Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas : 3 ELB
B.2.1 Kompresor
Udara bertekanan (kempa) yang akan masuk dalam sistem pneumatik harus
harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan, antara lain ;
Macam-macam konduktor :
Pipa yang terbuat dari tembaga, kuningan, baja, galvanis atau stenlees
steel. Pipa ini juga disebut konduktor kaku (rigid) dan cocok untuk
instalasi yang permanen.
Tabung (tube) yang terbuat dari tembaga, kuningan atau aluminium. Ini
termasuk konduktor yang semi fleksible dan untuk instalasi yang
sesekali dibongkar-pasang.
Selang fleksible yang biasanya terbuat dari piastik dan biasa digunakan
untuk instalasi yang frekuensi bongkar-pasangnya lebih tinggi.
B.2.4.2 Konektor
Konektor berfungsi untuk menyambungkan atau menjepit konduktor
(selang atau pipa) agar tersambung erat pada bodi komponen pneumatik. Bentuk
ataupun macamnya disesuaikan dengan konduktor yang digunakan. Adapun
nacam-macam konektor dapat kita lihat pada gambar berikut.
Silinder ini mendapat suplai udara hanya dari satu sisi saja. Untuk
mengembalikan keposisi semula biasanya digunakan pegas. Silinder kerja tunggal
hanya dapat memberikan tenaga pada satu sisi saja. Gambar berikut ini adalah
gambar silinder kerja tunggal.
a) b)
Gambar 1.5 Jenis Single Acting Cylinder (a) dan Simbolnya (b)
Silinder Pneumatik sederhana terdiri dari beberapa bagian, yaitu
torak, seal, batang torak, pegas pembalik, dan silinder. Silinder sederhana
akan bekerja bila mendapat udara bertekanan pada sisi kiri, selanjutnya akan
Silinder ini mendapat suplai udara kempa dari dua sisi. Konstruksinya
hampir sama dengan silinder kerja tunggal. Keuntungannya adalah bahwa silinder
ini dapat memberikan tenaga kepada dua belah sisinya. Silinder kerja ganda ada
yang memiliki batang torak (piston road) pada satu sisi dan ada pada kedua pula
yang pada kedua sisi. Konstruksinya yang mana yang akan dipilih tentu saja harus
disesuaikan dengan kebutuhan.
Silinder pneumatik penggerak ganda akan maju atau mundur oleh karena
adanya udara bertekanan yang disalurkan ke salah satu sisi dari dua saluran yang
ada. Silinder pneumatik penggerak ganda terdiri dari beberapa bagian, yaitu torak,
seal, batang torak, dan silinder. Sumber energi silinder pneumatik penggerak
ganda dapat berupa sinyal langsung melalui katup kendali, atau melalaui katup
sinyal ke katup pemroses sinyal (processor) kemudian baru ke katup kendali.
Pengaturan ini tergantung pada banyak sedikitnya tuntutan yang harus dipenuhi
pada gerakan aktuator yang diperlukan. Secara detail silinder pneumatik dapat
dilihat seperti gambar 1.6.
Katup 4/2 penggerak plunyer, kembali pegas (4/2 DCV plunger actuated,
spring centered), termasuk jenis katup piringan (disc seat valves)
(2015)
Katup Satu Arah (Non Return Valves)
Katup ini berfungsi untuk mengatur arah aliran udara kempa hanya satu
arah saja yaitu bila udara telah melewati katup tersebut maka udara tidak dapat
berbalik arah. Sehingga katup ini juga digolongkan pada katup pengarah khusus.
Macam- macam katup searah :
Katup satu arah hanya bisa mengalirkan udara hanya dari satu sisi saja.
Udara dari arah kiri (lihat gambar 30) akan menekan pegas sehingga katup
terbuka dan udara akan diteruskan ke kanan. Bila udara mengalir dari arah
sebaliknya, maka katup akan menutup dan udara tidak bisa mengalir kearah kiri.
Katup satu arah dalam sistem elektrik identitik dengan fungsi dioda yang hanya
mengalirkan arus listrik dari satu arah saja.
Shuttle Valve
Katup ini akan mengalirkan udara bertekanan dari salah satu sisi, baik sisi kiri saja
atau sisi kanan saja. Katup ini juga disebut katup “OR” (Logic OR function).
Prinsip kerja katup ini hampir sama dengan relief valve, hanya fungsinya
berbeda yaitu untuk membuat urutan kerja dari sistem. Perhatikan gambar berikut
:
Katup ini berfungsi untuk menunda aliran udara hingga pada waktu yang
telah ditentukan. Udara akan mengalir dahulu ke tabung penyimpan, bila suda
penuh baru akan mengalir ke saluran lainnya. Katup penunda ini juga dikenal pula
dengan timer.
Shut Of Valve
Katup ini berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara. Lihat
gambar berikut :
Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada
yang disebut “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak
tersambung), “Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan
tersambung) dan “Change Over” (tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan
NC).
Saklar
Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem
kontrol dinyalakan. Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-
button switch).
Gambar 1.23 Saklar mekanis dan push button (farida atmadja, 2017)
A. Capaian Pembelajaran
B. Pendahuluan
3 1 3
3/2 way
push button
Single acting
3/2 Way cylinder
push button
Gambar diatas merupakan cara kerja dari pneumatic 3/2 way valve push
button. Ciri utama dari simbol diatas adalah arah panah menunjukkan arah angin
bertekanan tinggi ( ). Sedangkan ( T ) adalah sebagai pembuangan /drain atau
closed loop untuk sumber dari Air Servive Unit (ASU).
ASU
(Air Service Unit) Kompressor
Gambar 2.2 Skema 3/2 Valve dan Single Acting Cylinder
Gate Logic yang satu ini penerapannya cukup mudah. Jadi pada gate logic
NOT hanya memiliki 1 input dan 1 output. Cara kerja dari gerbang logika NOT
yaitu, ketika inputan bernilai 1 maka output akan bernilai “0”. Jika input bernilai 0
makan output berilai “1”.
C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Gerbang AND-GATE
C.1.1 Gambar Rangkaian
1 3
1 3
5. Electric switch
4. Lihat Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak
ditekan? jelaskan mengapa ?
X2 X1 Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
2
1 1
2 2
1 3 1 3
4. Lihat Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak
ditekan? jelaskan mengapa ?
X2 X1 Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
4. Lihat Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak
ditekan? jelaskan mengapa ?
D. Pertanyaan
1. Bagaimana posisi awal single acting cylinder pada saat tidak ditekan?
Jelaskan mengapa?
2. Jelasakan bagaimana cara kerja dari 3/2 way valve push button?
3. Buatlah AND gate dengan menggunakan 2 buah 3/2 way valve push
button dan 1 push single acting cylinder? Gambarlah skemanya
4. Buatlah logika OR Gate dengan menggunakan 2 buah 3/2 way valve
push button dan 1 single cylinder? Gambarlah skemanya
Catatan: tidak boleh menggunakan shuttle valve (OR dan AND function)
E. Jawaban
1. Pada saat tidak ditekan, posisi single acting cylinder dalam keadaan tidak
bergerak. Hal ini dikarenakan pada rangkaian AND dan OR Gate, aliran udara tidak
masuk ke single acting cylinder. Lain halnya dengan NOT Gate, pada saat tidak
ditekan, aliran udara terus mengalir sehingga single acting akan bergerak maju dan
posisinya menetap.
2. Katup tombol 3/2 (3/2 way push button valve) mempunyai 3 lubang yaitu lubang
masukan, lubang keluaran, lubang pembuangan, dan 2 posisi kontak yang akan
menentukan variasi aliran udara, tombol tekan untuk mengaktifkan dan pegas untuk
kembali. Katup akan mengeluarkan sinyal ketika sebuah tombol tekan ditekan dan
sinyal hilang bila tombol dilepas.
3. AND
4. OR
F. Analisa
Gerbang AND
Pada rangkaian AND Gate, jika 3/2 way valve tidak ditekan atau salah satu saja
yang ditekan maka single acting cylinder tidak akan bergerak. Karena jika hal ini terjadi,
aliran udara akan terputus baik pada 3/2 way valve pertama atau yang kedua, ataupun
keduanya. Namun, jika kedua 3/2 way valve ditekan, single acting cylinder akan bergerak
maju. Hal ini membuktikan tabel kebenaran mengenai AND Gate yang ada pada teori.
X2 X1 Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gerbang OR
Pada rangkaian OR Gate, jika 3/2 way valve tidak ditekan maka single acting
cylinder tidak akan bergerak. Sedangkan jika salah satu atau kedua 3/2 way valve ditekan,
maka single acting cylinder akan bergerak maju. Hal ini dikarenakan jika salah satu saja
3/2 way valve ditekan, maka akan ada aliran udara menuju single acting cylinder dan
menyebabkan single acting cylinder bergerak maju. Rangkaian OR Gate memiliki dua
valve yang diparalelkan sehingga aliran udara yang ada di dapat dari dua sisi. Oleh karena
itu, tidak masalah jika hanya satu 3/2 way valve saja yang ditekan, asalkan keduanya tidak
dalam kondisi yang tidak ditekan.
X2 X1 Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Gerbang NOT
Pada Rangkaian NOT Gate, jika 3/2 way valve tidak ditekan, maka single acting
cylinder akan bergerak pada posisi maju. Sebaliknya, jika 3/2 way valve ditekan, maka
single acting cylinder akan bergerak ke posisi semula (mundur). Hal ini dikarenakan pada
rangkaian NOT Gate, hasil output merupakan kebalikan dari inputnya. Dibuktikan dari
tabel kebenaran mengenai NOT Gate yaitu;
Input
Output
A
0 1
1 0
BAB III
A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat merancang dan merakit rangkaian penggerak double
acting cylinder dengan 3/2 way valve push button (C3).
2. Mahasiswa dapat mem-praktik dan menganalisa cara kerja rangkaian
penggerak double acting cylinder dengan 3/2 way valve push button (C4).
B. Pendahuluan
Double acting cylinder yang mana konstruksinya hampir sama dengan
single acting cylinder. Keuntungannya adalah bahwa silinder ini dapat
memberikan tenaga kepada dua belah sisinya. Silinder ini ada yang memiliki
batang torak (piston road) pada satu sisi dan ada pada kedua pula yang pada kedua
sisi, pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada percobaan ini mahasiswa akan mempelajari fungsi atau cara kerja
dari double acting cylinder. Dalam rangkaian ini menggunakan 2 buah 3/2 way
valve push button yang akan menggerakkan silinder.
C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Menggerakan Double Acting Cylinder Dengan 3/2 Way Valve Push
Button
D. Pertanyaan
R1 R1
R1 S1
0V
E. Jawaban
1.
F. Analisa
Pada percobaan kali ini praktikkan wiring elektropnuematic, pada rangkaian ini
silinder akan bergerak maju apabila push button ON ditekan sesaat dan silinder akan
tetap berada pada posisi maju atau maksimum selama tombol ON masih aktif hal ini
disebabkan karena pada rangkaian control atau pengendali terdapat kontak normally
open dari R1 yang bekerja sebagai pengunci dan R1 yang lain berfungsi sebagai
pengendali dari valve solenoid S1, namun apabila tidak terdapat kotak normally dari R1
yang bekerja sebagai pengunci maka Ketika tombol ON ditekan otomatis silinder akan
maju namun silinder tersebut langsung mundur karena tidak dapat kotak normally dari
R1 yang bekerja sebagai pengunci, apabila tombol push button OFF ditekan maka
silinder akan mundur dan silinder ada pada posisi normal, hal yang sama akan terjadi
secara berulang apabila tombol push button ON ditekan Kembali.
BAB IV
A. Capaian Pembelajaran
B. Pendahuluan
Pada percobaan ini mahasiswa akan mengetahui perbedaan menggunakan
metode metring in dan metring out yang mengatur kecepatan untuk double-acting
cylinder, menghambat pembuangan (meter-out) atau menghambat suplai udara
(meter-in). untuk penghambat pembuangan ada hentakan awal yang kemudian
makin membaik untuk di atur. Untuk penghambat suplai udara, terkadang ada
posisi diam beberapa waktu saat silinder maju hingga kemudian membaik untuk
diatur, biasanya digunakan untuk silinder kecil dan berbeban berat.
C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Menggerakan Double Acting Cylinder Dengan Kecepatan Flow Yang
Dapat Diatur
C.1.1 Gambar Rangkaian
2. Buatlah kondisi dimana jika 3/2 way valve push button ditekan maka
double acting cylinder akan maju secara perlahan–lahan setelah menyentuh
lever operated maka secara otomatis cylinder kembali ke posisi semula
(gunakan 3/2 way pneumatik actuation)
56%
56%
56%
4 2
4 2
5 3
5 3
1
1
1. Metring in adalah suatu sistem pneumatik dimana input sistem tersebut harus diatur
jumlah aliran fluidanya, yang bertujuan agar tidak membahayakan sistem tersebut.
Sedangkan Metring out adalah suatu sistem pneumatik dimana output sistem
tersebut harus diatur jumlah aliran fluidanya agar gerakan piston atau komponen
yang lain jadi lembut. \
2.
F. Analisa
Pada percobaan kali ini, dilakukan percobaan rangkaian dengan one way flow metring
in dan metring out sebagai penggerak double acting cylinder. Pada metering in, input
diatur pada one way flow titik 1 dan output berada di titik 2. Semakin besar pembuangan
untuk pengaturan udara (mendekati 100%) maka semakin banyak udara yang mengalir
dan menyebabkan pergerakan maju atau mundurnya silinder semakin cepat. Sedangkan
apabila pengaturan udaranya mendekati 0%, maka udara yang mengalir akan semakin
sedikit dan menyebabkan maju atau mundurnya semakin melambat. Saat kedua one way
flow diatur dengan persentase yang sama (50%), maka laju pergerakan maju dan
mundurnya double acting cylinder akan sama. Jika pada one way flow pertama diatur
persentasenya sebesar 90% dan pada one way flow kedua diatur persentasenya sebesar
25%, maka laju maju akan lebih cepat dibanding laju mundur double acting cylinder.
Apabila one way flow pertama diatur persentasenya sebesar 25% dan one way flow
kedua diatur persentasenya sebesar 90%, maka laju maju akan lebih lambat dibanding
laju mundur double acting cylinder.
Pada metering out, input diatur pada one way flow titik 2 dan output berada di titik 1.
Semakin besar pembuangan untuk pengaturan udara (mendekati 100%), maka semakin
sedikit udara yang mengalir dan menyebabkan pergerakan maju atau mundurnya silinder
semakin lambat. Sedangkan apabila pengaturan udaranya mendekati 0%, maka udara
yang mengalir akan semakin banyak dan menyebabkan maju atau mundurnya semakin
cepat. Saat kedua one way flow diatur dengan persentase yang sama (50%), maka laju
pergerakan maju dan mundurnya double acting cylinder akan sama. Jika pada one way
flow pertama diatur persentasinya sebesar 90% dan pada one way flow kedua diatur
persentasenya sebesar 25%, maka laju maju akan lebih lambat dibanding laju mundur
double acting cylinder. Apabila one way flow pertama diatur persentasenya sebesar 25%
dan one way kedua diatur persentasenya sebesar 90%, maka laju maju akan lebih cepat
dibanding laju mundur double acting cylinder.
BAB V
MENGGERAKKAN SINGLE ACTING CYLINDER DENGAN WAKTU
YANG DAPAT DIATUR
A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat merancang dan merakit rangkaian menggerakkan single
acting cylinder dengan waktu yang dapat diatur (C3).
2. Mahasiswa dapat mempraktik dan menganalisa cara kerja rangkaian
menggerakkan single acting cylinder dengan waktu yang dapat diatur (C4).
B. Pendahuluan
Time delay adalah sebuah komponen pneumatik yang memiliki fungsi untuk
menyambungkan kontraktor NO atau memutuskan kontraktr NC, dimana hubungan
kontraktor diputuskan atau disambungkan tidak langsung seketika pada saat relay
diaktifkan. Waktu yang yang diperlukan untuk memutuskan ataupun
menyambungkannya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Ada dua jenis time delay,
yakni time delay switch on dan time delay switch off. Menggerakkan sungle actng
cylinder dengan waktu yang dapat diatur, maksudnya adalah mahasiswa dapat
mengertahui tentang delay time pada pneumatik yang dapat diaplikasikan kedalam
dunia industri. Buatlah seperti gambar dibawah ini.\
2. Buatlah kondisi dimana jika double acting cylinder (1) maju maka double act
cylinder (2) akan bergerak berlawanan arah dengan double acting cylinder (1),
Kemudian jika 5/2 way valve tidak ditekan maka double act cylinder (1) dan
(2) akan kembali keposisi semula dalam waktu 5 detik setelah tombol tidak
ditekan ? Gambarkan skemanya !
4 2
4 2
S1 S2
S3 S4
5 3
5 3
1
1
E. Analisa
BAB VI
MENGGERAKAN DUA BUAH SILINDER DOUBLE ACTING DENGAN
ARAH BERLAWANAN
A. Capaian Pembelajaran
B. Pendahuluan
Silinder double acting adalah silinder yang bekerja atau bergerak maju atau
mundur tergantung dari valve atau katup udara mana yang mengalirkan udara terlebih
dahulu, silinder akan bekerja secara maksimum sampai katup atau valve tersebut berhenti
mengalirkan udara dan akan kembali bergerak atau bekerja apabila ada valve atau katup lain
yang mengalirkan udara ke silinder yang sama. Silinder double acting tidak akan bekerja
apabila ada kedua valve atau katup yang mengalirkan udara secara bersamaan, silinder akan
bekerja pada valve yang terlebih dahulu memberikan masukan udara.
C. Pokok-Pokok Isi
C.1 Menggerakkan Duah Buah Silinder Double Acting Dengan Arah Berlawanan
4 2 4 2
A+ A- B+ B-
5 3 5 3
1 1
A+ B+ B- A-
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3 3
3 3 3 3
3 3 3
LS2 K3
START K1 K1 K3
LS4 K2 K2
4 4
4 4 4 4
4 4 4
3
1
1 1 1
LS3
K2
STOP LS1 K3
4
2
2 2 2
A1 A1 A1
K1 K2 K3 A+ B+ B- A-
A2 A2 A2
0V
2 7 4 6 8
6 5 9
3. Hidupkan kompresor dan buka air service unit pada udara kempa masuk ke
air distributor
D. Analisa
Pada percobaan kali ini pratikkan melakukan uji coba rangkaian elektropnuematic
dengan dua buah silinder double acting yang bekerja A+ B+ B- A- dimana rangkaian ini akan
bekerja apabila tombol start ditekan sesaat. Apabila tombol start ditekan maka relay K1 akan
aktif dan mengakibatkan silinder A bergerak maju sampai posisi maksimum (LS2)
selanjutnya LS2 akan mengaktifkan solenoid B+ sehingga membuat silinder B maju sampai
maksimum (LS4) apabila silinder B sudah maju maksimum dan mengenai LS4 maka LS4
akan mengaktifkan B- dan memutus B+ dalam waktu yang bersamaan sehingga
menyebabkan silinder B mundur sampai posisi minimum (LS3) sehingga LS3 mengaktifkan
A- dan silinder A akan mundur sampai posisi minimum (LS1). Sistem kerja dapat dibuat
secara continue maupun tidak tergantung dati desain gambar kerja atau gambar rangkaian
yang dibuat oleh pratikkan dan soal yang diberikan.
BAB VII
A. Capaian Pembelajaran
B. Pendahuluan
Thermistor atau resistor termal adalah salah satu jenis resistor yang hambatan
listriknya bervariasi dengan perubahan suhu. Meskipun semua tahanan resistor berfluktuasi
sedikit dengan suhu, termistor sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Thermistor
bertindak sebagai komponen pasif dalam suatu rangkaian. Thermistor adalah komponen
yang cukup akurat, murah, dan kuat untuk mengukur suhu. Meskipun tidak bekerja dengan
baik di suhu yang sangat panas atau dingin, namun Thermistor merupakan sensor pilihan
untuk berbagai aplikasi dan ideal ketika pembacaan suhu yang akurat diperlukan.
Prinsip kerja dari thermistor dipengaruhi oleh perubahan suhu, artinya jika suhu yang
mengenai thermistor berubah maka resistansi pada thermistor pun akan berubah.
Simbol sirkuit untuk termistor ditunjukkan di bawah ini.
C. Pokok-Pokok Isi
C. 1 Pengaturan Suhu Menggunakan Thermistor
C.1.1 Gambar Rangkaian
D #include <LiquidCrystal.h>
E
F int THERMISTORPIN = 0, BCOEFFICIENT = 3380 ;
G
H float THERMISTORNOMINAL = 10000 , TEMPERATURENOMINAL = 25 ,
SERIESRESISTOR = 10000 ;
I
D. Analisa
Dari percobaan yang telah dilakukan maka di dapat analisa sebagai berikut :
R1 RT Suhu R1 RT Suhu
10k 100k -28 °C 100k 10k 93 °C
20k 90k -13 °C 90k 20k 64 °C
30k 80k -2 °C 80k 30k 47 °C
40k 70k 6 °C 70k 40k 35 °C
50k 60k 15 °C 60k 50k 24 °C
60k 50k 24 °C 50k 60k 15 °C
70k 40k 35 °C 40k 70k 6 °C
80k 30k 47 °C 30k 80k -2 °C
90k 20k 64 °C 20k 90k -13 °C
100k 10k 93 °C 10k 100k -28 °C
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa suhu berubah apabila resistansi juga berubah
ubah, mengapa demikian karena pada uji simulasi yang kami buat di proteus kami
mengubah ubah nilai dari resistansi, sehingga pembacaan suhu pun ikut berubah,semakin
tinggi nilai RT dan semakin rendah nilai R1 maka suhu yang terbaca akan semakin rendah,
begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai RT dan semakin tinggi nilai R1maka suhu
yang terbaca akan semakin rendah. Sedangkan pada prinsip kerja realisasinya adalah suhu
yang akan mempengaruhi nilai dari resitansi. Pada data yang tertera di datasheet thermistor
jenis NCP15XH103E03RC memiliki ketetapan resistansi 10k ohm saat suhu yang
terdeteksi sebesar 25°C . Tetapi pada simulasi yang kami buat pada proteus resistansi pada
thermistor akan menjadi 10k ohm saat suhu yang terdeteksi sebesar 20°C.
Thermistor yang mempunyai karakteristik non linier sudah memiliki pervrmaan dasar
yang merupakan fungsi eksponensial. Model matematika dari thermistor diperlihatkan
pada persamaan-1,disebut sebagai Persamaan Beta.
1 1
β( − )
T T0
RT =R0 e … … …..(1)
Dengan :
T = Temperatur (°K)
Berdasarkan pada persamaan l tersebut di atas. maka fungsi invers deng{n mudah dapat
β
T= … … … …(2)
( )( )
¿
Rt
R0
+
β
T0
Jika nilai Rt dapat dikonversikan menjadi nilai tegangan, maka secara prinsip nilai T
dapat diperoleh berdasarkan pada persamaan 2.. Masih mirip dengan hal yang dijelaskan di
atas. adalah suatu persamaan thermislor yang ditemukan oleh Prof. Steinhart dan Dr. Hart,
sebagaimana ditunjukkan pada persamaan 3.
1 3
= A+ B∈ [ R ] +C [ ¿ ( R ) ] … … … … .(3) ¿ A , B ,dan C adalahnilai koefisien untuk persamaan steinhart )
T
T dalam deralad Kelvin dan R dalam Ohm Persamaan 3 ini dikenal dengan persamaan
Stenhart-Hart. Persamaan ini bahkan langsung memberikan nilai T jika R diketahui.
Namun, persamaan 1 sampai 3 hanya berlaku untuk domain temperatur dalam derajat
temperatur mutlak (derajat Kelvin). Artinya, untuk memperoleh nilai temperatur dalam
derajad Celcius, maka nilai T harus dikurangi dengan nilai 273.