Anda di halaman 1dari 22

Teori Pneumatik dan Elektropneumatik

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mekatronika
Yang diampu oleh Bapak Didin Zakaria S.Pd., M.Eng.

Disusun oleh:
Aditya Rizky R. (150514606725)
Ahmad Maulana S. (150514604293)
Alvine W. Sasongko (150514603381)
Dwi Istaka (150514605792)
Irfan Arnanda (150514603792)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
SEPTEMBER 2017
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................... 2
B. Rumusan Masalah.................................................................. 2
C. Tujuan Makalah...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Definisi Sistem Pneumatik..................................................... 3
B. Prinsip Kerja Sistem Pneumatik............................................. 3
C. Elemen Kerja Sistem Pneumatik............................................ 4
D. Valve (Katup)......................................................................... 6
E. Rangkaian Sistem Pneumatik................................................ 6
F. Definisi Elektropneumatik..................................................... 7
G. Prinsip Kerja Elektropneumatik............................................ 7
H. Desain Sistem Kontrol Elektropneumatik............................. 8
BAB III PENUTUP................................................................................. 13
LAMPIRAN............................................................................................ 14
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................. 19
iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Simbol Katup dan Katup Kontrol Arah................................. 14


Lampiran 2: Penomoran, Metode Kontrol dan Pengaktifan...................... 15
Lampiran 3: Simbol Aplikasi Katup Kontrol Arah................................... 16
Lampiran 4: Simbol Silinder..................................................................... 17
Lampiran 5: Simbol Valve Aplikasi Khusus dan Sumber Udara............. 18
1

BAB I
PENDAHULUAN

Pneumatik di ciptakan oleh Macron Matik dari bangsa Eropa pada tahun
1889. Awalnya pneumatik hanya berupa sebuah kumpulan udara yang di berikan
sedikit tenaga manusia yang kita sebut juga alat nya bernama pompa tetapi tidak
hanya itu saja macron berfikir untuk mengembang alat tersebut agar bisa
mendorong benda dengan menggunakan tekanan udara macron mulai merubah
design alat tersebut dan pada tahun1995 Macron berhasil menciptakan alat yang
bisa mendorong benda dengan tekan udara yang disebut cylinder single acting
return yang di pergunakan untuk mendorong suatu benda tapi dengan bantuan
menggunakan alat kompereor awal percobaan yang di dorong benda tersebut
berupa kayu berbentuk kontak setelah berhasil menyempurnakan alat tersebut,
Macron mempublikasikan kepada publik tetapi tidak lama bertahan pada
tahun 2000 ciptaan Macron di sempurnakan oleh Busten Matik yaitu adik dari
Macron Matik.
Busten Matik hanya menambahkan one-way flow control valve yang di
pergunakan untuk mengatur kecepatan masuk dan keluarnya katup. Busten Matik
mempublikasikan kepada orang umum kemudian menggunakannya untuk
keperluan industri besar maupun industri kecil dan pneumatik di kembang
semakin maju hingga dapat digunakan sebagai pintu kereta, mesin press dan
menggeser benda seperti kardus, dll.
Alat ciptaan Busten Matic di kembangkan lagi dengan mensempurnakan
single acting cylinder yang bisa di kendalikan masuk dan keluar dan
menciptakan 3/n arah katup dan 2/n arah katup berguna untuk membantu masuk
dan keluar tanpa harus menggunakan one-way flow control valve seperti pada
tahun 2006. Akan tetapi alat ciptaan Busten Matic di kembangkan lagi oleh
Austin Barcker pada tahun 2007 dengan membuat double acting cylinder , sama
seperti single acting cylinder fungsi nya akan tetapi double acting cylinder dapat
mengeluarkan dorongan yang sangat kuat di bandingkan dengan single acting
cylinder dan ciptaan Austin Barcker di gunakan hingga saat ini.
2

1.1 Latar Belakang


Laporan praktikum ini ditulis sebagai bentuk pemahaman dari praktek
yang telah dilakukan di laboratorium yang menyinggung mengenai
pneumatik maupun elektropneumatik.

1.2 Rumusan Masalah


Sejalan dengan apa yang telah penulis kemukakan dengan latar belakang
diatas, maka penulis bermaksud merumuskan rumusan masalah yakni sebagai
berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan sistem pneumatik?
b. Bagaimana prinsip kerja sistem pneumatik?
c. Apa yang dimaksud dengan elektropneumatik?
d. Bagaimana cara kerja sistem kontrol sinyal elektropneumatik?

1.3 Tujuan Makalah


Sesuai dengan apa yang telah penulis rumuskan pada rumusan masalah
diatas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem pneumatik.
b. Untuk mengetahui prinsip kerja sistem pneumatik.
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem elektropneumatik.
d. Untuk mengetahui sistem kontrol sinyal dari sistem elektropneumatik.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Pneumatik


Tenaga fluida adalah istilah yang mencakup pembangkitan, kendali dan
aplikasi dari fluida bertekanan yang digunakan untuk memberikan gerak.
Berdasarkan fluida yang digunakan tenaga fluida dibagi menjadi dua, yakni
pneumatik yang menggunakan udara, serta pneumatik yang
menggunakan cairan.
Namun pada dasarnya sistem pneumatik dan pneumatik tidaklah jauh
berbeda. Pembeda utama keduanya adalah sifat dari fluida kerja yang
digunakan. Cairan adalah fluida yang tidak dapat ditekan (incompressible
fluid) sedangkan udara adalah fluida yang dapat terkompresi (compressible
fluid). Dari perbedaan itulah maka dapat ditarik kesimppulan bahwa fluida cair
dan fluida tekan memiliki karakteristik yang berbeda. Fluida tekan sendiri
memiliki karakteristik sebagai berikut, yakni jumlahnya tak terbatas, mampu
mencapai tekanan yang lebih rendah, dapat dimampatkan, memberi tekanan
yang sama rata ke segala arah, tidak mempunyai bentuk (menyesuaikan
dengan tempatnya), dan mengandung kadar air.
Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin.
Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara
yang dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja disebut dengan sistem
Pneumatik. Dalam penerapannya, sistem pneumatik banyak digunakan
sebagai sistem automasi.

2.2 Prinsip Kerja Sistem Pneumatik


Sistem Pneumatik bekerja dengan menggunakan tenaga yang disimpan
dalam bentuk udara yang dimampatkan dan di alirkan menuju sistem
untuk menghasilkan suatu kerja dalam bentuk aktuator. Fluida mampu mampat
adalah fluida yang dapat mengalami perubahan volume apabila mengalami
tekanan tertutup dalam suatu boundary. Dalam hal ini fluida mampu mampat
bisa kita sebut sebagai udara.
4

Udara merupakan media yang menjadi ciri khas pada sistem pneumatik.
Kelebihan penggunaan udara dalam sistem pneumatik adalah karena dapat
mengembang dengan kuat dan cepat dalam ruangan yang sempit sekalipun
dalam waktu yang relatif singkat. Proses pengangkutannya juga mudah yakni
dengan membuat sistem perpipaan sebagai alur jalannya sistem penumatik ini.
Udara dimampatka kira-kira 1/7 dari volume udara bebas kemudian
disalurkan menuju tangki udara bertekanan dan atau menuju sistem
pendistribusian udara secara langsung. Untuk menjada kualitas udara juga
menghindari kerusakan pada komponen dalam sistem pneumatik maka
diperlukan air service unit. Berikut adalah elemen-elemen penting yang
digunakan untuk menyiapkan udara sebelum masuk ke sisem pendistribusian
udara sistem penumatik. (Lampiran 1, Gambar 1)
a. Kompresor
b. Tangki Udara
c. Penyaring Udara dengan pemisah air ( Air Dryer)
d. Pengatur Tekanan

2.3 Elemen Kerja Sistem Pneumatik


Elemen kerja adalah alat yang digunakan untuk mengubah suatu energi
menjadi energi gerak translasi (dengan silinder pneumatik) ataupun gerak rotasi
(dengan alat pompa pneumatik). Silinder pneumatik adalah salah
satu komponen yang berfungsi untuk melakukan gerakan dengan menggunakan
metode kompresi udara sebagai medianya.
Dalam suatu elemen kerja yang terkait dengan bahasan kita adalah
elemen kerja yang menggunakan silinder pneumatik. Secara umum silinder
pneumatik sendiri memiliki dua jenis berdasarkan mekanisme keluar masuk
udaranya, yaitu silinder pneumatik single acting dan silinder pneumatik double
acting.

2.3.1 Silinder pneumatik single acting


Silinder ini hanya memiliki satu koneksi kompresi udara. Udara
yang bertekanan masuk menggerakkan piston dalam satu arah, dan
kekuatan silinder terbentuk pada arah tersebut. Untuk mengembalikan
5

keposisinya kembali cukup membuang tekanan udara tersebut dari


silinder.

Per mekanik didalam silinder memberikan dorongan untuk


kembali ke posisi awal. Bagian ini memiliki lubang ventilasi / exhaust
sehingga tidak ada tekanan berlebihan atau tekanan rendah yang
dihasilkan oleh gerakan piston di dalam ruang silinder. Akan tetapi
silinder ini memilki kelemahan dimana sebagian kekuatan dari silinder
hilang untuk mendorong pegas.

2.3.2 Silinder pneumatik double acting


Silinder pneumatik double acting merupakan silinder yang
memiliki dua port untuk instroke dan outstroke. Silinder jenis ini
menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong piston keluar
dan mendorong piston untuk kembali pada posisi awal (menarik
kedalam). Sehingga silinder ini membutuhkan lebih banyak udara dan
katup pengontrol arah yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
silinder kerja tunggal.

Untuk menjaga kinerja dari silinder pneumatik, maka diperlukan


perawatan yang secara berkala. Dimana dalam perawatan ini yang perlu
diperhatikan adalah kualitas dari udara. Kualitas udara bertekanan yang masuk
ke tabung silinder harus dalam keadaan kering, bersih, dan tidak mengandung
air. Sehingga perlu diperhatikan sistem penyaringan (filter) dan pengeringan
(dryer) udaranya, apakah dalam keadaan baik atau buruk. Kemudian juga harus
perhatikan pergesekan akibat pergerakan keluar masuknya piston. Dalam
sistem pneumatik biasanya juga terdapat lubrikator yang memberikan
pelumasan untuk mengurangi pergesekan dalam silinder. Rusaknya seal akibat
masa pemakaian yang lama (lifetime), aus atau berbagai penyebab yang lainnya
akan menyebabkan kebocoran udara pada silinder. Apabila ditemukan
kebocoran maka pergantian seal harus dilakukan, karena apabila rusaknya seal
tersebut akibat aus dan tidak diganti, maka akan menyebabkan kerusakan yang
lebih parah, seperti scratch atau goresan goresan pada tabung rumah silinder.
6

2.4 Valve (Katup)


Directional Control Valve/Katup Kontrol Arah(DCV) digunakan untuk
mengarahkan udara menuju sirkuit yang berbeda pada sistem hidrolik.
Kapasitas aliran maksimum dan tekanan yang turun saat
melewati valve merupakan pertimbangan utama.

Directional Control Valve/Katup Kontrol Arah dapat dikombinasikan


dengan manual, hidrolik, pneumatic dan kontrol elektronik. Faktor ini
umumnya ditentukan selama melakukan desain sistem untuk pertama
kali. Directional Control Valve/Katup Kontrol Arah mengarahkan aliran
udara menuju sistem hidrolik. Dengan kata lain merupakan komponen
dimana operator mengontrol mesin. Directional Control Valve/Katup Kontrol
Arah mengarahkan suplai udara menuju aktuator pada sistem
hidrolik. Valve body dilubangi, dihaluskan dan kadang lubangnya di keraskan
dengan perlakuan panas.
Saluran Inlet dan outlet dilubangi dan diberi ulir. Valve spool dibuat
dengan mesin dengan bahan high-grade steel. Beberapa valve
spool dikeraskan dengan perlakuan panas, digerinda dan dihaluskan hingga
mencapai ukuran tertentu. Valve spool lainnya ada yang di chrome plated,
digerinda dan dipolish hingga ukuran tertentu.Valve body dan valve
spool kemudian dirangkai sesuai spesifikasi rancangan. Ketika dirakit, valve
spooladalah satu-satunya komponen yang dapat bergerak. Penggambaran
simbol terlampir.

2.5 Rangkaian Sistem Pneumatik


Dalam sistem pneumatik terdapat simbol-simbol unik dari
penggambaran rangkaian sistemnya, dan setiap simbol memiliki fungsi
dan kegunaan yang berbeda tergantung alat atau medianya. (Lampiran 1,2
dan 3)
7

2.6 Definisi Elektropneumatik


Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana
prinsip kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga
penggerak) sedangkan media kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik
ataupun elektronik.Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang terpasang pada
katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor ataupun sakelar
pembatas yang berfungsi sebagai penyambung ataupun pemutus sinyal.
Sinyal yang dikirimkan ke kumparan tadi akan menghasilkan medan
elektromagnit dan akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah
sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media
kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja
pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan
sistem.

2.7 Prinsip Kerja Elektropneumatik


Pada sistem kontrol elektro pneumatik terdapat empat kelompok
komponen yaitu :
a. Energi Supply (Pemasok Energi), yang meliputi arus listrik dan udara
bertekanan.
b. Komponen Input (Sensor-Sensor), yang meliputi limit switch, tombol tekan
dan proximity sensor.
c. Komponen Pemroses (Prosessor), yang meliputi switching logic, katup
solenoiddan konverter dari pneumatik ke elektrik.
d. Aktuator dan Komponen Kontrol Akhir, yang meliputi silinder, motor listrik
dan katup kontrol akhir.

Komponen-komponen peralatan kontrol yang telah disebutkan di atas


digambarkan oleh simbol-simbol yang mewakili fungsinya (Lampiran 4).
Simbol-simbol tersebut dikombinasikan dan dirangkai sesuai dengan
perencanaan fungsi dari suatu sistem atau mesin untuk melakukan pekerjaan
8

tertentu. Dalam menggambar rangkaian, simbol-simbol komponen secara


umum ditempatkan sesuai dengan tingkatan suatu sistem. Tingkatan suatu
struktur sistem dalam gambar rangkaian diatur sesuai dengan aliran sinyal.
Solenoidmengaktuasikan katup pengarah dan relay bisa sebagai pemroses atau
fungsi pengontrol aktuator. Sebagai contoh, jika katup pengarah digunakan
untuk mengontrol silinder, maka katup pengarah adalah komponen kontrol
untuk kelompok ke empat (aktuator dan komponen kontrol akhir). Jika
komponen tersebut didefinisikan sebagai sinyal pemroses, maka harus
ditempatkan pada kelompok ketiga.

2.8 Desain Sistem Kontrol Elektropneumatik


Dalam mendesain sistem kontrol pneumatik bisa menggunakan
software bernama Festo Fluidsim. Pada sub-bab ini akan membahas
mengenai desain dan konflik sinyal elektropneumatik dua silinder dan tiga
silinder.

2.8.1 Konflik sinyal 2 silinder 3 saluran 5/3 valve

Berdasarkan diagram gerakan diatas, maka dapat kita ketahui


bahwa gerakan sistem silindernya adalah silinder 1 maju, silinder 1
mundur, silinder 2 maju, dan silinder 2 mundur. Setelah mengetahui
diagram gerakannya maka dapat diobservasi diagram alurnya seperti
yang sudah terlampir diatas. Maka dapat kita buat dahulu sistem
saluran elektropneumatiknya berdasarkan diagram gerakan sebagai
berikut.
9

Jika kita hubungkan dengan diagram alurnya maka kita


mendapatkan bahwa LS 1 adalah B0, LS2 adalah A1, LS3, adalah A0,
dan LS 4 adalah B1. Sehingga dapat dilihat bahwa B0, A1, dan B1
adalah pemindah saluran sedangkan A0 merupakan penggerak
silinder. Gerakan akan dimulai apabila B0 aktif, dan detent switch
diaktifkan maka K1 relay akan menyaa dan mengaktifkan saluran 1
(K2). Setelah saluran 1 aktif maka K2 akan menggerakkan silinder 1
maju namun dikarenakan katub yang digunakan adalah 5/3 maka
saluran satu harus dikunci menggunakan make-switch K2. Setelah
silinder 1 maju, akan menekan switch A1 dan mengaktifkan saluran 2
(K3), dan otomatis memindahkan saluran 1 menuju saluran 2 karena
terdapat switch normally closed K3 di saluran 1. K3 aktif akan
menggerakkan silinder 1 mundur kemudian dikundi dengan make-
switch K3. Dan masih pada saluran kedua, silinder 1 yang mundur
akan bertemu A0 yang akan mengaktifkan K4 yang menggerakkan
silinder 2 maju. Silinder 2 akan bertemu switch B1 yang akan
memindahkan saluran dari saluran 2 (K3) menuju saluran 3 (K5). Bila
K5 aktif maka akan memutus K3 terlebih dahulu karena terdapat
10

switch normally closed K5 di saluran 2 (K3) dan kemudian


menggerakkan silinder 2 mundur setelah itu relay K5 dikunci kembali.
Silinder 2 mundur akan bertemu switch B0 yang merupakan awal dari
proses. Bila rangkaian sukses, saat menghidupkan detent switch,
kedua silinder akan terus bekerja hingga suplai listrik dimatikan,
namun untuk memulai dengan satu putaran saja cukup dengan
mangaktifkan push button.

Maka rangkaian 2 silinder 3 saluran akan terbentuk seperti ini.


Dimana setiap limi tswitch sudah dirubah formatnya sesuai dengan
diagram alurnya, dan ditambahkan solenoid valve yang menggerakkan
silinder sesuai urutannya dari suplai yang ditransfer oleh kontaktor.
11

2.8.2 Konflik sinyal 3 silinder 3 saluran 5/3 valve

Dari diagram gerakan diatas maka kita dapat mengobservasi


alur gerakan dari ketiga silinder, yaitu silinder 1 maju, silinder 2 maju,
silinder 3 maju, silinder 3 mundur, silinder 2 mundur dan silinder 1
mundur. Setelah mendapatkan data diagram gerakannya, maka dapat
diketahui pula diagram alurnya seperti yang terlampir diatas.
Dari data yang telah diperoleh diatas, maka kita dapat langsung
membuat wiring diagram elekctropneumatic sesuai dengan input
diagram alurnya seperti rangkaian yang telah terlampir.
Dari rangkain yang terlampir, maka dapat kita lihat bahwa
gerakan dimulai dari A0 dan tombol detent switch akan mengaktifkan
K1 dab memutus K5 atau saluran 2. Hal ini dimaksudkan untuk
memindah saluran dari saluran 2 menuju ke saluran 1. Maka K1 akan
mengaktifkan K2 yang menggerakkan silinder 1 maju karena
katupnya adlah 5/3 maka K2 harus dikunci. Masih pada saluran 1,
silinder 1 maju akan menekan switch A1 yang mengaktifkan K3 yang
kemudian menggerakkan silinder 2 maju. Silinder 2 maju akan
menekan switch B1 dan mengaktifkan K4 untuk menggerakkan
silinder 3 maju. Silinder 3 maju menekan switch C1 yang akan
12

mengaktifkan K5 dan memutus saluran 1 agar aliran listrik menuju


saluran 2. K5 akan menggerakkan silinder 3 mundur, karena katup
sistem menggunakan 5/3 maka K5 perlu dikunci. Kemundian silinder
3 mundur akan menekan switch C0 yang akan mengaktifkan K6 yang
menggerakkan silinder 2 untuk mundur. Kemudian silinder 2 bergerak
mundur menekan switch B0 yang akan mengaktifkan K7 yang
berfungsi untuk menggerakkan silinder 1 mundur. Setelah silinder 1
mundur maka akan bertemu dengan switch A0. Jika rangkaian benar,
saat detent switch ditekan maka ketiga silinder akan bekerja berurutan
secara terus menerus hingga power supplai dimatikan, untuk
menggerakkan ketiga silinder hanya dengan satu siklus cukup dengan
menekan push button.
13

BAB III
PENUTUP

Sistem pneumatik adalah sistem yang seluruh media kerja dan media
penghantarnya menggunakan fluida mampu tekan, baik dari saluran
sinyal/kontrol, saluran masuk, dan saluran keluarnya. Sistem ini masih
banyak digunakan pada mekanisme-mekanisme sederhana seperti rem angin
konvensional. Namun dalam penggunaannya sistem ini masih kurang aman
karena semua sistem bekerja menggunakan udara saja.
Sedangkan sistem pneumatik adalah sistem yang bekerja menggunakan
fluida mampu mampat dan dibantu dengan media kerja otomasi elektronika.
Rangkaian sinyal dari sistem ini menggunakan sinyal elektrik dari media-
media kerja elektrik sedangkan media penghantar input dan output dari sistem
ini menggunakan fluida mampu mampat. Sistem ini dinilai lebih aman dan
ekonomis namun membutuhkan rangkaian yang kompleks.
Tiada hal yang ada di dunia ini yang sempurna, kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT. Termasuk laporan praktikum ini, pastilah ada kesalahan
atau kekurangan. Demi tertujunya laporan praktikum ini yang mendekati
kesempurnaan penulis memerlukan kritik dan saran yang membangun yang
bersifat positif yang bertujuan untuk memperbaiki laporan praktikum ini
kedepannya. Apabila penulis berniat membuat laporan praktikum lagi maka
dapat menggunakan kritik dan saran yang dibuat oleh pembaca untuk
mengurangi kesalahan dan kekurangan dalam membuat laporan praktikum.
14

Lampiran 1: Simbol Katup dan Katup Kontrol Arah


15

Lampiran 2: Penomoran, Metode Kontrol dan Pengaktifan


16

Lampiran 3: Simbol Aplikasi Katup Kontrol Arah


17

Lampiran 4: Simbol Silinder


18

Lampiran 5: Simbol Valve Aplikasi Khusus dan Sumber Udara


19

DAFTAR RUJUKAN

Suwarno, Drs., Mpd. 2010. Pengantar Sistem Pneumatik dan Dasar-dasar


Otomasi. Malang: Universitas Negeri Malang
Program Studi D3 Teknik Mesin. 2015. Otomasi Pneumatik dan Elektropneumatik.
Malang: Universitas Negeri Malang
Teknik Pneumatik Basic. 2017. Sejarah Pneumatik. Diperoleh dari
https://goo.gl/zrgAhF pada tanggal 7 September 2017.
AlatBeratBlog. 2016. Pengertian, Jenis Dan Fungsi Silinder Pneumatik. Diperoleh
dari https://goo.gl/o2645W pada tanggal 7 September 2017.
Blandong. 2017. Directional Control Valve. Diperoleh dari https://goo.gl/6bnD9D
pada tanggal 7 September 2017.
Gohoits. 2017. Sistem Pneumatik. Diperoleh dari https://goo.gl/77KbKi pada
tanggal 7 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai