Disusun oleh :
Nama : I Kadek Ngurah Pradnyana
NIM : 2115213010
Kelas : 3 B
Sebagai distributor
atau pembagi tekanan
udara dari Air Service
4 DISTRIBUTOR 8 - Unit ke komponen
HOLES selanjutnya.
Berfungsi sebagai
pembagi aliran udara
bertekanan menjadi 2
5 FITTING T arah yang kemudian
JUNCTION - akan di salurkan ke
komponen komponen
yang membutuhkan.
3 sambungan yang di
control, 2 posisi
pergeseran. Yang
KATUP 3/2 dimana normalnya
6 NORMALLY ruang yang digunakan
CLOSED adalah ruang kanan
dan yang terhubung
adalah sambungan 2
dan 3.
Komponen yang
memiliki 2 input dan 1
output digunakan
SHUTTLE untuk mengontrol arah
7 VALVE aliran dari sumber
tekanan masuk.
Sebagai distributor
atau pembagi tekanan
udara dari Air Service
4 DISTRIBUTOR 8 - Unit ke komponen
HOLES selanjutnya.
Berfungsi sebagai
pembagi aliran udara
bertekanan menjadi 2
5 FITTING T - arah yang kemudian
JUNCTION akan di salurkan ke
komponen komponen
yang membutuhkan.
3 sambungan yang di
control, 2 posisi
pergeseran. Yang
KATUP 3/2 dimana normalnya
6 NORMALLY ruang yang digunakan
CLOSED adalah ruang kanan
dan yang terhubung
adalah sambungan 2
dan 3.
5 Sambungan yang di
kontrol, 2 posisi
pergeseran. Yang
dimana udara
bertekanan dari energy
7 KATUP supply akan mengalir
KONTROL 5/2 dari saluran 1 ke
saluran 2, sedangkan
udara bertekanan dari
beban (silinder) akan
dibuang dari 4 ke 5.
Komponen yang
digunakan untuk
mengatur tekanan
udara yang dimana
11 THROTTLE udara hanya dapat
VALVE mengalir melalui
penampang yang dapat
di atur yang akan
mempengaruhi
kecepatan silinder
pneumatik
Sama dengan silinder
kerja tunggal, tetapi
tidak memiliki pegas
DOUBLE pengembali, dan dua
12 ACTING lubang saluran dapat
CYLINDER dipakai sebagai saluran
masukan maupun
saluran keluaran secara
bergantian.
1. Mulai dari komponen pertama yaitu kompresor, kompresor mengambil udara atau
gas dari lingkungan sekitar yang kemudian akan diberi tekanan di dalam tabung
kompresor lalu di salurkan kembali sebagai udara bertekanan.
2. Yang kemudian sebelum di salurkan ke komponen lainnya akan melewati Air
Service Unit terlebih dahulu yang digunakan untuk mengfilter udara dan mengatur
tekanan udara yang akan di salurkan pada sistem pneumatik.
3. Perantara yang akan digunakan untuk penghubung pada setiap komponen komponen
sistem pneumatik adalah Selang Penghubung.
4. Lalu udara bertekanan di teruskan ke Distributor 8 Holes agar udara bisa dibagi ke
komponen yang membutuhkan.
5. Udara bertekanan yang keluar dari Distributor 8 Holes masuk ke Fitting T Junction
untuk akan di bagi lagi ke komponen lainnya.
6. Kemudian udara yang keluar dari Fitting T Junction akan masuk ke masing masing
saluran 1 pada Katup 3/2 Normally Close, yang dimana normalnya ruang yang
digunakan adalah ruang kanan dan yang terhubung adalah saluran 2 dan 3. Nah jika
tombol/tuas di tekan, ruang yang akan berfungsi adalah ruang kiri dan yang
terhubung adalah saluran 1 dan 2.
7. Pada saat tombol/tuas di tekan yang terhubung adalah saluran 1 dan 2, yang
selanjutnya udara bertekanan itu akan masuk ke saluran masuk 12 dan saluran masuk
14 pada Shuttle Valve. Fungsi dari Shuttle Valve ini memisahkan sinyal yang
dipancarkan dari katup 12 dan mencegah udara dialihkan melalui katup 14. Jika udara
bertekanan bekerja pada lubang 12, maka kedudukan seal katup menutup lubang
masuk 14 sehingga sinyal langsung dilewatkan ke lubang keluaran (2). Ketika arah
aliran udara dibalik, kedudukan seal tetap dalam posisi sebelumnya akibat kondisi
tekanan.
8. Selanjutnya udara bertekanan yang keluar dari Shuttle Valve akan masuk ke Single
Acting Cylinder. Pada komponen ini udara akan masuk melalui satu saluran saja
yang kemudian akan mendorong silinder agar bekerja dan akan kembali jika sudah
tidak ada tekanan masuk dan akan dibantu didorong kembali oleh pegas yang ada di
dalamnya.
❖ CARA KERJA RANGKAIAN B2, LATIAN 2
1. Mulai dari komponen pertama yaitu kompresor, kompresor mengambil udara atau
gas dari lingkungan sekitar yang kemudian akan diberi tekanan di dalam tabung
kompresor lalu di salurkan kembali sebagai udara bertekanan.
2. Yang kemudian sebelum di salurkan ke komponen lainnya akan melewati Air
Service Unit terlebih dahulu yang digunakan untuk mengatur tekanan udara yang
akan di salurkan pada sistem pneumatik.
3. Perantara yang akan digunakan untuk penghubung pada setiap komponen komponen
sistem pneumatik adalah Selang Penghubung.
4. Lalu udara bertekanan di teruskan ke Distributor 8 Holes agar udara bisa dibagi ke
komponen yang membutuhkan.
5. Udara bertekanan yang keluar dari Distributor 8 Holes masuk ke 2 buah Fitting T
Junction untuk akan di bagi lagi ke komponen lainnya.
6. Kemudian salah satu udara yang keluar dari Fitting T Junction akan masuk ke saluran
1 pada Katup 3/2 Normally Close, yang dimana normalnya ruang yang digunakan
adalah ruang kanan dan yang terhubung adalah saluran 2 dan 3. Nah jika tombol/tuas
di tekan, ruang yang akan berfungsi adalah ruang kiri dan yang terhubung adalah
saluran 1 dan 2.
7. Pada saat tombol di tekan selanjutnya udara bertekanan akan masuk ke saluran 1 pada
Katup 3/2 Actuator Roll, Normally Closed (yang pertama), normalnya ruang yang
digunakan adalah ruang kanan dan yang terhubung adalah saluran 2 dan 3 tetapi
setelah aktif yang berfungsi adalah ruangan kiri yang mengakibatkan saluran 1 dan 2
terhubung.
8. Dan selanjutnya udara bertekanan mengalir menuju saluran suplly/masuk 14 pada
Katup Kontrol 5/2. konsep cara kerja dari Katup Kontrol 5/2 adalah udara
bertekanan dari energy supply akan mengalir dari saluran 1 ke saluran 2, sedangkan
udara bertekanan dari beban (silinder) akan dibuang dari 4 ke 5.
9. Kemudian saluran kedua yang keluar dari Fitting T Junction akan masuk ke saluran
kontrol 1 pada Katup Kontrol 5/2.
10. Dan saluran ketiga yang keluar dari Fitting T Junction akan masuk ke saluran 1 pada
Katup 3/2 Actuator Roll, Normally Closed (yang kedua),
11. kemudian akan di salurkan ke saluran masuk 12 pada Katup Kontrol 5/2.
12. Dan setelah semua saluran terhubung ke Katup Kontrol 5/2, Selanjutnya udara
bertekanan akan keluar dari saluran 4 Katup Kontrol 5/2 menuju Throttle Valve.
Fungsi dari Throttle Valve ini digunakan untuk mengatur tekanan udara yang dimana
udara hanya dapat mengalir melalui penampang yang dapat di atur yang akan
mempengaruhi kecepatan silinder pneumatik.
13. Setelah dari Throttle Valve saluran akan menuju saluran masuk 1 pada Double
Acting Cylinder
14. Dan Selanjutnya udara bertekanan akan keluar dari saluran 4 Katup Kontrol 5/2
menuju Throttle Valve dan yang terakhir setelah Throttle Valve akan menuju ke
saluran 2 pada Double Acting Cylinder.
PENJELASAN :
Jika tombol pada Katup 3/2 Normally Closed di tekan maka saluran udara
bertekanan akan menuju Katup 3/2 Actuator Roll Normally Closed, dan selanjutnya
akan menuju ke Katup Kontrol 5/2, setelah itu saluran akan menuju ke Throttle Valve
dan yang terakhir akan menuju ke saluran masuk (1) pada Double Acting Cylinder.
Yang akan dapat menggerakan silinder bergerak maju mengakibatkan tuas pada
Katup 3/2 Actuator Roll, Normally Closed terangkat yang mengakibatkan saluran 1
dan 2 pada Katup 3/2 Actuator Roll, Normally Closed menjadi terhubung. Dan
setelah saluran itu terhubung selanjutnya akan menuju ke Katup Kontrol 5/2 dan
keluar menuju Throttle Valve yang kemudian terakhir akan menuju ke saluran masuk
(2) pada Double Acting Silinder yang mengakibatkan silinder akan bergerak mundur
Kembali ke tempat semula.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan yang saya dapat dari hasil praktikum sistem pneumatik
adalah: Sistem Pneumatik adalah sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk
udara yang dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja. Semua komponen pada sistem
pneumatik mempunyai fungsi berbeda pada setiap masing-masing komponen. Sistem Pneumatik
ini banyak kegunaanya mulai dari dunia industri, sistem kemudi, sistem konstruksi maupun
proyek proyek besar lainnya. Merangkai komponen pneumatik membutuhkan beberapa langkah
sebelum mulai merangkai komponen, salah satunya membuat skematik rangkaian terlebih dahulu
agar hasil rangkaian sesuai rancangan. Sebelum merangkai komponen-komponen pneumatik
sebaiknya dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen, karena terkadang terdapat
komponen yang sudah tidak layak digunakan atau rusak. Dalam proses praktek sistem pneumatik
ini memerlukan ketelitian yang tinggi agar nanti pada saat mencobanya tidak terjadi kesalahan
yang dapat berakibat rusaknya komponen yang dapat menyebabkan terjadi masalah pada
rangkaian, Selain itu juga bisa melukai si pekerja.