Anda di halaman 1dari 6

Sistem Pneumatik

Nama : ADIB WIDOSENO


NRP : 561189908
Kelompok : 1
Kelas : Teknika 3 A

Jl. Marunda Makmur Cilincing,


Jakarta Utara 14150, Indonesia
Phone: (62-21) 8899.1618 (Hunting) dan
(62-21) 4483.4345
Sistem Pneumatik

Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angina, Pneumatik
adalah sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan udara sebagai tenaga
penggeraknya. Cara kerja Pneumatik sama saja dengan hidrolik yang
membedakannya hanyalah tenaga penggeraknya. Jika pneumatik menggunakan
udara sebagai tenaga penggeraknya, dan sedangkan hidrolik menggunakan cairan
oli sebagai tenaga penggeraknya. Dalam pneumatik tekanan udara inilah yang
berfungsi untuk menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang
nantinya mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik
(gerakan maju mundur pada cylinder).

Cara kerja sistem pneumatik

Udara disedot oleh kompresor dan disimpan pada reservoir air ( tabung udara)
hingga mencapai tekanan kira-kira sekitar 6 – 9 bar. Kenapa harus 6 – 9 bar??
Karena bila tekanan hanya dibawah 6 bar akan menurunkan daya mekanik dari
cylinder kerja pneumatik dan sedangkan bila bertekanan diatas 9 bar akan
berbahaya pada sistem perpipaan atau kompresor. Baca berapa standar tekanan
maksimal yang terdapat pada nameplate reservoir air dari kompresor. Selanjutnya
udara bertekanan itu disalurkan ke sirkuit dari pneumatik dengan pertama kali
harus melewati air dryer (pengering udara) untuk menghilangkan kandungan air
pada udara. Dan dilanjutkan menuju ke katup udara (shut up valve), regulator,
selenoid valve dan menuju ke cylinder kerja. gerakan air cylinder ini tergantung
dari selenoid. Bila selenoid valve menyalurkan udara bertekanan menuju ke inlet
dari air cylinder maka piston akan bergerak maju sedangkan bila selenoid valve
menyalurkan udara bertekanan menuju ke outlet dari air cylinder maka piston akan
bergerak mundur. Jadi dari selenoid valve inilah penggunaan aplikasi pneumatik
bisa juga di kombinasikan dengan elektrik, seperti PLC ataupun rangkaian kontrol
listrik lainnya. Sehingga mempermudah dalam pengaplikasiannya

Kelebihan sistem Pneumatik antara lain :

1. Fluida kerja mudah didapat dan ditransfer.


2. Dapat disimpan dengan baik
3. Penurunan tekanan relatif lebih kecil dibandingkan dengan sistem hidrolik.
4. Viskositas fluida yang lebih kecil sehingga gesekan dapat diabaikan.
5. Aman terhadap kebakaran.

Sedangkan kekurangan dari sistem Pneumatik antara lain:

1. Angguan suara yang bising


2. Gaya yang ditransfer terbatas
3. Dapat terjadi pengembunan.

Sistem Tekanan Tinggi Untuk sistem tekanan tinggi, udara biasanya disimpan
dalam tabung metal (Air Storage Cylinder) pada range tekanan dari 1000 – 3000
Psi, tergantung pada keadaan sistem.

Tipe dari tabung ini mempunyai 2 Klep, yang mana satu digunakan sebagai klep
pengisian, dasar operasi Kompresor dapat dihubungkan pada klep ini untuk
penambahan udara kedalam tabung.

Klep lainnya sebagai klep pengontrol. Klep ini dapat sebagai klep penutup dan
juga menjaga terperangkapnya udara dalam tabung selama sistem dioperasikan.

Sistem Tekanan Sedang.

Sistem Pneumatik tekanan sedang mempunyai range tekanan antara 100 – 150 Psi,
biasanya tidak menggunakan tabung udara. Sistem ini umumnya mengambil udara
terkompresi langsung dari motor kompresor.
Sistem Tekanan Rendah.

Tekanan udara rendah didapatkan dari pompa udara tipe Vane. Demikian pompa
udara mengeluarkan tekanan udara secara kontinu dengan tekanan sebesar 1 –10
Psi. ke sistem Pneumatik.

Berikut adalah komponen-komponen sistem pneumatik secara umum :

1. Kompresor

Kompresor adalah suatu alat mekanikal yang bertujuan untuk menaikkan tekanan
suatu gas dengan cara menurunkan volumenya. Komponen inilah yabg mensupply
udara bertekanan untuk sistem pneumatik, serta menjaga tekanan sistem agar tetap
berada pada tekanan kerjanya.

2. Regulator & Gauge

Kedua alat tersebut menjadi komponen wajib di setiap sistem pneumatik.


Regulator adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur supply udara
terkompresi masuk ke sisptem pneumatik. Sedangkan gauge berfungsi sebagai
penunjuk besar tekanan udara di dalam sistem. Keduanya dapat berupa sistem
mekanis maupun elektrik.

3. Check Valve

Check Valve adalah valve atau katup yang berfungsi untuk mencegah adanya
aliran balik dari fluida kerja, dalam hal ini udara terkompresi. Terutama adalah
apabila pada sebuah sistem pneumatik tersebut dipergunakan tanki akumulator
udara, sehingga Check Valve tersebut mencegah adanya udara dari akumulator
untuk kembali menuju kompresor namun tetap mengalirkan udara bertekanan dari
kompresor untuk masuk ke dalam akumulator.

4. Tanki Akumulator

Tanki akumulator atau juga disebut buffer tank berfungsi sebagai cadangan
(storage) tekanan udara terkompresi yang digunakan untuk penggerak aktuator.
Selain itu tanki ini juga berfungsi untuk mencegah ketidakstabilan supply udara ke
aktuator, lebih menstabilkan kerja kompresor agar tidak terlalu sering mematikan
dan menyalakannya lagi, serta lebih memudahkan desain sistem dalam
menempatkan kompresor jika diharusakan penempatan aktuator pneumatik lebih
jauh dengan kompresor.

5. Saluran Pipa

Pipa-pipa digunakan untuk mendistribusikan udara terkompresi dari kompresor


atau tanki akumulator ke berbagai sistem aktuator. Diameter pipa yang digunakan
pun bermacam-macam tergantung dari desain dan tujuan penggunaan sistem
pneumatik tersebut. Pada sebuah sistem pneumatik besar (menggunakan lebih dari
dua aktuator), untuk area sistem supply (area kompresor dan tanki) digunakan pipa
berdiameter lebih besar daripada yang digunakan pada area aktuator. Namun jika
sistem pneumatik yang ada kecil, misal hanya untuk menggerakkan satu saja
aktuator, maka diameter pipa yang digunakan pun akan seragam di semua bagian.

6. Directional Valve

Directional valve atau katub pengatur arah yang instalasinya berada tepat sebelum
aktuator, adalah berfungsi untuk mengatur kerja aktuator dengan cara mengatur
arah udara terkompresi yang masuk atau keluar dari aktuator. Satu valve ini
didesain untuk dapat mengatur arah aliran fluida kerja di dua atau bahkan lebih
arah aliran. Ia bekerja secara mekanis atau elektrik tergantung dari desain yang
ada.

7. I/P Controller

Pada aktuator pneumatik yang kerjanya dapat bermodulasi diperlukan satu alat
kontrol supply udara bertekanan yang khusus bernama I/P Controller. I/P
Controller ini mengubah perintah kontrol dari sistem kontrol yang berupa sinyal
arus, menjadi besar tekanan udara yang harus disupply ke aktuator.

8. Aktuator

Pneumatik aktuator adalah alat yang melakukan kerja pada sistem pneumatik. Ada
berbagai macam jenis pneumatik aktuator sesuai dengan penggunaannya. Antara
lain adalah silinder pneumatik, diafragma aktuator, serta pneumatik motor.

Anda mungkin juga menyukai