas Penampang
Besarnya nilai tekanan berbanding terbalik dengan luas penampang
tempatnya itu bekerja. Besarnya tekanan dapat dirumuskan menjadi:
𝐹
𝑃=
𝐴
……………………………(2.2)
Dimana:
P = Tekanan (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Peampang (m2)
2. Debit Aliran
Debit aliran adalah volume fluida yang melewati suatu penampang dalam
suatu - satuan waktu tertentu. Sehingga dapat dirumuskan:
Q = Volumetotal
t .………………………(2.3)
Dimana:
Q = Debit Aliran (m3/s)
Vtotal = Volume total (m3)
t = waktu yang dibutuhkan(sekon)
3. Rumus Perhitungan Silinder Tanpa Beban
1) Gaya tekan (Fp)
Fp = p x A
.………………………(2.4)
16
Dimana:
Fp = Gaya Tekan (N)
P = Tekanan (Pa)
A = Luas Penampang (m2)
2) Volume Aktuaror (Vtotal)
Vtotal = A x L
..………………………(2.5)
Dimana:
Vtotal = Volume Aktuator (m3)
A = Luas Penampang (m2)
L = Panjang Langkah (m)
Qs = Vtotal
A .………………………(2.6)
Dimana:
Qs = Kapasitas Aliran (m3/s)
Vtotal = Volume Aktuator (m3)
A = Luas Penampang (m2)
4) Kerja Torak (W)
W = Fp x L
..………………………(2.7)
Dimana :
W = Kerja Torak (J)
Fp = Gaya Tekan (N)
L = Panjang Langkah (m)
17
P=W
t ...………………………(2.8)
Dimana :
P = Daya Torak(W)
W = Kerja Torak (J)
t = Waktu (s)
2.2 Hidrolik
Hidrolik adalah sebuah sistem yang menghasilkan energi mekanis dengan
cara kerja berupa pemindahan daya menggunakan zat pengantar berupa zat cair.
Sistem tersebut menghasilkan dua jenis gerakan, yakni gerakan segaris dan
gerakan putaran. Berkaitan dengan hal ini sistem tersebut memiliki prinsip hukum
pascal.
………………………(2.9)
Dimana:
𝑣 = Koefisien Kekentalan Mekanik (m2/detik)
𝜇 = Koefisien Kekentalan Mutlak (Pa.detik)
𝜌 = Densitas Cairan (kg/m3)
2. Tekanan Hidrostatik
Yang dimaksud dengan tekanan hidrostatik hidrolik adalah tekanan yang
dilakukan oleh cairan dalam keadaan tak bergerak, sehingga diperoleh
persamaannya yaitu :
………………………(2.10)
Dimana:
𝑃𝑠 = Tekanan Hidrostatik (Pa)
𝜌 = Densitas Fluida (kg/m3) 𝑔 =
Percepatan Gravitasi (m/s2) ℎ = Jarak
Ketinggian Titik Acuan (m)
…………………(2.11)
Dimana :
P = Tekanan (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
20
4. Debit Aliran
Debit aliran adalah volume fluida yang melewati suatu penampang dalam
suatu satuan waktu tertentu. Sehingga dapat dirumuskan :
………………………(2.12)
Dimana :
Q= Debit Aliran (m3/menit)
A= Luas Penampang (m2)
𝑣= KecepatanAliran(m/s)
5. Jenis Aliran Fluida
Tipe aliran dalam fluida dibedakan atas pergerakan partikel dalam fluida
tersebut, yaitu aliran laminer dan turbulen. Pada aliran laminer partikel-
partikel dalam fluida bergerak disepanjang lintasan lurus dan sejajar
dalam lapisan. Sedangkan aliran turbulen partikel fluida bergerak acak
kesegala arah. Untuk mengetahui besar dan jenis aliran dari fluida perlu
diketahui bilangan Reynolds, yaitu bilangan tak berdimensi yang
menyatakan perbandingan gaya inersia terhadap kekentalan suatu fluida.
Untuk menghitung dan menentukan jenis aliran dapat didasarkan pada:
1) Kecepatan aliran (m/s)
2) Diameter pipa (m)
3) Viskositas kinematik (m2/s)
Ketiga hal diatas dapat dirumuskan menjadi persamaan dibawah
ini, dimana aliran laminer memiliki nilai Re < 2300, sedangkan aliran
turbulen memiliki nilai Re > 2300.
………………………(2.13)
Dimana:
𝑅𝑒 = Bilangan Reynold
v = Kecepatan aliran (m/s)
= Diameter penampang aliran (m)
v = Viskositas kinematis(m2/s) Penurunan Tekanan
21
Pada suatu aliran dalam pipa, tekanan fluida yang dihasilkan tidak
terlalu konstan. Faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
ini adalah :
1) Viskositas cairan
2) Panjang penampang aliran
3) Tipe dan kecepatan aliran
Besarnya penurunan tekanan memenuhi persamaan :
……………………(2.14)
Dimana:
∆𝑝 = Penurunan tekanan (Pa)
𝜆 = Konstanta tahanan (75/ )
𝑙 = Panjang penampang aliran (m)
v = Kecepatan aliran (m/s)
= Diameter penampang aliran (m)
𝜌 = Densitas fluida (kg/m3)
Simbol:
P A
……(2.15)
Dimana:
= Tekanan (Pa)
= Torsi (Nm)
= Perpindahan geometrik (cm2)
= Debit aliran (L/min)
= Kecepatan putaran (rpm)
4. Pompa
Pompa digunakan untuk sejumlah volume cairan yang digunakan agar
suatu cairan tersebut memiliki bentuk energi. Berdasarkan prinsip
kerjanya pompa dibagi dalam :
1) Positive displacement pump
2) Pompa dinamik
Simbol HPP (Horse Power Pack).
25
PT
Pada sistem hidrolik, pompa yang digunakan adalah pompa gigi karena
dapat memindahkan sejumlah volume zat cair yang memiliki viskositas
yang besar. Dalam penggunaan pompa pada suatu sistem haruslah
mempertimbangkan karakteristik dari pompa itu sendiri, salah satu
karakteristik yang penting adalah besar volume yang dipindahkan pompa
(V) dirumuskan :
…………………(2.16)
Dimana :
𝑉 = Volume yang dipindahkan (cm3/rpm)
𝑄 = Debit aliran (L/min)
𝑛 = Putaran pompa (rpm)
5. Tangki Hidrolik
Tangki hidrolik adalah bagian dari unit tenaga, ada yang berbentuk segi
empat ada pula yang berbentuk silinder. Berikut fungsi tangki hidrolik
adalah:
1) Penampung cairan hidrolik sebelum dan setelah beredar
2) Pendinginan cairan hidrolik. Didalam tangki cairan yang hidrolik
panas (setelah mamasuki rangkaian) bercampur dengan cairan
dingin (yang ada didalam tangki) sehingga mengalami
pendinginan.
26
…………(2.17)
Dimana :
𝑄𝑟 = Kapasitas Aliran (m3/s)
𝑉 = Volume (m3)
𝐿 = Panjang Langkah (m)
𝑟 = Jari – Jari (m)
2. Kecepatan Aliran (v )
……...………(2.18)
Dimana :
V = Kecepatan Aliran (m/s)
Qr = Kapasitas Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
r = Jari – Jari (m)
3. Konstanta Reynolds (Re)
…………………………(2.19)
Dimana:
𝑅𝑒 = Bilangan Reynold
𝑣 = Kecepatan Aliran (m/s)
𝐷 = Diameter Penampang Aliran (m)
𝑣 = Viskositas Kinematis (m2/s)
29
………………(2.20)
Dimana:
𝑊 = Kerja Pompa (J)
𝑄𝑟 = Kapasitas Aliran (m3/s)
5. Efisiensi (𝜂)
..…………(2.21)
6. Rumus Perhitungan Silinder Dengan Beban:
1) Gaya Akibat Beban (Fm)
.………………(2.22)
Dimana:
𝐹𝑚 = Gaya Akibat Beban (Newton)
𝑚 = Massa Beban (kg)
𝑔 = Percepatan Gravitasi (m/s2)
7. Kerja Piston Akibat Gaya (Wf)
..………………(223)
Dimana:
= Kerja Piston Akibat Gaya (J)
= Gaya Akibat Beban (Newton)
𝐿 = Panjang Langkah (m)
8. Daya Kerja Piston (𝑃𝑝)
………………(2.24)
30
Dimana:
= Daya Kerja Piston (J/s)
= Kerja Piston Akibat Gaya (J)
= Waktu (s)
9. Rumus Perhitungan Silinder Tanpa Beban
1) Gaya tekan (𝐹𝑝)
……………………(2.25)
Dimana:
𝐹𝑝 = Gaya tekan (Newton)
𝑃 = Tekanan (Pa)
𝐴1 = 0,785 (D2 – Db2)
………………………(2.26)
Dimana:
𝑉 = Volume Silinder (m3)
𝐴1 = 0,785 (D2 – Db2)
= Panjang Langkah (m)
3) Kerja Torak (W)
……………………(2.27)
Dimana:
𝑊 = Kerja Torak (J)
𝐹𝑝 = Gaya Tekan (Newton)
……………………(2.28)
31
Dimana:
= Kapasitas Aliran (m3/s)
= Volume Silinder (m3)
= Waktu (s)
5) Tekanan Akibat Gaya Tekan (pF)
……………………(2.29)
Dimana:
= Tekanan Akibat Gaya Tekan (Pa)
= Gaya tekan (Newton)
A2 = 0,785 (D2-Db2)
6) Kecepatan Aliran (𝑣)
……………………(2.30)
Dimana :
= Kecepatan Aliran (m/s)
= Kapasitas Aliran (m3/s)
7) Daya torak (P)
……………………(2.31)
Dimana:
P = Daya Torak (J/s)
= Kerja Torak (J)
= Waktu (s)
32
4. Getaran teredam
Adalah getaran dimana terjadi kehilangan energi yang disebabkan tahanan
selama osilasi.
5. Getaran linier
Adalah semua komponen yang bergetar, baik itu pegas, massa dan
perbedaan berlaku linier.
6. Getaran deterministik
Adalah getaran dimana harga eksitasi yang bekerja pada sistem diketahui
setiap saat. Eksitasi diplot kemudian perhitungan numeric ekuivalen
eksitasi pada model dilakukan.
7. Getaran Random
Adalah getaran dimana harga eksitasi yang bekerja pada sistem tidak dapat
diperkirakan. Contoh getaran ini adalah gempa bumi, kekasaran permukaan
jalan, dan kecepatan angin.
F = -k . Δx
.…………………(2.33)
Dimana :
F= Gaya Pegas (N)
k = Konstanta Pegas (N/m)
Δx = Panjang Deformasi Pegas (m)
3. Frekuensi Eksitasi
Ꞷ= 2 п N
..…………………(2.34)
Dimana :
Ꞷ = Frekuensi Eksitasi (rad/s)
N = Jumlah Putaran per Menit (rpm)
4. Gaya Eksitasi
5. Frekuensi Pribadi
Ꞷn=
.…………………(2.36)
Dimana:
Ꞷn = Frekuensi Pribadi (rad/s)
k = Konstanta Kekakuan (N/m)
m = Massa Sistem (kg)
6. Rasio Redaman
ξ=
2.m.Ⲱn
…………………(2.37)
Dimana:
ξ = Rasio redaman
c = Konstanta Redaman (Ns/m)
m = Massa (kg)
Ꞷn = Frekuensi pribadi (rad/s)
𝜕𝑢
𝜏= µ 𝜕𝑦
..………………(2.38)
Dimana:
𝜏 = Tegangan Geser Pada Fluida
𝜇 = Viskositas Dinamik Fluida
𝑢/𝑦 = Gradien Kecepatan Fluida
39
2. Fluida Non-Newtonian
Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tidak tahan terhadap tegangan
geser (shear stress), gradien kecepatan (shear rate), dan temperatur seperti
cat, minyak pelumas, darah, bubur kertas, obat-obatan cair, dll. Viskositas
fluida Non-Newtonian merupakan fungsi dari waktu dimana gradien
kecepatannya tidak linier dan tidak mengikuti hukum Newton tentang
aliran. Persamaan dasar fluida non-newtonian adalah:
......…..............……………(2.39)
Dimana:
𝜏 = Tegangan Geser Pada Fluida
K = Indeks Periaku Aliran
n = Power Law Indeks
u /y = Gradien Kecepatan Fluida
Gambar 2.20 Hubungan antara Shear Stress – Shear Rate pada Fluida
Newtonian dan Non-Newtonian
Ketika aliran melewati awal ujung pipa, distribusi kecepatan didalam
pipa mempunyai bentuk yang tidak teratur yang disebut aliran sedang
berkembang. Kondisi ini akan semakin berubah seiring bertambahnya
panjang dari inlet. Distribusi kecepatan yang terjadi masing mengalami
perubahan bentuk kontur. Setelah aliran mengalami fully developed flow
40
Gambar 2.21 Perilaku Aliran Dalam Pipa Dari Aliran Sedang Berkembang
Hingga Aliran Berkembang Penuh
Dalam suatu aliran yang melewati sistem atau instalasi pipa maka
terjadi suatu hambatan aliran. Hambatan tersebut disebabkan oleh
faktorfaktor bentuk instalasi. Hambatan tersebut dapat menyebabkan
turunnya energi dari fluida yang sering disebut dengan kerugian tekanan
(head loss) atau penurunan tekanan (pressure drop) yang disebabkan oleh
pengaruh gesekan fluida (friction losses) dan perubahan pola aliran. Pada
kondisi aliran laminar, hambatan gesek tersebut hanya dipengaruhi oleh
kekentalan fluida. Namun, pada aliran turbulent hambatan tersebut
dipengaruhi oleh kekentalan fluida dan kekasaran permukaan pipa.
1. Kerapatan (density)
Kerapatan atau density dinyatakan dengan ρ adalah huruf kecil Yunani
yang dibaca “rho”, didefinisikan sebagai massa per satuan volume.
…………………………(2.40)
Dimana : ρ = Kerapatan (kg/m3)
m = Massa Benda (kg)
v = Volume (m3)
Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni, bahan
murni misalnya emas murni yang dapat memiliki berbagai ukuran
ataupun massa. Tetapi kerapatannya akan sama untuk semuanya. Satuan
SI untuk kerapatan adalah kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam
g/cm3.
……………………(2.41)
Dimana:
P = Tekanan (kg/m2)
F = Gaya (kg)
A = Luas Permukaan (m2)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai nama resmi,
yaitu Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1
Pa = 1 N/m2. Namun untuk penyederhanaan, sering menggunakan N/m2.
4. Kekentalan (Viscosity)
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau
gesekan fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam
cairan atau gas, dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida
yang berdekatan ketika bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan
antara fluida dengan wadah tempat ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan
disebabkan oleh gaya kohesif antara molekul-molekulnya sedangkan
gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul tersebut.
Kekentalan fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantatif
dengan koefisien kekentalan (η) yang didefinisikan dengan cara fluida
diletakkan diantara dua lempengan datar. Salah satu lempengan diam dan
lempengan yang lain dibuat bergerak. Fluida yang secara langsung
bersinggungan dengan masing-masing lempengan ditarik pada
permukaanya oleh gaya rekat diantara molekul-molekul cairan dengan
kedua lempengan tersebut. Dengan demikian permukaan fluida sebelah
43
atas akan bergerak dengan laju v yang nampak seperti lempengan atas,
sedangkan fluida yang bersinggungan dengan lempengan diam akan
bertahan diam. Kecepatan bervariasi secara linear dari 0 hingga v seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.22
……………………………(2.42)
Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya
yang lebih besar. Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini
didefinisikan sebagai koefisien kekentalan, η :
………………………(2.43)
Dimana :
F = Gaya (N)
A = Luasan Fluida yang Bersinggungan dengan Setiap
Lempengan (m2)
V = Kecepatan Fluida (m/s)
L = Jarak Lempengannya (m)
η = Koefisien Kekentalan (Pa.s)
44
fluida. Aliran cairan atau gas akan selalu mengalir dalam arah perlawanan paling
sedikit (tekanan kurang).
atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil).
Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah
satu dari dua rumus berikut, yaitu :
1) Persamaan Darcy – Weisbach, yaitu :
𝑓 = ∅(𝑅𝑒, 𝜀𝐷)
………..(2.44)
Dimana:
………(
hf = Kerugian Head karena Gesekan (m)
f = Faktor Gesekan
d = Diameter dalam Pipa (m)
L = Panjang Pipa (m)
v = Kecepatan Aliran Rata-Rata Fluida dalam Pipa (m/s)
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
Untuk nilai dari faktor gesekan (f) disini dapat dicari dengan
menggunakan diagram Moody.
Commercial Steel or
Wrought Iron
0.00015 0.045
.……………(2.45)
48
Dimana :
hf = Kerugian Gesekan dalam Pipa (m)
Q = Laju aliran dalam Pipa (m3/s)
L = Panjang Pipa (m)
C = Koefisien Kekasaran Pipa Hazen – Williams
d = Diameter dalam Pipa (m)
Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
aliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa
(f) dari rumus Darcy – Weisbach. Untuk aliran laminar dimana
Bilangan Reynolds kurang dari 2000, faktor gesekan dihubungkan
dengan Bilangan Reynolds, menurut dinyatakan dengan rumus :
………………………(2.46)
Untuk aliran turbulen dimana Bilangan Reynolds lebih besar dari 4000,
maka hubungan antara Bilangan Reynolds, faktor gesekan dan
kekasaran relatif menjadi lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran
turbulen dalam pipa didapatkan dari hasil eksperimen, antara lain :
a. Untuk daerah complete roughness, rough pipes yaitu :
…………(2.47)
Dimana :
f = Faktor Gesekan
ε = Kekasaran (m)
d = Diameter dalam Pipa (m)
b. Untuk pipa sangat halus seperti glass dan plastik, hubungan antara
bilangan Reynold dan faktor gesekan, dirumuskan sebagai :
1) Blassius, untuk Re = 3000 – 100.000
………………………(2.48)
49
…………….……(2.49)
…………….(2.50)
3) Untuk Pipa Kasar, menurut Von Karman yaitu :
1 𝑑
= 2,0𝑙𝑜𝑔 + 1,74
𝑓 𝜀
……….…(2.51)
………(2.52)
4) Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah
transisi, menurut Corelbrook – Whiteyaitu :
…………………(2.53)
50
Dimana :
n = Jumlah Kelengkapan Pipa
k = Koefisien Kerugian
v = Kecepatan Aliran Fluida Dalam Pipa.
Untuk pipa yang panjang (L/d >>> 1000), minor losses dapat diabaikan
tanpa kesalahan yang cukup berarti tetapi menjadi penting pada pipa yang
pendek.
𝑃
h=
𝜌
.………………………(2.54)
51
Dimana :
h = Ketinggian H2O (m)
P = Tekanan (Kg/cm2)
ρ = Kerapatan (Kg/m2)
2. Perbedaan Ketinggian H2O antara Pressure tap 1 dengan 2 (Δh12)
Δh12 = h1-h2
.……………………(2.55)
Dimana:
h1 = Ketinggian H2O pada Tap 1 (m)
h2 = Ketinggian H2O pada Tap 2 (m)
Δh12 = Perbedaan Ketinggian H2O (m)
3. Perbedaan ketinggian H2O antara Pressure Tap 1 dengan 3 (Δh13)
Δh13 = h1-h3
.…………………………(2.56)
Dimana:
h1 = Ketinggian H2O pada tap 1 (m)
h3 = Ketinggian H2O pada tap 3 (m)
Δh12 = Perbedaan Ketinggian H2O (m)
4. Perbedaan Ketinggian H2O antara Pressure Tap 2 dengan 3 (Δh23)
Δh13 = h2-h3
..…………………………(2.57)
Dimana :
h2 = Ketinggian H2O pada Tap 2 (m)
h3 = Ketinggian H2O pada Tap 3 (m)
Δh23 = Perbedaan Ketinggian H2O (m)
5. Perbedaan Tekanan antara Pressure Tap 1 dengan 2 (ΔP12)
ΔP12 = ρ.g.Δh12
.…………………(2.57)
52
ΔP23 = ρ.g.Δh23
…………………………(2.58)
7. Perbedaan Tekanan antara Pressure Tap 1 dengan 3 (ΔP13)
ΔP13 = ρ.g.Δh13
..………………………(2.59)
8. Kapasitas Aliran (Q)
Q=V
s
…………………………(2.60)
9. Kecepatan Aliran Fluida (v)
v=Q
A
..…………………………(2.61)
10. Bilangan Reynold (Re)
Re = vD
u
……………………………(2.62)
Dimana :
D = Diameter dalam Pipa (m)
11. Koefisien Gesek Fluida dari Jarak Pressure Tap 1 hingga 2 ( f12)
f12 = 2.g.D.Δ12
L12.v2
.…………………………(2.63)
Dimana :
L12 = Panjang Pipa dari Tap 1 ke tap 2 (m)
12. Koefisien Gesek Fluida dari Jarak Pressure Tap 2 hingga 3 ( f23)
f23= 2.g.D.Δ23
L23.v2
.…………………………(2.64)
53
Dimana :
L23 = Panjang Pipa dari Tap 2 ke Tap 3 (m)
13. Koefisien Gesek Fluida dari Jarak Pressure tap 1 hingga 3 ( f13)
f12 = 2.g.D.Δ13
L13.v2
……………………………(2.64)
Dimana :
L13 = Panjang Pipa dari Tap 1 ke Tap 3 (m)
1. Debit Aliran
…………………………(2.64)
Dimana:
Q = Debit Aliran Fluida (m3/s)
V = Volume (m3)
t = Waktu (s)
2. Kecepatan Fluida
…………………………(2.65)
Dimana:
v = Kecepatan Aliran Fluida
Q = Debit Aliran Fluida (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
3. Laju Aliran Massa (Mass Flow)
…………………………(2.66)
Dimana:
m = Massa (kg)
ṁ = Mass
flow t =
Waktu (s)
4. Bilangan Prandtl
……………………(2.67)
Dimana :
Pr = Bilangan Prandtl
ν =Viskositas Kinematik Fluida (m2/s)
α = Thermal Diffusivity (m2/s)
cp = Kalor Spesifik (J/kg K)
μ = Viskositas Fluida (Kg/m.s)
58
…………………………(2.68)
Dimana :
= Kapasitas Perpindahan Panas/Heat Duty (W)
ṁ = Laju Aliran Massa (kg/s)
= Kalor Spesifik (J/kg.K)
= Selisih Temperatur (K)
6. Reynold Number
Merupakan aliran yang tidak memiliki dimensi, bilangan ini digunakan
untuk dapat menentukan jenis aliran fluida yang terjadi didalam
penampang pipa, aliran tersebut terdiri dari aliran laminar, transisi dan
turbulent.
………………………(2.69)
Dimana :
= Bilangan Reynold
ṁ = Laju Aliran Massa (Kg/s)
= DiameterPipa (m)
= Viskositas Dinamik
7. Bilangan Nusselt
..………………(2.70)
Dimana :
Re = Bilangan Reynold
Pr = Bilangan Prandtl
N = 0.4 (untuk pemanas)
0.3 (untuk pendingin)
59
……………………………(2.71)
Dimana:
= Koefisien Konveksi (W/m2.K)
= Bilangan Nusselt
= Konduktifitas Thermal (W/m.K)
= Diameter Pipa (m)
9. Total Koefisien Perpindahan Panas Konveksi
Setelah melakukan perhitungan nilai koefisien konveksi dari masing–
masing pipa, maka dapat melakukan perhitungan untuk total nilai
koefisien konveksi secara keseluruhan.
.………………………(2.72)
Dimana :
U = Total koefisien konveksi (W/m2.K)
hin = koefisien konveksi dalam (W/m2.K)
hout = koefisien konveksi luar (W/m2.K)