Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK PNEUMATIK

Dosen Pembimbing : Ir. I Nyoman Gunung, M.Pd.

Disusun oleh :
Nama : I Kadek Ngurah Pradnyana
NIM : 2115213010
Kelas : 3 B

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALI
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan hidayahNya, sampai
detik ini kita masih diberikan kenikmatan, baik berupa nikmat hidup, nikmat umur, nikmat rezeki
dan nikmat kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Praktek Sistem Pneumatik
di Laboratorium Hidrolik dan Pneumatik Teknik Mesin ini dengan baik dan tepat waktu
sebagaimana mestinya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. I Nyoman Gunung, M.Pd., Selaku dosen pembimbing Praktek


Sistem Pneumatik.
2. Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari kesalahan dan
kesilapan baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran serta
masukan yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan hasil
Kerja Praktek Sistem Pneumatik ini.

Bukit Jimbaran, 24 Oktober 2022


Penulis,

I Kadek Ngurah Pradnyana


ii

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. .ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………...………………………………1
1.1 Tujuan…………………………………………………………………………1
BAB 2 LANDASAN TEORI………………………………………………...……………2
2.1 Komponen yang digunakan…………………………………………………...2
BAB 3 BAHAN…………………………………………………………………………...8
3.1 Gambar rangkaian di jobsheet………………………………………………...8
3.2 Gambar rangkaian kerja……………………………………………………....9
3.3 Cara kerja……………………………...……………………………………..10
BAB 4 KESIMPULAN…………………………………………………………………..14
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..14
4.2 Saran…………………..……………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…………………………………..15
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Praktek kali ini akan membahas mengenai praktek Elektro-Pneumatik. Maka dari
itu tujuan dari praktek Sistem Elektro-Pneumatik ini antara lain :
 Mengetahui kegunaan dari adanya sistem pneumatik.
 Mengetahui secara visual bentuk dan fungsi dari masing masing komponen
sistem pneumatik.dan metode aktuasi katup kontrol elektrik.
 Bisa membaca diagram rangkaian kerja dan langsung mempraktekannya.
 Menjadi tahu simbol simbol dari setiap komponen.
 Mempelajari kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang terjadi pada
rangkain diagram sistem pneumatik dan metode aktuasi katup kontrol elektrik.
 Mengetahui kapan seharusnya digunakan sistem pneumatik maupun metode
aktuasi katup kontrol elektrik.
 Mampu menjelaskan prinsip kerja pada setiap komponen sistem pneumatik
dan mampu menjelaskan metode aktuasi katup kontrol elektrik.
 Menjadi tahu apa kelebihan dan kekurangan setiap komponen yang
digunakan.
2

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pengertian Elektro-Pneumatik
Seiring dengan tingginya aktifitas teknik saat ini, menyebabkan kebutuhan
akan alat alat teknologi baru juga meningkat, termasuk Sistem Pneumatik yang
saat ini sudah mulai ikut berkembang, yakni salah satunya adalah Sistem Elektro-
Pneumatik.
Prinsip kerja Elektro-Pneumatik merupakan sama seperti sistem pneumatik
sebelumnya yang menggunakan angin sebagai media kerja tenaga penggerak.
Tetapi pada elektro-pneumatik ini kontrolnya menggunakan sinyal elektrik ataupun
elektronik, dalam metode pengoprasiannya adalah menggunakan actuator dengan
katup elektromagnetik dan semuanya itu akan dikontrol melalui rangkaian elektrik.

2.2 KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


 KOMPONEN RANGKAIAN LATIAN 1 B
NO NAMA GAMBAR SIMBOL PENJELASAN
KOMPONEN KOMPONEN
Kompresor udara
mengambil udara atau
gas dari sekitar yang
KOMPRESOR kemudian akan diberi
1 UDARA tekanan di dalam
tabung kompresor, lalu
disalurkan kembali
sebagai udara
bertekanan.

Untuk mengfilter udara


dari kotoran kotoran dan
juga untuk mengatur
2 AIR SERVICE tekanan udara yang akan
UNIT disalurkan pada sistem
pneumatik.
3

Sebagai perantara yang


akan digunakan untuk
SELANG penghubung pada setiap
3 PENGHUBUNG - komponen komponen
sistem pneumatik

Sebagai distributor atau


pembagi tekanan udara
dari Air Service Unit ke
4 DISTRIBUTOR - komponen selanjutnya.
8 HOLES

Power supply
adalah rangkaian
komponen elektronik 
POWER yang dirancang untuk
5 SUPLLY memberikan tegangan
serta arus listrik untuk
komponen yang ada
pada rangkaian

Perangkat / saklar
sederhana yang berfungsi
untuk menghubungkan
SAKLAR atau memutuskan aliran
6 ELEKTRONIK arus listrik dengan sistem
kerja tekan unlock (tidak
mengunci).

Berfungsi untuk
KATUP mengatur arah saluran
8 KONTROL udara bertekanan yang
4

ARAH 5/2 akan di salurkan menuju


SINGLE ke double acting silinder.
SELENOID

Berfungsi sebagai media


penghantar arus listrik
dari komponen sat uke
9 KABEL komponen lainnya.

Sama dengan silinder


kerja tunggal, tetapi tidak
memiliki pegas
pengembali, dan dua
DOUBLE lubang saluran dapat
10 ACTING dipakai sebagai saluran
CYLINDER pendorong piston
maupun saluran
pengembali posisi pistom
secara bergantian.

Sebagai media tempat


dilakukannya
pembelajaran praktek
TRAINER PLC sistem pneumatik.
11 PNEUMATIK -

 KOMPONEN RANGKAIAN LATIAN 5


5

N NAMA GAMBAR SIMBOL PENJELASAN


O KOMPONEN KOMPONEN
Kompresor udara
mengambil udara
atau gas dari sekitar
KOMPRESOR yang kemudian akan
1 UDARA diberi tekanan di
dalam
tabung kompresor,
lalu disalurkan
kembali sebagai
udara bertekanan.

Untuk mengfilter
udara dari kotoran
kotoran dan juga
2 AIR SERVICE untuk mengatur
UNIT tekanan udara yang
akan disalurkan pada
sistem pneumatik.

Sebagai perantara
yang akan digunakan
untuk penghubung
SELANG pada setiap
3 PENGHUBUNG - komponen komponen
sistem pneumatik

Sebagai distributor
atau pembagi
tekanan udara dari
4 DISTRIBUTOR 8 - Air Service Unit ke
HOLES komponen
selanjutnya.

Berfungsi sebagai
pembagi aliran udara
bertekanan menjadi 2
5 FITTING T . arah yang kemudian
JUNCTION akan di salurkan ke
komponen komponen
yang membutuhkan.

3 sambungan yang di
control, 2 posisi
6

pergeseran. Yang
KATUP 3/2 dimana normalnya
6 NORMALLY ruang yang
CLOSED digunakan adalah
ruang kanan dan
yang terhubung
adalah sambungan 2
dan 3.

5 Sambungan yang di
kontrol, 2 posisi
pergeseran. Yang
dimana udara
bertekanan dari
KATUP energy supply akan
7 KONTROL 5/2 mengalir dari saluran
1 ke saluran 2,
sedangkan udara
bertekanan dari
beban (silinder) akan
dibuang dari 4 ke 5.

Komponen yang
digunakan untuk
mengatur kecepatan
tekanan udara yang
dimana udara hanya
8 THROTTLE dapat mengalir
VALVE melalui penampang
yang dapat di atur
yang akan
mempengaruhi
kecepatan silinder
pneumatik

Sama dengan silinder


kerja tunggal, tetapi
tidak memiliki pegas
pengembali, dan dua
DOUBLE lubang saluran dapat
9 ACTING dipakai sebagai
CYLINDER saluran pendorong
piston maupun
saluran pengembali
posisi pistom secara
bergantian.
7

Katup tuas roll


digerakkan ketika
tuas roll di tekan
KATUP 3/2 dengan silinder.
DENGAN Yang akan
10 ACTUATOR menyebabkan saluran
ROLL, 1 dan 2 menjadi
NORMALLY terhubung. Setelah
CLOSED tuas roller
dilepaskan, katup
dikembalikan ke
posisi semula dengan
pegas balik.

Sebagai media
tempat dilakukannya
pembelajaran praktek
TRAINER PLC sistem pneumatik.
11 PNEUMATIK -

BAB III
BAHAN

3.1 GAMBAR RANGKAIAN DI JOBSHEET


 (DIAGRAM RANGKAIAN LATIAN 1 B)
8

 (DIAGRAM RANGKAIAN LATIAN 2 B)

3.2 GAMBAR RANGKAIAN KERJA


9

 (GAMBAR RANGKAIAN LATIAN 1 B)

 (GAMBAR RANGKAIAN LATIAN 5)

3.3 CARA KERJA


 CARA KERJA RANGKAIAN LATIAN 1 B
10

1. Mulai dari komponen pertama yaitu Kompresor, Kompresor mengambil udara


atau gas dari lingkungan sekitar yang kemudian akan diberi tekanan di dalam
tabung kompresor lalu di salurkan kembali sebagai udara bertekanan.
2. Yang kemudian sebelum di salurkan ke komponen lainnya akan melewati Air
Service Unit terlebih dahulu yang digunakan untuk mengfilter udara dan
mengatur tekanan udara yang akan di salurkan pada sistem pneumatik.
3. Perantara yang akan digunakan untuk penghubung pada setiap komponen
komponen sistem pneumatik adalah Selang Penghubung.
4. Lalu udara bertekanan di teruskan ke Distributor 8 Holes agar udara bisa dibagi
ke komponen yang membutuhkan.
5. Dan kemudian udara bertekanan akan menuju ke saluran berkode 1 pada Katup
Kontrol Arah 5/2 single solenoid. Pada katup ini normalnya ruang yang berfungsi
adalah ruang kanan dikarenakan ada pegas yang memaksa agara berlaku diruang
kanan.
(Pada rangkaian ini untuk memindahkan ruang yang berfungsi pada Katup
Kontrol Arah 5/2 Single Selenoid adalah dengan bantuan Selenoid yang
dimana semuanya itu akan dikontrol melalui rangkaian elektrik.)

6. Dimulai Power Suplly, yang berfungsi sebagai bagian yang memberikan tegangan
serta arus listrik untuk komponen yang ada pada rangkaian.
7. Kemudian aliran listrik positif(+) dari power supply akan masuk ke saluran kode
13 pada komponen Saklar(1) dan aliran listrik akan keluar melalui saluran
berkode 14. Saklar yang digunakan adalah saklar push button (normally open).
8. Kemudian aliran listrik yang keluar dari saluran 14 itu akan menuju ke saluran 13
pada saklar yang kedua (2) dan aliran listrik akan keluar melalui saluran saluran
14 pada saklar (2). Saklar yang digunakan adalah saklar push button (normally
open).
9. Setelah itu arus listrik yang dari saluran 14 itu akan menuju ke Kumparan 1 (K1)
melalui saluran A1 dan aliran listrik negative(-) yang dari power suplly itu akan
masuk ke saluran A2 pada kumparan (K1)
10. Kemudian Arus listrik positif dari power suplly akan menuju masuk ke saluran 14
pada relay 1 (k1). Lalu akan keluar melalui saluran 11
11. Setelah dari saluran 11 itu akan masuk menuju 2Y (selenoid) melalui saluran
positif(+) pada Katup Kontrol Arah 5/2 Single Selenoid. Dan aliran listrik
negative(-) dari power suplly akan akan masuk ke saluran negative pada solenoid
Katup Kontrol Arah 5/2 Single Selenoid.
Karena terjadinya kemagnetan pada gulungan kabel yang ada didalam solenoid
makan akan menyebabkan terjadinya perintah elektronik pada Katup Kontrol
Arah 5/2 Single Selenoid yang menyebabkan terjadinya pindah ruang yang
awalnya berfungsi pada ruang kanan dan berpindah menjadi ruang kiri dan
saluran yang tersambung adalah saluran 1 dan 4.
11

12. Maka udara yang awalnya dari kompresor yang masuk ke saluran 1 pada Katup
Kontrol Arah 5/2 Single Selenoid itu akan keluar melalui saluran 4 dan akan
menuju ke Double Acting Silider. Karena ada udara bertekanan yang masuk pada
Double Acting Silinder maka akan menyebabkan piston yang ada di dalamnya
menjadi terdorong maju.

13. Setelah itu saluran akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(A)
14. Ketika udara bertekanan itu masuk ke Double Acting Cylinder(A) akan
menyebabkan Silinder bergerak maju dan akan menekan Roll pada Katup 3/2
Actuator Roll (A1).
15. Karena Roll sudah ditekan oleh silinder maka menyebabkan saluran yang
tersambung pada Katup 3/2 Actuator Roll (A1) adalah saluran 1 dan 2.
16. Dan kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke saluran perintah pneumatik 14
pada Katup Kontrol 5/2. Kemudian akan menyebabkan saluran 1 dan 4 pada
Katup Kontrol 5/2 menjadi terhubung.
17. Setelah itu saluran akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(B)
18. Ketika udara bertekanan itu masuk ke Double Acting Cylinder(B) akan
menyebabkan Silinder bergerak maju dan akan menekan Roll pada Katup 3/2
Actuator Roll (B1).
Catatan :
Pada saat ini posisi silinder pada Double Acting Cylinder (A) dan Double Acting
Cylinder (B) sudah terdorong maju.

19. Setelah silinder pada Double Acting Cylinder(B) terdorong maju dan menekan
Roll pada Katup 3/2 Actuator Roll (B1) maka menyebabkan saluran yang
tersambung pada Katup 3/2 Actuator Roll (B1) adalah saluran 1 dan 2.
20. Dan kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke saluran perintah pneumatik 12
pada Katup Kontrol 5/2. Kemudian akan menyebabkan saluran 1 dan 2 pada
Katup Kontrol 5/2 menjadi terhubung.
21. Setelah itu saluran akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(A) dan
akan mendorong kembali silinder ke tempat semula.
22. Karena posisi silinder(A) sudah kembali mundur ketempat semula maka akan
menekan roll pada Katup 3/2 Actuator Roll (A0) dan yang tersambung adalah
saluran 1 dan 2.
12

23. kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke saluran perintah pneumatik 12 pada
Katup Kontrol 5/2. Kemudian akan menyebabkan saluran 1 dan 4 pada Katup
Kontrol 5/2 menjadi terhubung.
24. Setelah itu saluran akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(B) dan
akan mendorong silinder nya bergerak kembali mundur ke posisi awal.

Catatan :
Pada saat ini Double Acting Cylinder (A) maupun Double Acting Cylinder (B) posisi
silinder nya sudah terdorong kembali ke posisi awal.

 CARA KERJA RANGKAIAN B, LATIAN 3

1. Mulai dari komponen pertama yaitu Kompresor, Kompresor mengambil udara atau
gas dari lingkungan sekitar yang kemudian akan diberi tekanan di dalam tabung
kompresor lalu di salurkan kembali sebagai udara bertekanan.
2. Yang kemudian sebelum di salurkan ke komponen lainnya akan melewati Air Service
Unit terlebih dahulu yang digunakan untuk mengfilter udara dan mengatur tekanan
udara yang akan di salurkan pada sistem pneumatik.
3. Perantara yang akan digunakan untuk penghubung pada setiap komponen komponen
sistem pneumatik adalah Selang Penghubung.
4. Lalu udara bertekanan di teruskan ke Distributor 8 Holes agar udara bisa dibagi ke
komponen yang membutuhkan.
5. Udara bertekanan yang keluar dari Distributor 8 Holes masuk ke Katup Kontrol 5/2,
di Katup Kontrol 5/2 ini normalnya yang tersambung adalah saluran 1 dan 2.
6. kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke Fitting T Junction terlebih dahulu agar
udara itu bisa di bagi
13

7. Baru setelah itu akan menuju Katup 3/2 Actuator Roll (A0). Normalnya ruang yg
berfungsi adalah ruang kanan (saluran 2 dan 3), tetapi karena posisi Roll dalam
keadaan tertekan oleh silinder maka ruang yang berfungsi adalah ruang kiri (saluran 1
dan 2)
8. Kemudian udara yang keluar dari Katup 3/2 Actuator Roll (A0) akan masuk ke
saluran 1 pada Katup 3/2 Normally Close, yang dimana normalnya ruang yang
digunakan adalah ruang kanan dan yang terhubung adalah saluran 2 dan 3. Nah jika
tombol di tekan, ruang yang akan berfungsi adalah ruang kiri dan yang terhubung
adalah saluran 1 dan 2.
9. Pada saat tombol di tekan yang terhubung adalah saluran 1 dan 2, yang selanjutnya
udara itu keluar dari saluran 2 dan akan masuk ke saluran perintah pneumatik 14 pada
Katup Kontrol 5/2 yang menyebabkan saluran 1 dan 4 pada Katup Kontrol 5/2
menjadi terhubung.
10. Setelah itu saluran akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(B)
11. Ketika udara bertekanan itu masuk ke Double Acting Cylinder(B) akan menyebabkan
Silinder bergerak maju dan akan menekan Roll pada Katup 3/2 Actuator Roll (B1).
12. Karena Roll sudah ditekan oleh silinder maka menyebabkan saluran yang tersambung
pada Katup 3/2 Actuator Roll (B1) adalah saluran 1 dan 2.
13. Dan kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke saluran perintah pneumatik 14 pada
Katup Kontrol 5/2. Kemudian akan menyebabkan saluran 1 dan 4 pada Katup Kontrol
5/2 menjadi terhubung.
14. kemudian dari saluran 4 itu akan menuju ke Fitting T Junction terlebih dahulu agar
udara itu bisa di bagi.
15. setelah itu udara tidak akan melewati Katup 3/2 Actuator Roll (B0) karena posisi roll
nya tidak dalam keadaan di tekan oleh silinder tetapi udara itu akan menuju ke
saluran 12 pada Katup Kontrol 5/2, kemudian akan membuat saluran 1 dan 2 nya
menjadi terhubung.
16. Setelah dari saluran 2 itu akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk
mengatur kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(B).
17. Ketika udara bertekanan itu masuk ke Double Acting Cylinder(B) akan menyebabkan
Silinder terdorong mundur kembali ke posisi awal dan akan menekan roll pada Katup
3/2 Actuator Roll
Catatan :
Pada saat ini Double Acting Cylinder (B) sudah bergerak maju (B+) dan mundur (B-)
18. Karena roll nya sekarang sudah dalam posisi di tekan maka udara akan bisa masuk
melewati saluran 1 dan 2 yang sudah terhubung pada Katup 3/2 Actuator Roll.
19. Dan kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke saluran perintah pneumatik 14 pada
Katup Kontrol 5/2. Kemudian akan menyebabkan saluran 1 dan 4 pada Katup Kontrol
5/2 menjadi terhubung.
14

20. Setelah dari saluran 4 itu akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk
mengatur kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(A).
21. Ketika udara bertekanan itu masuk ke Double Acting Cylinder(A) akan menyebabkan
Silinder bergerak maju dan akan menekan Roll pada Katup 3/2 Actuator Roll (A1).
22. Karena Roll sudah ditekan oleh silinder maka menyebabkan saluran yang tersambung
pada Katup 3/2 Actuator Roll (A1) adalah saluran 1 dan 2.
23. Dan kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke saluran perintah pneumatik 12 pada
Katup Kontrol 5/2. Kemudian akan menyebabkan saluran 1 dan 2 pada Katup Kontrol
5/2 menjadi terhubung.
24. kemudian dari saluran 2 itu akan menuju ke Fitting T Junction terlebih dahulu agar
udara itu bisa di bagi / distribusi
25. setelah itu udara tidak akan melewati Katup 3/2 Actuator Roll (A0) maupun Katup
3/2 Actuator Roll (B1) karena posisi roll nya tidak dalam keadaan di tekan oleh
silinder tetapi udara itu akan menuju ke saluran 12 pada Katup Kontrol 5/2, kemudian
akan membuat saluran 1 dan 2 nya menjadi terhubung.
26. Setelah dari saluran 2 itu akan menuju ke Throttle Valve yang berfungsi untuk
mengatur kecepatan tekanan udara yang akan menuju ke Double Acting Cylinder(A)
27. Nah Ketika udara bertekanan itu masuk ke Double Acting Cylinder(B) makanakan
menyebabkan Silinder terdorong mundur kembali ke posisi awal.

Catatan :
Pada saat ini Double Acting Cylinder (A) sudah bergerak maju (A+) dan mundur (A-)

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan yang saya dapat dari hasil praktikum sistem pneumatik
adalah: Sistem Pneumatik adalah sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk
udara yang dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja. Semua komponen pada sistem
pneumatik mempunyai fungsi berbeda pada setiap masing-masing komponen. Sistem Pneumatik
ini banyak kegunaanya mulai dari dunia industri, sistem kemudi, sistem konstruksi maupun
proyek proyek besar lainnya. Merangkai komponen pneumatik membutuhkan beberapa langkah
sebelum mulai merangkai komponen, salah satunya membuat skematik rangkaian terlebih dahulu
agar hasil rangkaian sesuai rancangan. Sebelum merangkai komponen-komponen pneumatik
sebaiknya dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen, karena terkadang terdapat
komponen yang sudah tidak layak digunakan atau rusak. Dalam proses praktek sistem pneumatik
ini memerlukan ketelitian yang tinggi agar nanti pada saat mencobanya tidak terjadi kesalahan
15

yang dapat berakibat rusaknya komponen yang dapat menyebabkan terjadi masalah pada
rangkaian, Selain itu juga bisa melukai si pekerja.

4.2 Saran
Setelah mengikuti Praktek Sistem Pneumatik dan menemui beberapa kendala yang
dialami, berikut Adapun saran yang dapat saya berikan adalah sebagai berikut :
1. Selalu mengutamakan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).
2. Lihat dan pahami gambar rangkaian kerja sebelum memulai praktek agar tidak terjadi
kesalahan pada saat merangkai.
3. Sebelum merangkai komponen-komponen pneumatik sebaiknya dilakukan pengujian
terhadap masing-masing komponen, karena terkadang terdapat komponen yang sudah tidak
layak digunakan atau rusak.
4. Pastikan juga pada setiap pemasangan selang penghubung sudah erat dan tidak mudah
lepas yang dapat melukai si pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uib.ac.id/2733/5/k-1521017-chapter2.pdf
https://id.scribd.com/document/393024917/LAPORAN-PRAKTIKUM-PNEUMATIK
https://ajat.xyz/2020/09/10/prinsip-kerja-dan-rangkaian-pneumatic-timer-timer-delay-valve/
#:~:text=Pneumatic%20Timer%20atau%20Timer%20Delay,terbuka%20jadi%20tertutup%20dan
%20sebaliknya
https://www.academia.edu/34957611/PRAKTIKUM_PNEUMATIK

Anda mungkin juga menyukai