LANDASAN TEORI
2.1 Pneumatik
2.1.1 Penjelasan Tentang Pneumatik
Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua
sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang
dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja disebut pneumatik. Dalam
penerapannya, sistem pneumatik digunakan sebagai sistem otomatis.
5
6
..........................................(2.1)
..
Dimana : P = Tekanan (Pa)
M = Massa molar
Simbol :
Simbol :
7
2. Katup Pneumatik
Berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk mengatur arah aliran dari fluida.
Simbol-simbol yang digunakan dalam sistem pneumatik berdasarkan
standart DIN/ISO 1219.
Simbol :
9
Simbol :
Simbol :
7. Aktuator
Berfungsi sebagai elemen penggerak akhir. Aktuator dibagi menjadi dua
macam yaitu, tabung gerak tunggal (SAC) dan tabung gerak ganda (DAC).
Pada SAC silinder bergerak maju dengan tekanan dan kembali secara
otomatis karena pengaruh kerja pegas di dalamnya sedangkan pada DAC
silinder bergerak maju tanpa bisa kembali lagi secara otomatis, silinder
DAC akan kembali ke posisi awalnya setelah mendapatkan tekanan fluida
dari arah yang berlawanan.
Silinder kerja
Langkah kembali oleh
tunggal
pegas
mundur)
Silinder kerja
ganda Dengan batang piston
ganda
8. Pressure Relief
Berfungsi sebagai saklar otomatis, komponen ini berkerja apabila tekanan
pada tabung di dalam komponen telah mencapai tekanan maksimum, maka
udara akan mengalir dan mengaktifkan katup 3/2 yang juga terdapat di
dalam komponen pressure relief ini.
13
Simbol :
14
9. Pressure Gauge
Berfungsi sebagai alat pengukur tekanan fluida (udara) pada sistem
pengontrol pneumatik.
Simbol :
pada sistem Pneumatik. Berikut adalah contoh skema sistem Pneumatik serta
penjelasannya antara lain:
4. Katup 3/2 dengan tombol tekan, merupakan katup yang didalamnya ada
jalur masukan, pengeluaran dan pembuangan serta dua katup penghubung
yang memiliki pegas sebagai komponen pembalik pada katup. Nantinya
apabila katup tidak ditekan maka otomatis menutup.
1. Mudah diperoleh, bersih dari kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah
didistribusikan melalui saluran (selang) yang kecil, aman dari bahaya
ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka terhadap
perubahan suhu dan sebagainya.
...................................................(2.2)
..
2. Debit aliran
Debit aliran adalah volume fluida yang melewati suatu penampang dalam
suatu satuan waktu tertentu . sehingga dapat dirumuskan
...........................................(2.3)
......
.................................................... (2.4)
P = Tekanan (Pa)
A = Luas Penampang (m3)
.....................................................(2.5)
..........................................(2.6)
6. Kecepatan Aliran
.................................................(2.7)
...................................................(2.8)
.....................................................(2.9)
2.2 Hidrolik
2.2.1 Penjelasan Tentang Hidrolik
Hidrolik merupakan suatu sistem yang memanfaatkan energi dari fluida
(cairan) yang dimampatkan sehingga menghasilkan energi mekanik/gerak mekanik
(gerak piston). Mekanika fluida dan hidrolik merupakan ilmu yang berkaitan
dengan fluida dalam keadaan statis atau dinamis. Fluida adalah zat yang memiliki
kemampuan untuk mengalir dan menyesuaikan diri dengan tempatnya. Fluida
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu fluida mampu mampat (compressible) dan
fluida tak mampu mampat (non-compressible).
1. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu fluida adalah sifat yang menentukan besarnya daya tahan
22
...................................................(2.10)
2. Tekanan Hidrostatik
Yang dimaksud tekanan hidrostatik hidrolik adalah tekanan yang dilakukan
oleh cairan dalam keadaan tak bergerak. Cairan yang ditempatkan pada
suatu bejana memiliki energi tekanan yang diakibatkan oleh massa jenis
cairan, gravitasi dan jarak terhadap titik acuan. Sehingga diperoleh
persamaan:
...............................................(2.11)
............................................(2.12)
.......
24
4. Debit Aliran
Debit aliran adalah volume fluida yang melewati suatu penampang dalam
suatu satuan waktu tertentu. Sehingga dapat dirumuskan :
..........................................(2.13)
.....
Untuk mengetahui besar dan jenis aliran dari fluida perlu diketahui bilangan
Reynolds, yaitu bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan
gaya-gaya inersia terhadap kekentalan suatu fluida. Untuk menghitung dan
menentukan jenis aliran dapat didasarkan pada :
.................................................(2.14)
Dimana : = Bilangan Reynold
ʋ = Kecepatan aliran (m/s)
26
6. Penurunan Tekanan
Pada suatu aliran dalam pipa, tekanan fluida yang dihasilkan tidak terlalu
konstan. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan ini
adalah :
a. Viskositas cairan
b. Panjang penampang aliran
c. Tipe dan kecepatan aliran
Besarnya penurunan tekanan memenuhi persamaan :
........................................(2.15)
..............................................(2.16)
..............................................(2.17)
Dimana : L = Panjang langkah (m)
Fm = Gaya akibat beban (kg.m/s2)
29
................................................(2.18)
................................................(2.19)
.............................................(2.20)
Dimana : A2 = 0,785 (D2)
................................................(2.21)
30
............................................(2.22)
................................................(2.23)
..................................................(2.24)
........................................(2.25)
.............
20
Penjelasan:
Simbol :
Simbol :
Simbol :
Simbol :
2. Silinder Hidrolik
Silinder hidrolik berfungsi untuk mengubah energi yang dimiliki oleh cairan
menjadi energi gerak/mekanik. Jenis silinder hidrolik terbagi menjadi dua,
yaitu :
25
Simbol :
Simbol :
3. Motor hidrolik
26
Pada motor hidrolik ini, berfungsi untuk mengubah energi tekanan cairan
hidrolik menjadi energi mekanik/putaran, ukuran dari motor ini dinyatakan
dengan kapasitas perpindahan geometrik (cm3) (V).
27
Simbol :
............................................(2.26)
...........................................(2.27)
...
Dimana : P = Tekanan (Pa)
M = Torsi (Nm)
v = Perpindahan geometric (cm2)
Q = Debit aliran (L/min)
n = Kecepatan putaran (rpm)
4. Pompa
Pompa digunakan untuk sejumlah volume cairan yang digunakan agar suatu
cairan tersebut memiliki bentuk energi. Berdasarkan prinsip kerjanya
pompa dibagi dalam :
Pada sistem hidrolik, pompa yang digunakan adalah pompa gigi karena
dapat memindahkan sejumlah volume zat cair yang memiliki viskositas
yang besar. Dalam penggunaan pompa pada suatu sistem haruslah
mempertimbangkan karakteristik dari pompa itu sendiri, salah satu
karakteristik yang penting adalah besar volume yang dipindahkan pompa
(V) dirumuskan :
..................................................(2.28)
tertentu kepada sistem hidrolik. Pompa ini digerakkan oleh motor listrik
atau sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah sistem kopling.
Sistem kopling yang digunakan dapat berupa belt, roda gigi, atau juga
sistem flexible elastomeric.
31
4. Katup 3/2 dengan tombol tekan, katup ini memiliki aliran pemasukan,
pengeluaran dan pembuangan serta dua penghubung. Katup ini dilengkapi
dengan pegas sebagai pembalik serta tombol untuk penekannya.
7. Tanki, sebagai penyimpanan oli akhir setelah dimasuki kedala sistem untuk
nantinya digunakan kembali.
............................................(2.29)
...
.........................................(2.30)
...
r = Jari-jari (m)
33
.................................................(2.31)
...............................................(2.32)
..
.....................................(2.33)
............
...........................................(2.34)
.....
5. Efisiensi (ŋ)
........................................(2.35)
......
Dimana: ŋ = Efisiensi
1. Fluida Newtonian
Fluida Newtonian adalah suatu jenis fluida yang memiliki kurva hubungan
shear stress dan gradient kecepatan yang linier. Contoh fluida Newtonian
adalah air, udara, ethanol, benzene, dan lain-lain. Fluida Newtonian akan
terus mengalir dan viskositas fluida tidak berubah sekalipun terdapat gaya
yang bekerja pada fluida. Viskositas fluida akan berubah jika terjadi
36
......................................................(2.36)
2. Fluida Non-Newtonian
Fluida non-Newtonian adalah fluida yang memiliki kurva hubungan
tegangan geser dengan gradient kecepatan tidak linear. Viskositas fluida ini
tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur tetapi juga dipengaruhi oleh
regangan geser dan lain-lain. Persamaan dasar fluida non-Newtonian
adalah:
...................................................(2.37)
u
= Gradient kecepatan fluida
y
38
Gambar 2.19 Hubungan antara shear stress – shear rate pada fluida Newtonian
dan Non-Newtonian
39
Ketika aliran melewati awal ujung pipa, distribusi kecepatan didalam pipa
mempunyai bentuk yang tidak teratur yang disebut aliran sedang
berkembang. Kondisi ini akan semakin berubah seiring bertambahnya
panjang dari inlet. Distribusi kecepatan yang terjadi masing mengalami
perubahan bentuk kontur. Setelah aliran mengalami fully developed flow
atau berkembang penuh, maka distribusi kecepatan akan seragam untuk
jarak dari inlet semakin panjang. Untuk aliran laminar, panjang
hidrodinamik untuk mencapai keadaan fully developed flow adalah kurang
lebih 120 kali diameter dalam pipa.
Gambar 2.20 Perilaku aliran dalam pipa dari aliran sedang berkembang hingga
aliran berkembang penuh
Dalam suatu aliran yang melewati sistem atau instalasi pipa maka terjadi
suatu hambatan aliran. Hambatan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor
bentuk instalasi. Hambatan tersebut dapat menyebabkan turunnya energi
dari fluida yang sering disebut dengan kerugian tekanan (head loss) atau
penurunan tekanan (pressure drop) yang disebabkan oleh pengaruh gesekan
fluida (friction losses) dan perubahan pola aliran. Pada kondisi aliran
laminar, hambatan gesek tersebut hanya dipengaruhi oleh kekentalan fluida.
Namun, pada aliran turbulent hambatan tersebut dipengaruhi oleh
kekentalan fluida dan kekasaran permukaan pipa.
........(2.38)
................................
Hambatan gesek menyebabkan kerugian jatuh tekanan, ∆h. Nilai ∆h ini
didapatkan dari persamaan Darcy dan Weisbach (1806-1871):
........................................(2.39)
............................................(2.40)
...
Pengaruh kekasaran permukaan pipa diteliti secara luas pertama kali oleh
Nikuradse. Hasil dari percobaannya menunjukkan bahwa kekasaran
permukaan sangat mempengaruhi aliran pada bilangan Reynolds tinggi, nilai
42
............................................(2.41)
Fluida ada 2 macam: cairan dan gas. Watak dari fluida adalah mengalir,
mengisi ruangan yang mewadahinya.Beberapa diantara sifat-sifat fluida adalah:
44
1. Densitas (massa jenis) dan berat spesifik: Densitas adalah massa per satuan
volume, sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan volume.
2. Tekanan: Dalam hal ini, ada tekanan absolut dan ada juga tekanan alat ukur
(gauge pressure). Yang disebut terakhir tidak lain adalah tekanan absolut
dikurangi tekanan atmosfir (1 atm). Tekanan fluida biasanya diukur dengan
manometer (cairan) atau barometer (gas).
...................................................(2.42)
Dimana : hf = head loss mayor (m)
f = koefisien gesekan
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang berbeda. Sebagai
patokan apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai bilangan
Reynolds:
.................................................(2.43)
a. Aliran laminer.
...................................................(2.44)
48
b. Aliran tubulen
Untuk menghitung koefisien gesek f dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Darcy. Untuk mengetahui nilai f harus diketahui
kekasaran pipa (ε) dan diameter pipa (d). Haaland memberikan suatu
formula yang menyempurnakan persamaan yang ditemukan oleh
Colebrook untuk menentukan nilai f :
........................(2.45)
......
.................................................(2.46)
.................................................(2.47)
P = Tekanan (kg/cm2)
ρ = Kerapatan (kg/m3)
50
...................................................(2.48)
P= Tekanan (kg/cm2)
p= Kerapatan (kg/m3)
..........................................(2.49)
P = Tekanan (kg/cm2)48
p = Kerapatan (kg/m3)
............................................(2.50)
P = Tekanan (kg/cm2)48
P = Kerapatan (kg/m3)
51
..........................................(2.51)
............................................(2.52)
................................(2.53)
...
..................................................(2.54)
..................................................(2.55)
...............................................(2.56)
........................................(2.57)
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yang kecil guna meningkatkan
efisiensi.
b. Gas-Liquid Exchanger
Pada tipe ini, ada dua fluida kerja dengan fase yang berbeda yakni cair
dan gas. Namun umumnya kedua fluida kerja tersebut adalah air dan
60
udara. Salah satu aplikasi yang paling umum dari heat exchanger tipe ini
61
adalah pada cooling tower tipe basah. Cooling tower biasa dipergunakan
pada pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap yang terletak jauh dari
sumber air. Udara bekerja sebagai media pendingin, sedangkan air
bekerja sebagai media yang didinginkan.
c. Liquid-Vapour Exchanger
Perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida berbeda fase yakni uap
air dengan air, yang juga diikuti dengan pencampuran sejumlah massa
antara keduanya, termasuk ke dalam heat exchanger tipe kontak
langsung.
2. Gas-Liquid Exchanger
Pada tipe ini, ada dua fluida kerja dengan fase yang berbeda yakni cair dan
gas. Namun umumnya kedua fluida kerja tersebut adalah air dan udara.
Salah satu aplikasi yang paling umum dari heat exchanger tipe ini adalah
pada cooling tower tipe basah. Cooling tower biasa dipergunakan pada
pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap yang terletak jauh dari sumber
air.
3. Liquid-Vapour Exchanger
Perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida berbeda fase yakni uap air
dengan air, yang juga diikuti dengan pencampuran sejumlah massa antara
62
...........................................(2.58)
....
Dimana : Q = debit aliran (m2/s)
t = waktu (s)
V = volume (m3)
63
a. Kecepatan Fluida
...............................................(2.59)
...............................................(2.60)
2. Bilangan prandtl
............................................(2.61)
......................................(2.62)
....
4. Bilangan Reynold
.................................................(2.63)
5. Bilangan Nusselt
......................................(2.64)
......
Dimana : Re = Bilangan Reynold
Nɥ = Bilangan Prandtl
...................................(2.65)
.....
Nɥ = Bilangan Nusselt
..........................................(2.66)
..
67
linier. Untuk sistem linier prinsip superposisi berlaku dan teknik matematika
yang ada untuk melaksanakan hal itu dikembangkan dengan baik.
Sebaliknya, teknik untuk menganalisis sistem tidak linier kurang dikenal
dan sukar digunakan, serta prinsip superposisi tidak valid. Namun demikian,
pengetahuan tentang sistem tidak linier dibutuhkan sebab semua sistem
cenderung menjadi tidak linier dengan bertambahnya amplitudo osilasi.
....................................(2.67)
......
Dimana: E = Modulus Elastisitas (N/m2)
I = Inersia (m4)
2. Konstanta Pegas
.................................................(2.68)
Dimana: F = Gaya (N)
K = Konstanta Gaya (N/m)
ΔX = regangan (m)
3. Frekuensi Eksitasi
........................................(2.69)
.......
Dimana: ὠ = Frekuensi Eksitasi (rad/s)
N = Jumlah Putaran permenit (rpm)
4. Gaya Eksitasi
..........................................................(2.70)
dan
...............................................................................(2.71)
dan
70
..........................................(2.72)
Dimana: F0 = Gaya eksitasi (N)
Fox,F0y= Gaya eksitasi pada setiap sudut sumbu x dan y
m = massa yang berputar (kg)
5. Frekuensi Pribadi
...................................(2.73)
Dimana: ὠŋ = frekuensi pribadi (rad/s)
k = Konstanta kekakuan (N/m)
m = Massa (kg)
6. Rasio Redaman
.....................................(2.74)
Dimana: ζ = rasio redaman
c = konstanta redaman (Ns/m)
m = massa (kg)
yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur yaitu amplitude, frekuensi dan
phase .
Jika ditinjau dari berbagai aspek, mesin diartikan sebagai suatu pesawat
yang dapat merubah bentuk energi tertentu menjadi energi mekanik.
Mesin bensin dikategorikan sebagai mesin kalor yang menggunakan
sumber energi termal untuk menghasilkan kerja mekanik.
Motor bakar torak seperti motor bensin dan motor diesel adalah contoh
mesin pembakaran dalam. Perbedaan pokok keduanya terletak pada
sistem penyalaannya. Motor bakar Bensin dengan sistem penyalaan
bunga api listik antara kedua elektroda busi sehingga sering disebut spark
ignition engine. Motor bakar disel dimana penyalaan bahan bakar terjadi
74
....................................(2.75)
75
Dengan kuantitas dasar energi yang disalurkan pada sistem sebesar (δE),
perubahan energi internal sistem sebesar (dU), dan beban kerja minimun
dalam silinder sebesar (pdV). Melalui beberapa tahapan dan proses
diperoleh volume sesaat dari beban kerja dalam silinder sebagai berikut:
................................(2.76)
....................(2.77)
76
2. Metode
Secara umum metode dalam penelitian ini menerapkan studi literatur
dan pengembangan model serta penelitian lapangan. Adapun tahap
rinciannya sebagai berikut:
ketahui bahwa hasil perkalian produk dari massa dan percepatannya adalah
searah dengan arah gaya yang bekerja.
............................................(2.78)
.....
Melalui gambar 2.27 tersebut, suatu mesin bolak balik atau torak
dimodelkan pada gambar di bawah ini dimana gaya-gaya yang bekerja
adalah gaya pada mesin torak:
.................................(2.79)
.................................(2.80)
81
...................(2.81)
maka:
..................................(2.82)
..................................(2.83)
..................(2.84)
82
..................................(2.85)
Adapun dinamika respon motor torak diperihatkan pada gambar 2.29 yang
menunjukan bahwa pada interval waktu 1 menit, dinamika respon terlihat
pada kecepatan sudut 20 sampai dengan 100 rad/s. Pada interval kecepatan
sudut 0 sampai dengan 20 rad/s, dinamika tidak terlihat, dan memasuki
interval 110 sampai dengan 180 rad/s, respon system menunjukan prilaku
yang tidak fluktuatif dan sangat terlihat siklus respon sistem tersebut.
84