Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


(PNEUMATIK)

Disusun Oleh :

Kelompok 2

M Akbar Tri Ramadhani (06214034206)


Muhammad Rizki Darmawan (062140342312)
Muhammad Yoga Triandono (062140342314)
Nanda Galea (062140342317)

Kelas : 3 ELB

Dosen Pengampu : Anggara Truna Negara, S.T., M.Eng.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2023
BAB I

PENGENALAN SISTEM DAN KOMPONEN PNEUMATIK


A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan sistem pneumatik
(C3).
2. Mahasiswa dapat mema-hami dan menjelaskan komponen dan peralatan
sistem pneumatik (C3).

B. Pokok – Pokok Isi


B.1 Sistem Pneumatik

Sistem pneumatik yang dalam bahasa Yunani ‘pneuma’ yang artinya


udara atau angin. Dengan kata lain pneumatik adalah semua sistem yang
menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan.
Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak,
keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan.
Pneumatik menggunakan hukum-hukum aerodinamika yang menentukan keadaan
keseimbangan gas dan uap.

Pneumatik dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industri


merupakan ilmu pengetahuan dari semua proses mekanik dimana udara
memindahkan suatu gaya atau gerakan. Jadi pneumatik meliputi semua komponen
mesin atau peralatan, dalam mana terjadi proses-proses pneumatik. Dalam bidang
kejuruan teknik pneumatik dalam pengertian yang lebih sempit lagi adalah teknik
udara mampat (udara bertekanan).

Memang sistem elektronik mempunyai respon yang sangat cepat terhadap


sinyal control. Tetapi sistem pneumatik mempunyai daya tahan yang lebih baik.
Dalam beberapa aplikasi sistem pneumatik dapat bekerja dalam atmosfer yang
tidak bisa dilakukan oleh sistem elektronik dan sistem pneumatik juga dapat
digunakan dalam kondisi basah

Pneumatik dibeda-bedakan ke dalam bidang menurut tekanan kerjanya,


dari bidang tekanan sangat rendah (1,001-1,1 bar), pneumatik tekanan rendah
(1,2-2,0 bar), pneumatik tekanan menengah atau disebut juga pneumatik tekanan
normal (2- 8 bar) dan pneumatik tekanan tinggi (>8 bar).
B.1.1 Klasifikasi Elemen Pneumatik

Elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi berbeda.


Secara garis besar pembagian elemen pada pneumatik dijelaskan pada gambar 1.1
Gambar 1.1 Klasifikasi Elemen Sistem Pneumatik (Festech, 2015)\

Fungsi setiap komponen perlu dimengerti agar dapat menempatkan secara


tepat, memperlakukan secara benar dan merawat secara proporsional. Seperti kita
ketahui bahwa menurut fungsinya komponen tersebut dikelompokan :
- Unit tenaga yaitu air generation and distribution
- Unit pengatur atau control elemen yaitu mulai dari yang berfungsi sebagai
pemberi isyarat masukan (signal input) sampai dengan final control
element.
- Unit penggerak atau working element baik berupa silinder pneumatik,
motor pneumatik atau limited rotary actuator.
- Konduktor dan konektor yang berfungsi menghubungkan komponen yang
satu ke komponen yang lain.

B.2 Peralatan Sistem Pneumatik

B.2.1 Kompresor

Kompresor berfungsi untuk membangkitkan/menghasilkan udara


bertekanan dengan cara menghisap dan memampatkan udara tersebut kemudian
disimpan di dalam tangki udara kempa untuk disuplai kepada pemakai (sistem
pneumatik). Kompressor dilengkapi dengan tabung untuk menyimpan udara
bertekanan, sehingga udara dapat mencapai jumlah dan tekanan yang diperlukan.
Tabung udara bertekanan pada kompressor dilengkapi dengan katup pengaman,
bila tekanan udaranya melebihi ketentuan, maka katup pengaman akan terbuka
secara otomatis.
B.2.1.1 Penggerak Kompressor
Penggerak kompressor berfungsi untuk memutar kompressor, sehingga
kompressor dapat bekerja secara optiomal. Penggerak kompressor yang sering
digunakan biasanya berupa motor listrik dan motor bakar seperti gambar 12.
Kompressor berdaya rendah menggunakan motor listrik dua phase atau motor
bensin. sedangkan kompressor berdaya besar memerlukan motor listrik 3 phase
atau mesin diesel. Penggunaan mesin bensin atau diesel biasanya digunakan
bilamana lokasi disekitarnya tidak terdapat aliran listrik atau cenderung non
stasioner. Kompresor yang digunakan di pabrik-pabrik kebanyakan digerakkan
oleh motor listrik karena biasanya terdapat instalasi listrik dan cenderung
stasionar (tidak berpindah-pindah).

Gambar 1.2 Kompressor Torak berpindah (Moveble)

B.2.2 Unit Pengolahan Udara Bertekanan (Air Servise Unit)

Udara bertekanan (kempa) yang akan masuk dalam sistem pneumatik harus
harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan, antara lain ;

- tidak mengandung banyak debu yang dapat merusak keausan komponen-


komponen dalam sistem pneumatic
- mengandung kadar air rendah, kadar air yang tinggi dapat menimbulkan
korosi dan kemacetan pada peralatan pneumatic
- mengandung pelumas, pelumas sangat diperlukan untuk mengurangi
gesekan antar komponen yang bergerak seperti pada katup-katup dan
actuator

B.2.3 Regulator udara bertekanan


Udara yang telah memenuhi persyaratan, selanjutnya akan disalurkan sesuai
dengan kebutuhan. Untuk mengatur besar kecilnya udara yang masuk, diperlukan keran
udara yang terdapat pada regulator, sehingga udara yang disuplai sesuai dengan kebutuhan
kerjanya. Adapun unit pengolahan udara dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.3 Tabung Pelumas (Festech, 2015)

B.2.4 Konduktor dan Konektor

B.2.4.1 Konduktor (Penyaluran)

Penginstalan sirkuit pneumatik hingga menjadi satu system yang dapat


dioperasikan diperlukan konduktor, sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi
konduktor adalah untuk menyalurkan udara kempa yang akan
membawa/mentransfer tenaga ke aktuator.

Macam-macam konduktor :

 Pipa yang terbuat dari tembaga, kuningan, baja, galvanis atau stenlees
steel. Pipa ini juga disebut konduktor kaku (rigid) dan cocok untuk
instalasi yang permanen.
 Tabung (tube) yang terbuat dari tembaga, kuningan atau aluminium. Ini
termasuk konduktor yang semi fleksible dan untuk instalasi yang
sesekali dibongkar-pasang.
 Selang fleksible yang biasanya terbuat dari piastik dan biasa digunakan
untuk instalasi yang frekuensi bongkar-pasangnya lebih tinggi.

B.2.4.2 Konektor
Konektor berfungsi untuk menyambungkan atau menjepit konduktor
(selang atau pipa) agar tersambung erat pada bodi komponen pneumatik. Bentuk
ataupun macamnya disesuaikan dengan konduktor yang digunakan. Adapun
nacam-macam konektor dapat kita lihat pada gambar berikut.

Gambar 1.4 Macam-Macam Konektor (Festech, 2015)

B.2.5 Unit Pengerak (Working Element = Aktuator)

B.2.5.1 Single Acting Cylinder

Silinder ini mendapat suplai udara hanya dari satu sisi saja. Untuk
mengembalikan keposisi semula biasanya digunakan pegas. Silinder kerja tunggal
hanya dapat memberikan tenaga pada satu sisi saja. Gambar berikut ini adalah
gambar silinder kerja tunggal.

a) b)
Gambar 1.5 Jenis Single Acting Cylinder (a) dan Simbolnya (b)
Silinder Pneumatik sederhana terdiri dari beberapa bagian, yaitu

torak, seal, batang torak, pegas pembalik, dan silinder. Silinder sederhana

akan bekerja bila mendapat udara bertekanan pada sisi kiri, selanjutnya akan

kembali oleh gaya pegas yang ada di dalam silinder pneumatik.

B.2.5.2 Silinder Penggerak Ganda (Double Acting Cyinder)

Silinder ini mendapat suplai udara kempa dari dua sisi. Konstruksinya
hampir sama dengan silinder kerja tunggal. Keuntungannya adalah bahwa silinder
ini dapat memberikan tenaga kepada dua belah sisinya. Silinder kerja ganda ada
yang memiliki batang torak (piston road) pada satu sisi dan ada pada kedua pula
yang pada kedua sisi. Konstruksinya yang mana yang akan dipilih tentu saja harus
disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar 1.6 Double Acting Cylinder dan simbolnya (Festech, 2015)

Silinder pneumatik penggerak ganda akan maju atau mundur oleh karena
adanya udara bertekanan yang disalurkan ke salah satu sisi dari dua saluran yang
ada. Silinder pneumatik penggerak ganda terdiri dari beberapa bagian, yaitu torak,
seal, batang torak, dan silinder. Sumber energi silinder pneumatik penggerak
ganda dapat berupa sinyal langsung melalui katup kendali, atau melalaui katup
sinyal ke katup pemroses sinyal (processor) kemudian baru ke katup kendali.
Pengaturan ini tergantung pada banyak sedikitnya tuntutan yang harus dipenuhi
pada gerakan aktuator yang diperlukan. Secara detail silinder pneumatik dapat
dilihat seperti gambar 1.6.

B.2.5.3 Double Acting Cylinder With Cushioning


Cushion ini berfungsi untuk menghindari kontak yang keras pada akhir
langkah. Jadi dengan sistem cushion ini kita memberikan bantalan atau pegas
pada akhir langkah.

Gambar 1.7 Double Acting Cylinder with Cushioning (Festech, 2015)

B.2.6 Katup-Katup Pneumatik

Katup berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah udara kempa


yang akan bekerja menggerakan aktuator, dengan kata lain katup ini berfungsi
untuk mengendalikan arah gerakan aktuator. Katup- katup pneumatik diberi nama
berdasarkan pada:

- Jumlah lubang/saluran kerja (port)


- Jumlah posisi kerja
- Jenis penggerak katup
- Nama tambahan lain sesuai dengan karakteristik katup.

Menurut fungsinya katup-katup dikelompokkan sebagai berikut

Katup Pengarah (Directional Control Valves)


 Katup 3/2 Way valve (WV) penggerak plunyer, pembalik pegas (3/2 DCV
plunger actuated, spring centered), termasuk jenis katup piringan (disc
valves) normally closed (NC).
Gambar 1.8 Katup 3/2 Knop Pembalik Pegas (Festech, 2015)

 Katup 4/2 penggerak plunyer, kembali pegas (4/2 DCV plunger actuated,
spring centered), termasuk jenis katup piringan (disc seat valves)

Gambar 1.9 Katup 4/2 Knop Pembalik Pegas (Festech, 2015)

 Katup 4/3 manually jenis plate slide valves.

Gambar 1.10 Katup 4/3 Plunyer Pembalik Pegas (Festech, 2015)


 Katup 5/2, DCV-air port jenis longitudinal slide.

Gambar 1.11 Katup 5/2 Plunyer Penggerak Udara Bertekanan (Festech,

(2015)
Katup Satu Arah (Non Return Valves)

Katup ini berfungsi untuk mengatur arah aliran udara kempa hanya satu
arah saja yaitu bila udara telah melewati katup tersebut maka udara tidak dapat
berbalik arah. Sehingga katup ini juga digolongkan pada katup pengarah khusus.
Macam- macam katup searah :

 Katup Satu Arah Pembalik Pegas

Katup satu arah hanya bisa mengalirkan udara hanya dari satu sisi saja.
Udara dari arah kiri (lihat gambar 30) akan menekan pegas sehingga katup
terbuka dan udara akan diteruskan ke kanan. Bila udara mengalir dari arah
sebaliknya, maka katup akan menutup dan udara tidak bisa mengalir kearah kiri.
Katup satu arah dalam sistem elektrik identitik dengan fungsi dioda yang hanya
mengalirkan arus listrik dari satu arah saja.

Gambar 1.12 Katup satu arah dan simbolnya (Festech, 2015)

 Shuttle Valve
Katup ini akan mengalirkan udara bertekanan dari salah satu sisi, baik sisi kiri saja
atau sisi kanan saja. Katup ini juga disebut katup “OR” (Logic OR function).

Gambar 1.13 Shuttle Valve (Festech, 2015)

 Katup Dua Tekan


Katup ini dapat bekerja apabila mendapat tekanan dari kedua saluran masuknya,
yaitu saluran X, dan saluran Y secara bersama-sama (lihat gambar 32). Bila udara yang
mengalir dari satu sisi saja, maka katup akan menutup, namun bila udara mengalir secara
bersamaan dari kedua sisinya, maka katup akan membuka, sehingga katup ini juga disebut
“AND” (Logic AND function).

Gambar 1.14 Katup Dua Tekan (Festech, 2015)

 Katup Buang Cepat (Quick Exhoust Valve)

Gambar 1.15 Katup Buang Cepat (Festech, 2015)

Katup Pengatur Tekanan (Pressure Relief Valve)

Pressure Regulation Valve, katub ini berfungsi untuk mengatur besar-


kecilnya tekanan udara kempa yang akan keluar dari service unit dan bekerja pada
sistim pneumatik (tekanan kerja).

Gambar 1.16 Pressure Regulation Valve (Festech, 2015)


 Sequence Valve

Prinsip kerja katup ini hampir sama dengan relief valve, hanya fungsinya
berbeda yaitu untuk membuat urutan kerja dari sistem. Perhatikan gambar berikut
:

Gambar 1.17 Squence Valve (Festech, 2015)

 Time Delay Valve (Katup Penunda)

Katup ini berfungsi untuk menunda aliran udara hingga pada waktu yang
telah ditentukan. Udara akan mengalir dahulu ke tabung penyimpan, bila suda
penuh baru akan mengalir ke saluran lainnya. Katup penunda ini juga dikenal pula
dengan timer.

Gambar 1.18 Time Delay Valve (Festech, 2015)


Katup Pengatur Aliran (Flow Control Valve)

Katup ini berfungsi untuk mengontrol/mengendalikan besar-kecilnya


aliran udara kempa atau dikenal pula dengan katup cekik, karena akan mencekik
aliran udara hingga akan menghambat aliran udara. Hal ini diasumsikan bahwa
besarnya aliran yaitu jumlah volume udara yang mengalir akan mempengaruhi
besar daya dorong udara tersebut.

Macam-macam flow control: a) Fix flow control yaitu besarnya lubang


laluan tetap (tidak dapat disetel), b) Adjustable flow control yaitu lubang laluan
dapat disetel dengan baut penyetel., c) Adjustable flow control dengan check valve
by pass. Adapun penampang dan simbol flow control valve adalah sebagai
berikut:

Gambar 1.19 Katup Pengatur Aliran Udara (Festech, 2015)

 Shut Of Valve
Katup ini berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara. Lihat
gambar berikut :

Gambar 1.20 Shurt of Valve (Festech, 2015)


B.3 Push Button Switch

Swich Push Button adalah salkar tekan yang berfungsi untuk


menghubungkan atau memisahkan bagian – bagian dari suatu instalasi listrik satu
sama lain (suatu sistem saklar tekan push button terdiri dari saklar tekan start.
Stop reset dn saklar tekan untuk emergency. Push button memiliki kontak NC
(normally close) dan NO (normally open), yang mana bentuk fisik jenis push
button dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.21 Push Button Switch (Festech, 2015)

B.3 Tinjauan ElektroPneumatik


Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip kerjanya
memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media
kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke
kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor
ataupun sakelar pembatas (limit switch) yang berfungsi sebagai penyambung ataupun
pemutus sinyal. Sinyal tersebut akan dikirimkan ke kumparan dan akan menghasilkan
medan elektromagnit serta akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah
sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik
akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti silinder yang akan
menjalankan sistem.

B.4.1 Struktur Elektro Pneumatik

Dibawah pada Gambar 1.22 dapat dilihat elemen-elemen dari sistem


elektropneumatik
Gambar 1.22 Element elektropneumatik (farida atmadja, 2017)

Dalam elemen diatas elektropneumatik terdiri dari empat bagian yaitu:

a. Supply energi (Compressor air &Electrical)

b. Input elements (Limit switch/push button/proximity sensors)

c. Processing elements (switcing logic,selenoid valves,pneumatic to electric


converter)

d. Actuator and final control elemens (sylinder,motors,directional control


valves)
B.4.2 Komponen Elektropneumatik

Adapun komponen dari eletropneumatik adalah:

 Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input)


Sinyal listrik pada teknik kontrol elektropneumatik diperlukan dan
diproses tergantung pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini
didapatkan bisa dengan cara mengaktifkan sakelar atau bisa juga dengan
mengaktikan sensor, misalkan sensor mekanik ataupun elektronik.

Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada
yang disebut “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak
tersambung), “Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan
tersambung) dan “Change Over” (tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan
NC).

 Saklar
Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem
kontrol dinyalakan. Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-
button switch).

Gambar 1.23 Saklar mekanis dan push button (farida atmadja, 2017)

 Sakelar Pembatas (Limit Switches)

- Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting


Type)
Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi
yang menyatakan bahwa posisi ini merupakan posisi akhir baik itu untuk
mesin ataupun untuk silinder. Biasanya sistem kontak yang dipakai
adalah sistem tersambung bergantian (Change over). Dibawah ini pada
Gambar 1.24 merupakan konstruksi dan simbol sakelar pembatas.

Gambar 1.24 a. Posisi awal limit switch b. Posisi limit switch


setelah tertekan (farida atmadja, 2017)
Sakelar pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan yang
apabila disambungkan ke indikator maka akan mengaktifkan indikator
tersebut.

- Tipe tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch)

Sakelar pembatas tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas


mekanik tidak dapat digunakan. Dan juga biasanya dijadikan sensor
yang akan menggantikan sakelar mekanik. Macam sakelar pembatas tipe
ini contohnya: Sakelar Pembatas Induktif , Sensor ini memberi respon
pada benda yang berbahan logam kerja.

Gambar 1.25 Optical Sensor Proximity (festo, 2015)


BAB II
APLIKASI SISTEM PNEUMATIC SEBAGAI OPERASI NOT-GATE,
AND-GATE, DAN OR-GATE

A. Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat merancang aplikasi sistem pneumatik untuk operasi


gerbang Not gate, And gate dan Or gate (C3)
2. Mahasiswa dapat mempraktik dan menganalisis cara kerja rangkaian Not
gate, And gate dan Or gate (C4)

B. Pendahuluan

Posisi normal Posisi setelah ditekan


(sebelum ditekan) 2

3 1 3

3/2 way
push button

Single acting
3/2 Way cylinder
push button

Gambar 2.1 Posisi Awal 3/2 Way Valve Push Button

Gambar diatas merupakan cara kerja dari pneumatic 3/2 way valve push
button. Ciri utama dari simbol diatas adalah arah panah menunjukkan arah angin
bertekanan tinggi ( ). Sedangkan ( T ) adalah sebagai pembuangan /drain atau
closed loop untuk sumber dari Air Servive Unit (ASU).

Buatlah seperti pada gambar dibawah ini :

ASU
(Air Service Unit) Kompressor
Gambar 2.2 Skema 3/2 Valve dan Single Acting Cylinder

Pada gerbang Logika AND apabila ke dua inputan bernilai 0, maka


keluarannya “0”. Apabila ke dua inputan salah satunya memiliki nilai 1 maka
output yang dihasilkan masih tetap “0”. Ketika ke dua inputan berilai 1 makan
output yang dihasilkan bernilai “1”. Bisa dibilang gerbang logika AND
menggunakan sistem perkalian. Dalam penerapan sistem pneumatik, biasanya
rangkaian ini merupakan rangkaian safety untuk mesin press. Ketika satu tombol
yang ditekan dan tombol yang satunya tidak di tekan, maka silinder tidak akan
bekerja.

Pada gerbang logika OR menggunakan sistem tambah, jika kedua input


yang salah satunya bernilai 1, maka output akan menghasilkan nilai “1:. Jika
kedua input bernilai 1, maka output akan menghasilkan nilai “1”. Jika kedua input
menghasilkan nilai 0, maa output akan menghasilkan nilai “0”. Dalam rangkaian
pneumtaik penggunaan gerbnag logika OR cukup sering diterapkan.

Gate Logic yang satu ini penerapannya cukup mudah. Jadi pada gate logic
NOT hanya memiliki 1 input dan 1 output. Cara kerja dari gerbang logika NOT
yaitu, ketika inputan bernilai 1 maka output akan bernilai “0”. Jika input bernilai 0
makan output berilai “1”.

C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Gerbang AND-GATE
C.1.1 Gambar Rangkaian

1 3

1 3

Gambar 2.3 Rangkaian AND GATE

C.1.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube / selang

2. 3/2 way valve push button (NC/NO)

3. Single Acting cylinder

4. Air Service Unit

5. Electric switch

C.1.3 Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.2
2. Hidupkan kompressor dan buka Air Service Unit agar udara kempa
masuk ke air distributor.
3. Hidupkan Power Suplly dan tekan 3/2 way valve push button

4. Lihat Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak
ditekan? jelaskan mengapa ?

Tabel 1.1 Hasil Percobaan Gerbang AND

X2 X1 Y

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

C.2 Gerbang OR-GATE


C.2.1 Gambar Rangkaian

2
1 1

2 2

1 3 1 3

Gambar 2.4 Rangkaian OR GATE

C.2.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube / Selang
2. 3/2 way valve push button (NC/NO)
3. Single Acting cylinder
4. Air Service Unit
5. Electric switch

C.2.3 Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.3

2. Hidupkan kompressor dan buka Air Service Unit agar udara


kempa masuk ke air distributor.
3. Hidupkan Power Suplly dan tekan 3/2 way valve push button

4. Lihat Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak
ditekan? jelaskan mengapa ?

Tabel 1.2 Hasil Gerbang OR

X2 X1 Y

0 0 1

0 1 1

1 0 1

1 1 0

C.3 Gerbang NOT-GATE


C.3.1 Gambar Rangkaian
Gambar 2.5 Rangkaian NOT Gate

C.3.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube / Selang
2. 3/2 way valve push button (NC/NO)
3. Single Acting cylinder
4. Air Service Unit
5. Electric switch

C.3.3 Langkah Percobaan

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.3

2. Hidupkan kompressor dan buka Air Service Unit agar udara


kempa masuk ke air distributor.
3. Hidupkan Power Suplly dan tekan 3/2 way valve push button

4. Lihat Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak
ditekan? jelaskan mengapa ?

D. Pertanyaan

1. Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak ditekan?
Jelaskan mengapa?
2. Jelasakan bagaimana cara kerja dari 3/2 way valve push button?

3. Buatlah AND gate dengan menggunakan 2 buah 3/2 way valve push
button dan 1 push single acting cylinder? Gambarlah skemanya
4. Buatlah logika OR Gate dengan menggunakan 2 buah 3/2 way valve
push button dan 1 single cylinder? Gambarlah skemanya
Catatan: tidak boleh menggunakan shuttle valve (OR dan AND function)

E. Jawaban
1. Pada saat tidak ditekan, posisi single acting cylinder dalam keadaan tidak
bergerak. Hal ini dikarenakan pada rangkaian AND dan OR Gate, aliran udara tidak
masuk ke single acting cylinder. Lain halnya dengan NOT Gate, pada saat tidak
ditekan, aliran udara terus mengalir sehingga single acting akan bergerak maju dan
posisinya menetap.

2. Katup tombol 3/2 (3/2 way push button valve) mempunyai 3 lubang yaitu lubang
masukan, lubang keluaran, lubang pembuangan, dan 2 posisi kontak yang akan
menentukan variasi aliran udara, tombol tekan untuk mengaktifkan dan pegas untuk
kembali. Katup akan mengeluarkan sinyal ketika sebuah tombol tekan ditekan dan
sinyal hilang bila tombol dilepas.

3. AND

4. OR
F. Analisa
Gerbang AND
Pada rangkaian AND Gate, jika 3/2 way valve tidak ditekan atau salah satu saja
yang ditekan maka single acting cylinder tidak akan bergerak. Karena jika hal ini terjadi,
aliran udara akan terputus baik pada 3/2 way valve pertama atau yang kedua, ataupun
keduanya. Namun, jika kedua 3/2 way valve ditekan, single acting cylinder akan bergerak
maju. Hal ini membuktikan tabel kebenaran mengenai AND Gate yang ada pada teori.

X2 X1 Y

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

Gerbang OR
Pada rangkaian OR Gate, jika 3/2 way valve tidak ditekan maka single acting
cylinder tidak akan bergerak. Sedangkan jika salah satu atau kedua 3/2 way valve ditekan,
maka single acting cylinder akan bergerak maju. Hal ini dikarenakan jika salah satu saja
3/2 way valve ditekan, maka akan ada aliran udara menuju single acting cylinder dan
menyebabkan single acting cylinder bergerak maju. Rangkaian OR Gate memiliki dua
valve yang diparalelkan sehingga aliran udara yang ada di dapat dari dua sisi. Oleh karena
itu, tidak masalah jika hanya satu 3/2 way valve saja yang ditekan, asalkan keduanya tidak
dalam kondisi yang tidak ditekan.

X2 X1 Y

0 0 1

0 1 1

1 0 1
1 1 0

Gerbang NOT

Pada Rangkaian NOT Gate, jika 3/2 way valve tidak ditekan, maka single acting
cylinder akan bergerak pada posisi maju. Sebaliknya, jika 3/2 way valve ditekan, maka
single acting cylinder akan bergerak ke posisi semula (mundur). Hal ini dikarenakan pada
rangkaian NOT Gate, hasil output merupakan kebalikan dari inputnya. Dibuktikan dari
tabel kebenaran mengenai NOT Gate yaitu;

Input
Output
A

0 1

1 0
BAB III

MENGGERAKKAN DOUBLE ACTING CYLINDER DENGAN 3/2 WAY


VALVE PUSH BUTTON

A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat merancang dan merakit rangkaian penggerak double
acting cylinder dengan 3/2 way valve push button (C3).
2. Mahasiswa dapat mem-praktik dan menganalisa cara kerja rangkaian
penggerak double acting cylinder dengan 3/2 way valve push button (C4).

B. Pendahuluan
Double acting cylinder yang mana konstruksinya hampir sama dengan
single acting cylinder. Keuntungannya adalah bahwa silinder ini dapat
memberikan tenaga kepada dua belah sisinya. Silinder ini ada yang memiliki
batang torak (piston road) pada satu sisi dan ada pada kedua pula yang pada kedua
sisi, pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pada percobaan ini mahasiswa akan mempelajari fungsi atau cara kerja
dari double acting cylinder. Dalam rangkaian ini menggunakan 2 buah 3/2 way
valve push button yang akan menggerakkan silinder.
C. Pokok-Pokok Isi

C.1 Menggerakan Double Acting Cylinder Dengan 3/2 Way Valve Push
Button

C.1.1 Gambar Rangkaian

Gambar 2.6 Rangkaian 3/2 way dan double acting cylinder

C.1.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube /selang
2. 3/2 way valve push button
3. Double Acting cylinder
4. Air Service Unit

C.1.3 Langkah Percobaan

1. Buat rangkaian seperti pada gambar 2.6


2. Hidupkan kompressor dan buka Air Service Unit agar udara kempa
masuk ke air distibutor.
3. Hidupkan Power Suplly dan tekan 3/2 way valve push button.

D. Pertanyaan

1. Gunakan 5/2 way valve push button untuk menggerakkan double


acting cylinder. Lalu, apa yang terjadi jika tombol ditekan? Mengapa
jelaskan.
2. Buatlah kondisi dimana, jika manual push button ditekan maka,
semua ativitas dari pneumatik akan berhenti total (kondisi seperti
tombol
4
darurat
2
untuk menonaktifkan alat). Gunakan 5/2 way valve
push button untuk mengerakkan double acting cylinder dan buat
5 3
skema wiring
1
pneumatiknya.

Skema rangkaian soal nomor 1:

R1 R1

R1 S1

0V

E. Jawaban

1.
F. Analisa
Pada percobaan kali ini praktikkan wiring elektropnuematic, pada rangkaian ini
silinder akan bergerak maju apabila push button ON ditekan sesaat dan silinder akan
tetap berada pada posisi maju atau maksimum selama tombol ON masih aktif hal ini
disebabkan karena pada rangkaian control atau pengendali terdapat kontak normally
open dari R1 yang bekerja sebagai pengunci dan R1 yang lain berfungsi sebagai
pengendali dari valve solenoid S1, namun apabila tidak terdapat kotak normally dari R1
yang bekerja sebagai pengunci maka Ketika tombol ON ditekan otomatis silinder akan
maju namun silinder tersebut langsung mundur karena tidak dapat kotak normally dari
R1 yang bekerja sebagai pengunci, apabila tombol push button OFF ditekan maka
silinder akan mundur dan silinder ada pada posisi normal, hal yang sama akan terjadi
secara berulang apabila tombol push button ON ditekan Kembali.
BAB IV

MENGGERAKKAN DOUBLE ACTING CYLINDER DENGAN


KECEPATAN FLOW YANG DAPAT DIATUR

A. Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat meran-cang dan merakit rangkaian penggerak double


acting cylinder dengan kecepatan flow yang dapat di atur (C3).
2. Mahasiswa dapat memprak-tik dan menganalisa cara rangkaian penggerak
double acting cylinder dengan kecepatan flow yang dapat di atur (C4).

B. Pendahuluan
Pada percobaan ini mahasiswa akan mengetahui perbedaan menggunakan
metode metring in dan metring out yang mengatur kecepatan untuk double-acting
cylinder, menghambat pembuangan (meter-out) atau menghambat suplai udara
(meter-in). untuk penghambat pembuangan ada hentakan awal yang kemudian
makin membaik untuk di atur. Untuk penghambat suplai udara, terkadang ada
posisi diam beberapa waktu saat silinder maju hingga kemudian membaik untuk
diatur, biasanya digunakan untuk silinder kecil dan berbeban berat.
C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Menggerakan Double Acting Cylinder Dengan Kecepatan Flow Yang
Dapat Diatur
C.1.1 Gambar Rangkaian

Gambar 2.7 (a) Skema Metring Out (b) Skema Metring In

C.1.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube /selang
2. 5/2 way valve push button
3. Flow control
4. ASU (Air Service Unit )

C.1.3 Langkah Percobaan

1. Buat rangkaian seperti pada gambar 2.7 (a) dam (b)


2. Hidupkan kompressor dan buka Air Service Unit agar udara
kempa masuk ke air distributor
3. Hidupkan Power Supply dan tekan 5/2 way valve push button.
D. Pertanyaan

1. Apa perbedaan antara Metring In dan Metring Out ?Jelaskan

2. Buatlah kondisi dimana jika 3/2 way valve push button ditekan maka
double acting cylinder akan maju secara perlahan–lahan setelah menyentuh
lever operated maka secara otomatis cylinder kembali ke posisi semula
(gunakan 3/2 way pneumatik actuation)

Skema rangkaian soal nomor 1


56%

56%

56%

56%
4 2
4 2

5 3
5 3
1
1

Skema rangkaian soal nomor 2


E. Jawaban

1. Metring in adalah suatu sistem pneumatik dimana input sistem tersebut harus diatur
jumlah aliran fluidanya, yang bertujuan agar tidak membahayakan sistem tersebut.
Sedangkan Metring out adalah suatu sistem pneumatik dimana output sistem
tersebut harus diatur jumlah aliran fluidanya agar gerakan piston atau komponen
yang lain jadi lembut. \

2.

Gambar diatas adalah rangkaian yang menunjukkan pergerakan double acting


cylinder yang maju secara perlahan dan mundur otomatis dengan cepat. Pada
metring in, one way flow pertama nilainya lebih kecil daripada one way flow
kedua. Sebaliknya, pada metring out, one way flow pertama nilainya lebih besar
dibanding one way flow kedua.

F. Analisa
Pada percobaan kali ini, dilakukan percobaan rangkaian dengan one way flow metring
in dan metring out sebagai penggerak double acting cylinder. Pada metering in, input
diatur pada one way flow titik 1 dan output berada di titik 2. Semakin besar pembuangan
untuk pengaturan udara (mendekati 100%) maka semakin banyak udara yang mengalir
dan menyebabkan pergerakan maju atau mundurnya silinder semakin cepat. Sedangkan
apabila pengaturan udaranya mendekati 0%, maka udara yang mengalir akan semakin
sedikit dan menyebabkan maju atau mundurnya semakin melambat. Saat kedua one way
flow diatur dengan persentase yang sama (50%), maka laju pergerakan maju dan
mundurnya double acting cylinder akan sama. Jika pada one way flow pertama diatur
persentasenya sebesar 90% dan pada one way flow kedua diatur persentasenya sebesar
25%, maka laju maju akan lebih cepat dibanding laju mundur double acting cylinder.
Apabila one way flow pertama diatur persentasenya sebesar 25% dan one way flow
kedua diatur persentasenya sebesar 90%, maka laju maju akan lebih lambat dibanding
laju mundur double acting cylinder.
Pada metering out, input diatur pada one way flow titik 2 dan output berada di titik 1.
Semakin besar pembuangan untuk pengaturan udara (mendekati 100%), maka semakin
sedikit udara yang mengalir dan menyebabkan pergerakan maju atau mundurnya silinder
semakin lambat. Sedangkan apabila pengaturan udaranya mendekati 0%, maka udara
yang mengalir akan semakin banyak dan menyebabkan maju atau mundurnya semakin
cepat. Saat kedua one way flow diatur dengan persentase yang sama (50%), maka laju
pergerakan maju dan mundurnya double acting cylinder akan sama. Jika pada one way
flow pertama diatur persentasinya sebesar 90% dan pada one way flow kedua diatur
persentasenya sebesar 25%, maka laju maju akan lebih lambat dibanding laju mundur
double acting cylinder. Apabila one way flow pertama diatur persentasenya sebesar 25%
dan one way kedua diatur persentasenya sebesar 90%, maka laju maju akan lebih cepat
dibanding laju mundur double acting cylinder.
BAB V
MENGGERAKKAN SINGLE ACTING CYLINDER DENGAN WAKTU
YANG DAPAT DIATUR

A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat merancang dan merakit rangkaian menggerakkan single
acting cylinder dengan waktu yang dapat diatur (C3).
2. Mahasiswa dapat mempraktik dan menganalisa cara kerja rangkaian
menggerakkan single acting cylinder dengan waktu yang dapat diatur (C4).

B. Pendahuluan
Time delay adalah sebuah komponen pneumatik yang memiliki fungsi untuk
menyambungkan kontraktor NO atau memutuskan kontraktr NC, dimana hubungan
kontraktor diputuskan atau disambungkan tidak langsung seketika pada saat relay
diaktifkan. Waktu yang yang diperlukan untuk memutuskan ataupun
menyambungkannya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Ada dua jenis time delay,
yakni time delay switch on dan time delay switch off. Menggerakkan sungle actng
cylinder dengan waktu yang dapat diatur, maksudnya adalah mahasiswa dapat
mengertahui tentang delay time pada pneumatik yang dapat diaplikasikan kedalam
dunia industri. Buatlah seperti gambar dibawah ini.\

Gambar 2.8 Delay Time


C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Menggerakkan Double Acting Cylinder Dengan Kecepatan Flow Yang
Dapat Diatur

C.1.1 Gambar Rangkaian

Gambar 2.9 Skema Delay Time

C.1.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube /selang
2. 3/2 way push button valve
3. Flow control
4. Single acting cylinder
5. Delay Time
6. Lever actuator

C.1.3 Langkah Percobaan


1. Buat rangkaian seperti pada gambar 2.10
2. Hidupkan kompressor dan buka Air Service Unit agar udara kempa
masuk ke air distributor
3. Hidupkan Power Supply dan tekan 3/2 way valve push button.
D. Pertanyaan

1. Aturlah waktu Delay sehingga menghasilkan waktu yang berbeda-beda !

2. Buatlah kondisi dimana jika double acting cylinder (1) maju maka double act
cylinder (2) akan bergerak berlawanan arah dengan double acting cylinder (1),
Kemudian jika 5/2 way valve tidak ditekan maka double act cylinder (1) dan
(2) akan kembali keposisi semula dalam waktu 5 detik setelah tombol tidak
ditekan ? Gambarkan skemanya !

LS1 LS2 LS3 LS4

4 2
4 2

S1 S2
S3 S4
5 3
5 3
1
1
E. Analisa
BAB VI
MENGGERAKAN DUA BUAH SILINDER DOUBLE ACTING DENGAN
ARAH BERLAWANAN

A. Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat merancang dan merakit rangkaian menggerakkan double


acting cylinder dengan arah berlawanan (C3).
2. Mahasiswa dapat mempraktik dan menganalisa cara kerja rangkaian
menggerakkan double acting cylinder dengan arah berlawanan (C4).

B. Pendahuluan

Silinder double acting adalah silinder yang bekerja atau bergerak maju atau
mundur tergantung dari valve atau katup udara mana yang mengalirkan udara terlebih
dahulu, silinder akan bekerja secara maksimum sampai katup atau valve tersebut berhenti
mengalirkan udara dan akan kembali bergerak atau bekerja apabila ada valve atau katup lain
yang mengalirkan udara ke silinder yang sama. Silinder double acting tidak akan bekerja
apabila ada kedua valve atau katup yang mengalirkan udara secara bersamaan, silinder akan
bekerja pada valve yang terlebih dahulu memberikan masukan udara.
C. Pokok-Pokok Isi

C.1 Menggerakkan Duah Buah Silinder Double Acting Dengan Arah Berlawanan

C.1.1 Gambar Rangkaian

LS1 LS2 LS3 LS4

4 2 4 2

A+ A- B+ B-
5 3 5 3
1 1

A+ B+ B- A-
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8 9

3 3
3 3 3 3
3 3 3
LS2 K3
START K1 K1 K3
LS4 K2 K2
4 4
4 4 4 4
4 4 4
3
1
1 1 1
LS3
K2
STOP LS1 K3
4
2
2 2 2

A1 A1 A1

K1 K2 K3 A+ B+ B- A-

A2 A2 A2

0V

2 7 4 6 8
6 5 9

C.1.2 Alat Yang Dibutuhkan


1. Tube /selang

2. 5/2 valve solenoid

3. Air service unit

4. 4 buah limit switch

5. 2 Double acting cylinder


6. Relay

C.1.3 Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian pada gambar 2.11 pada aplikasi fluidsim

2. Lakukan wiring pada trainer

3. Hidupkan kompresor dan buka air service unit pada udara kempa masuk ke
air distributor

4. Hidupkan power supply dan tekan push button

D. Analisa
Pada percobaan kali ini pratikkan melakukan uji coba rangkaian elektropnuematic
dengan dua buah silinder double acting yang bekerja A+ B+ B- A- dimana rangkaian ini akan
bekerja apabila tombol start ditekan sesaat. Apabila tombol start ditekan maka relay K1 akan
aktif dan mengakibatkan silinder A bergerak maju sampai posisi maksimum (LS2)
selanjutnya LS2 akan mengaktifkan solenoid B+ sehingga membuat silinder B maju sampai
maksimum (LS4) apabila silinder B sudah maju maksimum dan mengenai LS4 maka LS4
akan mengaktifkan B- dan memutus B+ dalam waktu yang bersamaan sehingga
menyebabkan silinder B mundur sampai posisi minimum (LS3) sehingga LS3 mengaktifkan
A- dan silinder A akan mundur sampai posisi minimum (LS1). Sistem kerja dapat dibuat
secara continue maupun tidak tergantung dati desain gambar kerja atau gambar rangkaian
yang dibuat oleh pratikkan dan soal yang diberikan.
BAB VII

SENSOR SUHU (THERMISTOR)

A. Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat merancang dan merakit rangkaian sensor suhu (thermistor)


2. Mahasiswa dapa mempraktikan dan menganalisa cara kerja rangkaian sensor suhu
thermistor.

B. Pendahuluan
Thermistor atau resistor termal adalah salah satu jenis resistor yang hambatan
listriknya bervariasi dengan perubahan suhu. Meskipun semua tahanan resistor berfluktuasi
sedikit dengan suhu, termistor sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Thermistor
bertindak sebagai komponen pasif dalam suatu rangkaian. Thermistor adalah komponen
yang cukup akurat, murah, dan kuat untuk mengukur suhu. Meskipun tidak bekerja dengan
baik di suhu yang sangat panas atau dingin, namun Thermistor merupakan sensor pilihan
untuk berbagai aplikasi dan ideal ketika pembacaan suhu yang akurat diperlukan.
Prinsip kerja dari thermistor dipengaruhi oleh perubahan suhu, artinya jika suhu yang
mengenai thermistor berubah maka resistansi pada thermistor pun akan berubah.
Simbol sirkuit untuk termistor ditunjukkan di bawah ini.
C. Pokok-Pokok Isi
C. 1 Pengaturan Suhu Menggunakan Thermistor
C.1.1 Gambar Rangkaian

Gambar 3.0 Skema Rangkaian di Proteus

C.1.2 Codingan Rangkaian

D #include <LiquidCrystal.h>
E
F int THERMISTORPIN = 0, BCOEFFICIENT = 3380 ;
G
H float THERMISTORNOMINAL = 10000 , TEMPERATURENOMINAL = 25 ,
SERIESRESISTOR = 10000 ;
I

J LiquidCrystal lcd(12, 11, 5, 4, 3, 2);


K
L int sample[5];
M
N void setup() {
O Serial.begin(9600);
P lcd.begin(16, 2);
Q
R }
S
T
U void loop() {
V
W
X int i;
Y float average;
Z
AA // take N samples in a row, with a slight delay
BB for (i=0; i< 5; i++) {
CC sample[i] = analogRead(THERMISTORPIN);
DD delay(10);
EE }
FF
GG // average all the samples out
HH average = 0;
II
JJ for (i=0; i< 5; i++) {
KK average += sample[i];
LL }
MM average /= 5;
NN // convert the value to resistance
OO average = 1023 / average - 1;
PP average = SERIESRESISTOR / average;
QQ
RR
SS float steinhart;
TT steinhart = average / THERMISTORNOMINAL; // (R/Ro)
UU steinhart = log(steinhart); // ln(R/Ro)
VV steinhart /= BCOEFFICIENT; // 1/B * ln(R/Ro)
WW steinhart += 1.0 / (TEMPERATURENOMINAL + 273.15); // + (1/To)
XX steinhart = 1.0 / steinhart; // Invert
YY steinhart -= 273.15; // convert to C
ZZ
AAA lcd.print("Temp = ");
BBB lcd.print((int)steinhart);
CCC lcd.print(" C");
DDD
EEE delay(500);
FFF lcd.clear();
GGG }
C.1.3 Alat Yang Dibutuhkan
1. 1 unit laptop/PC yang sudah ada software proteus dan arduino IDE
2. 1 unit Arduino uno
3. 1 buah resistor 1k ohm
4. 1 buah thermal resistor(thermistor) jenis NCP15XH103E03RC
5. Lcd 16x2
6. Kabel jumper (MF,MM)

C.1.4 Langkah Percobaan

1. Buatlah coding terlebih dahulu menggunakan software Arduino IDE


2. Buat skema rangkaian menggunakan proteus dan simulasikan
3. Lakukan dengan hati hati dan teliti

D. Analisa

Dari percobaan yang telah dilakukan maka di dapat analisa sebagai berikut :

R1 RT Suhu R1 RT Suhu
10k 100k -28 °C 100k 10k 93 °C
20k 90k -13 °C 90k 20k 64 °C
30k 80k -2 °C 80k 30k 47 °C
40k 70k 6 °C 70k 40k 35 °C
50k 60k 15 °C 60k 50k 24 °C
60k 50k 24 °C 50k 60k 15 °C
70k 40k 35 °C 40k 70k 6 °C
80k 30k 47 °C 30k 80k -2 °C
90k 20k 64 °C 20k 90k -13 °C
100k 10k 93 °C 10k 100k -28 °C

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa suhu berubah apabila resistansi juga berubah
ubah, mengapa demikian karena pada uji simulasi yang kami buat di proteus kami
mengubah ubah nilai dari resistansi, sehingga pembacaan suhu pun ikut berubah,semakin
tinggi nilai RT dan semakin rendah nilai R1 maka suhu yang terbaca akan semakin rendah,
begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai RT dan semakin tinggi nilai R1maka suhu
yang terbaca akan semakin rendah. Sedangkan pada prinsip kerja realisasinya adalah suhu
yang akan mempengaruhi nilai dari resitansi. Pada data yang tertera di datasheet thermistor
jenis NCP15XH103E03RC memiliki ketetapan resistansi 10k ohm saat suhu yang
terdeteksi sebesar 25°C . Tetapi pada simulasi yang kami buat pada proteus resistansi pada
thermistor akan menjadi 10k ohm saat suhu yang terdeteksi sebesar 20°C.

Thermistor yang mempunyai karakteristik non linier sudah memiliki pervrmaan dasar
yang merupakan fungsi eksponensial. Model matematika dari thermistor diperlihatkan
pada persamaan-1,disebut sebagai Persamaan Beta.

1 1
β( − )
T T0
RT =R0 e … … …..(1)

Dengan :

RT = Nilai tahanan (Ω) pada temperatur (T)

R0 = Nilai tahanan (Ω) pada temperatur ambient

Β = Konstanta (material thermistor)


T 0 = Temperatur ambient (°K)

T = Temperatur (°K)

Berdasarkan pada persamaan l tersebut di atas. maka fungsi invers deng{n mudah dapat

diperoleh dan ditunjukkan pada persamaan 2.

β
T= … … … …(2)

( )( )
¿
Rt
R0
+
β
T0

Jika nilai Rt dapat dikonversikan menjadi nilai tegangan, maka secara prinsip nilai T
dapat diperoleh berdasarkan pada persamaan 2.. Masih mirip dengan hal yang dijelaskan di
atas. adalah suatu persamaan thermislor yang ditemukan oleh Prof. Steinhart dan Dr. Hart,
sebagaimana ditunjukkan pada persamaan 3.
1 3
= A+ B∈ [ R ] +C [ ¿ ( R ) ] … … … … .(3) ¿ A , B ,dan C adalahnilai koefisien untuk persamaan steinhart )
T

T dalam deralad Kelvin dan R dalam Ohm Persamaan 3 ini dikenal dengan persamaan
Stenhart-Hart. Persamaan ini bahkan langsung memberikan nilai T jika R diketahui.
Namun, persamaan 1 sampai 3 hanya berlaku untuk domain temperatur dalam derajat
temperatur mutlak (derajat Kelvin). Artinya, untuk memperoleh nilai temperatur dalam
derajad Celcius, maka nilai T harus dikurangi dengan nilai 273.

Anda mungkin juga menyukai