Anda di halaman 1dari 177

TUGAS MENCARI 10 JURNAL BASEBALL DAN SOFTBALL

NAMA : MOCHAMAD TOHIR NASRULLOH


PRODI : PJKR/R3
NIM : 211208
MENGENAL OLAHRAGA SOFTBALL

Oleh: B. Suhartini
Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

Abstrak

Dalam dunia olahraga banyak sekali macam cabang olahraga Softball adalah salah satu
cabang olahraga permainan ini sangat menarik, karena dalam permainannya menggunakan
seragam yang menarik dan menggunakan teriakan-teriakan dengan istilah asing. Di Indonesia
Softball mirip dengan permainan Bola Kasti. Softball lahir di Amerika Serikat dan diciptakan
oleh Hancock pada tahun 1887 di kota Chicago. Pada saat itu Softball dikenal dalam bentuk
permainan dalam ruangan atau ditempat tertutup, namun pada tahun 1930 di ubah menjadi
permainan di lapangan terbuka oleh H. Fiscer dan M.J Panley. Pertama kali softball masuk
agenda Pekan Olahraga Nasional (PON) di Indonesia pada penyelenggaraan PON ke VII di
Surabaya (Engkos Kosasih, 1993 : 314). Permainan Softball disebut juga Indoor-Baseball,
termasuk olahraga beregu yang dapat dikelompokkan ke dalam permainan bola pukul. Sekilas
permainan ini mirip permainan bola kasti, tetapi dalam permainan Softball benar-benar
membutuhkan ketangkasan dan menguras banyak pikiran (Agus Mukholid, 2004 : 58).
Permainannya, softball dimainkan oleh 9 orang pemain dan bermain dalam 7 inning,
yaitu masing-masing regu mendapat giliran menjadi pemain bertahan dan menyerang masing-
masing 7 kali. Pergantian ini apabila regu bertahan berhasil mematikan pemain dari regu
penyerang sebanyak 3 orang. Cara memainkannya ialah seorang pemukul melakukan pukulan
terhadap bola yang dilemparkan oleh pitcher (pelempar bola). Bola dipukul dengan
menggunakan alat pukul (bat). Pelempar bola bertugas dari tengah lapangan, dimana anggota
regunya bertugas juga di tiga home base, 4 di luar lapangan dan satu di home plate. Seorang
pemukul, harus berhasil mengelilingi semua base sebelum bola mengenai base yang ditujunya
Pemukul dapat menolak lemparan bola yang dirasa tidak sesuai. Akan tetapi, lemparan yang
ketiga harus dipukul (Agus Mukholid, 2004 : 58). Perlengkapan itu harus ada
untuk dapat bermain softball dengan aman dan lancar. Peralatan yang digunakan untuk
bermain antara lain :
1. Glove (pelindung tangan)
2. Bola Softball
3. Pemukul
4. Leght guard
5. Body protector
6. Masker
7. Lapangan lengkap
Ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain softball untuk
dapat mengikuti permainan Softball dengan baik. Del Bethel (1987 : 16 - 20) mengungkapkan
bahwa “teknik yang harus dikuasai meliputi teknik melempar bola (throwing), menangkap bola
(catching), memukul bola (batting), menghadang tanpa ayunan (bunting), lari dari base ke base
dan meluncur (base running and sliding)”. Dari masing- masing unsur teknik tersebut harus
dikuasai dengan baik untuk dapat bermain dengan baik pada saat bertahan maupun menyerang.
Ada empat macam aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama yaitu: 1).
latihan fisik, 2). latihan teknik, 3). latihan taktik dan 4). latihan mental (Rubiyanto, 2000 : 52).
Di samping itu dalam situasi bermain diperlukan keterampilan-keterampilan khusus untuk
dapat bermain dengan baik. Bergerak cepat terhadap bola untuk menangkap, melakukan
pukulan dan melempar keras diperlukan keterampilan otot-otot yang luas dan menghendaki
ketelitian yang besar. Tetapi ternyata bagi pemain pemula mendapat kesulitan untuk
menampilkan keterampilan menjaga di lapangan atau menangkap dan melempar bola, hal
tersebut perlu disempurnakan agar diperoleh ketetapan dan ketelitian yang lebih besar (Parno,
1992).
Teknik dasar bermain Softball sangat penting sebab merupakan permulaan dalam
bermain Softball yang baik dan benar sesuai dengan cara teknik masing-masing. Para pemain
Softball diharuskan dapat menguasai teknik dasar bermain Softball untuk dapat memberikan
variasi permainan dan menerapkan taktik atau strategi dalam berlatih setiap minggunyamaupun
pada pertandingan ditingkat daerah maupun nasional. Sehingga sesuai dengan target yang
diinginkan oleh pelatih dan pemain untuk dapat meraih poin sebanyak-banyaknya.
Sofbol atau softball adalah olahraga bola beregu yang terdiri dari 2 tim. Permainan sofbol lahir
di Amerika Serikat, diciptakan oleh George Hancock di kota
Chicago pada tahun 1887. Sofbol merupakan perkembangan dari olahraga sejenis yaitu bisbol (baseball) atau
hardball. Bola sofbol saat ini berdiameter 28-30,5 sentimeter; bola tersebut dilempar oleh seorang pelempar
bola (pitcher) dan menjadi sasaran pemainlawan yang memukul (batter) dengan menggunakan tongkat
pemukul (bat). Terdapat sebuah regu yang berjaga (defense) dan tim yang memukul (offense). Tiap tim
berlomba mengumpulkan angka (run) dengan cara memutari tiga seri marka (base) pelari hingga menyentuh
marka akhir yaitu home plate.
Cabang olahraga Softball boleh dikatakan olahraga yang paling digemari anak- anak muda, terutama
para pelajar dan mahasiswa. Biasanya pada pemainmempergunakan seragam olahraga yang menarik, dengan
disertai teriakan-teriakan istilahbahasa asing ketika mereka sedang bermain. Ada beberapa faktor penunjang
mengapa olahraga Softball sebetulnya bisa berkembang pesat di Indonesi.

Suasana sebuah pertandingan softball

Terdapat tiga tipe permainan softball:

1. Fast pitch softball merupakan permainan ditentukan oleh pitcher. Pitcher


melempar bola dengan kecepatan maksimum, serupa dengan bisbol. Perbedaan
terdapat pada gaya lempar pitcher dan cara pelepasan bola. Pelepasan bola terletak
di bawah atau sama dari posisi glove.
2. Modified pitch softball atau sering dikenal dengan nama modball. Tujuan
utamanya adalah untuk melunakkan aturan-aturan yang dipakai di kategori fast-
pitch sehingga pemain-pemain yang belum terbiasa tidak akan terkejut dengan peraturan-peraturan
yang "ketat" di sofbol seperti strike zone, jarak antara base, lamanya permainan dan lain-lain.
Kecepatan lemparan pitcher dalam modball berada di antara fast dan slow pitch. Kecepatan bola
dibatasi dengan putaran lengan melebihi bahu.
3. Slow pitch softball memberikan kemudahan bagi batter untuk memukul bola.
Batter diberi bola terus-menerus oleh pitcher sampai bisa memukul bolanya.
Lemparan pitcher pelan melambung. Permainan ini sering dimainkan dalam
komunitas sosial sebagaimana sebuah kompetisi, tanpa dibatasi umur dan gender.

Alat dan Fasilitas softball

1. Lapangan

Diagram lapangan sofbol.


Lapangan sofbol berbentuk bujur sangkar. Dibagi menjadi daerah fair (fair territory) dan
daerah foul (foul territory). Lebih jauh dalam daerah fair terbagi menjadi dua bagian,
Infield, dan outfield. Di dalam daerah infield terdapat 4 marka yang disebut base. Base
diberi nomor berlawanan dengan arah jarum jam, dimulai dari base awal yang disebut home
plate, diteruskan dengan base pertama, base kedua dan base ketiga. Base berbentukbujur
sangkar dengan sisi 38 cm (15 inci) yang dibuat sedikit lebih tinggi dari permukaantanah.
Sudut dari keempat base membentuk bujur sangkar yang disebut diamond. Di belakang
home plate terdapat batasan yang disebut backstop sejauh 7,62 dan 9,14 meter di belakang
home plate.

Jarak lintasan antar base yang ditentukan

Lintasan Fast Pitch Lintasan Slow Pitch


60 kaki (18,29 m) 60 kaki atau 65 kaki (19,81 m)

Jarak melempar (pitching) fast pitch yang ditentukan

Dewasa Di bawah 18 tahun Di bawah 15 tahun


Puteri Putera Puteri Putera Puteri Putera
43 kaki 46 kaki 40 kaki (12,19 46 kaki 40 kaki (12,19 46 kaki
(13,11 m) (14,02 m) m) atau 35 kaki (14,02 m) m) atau 35 kaki (14,02 m)

Jarak melempar (pitching) slow pitch yang ditentukan”

Dewasa Di bawah 18 tahun Di bawah 15 tahun


Puteri
Puteri Putera (univ) Puteri Putera Puteri Putera

50 kaki 50 kaki 50 kaki 50 kaki 46 kaki 50 kaki 46 kaki


(14,02 m) (15,24 m) (15,24 m) (14,02 m) (14,02 m) (14,02 m) (14,02 m)
1. Bola

Minimal peralatan yang dibutuhkan dalam sebuah pertandingan softballl termasuk sebuah bola.
Sofbol menggunakan bola berwarna kuning dengan benang grip berwarna merah, yang sebelumnya berwarna
putih dengan grip putih. Tiap pemain menggunakan baju, celana, dan topi yang seragam atau berwarna dasar
sama. Semakin tinggi tingkat pertandingannya, semakin ketat dalam peraturan seragamnya. Semua peralatan
dan perlengkapan itu adalah wajib bagi setiap tim dalam melaksanakan pertandingan resmi.
3. Glove

Sarung tangan (glove) dikenakan oleh seluruh pemain bertahan untuk menangkap bola,
sementara first baseman dan catcher mengenakan mitt (glove mempunyai jari, sedangkan
mitt tidak).

4. Bat atau pemukul

Tongkat pemukul (bat) yang digunakan dalam pertandingan resmi adalah bat khususyang diperuntukkan
untuk softballl. Ketentuan pemakaian dan kharakteristik bat yang boleh digunakan tertuang dalam peraturan
Federasi Sofbol Internasional. Batter helmet dipakai untuk melindungi kepala seorang batter dari terjangan
bola dan cidera, sementara pakaian pelindung (protective gear) untuk seorang penangkap bola (catcher),
dan sepatu pool (cleats).
4. Helmet

Permainan softball sangat beresiko pada kepala, helmet adalah sebagai pelindung kepala para pemain pada
waktu sebagai runner dan batter. Catcher juga harus nengenakan helm sebagai pengaman pada waktu sebagai

cather.

3. Wasit pertandingan (umpire)

Dalam pertandingan sofbol terdapat minimal satu orang hingga tujuh orang hakimpertandingan
yang disebut umpire. Terdapat satu orang plate umpire dan tiga base
umpire yang menjaga pertandingan . Selebihnya umpire memantau daerah outfield. Dalam pertandingan fast
pitch dihakimi oleh empat umpires (satu plate umpire, tiga baseumpire). Istilah untuk seorang umpire adalah
“blue ”, disebabkan seragam mereka selalu berwarna biru. Posisi seorang umpire adalah berdiri di belakang
catcher dan batter. Berfungsi untuk melihat arah datangnya bola yang dilempar pitcher ke catcher apakah itu
strike atau ball. Umpire juga mengawasi jalannya permainan dengan cermat untuk menentukan peristiwa
yang sebenarnya terjadi dan menjaga agar pemain mematuhi peraturan. Sebagai pemimpin pertandingan
adalah Umpire plate. Karena sifatnya sebagai pemimpin pertandingan, kekuasaan umpire plate dalam sebuah
pertandingan sofbol adalah mutlak, Walaupun dapat diprotes (appealed) keputusannya tidak dapat diganggu
gugat apabila protes yang dilakukan pemain atau pelatih atau manager team menyangkut ajustment, tapi
protes dapat dilakukan dan dapat diterima apabila protes dilaukan terhadap salah penerapan rules. Jadi ada
permainan yang dapat dilanjutkan dengan protes (game under protes, selengkapnya dapat dibaca pada Rules
Permainan Softball yang dikeluarkan oleh ISF). seorang Umpire dapat mengeluarkan siapa saja baik pemain
atau bahkan seorang pelatih (coach) keluar lapangan, jika menurut umpire mengganggu jalannya
pertandingan.

4. Permainan

Softball dimainkan oleh dua tim di lapangan sofbol. Setiap tim minimal memiliki 9 pemain dan
selebihnya merupakan cadangan. Permainan terdiri dari 9 babak yang disebut inning. Di dalam satu inning,
tim yang bertanding masing-masing mempunyai kesempatan memukul (batting) untuk mencetak angka
(run). Ketika tim yang menyerang mendapat giliran memukul, seorang pelempar bola (pitcher) tim bertahan
melemparkan bola kearah penangkap bola (catcher) sekencang-kencangnya agar bola tidak dapat
dipukul.Tim yang mendapat giliran memukul bergantian seorang demi seorang untuk memukul bola. Tim
yang berjaga berusaha mematikan anggota tim yang mendapat giliranmemukul. Tim yang mendapat giliran
memukul mendapat kesempatan 3 kali mati (out) sebelum giliran memukul digantikan tim yang bertahan.
Skor atau run dihasilkan dari seorang runner berlari menginjak semua base secara berurutan dan kembali
menginjak home plate. Setiap pelari yang berhasil mengelilingi dan menginjak home plate mendapat satu
angka. Waktu permainan ditentukan olehinning. Setiap tim mendapat giliran memukul sampai 3 kali out dan
mematikan tim lawan 3 kali out, disebut 1 inning. Dalam tiap pertandingan sofbol durasi permainan
setidaknya 7 inning tergantung situasi, atau lama waktu 2 jam. Setelah menghabiskan inning, tim yang
mencetak angka (run) terbanyak menjadi pemenang.

Jika dalam inning yang ditentukan waktu sudah habis dan kedua belah tim dalam keadaan seri, inning
tambahan dimainkan sampai salah satu tim keluar sebagai pemenang. Kondisi itu disebut ie break atau seri.
Pada permulaan permainan, tim yang menjadi tuan rumah (home team) mendapat giliran melempar
sedangkan tim tamu (visitor) mendapat giliran memukul.

Posisi Pemain

1. Melempar Bola (Pitching)

Permainan dimulai pada saat umpire memulai pertandingan dan meneriakkan kata “Play Ball”.
Setelah pemain bertahan memasuki daerah jaganya masing-masing, pertarungan antara pitcher di tim
bertahan dan batter di tim yang mendapat giliran memukul dapat dimulai. Seorang pitcher berdiri diatas plate
dan menghadap ke arah catcher. Pitcher akan berusaha melempar bola sekuat tenaga ke mitt catcher. Posisi
bola lempar mempunyai wilayah khusus yang disebut zona strike (strike zone), dimana hasil akhir lemparan
terdapat diatas home plate dan tingginya tidak lebih dari dada dan tidak kurang dari lutut batter. Jika bola
dalam zona strike tidak terpukul oleh batter, maka umpire akan berteriak “strike”. Dan apabila bola keluar
dari zona strike, namun batter tidak mencoba memukul bola maka umpire akan berteriak “ball”. Zona strike
adalah zona dimana bola dalam wilayah pukul batter. Pada saat melempar, pitcher akan berusaha membuat
bola strike dengan sekuat tenaga agar batter kesusahan memukul bola walaupun bola berada di zona
pukulnya. Sehingga tantangan seorang pitcher adalah melempar dengan kecepatan tinggi dan dengan sasaran
yang tepat.
2. Penangkap bola (catcher)

Dalam satu regu setidaknya memiliki satu orang catcher. Catcher dilengkapidengan perlengkapan
pengaman dan bertugas menangkap lemparan pitcher. Catcher menggunakan helm, catcher mask untuk
melindungi kepala dan muka, body protector untuk melindungi daerah badan dan legguard untuk melindungi
daerah lutut kebawah. Posisi catcher adalah jongkok di belakang batter. Seorang pitcher dan catcher
diharuskanmemiliki komunikasi yang baik dengan isyarat-isyarat untuk bekerjasama mematikan seorang
batter. Seorang catcher kadang adalah pengatur strategi yang baik, karena dalam pertandingan catcher dapat
melihat seluruh situasi yang terjadi di depannya.

3. Penjaga (fielder)

Selain pitcher posisi 1 dan catcher posisi 2, tim bertahan memiliki 7 orang fielder
yang terbagi dalam 4 penjaga daerahd alam (infielder) dan 3 orang penjaga daerah luar
(outfielder). Bagian dalam yaitu: penjaga base satu (1st base) posisi 3, penjaga base dua
(2nd base)posis 4, Penjaga antara base dua dan tiga (shortstop)posisi 6 , dan penjaga base
tiga (3rd base) posisi 5. Sedangkan penjaga luar terdapat di sebalah kiri (left fielder)posisi
7, tengah (center) posisi 8, dan kanan (right fielder) posisi9. Semua fielder (termasuk
pitcher dan catcher) berusaha mematikan 3 orang tim lawan agar mendapat giliran
memukul. Karena run hanya bisa didapatkan dalam posisi menyerang.

4. Memukul (Batting)

Tiap batter mempunyai kesempatan 3 kali strike dan 4 kali ball. 3 kali strike akan
membuat batter mati “Strike Out”. Dan apabila 4 kali ball maka batter diperbolehkan jalan
bebas kearah base satu (free walk). Apabila batter berhasil memukul bola, batter akan
berlari sekuat tenaga mencapai base satu sebelum bola pukulannya dikembalikan atau di
tangkap oleh penjaga base satu. Jika batter berhasil sampai di base satu sebelum penjaga
base satu menangkap bola maka batter “safe”. Namun bila penjaga base satu lebih cepat
menangkap bola, maka batter “out”. Terdapat berbagai macam jenis memukul. Hit, Bunt,
hit and run, Steal dan lain-lain. Tergantung situasi yang terjadi saat
itu. Berbagai macam jenis hit digunakan sesuai strategi yang akan ditempuh tim
penyerang.

Kesimpulan:

Faktor lapangan, lapangan permainan Softball tidak terlalu luas, berupa lapangan4 x 20 meter lebar
sisinya (60 feet). Walaupun sudah ada ukuran lapangan tersendiri, tetapi ukuran tersebut dapat diperkecil
untuk berlatih dalam permainan ini. Faktor orang, Softball dapat dimainkan oleh setiap orang, tidak
memandang usia, baik pria maupuan wanita.
Setiap regu terdiri dari 9 orang yaitu: pitcher posisi 1, catcher posisi 2, tim bertahan
memiliki 7 orang fielder yang terbagi dalam 4 penjaga daerahd alam (infielder) dan 3 orang
penjaga daerah luar (outfielder). Bagian dalam yaitu: penjaga base satu (1st base) posisi 3,
penjaga base dua (2nd base)posis 4, Penjaga antara base dua dan tiga (shortstop)posisi 6 ,
dan penjaga base tiga (3rd base) posisi 5. Sedangkan penjaga luar terdapat di sebalah kiri
(left fielder) posisi 7, tengah (center) posisi 8, dan kanan (right fielder) posisi9., dalam
permainan ada 2 regu yang berlawanan.
Dasar-dasar, dasar untuk permainan Softball, sebetulnya sudah dikenal di Indonesia. Sebagai
contoh, adanya permainan kasti dan rounders. Sifat-sifat, olahraga Softball merupakan kombinasi dari
olahraga ketangkasan dan otak (pikiran), sehingga mempunyai pengaruh yang baik bagi si pemain. Peralatan,
karena Softball adalah olahraga beregu, maka peralatan dapat disediakan bersama. Sehingga harga peralatan
yang termasuk mahal dapat dimiliki, secara gotong-royong. Kelanjutan, oleh karena tiap- tiap tahun sudah
disusun acara-acara pertandingan,maka kontinuitas permainan dapat terjamin. Seperti kompetisi setempat,
kompetisi nasional, kompetisi internasional, Pekan Olahraga Nasional dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA

Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA. Surakarta : Yudistira

Bethell Dell. (1987). Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball. Semarang : Dahara Prize.

Brockmeyer and Potter. (1989). Softball Step To Success. Canada : Leisure Press
Champatgh, .
.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiP2LPTK.

Dell Bethell.1987. Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball. Semarang :


DaharaPrize

Diane L. Potter, EdD dan Gretchen A. Brockmeyer, EdD. 1999. SOFTBALL


StepTo Succes. United States: Human Kinetics

Engkos Kosasih, 1993. Teknik dan Program latihan. Jakarta: Balai Pustaka

Komisi Perwasitan PB PERBASASI, 1998. Official Rules of Softball. Jakarta : PB


PERBASASI

Loren, Walsh, 1979. Coaching Winning Softball. Chicago : Contemporary Books, Inc.

Marian, Kneer and Cord, 1976. Softball Slow and Fast Pitch. Texas : Wm C

Brown
Company Publishers.
Marian, Kneer and Cord, 1976. Softball Slow and Fast Pitch.Texas : Wm C Brown
Company Publishers.

National Softball Coaching Certification Program, 1977. Coaching Manual Level


I –Technical. Published by The Canadian Amateur Softball Association.

National Softball Coaching Certification Comitee, 1979. Coaching Manual Level II.
Published by The Canadian Amateur Softball Association.

Parno, 1992. Olahraga Pilihan Softball. Jakarta : Depdikbud

Rubiyanto, 2000. . Semarang: Unnes

Press

Soegiyanto dan Tandiyo Rahayu. 1998/1999. Mata Kuliah Teori dan


PraktekSoftball. Semarang : UNNES

Tjahwa, Jep, 1996. Pedoman Mengajar Teknik Dasar Permainan Softball.


Bandung :Diktat FPOK UPI Bandung.
PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN MEMUKUL
BOLASOFTBALL

Dikdik Fauzi Dermawan

A. Latar Belakang

Softball merupakan cabang olahraga pemainan yang dimainkan oleh beregu yang

merupakan perkembangan dari olahraga baseball dimana permainan olahraga softball

dimainkan dalam Inning, dalam setiap inning setiap tim akan diberi kesempatan untuk bertahan

(deffence) dan menyerang (offence), defence dan offence satu tim dilakukan dalam waktu

yang berbeda dimana satu team akan melakukan defence dan offence bergantian.

Defence adalah kesempatan tim untuk menahan tim offence agar tidakmencetak

poin, defence dimulai dengan lemparan soerang pitcher atau pelempar kearah batter/pemukul

agar menhasilkan pukulan yang tidak sempurna.

Offence adalah kesempatan tim untuk melakukan serangan terhadap tim

defence dimana setiap pemain memukul bola lemparan pitcher secara bergantian,offence

akan dimulai ketika seorang pemukul masuk dalam batter box atau areaberdiri seorang

pemukul, diungkapkan oleh Diane L Potter Every “offensive play in agame starts with a

player being at bat and attempting to hit a pitched ball”.1 Memukulmerupakan kunci

untuk menghasilkan poin, karena untuk memenangkan permainandalam olahraga softball

harus ada poin atau angka untuk dimasukan ke tim defence.

Memukul merupakan hal yang sangat penting dalam olahraga permainan softball

karena dengan memukul yang baik akan menghasilkan poin yang baik pula, namun bukan

berarti memukul merupakan hal yang mudah dilakukan oleh seorang pemain butuh

kemampuan yang baik pula untuk menghasilkan hasil pukulan yang

1
Diane Potter dan Lynn V. Johnson, Softball Steps to Succes, Human Kinetics, USA, 2007, hlm. 62.
baik, Diane L Potter menuliskan “Hitting is a fun part of the game, but it is a complex skill-

in a very short period of time, you must make many judgments about contacting object

(the bat)”2. Memukul merupakan hal yang menyenangkan, namun memukul merupakan

keterampilan yang komplek, artinya bahwa memukul memerlukan sebuahproses yang bertahap

sehingga mudah dalam melakukan pukulan, Diana L Potter menuliskan “if you are just

learning to hit, you can simplify the hitting proses by breaking it down into

components”3.

Proses dalam memukul adalah memberikan tahapan-tahapan yang harus diberikan

dalam latihan memukul, adapun tahapan dalam memukul yang dituliskan oleh Mark Gola 1)

The Grip, 2) The Stance, 3) The Stride, 4) The Launch Position, 5) Weight Shift, 6) Hip

Rotation, 7) The Swing, 8) Follow-Through4. Tahapan-tahapan yang diberikan saat ini

sudah bisa dipahami oleh setiap orang yang akan melakukan latihan softball, namun belum

sepenuhnya mampu memberikan efektifitas terutama dipembinaan usia dini dalam memberikan

model atau variasi dalam latihan, karena olahraga softball berasal dari amerika sehingga

perlunya penambahan untuk dilakukan di Indonesia, untuk itu saya akan mencoba untuk

mengembangkan model latihan memukul dalam olahraga permainan softball.

B. Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka fokus dalam penelitian ini

dibatasi pada pengembangan model latihan memukul dalam olahraga permainan softball

2
ibid
3
ibid
4
Mark Gola, Winning Softball for Girls, Mountain Lion, New York, 2010, hlm. 13-31.
2. Subfokus

Subfokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan model latihan memukul masih sangat sedikit, sehinggaperlu

diadakan pengembangan model latihan yang baru.

b. Pengembangan model disesuaikan dengan karakteristik atlet (usia 10-19tahun).

c. Pengembangan didasari dengan analisis gerak memukul bola softball

secara biomekanika.

d. Pengembangan model latihan memukul yang efektif untuk cabangolahraga

softball.

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengembangan model latihan memukul bola softball dalam cabang

olahraga softball?

2. Bagaimana Keefektifan model latihan memukul bola softball dalam cabang olahraga

softball?

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

a. Hasil pengambangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya

pengambangan pengetahuan tentang model latihan memukul yang dibutuhkan dalam

olahraga softball.

b. Hasil pengembangan ini dapat dijadikan refrensi studi pustaka bagi penelitian

selanjutnya.
2. Praktis

a. Memberikan pengetahuan tambahan kepada pelatih tentang model latihan memukul

bola softball.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pemikiran serta dapat pula dijadikan

bahan acuan pada program latihan dan pembinaan yang disesuaikandengan pendekatan

keilmuan.

c. Pertimbangan dalam menyusun program latihan memukul dalam olahraga permainan

softball.

E. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini mengkaji dan mengembangkan sebuah model latihan memukul dalam

olahraga permianan softball yang diharapkan dapat memberikanalternatif penerapan model

latihan memukul lebih inovatif, secara khusus penelitian ini diharapkan memberikan

kontribusi nyata bagi atlet softball sehingga mendapatkan pengalaman model latihan

memukul yang bervariasi sehingga memperkaya model latihan memukul, mulai dari

gerakan yang mudah sedang sampai ke gerakan yang lebih sulit.

2. Praktis

a. Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah pengembangan profesionalisme pelatih

khususnya dalam meningkatkan kemampuan memukul atlet secara optimal.

b. Penelitian pengembangan ini menghasilkan sebuah produk yang diharapkan dapat

disumbangkan bagi dunia olahraga khususnya olahraga permianansoftball.


KAJIAN TEORETIK

B. Konsep Pengembangan Model

Pengembangan model dapat diartikan sebagai rangkaian proses yang berkelanjutan yang berkaitan

dengan model sebelumnya, Didalam proses pengembangan model ini sendiridiperlukan waktu yang cukup banyak

namun itu sesuai dengan apa yang akan dihasilkan berupa sebuah produk yang di kembangkan. Proses dari

Pengambangan model harus dievaluasi dan dimodifikasi sedemikian rupa dalam melihat respons ilmu

pengetahuan baru, level perkembangan atlet, dan pengukuran peningkatan atlet.

Setiap penelitian memiliki tujuan yang diinginkan, tujuan umum penelitian ada tiga macam yaitu yang

bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang ditemukan betul-betul baru yang

sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh tersebut digunakan untuk

membuktikan adanya keragu-raguan dan ketidakpastian terhadap pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti

memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Hasil dari sebuah penelitian, peneliti dapat menggunakan hasilnya, salah satu penelitian yang relevan

dan dapat selalu digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (RnD), Penelitian dan pengembangan menemukan

pola, urutan pertumbuhan, perubahan dan terutama memiliki maksud untuk mengembangkan segala sesuatu,

contoh pengembangan dari bahan pengajaran adalah buku ajar, alat peraga, modul, sistem evaluasi, dan lain-lain.

Penelitian dan Pengembangan (RnD) merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori. Apa yang

dihasilkan diuji dilapangan kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan.

Menurut beberapa ahli yaitu Sugiyono, penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya

Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk


menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. 5Kemudian menurut Sukmadinata

penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untukmengembangkan suatu produk baru

atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.6 Sedangkan menurut

Dwiyogo juga memberikan pendapat bahwa penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi

untuk menghasilkan atau mengembangkan produk, misalnya mengembangkan model sekolah olahraga,

mengembangkan kurikulum pendidikan jasmani, mengembangkan strategi/ metode pembelajaran olahraga,

mengembangkan media pembelajaran olaharaga, mengembangkan buku teks pembelajaran olahraga dan

sebagainya.7 Dengan demikian dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu siklus yang

diawali dari adanya suatu analisis kebutuhan dan membutuhkan pemecahan dengan mengunakan suatu produk

tertentu dan menghasilkan produk tertentu.

Menurut Dwiyogo juga menjelaskan langkah dari proses pengembangan produk yaituanalisis kebutuhan,

pengembangan produk, dan uji coba produk. Ketiga langkah tersebut menunjukan urutan waktu dan kegiatan.8

Proses penelitian pengembangan merupakanpendekatan penelitian yang dihubungkan pada rancangan kerja dan

pengembangan serta memiliki tujuan untuk pengembangan dalam perancangan lingkungan pembelajaran,

perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran dan secara serempak

mengusahakan untuk berperan dalam pemahaman fundamental ilmiah. Penelitian pengembangan bukanlah untuk

merinci dan menerapkan intervensi yang lengkap,tetapi untuk meningkatkan dan menyesuaikan kebutuhan dan

aspirasi yang inovatif. Proses penelitian pengembangan bersifat memutar atau berpilin mulai dari aktivitas

analisis,

5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 407.
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PPs UPI dan PT RemajaRosdakarya,
2005), h. 164.
7
D. Wasis Dwiyogo, ”Konsep Penelitian & Pengembangan”, Disajikan pada Lokakarya MetodologiPenelitian
Jurusan Kepembelajaran Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (Malang: Universitas
Negeri Malang, 2004), h. 3.
8
D. Wasis Dwiyogo,”Langkah-langkah Penelitian Pengembangan” Disajikan dalam Lokakarya Nasional
Angkata II, Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2002), h. 7.
merancang, mengevaluasi dan merevisi sampai tujuan yang diinginkan. Nana Syaodih Sukmadinata

mendefinisikan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung

jawabkan.9 Saat ini penelitian dan pengembanganbanyak digunakan dalam teknologi instruksional atau teknologi

pembelajaran yang lebih difokuskan pada sistem instruksional atau sistem pembelajaran. Strategi ini banyak

digunakanuntuk mengembangkan model-model pembelajaran baru atau mengembangkan model pembelajaran

yang sudah ada. Sedangkan menurut Gay, The major purpose of R & D effortsis not to formulate or test

theory but to develop effective products for use in schools,10 dapat diartikan bahwa tujuan utama dari

penelitian dan pengembangan adalah bukan untuk merancang atau menguji teori tetapi untuk mengembangkan

produk efektif yang digunakan disekolah.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu penelitian yang

mendasarkan pada pembuatan atau pengembangan suatu produk yang efektif, diawali dengan analisis kebutuhan,

pengembangan produk, dan uji coba produk. Dalam hal ini penelitian yang akan dikembangkan adalah

pengembangan model latihan fisik berbasis permainan untuk olahraga atletik nomor lompat jauh. Model

pengembangan yang sering digunakan dalam mengembangkan sebuah desain sistem instruksional antara lain: 1)

Model pengembangan ADDIE, 2) Model Pengembangan J.E. Kemp, 3) Model Pengembangan Smith dan Ragan,

4) Model Pengembangan Instruksional (MPI), 5) Model Pengembangan Bela H. Banathy, 6) Model

Pengembangan Soegiyanto, 7) Model Pengembangan Dick and Carey, dan 8) Model Pengembangan Borg dan Gall.

Berikut ini akandijabarkan kedelapan model pengembangan diatas.

9
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),h.164.
10
L. R. Gay, Educational Research: Competencies for Analysis and Application (USA: Prentice-Hall,
1996), h. 10.
C. Konsep Model Yang Dikembangkan

1. Model Pengembangan ADDIE

Model ini merupakan salah satu yang digunakan dalam pengembangan model latihanyang diperhatikan
tahap – tahap dasar desain latihan yang sederhana, yang terdiri dari lima fase yaitu ; (a) Analisis, (b) Desain, (c)
Developmen, (d) International, (e) Evaluation11.

Analysis

Evaluation Design

Implementation Development

Gambar 2.1 Model ADDIE


Sumber: Robert Maribe Branch, Instructional Design:
The ADDIE Approach, 2009, h. 1.

Tahapan Model ADDIE yaitu

a) Analysis (analisa) yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi

masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Tahap analisis merupakan

suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs

assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis

tugas (task analysis).

b) Design (desain/perencanaan) dalam tahapan perencanaan merumuskan tujuan pembelajaran yang

SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). berikutnya menyusun tes, dalam menyusun

tes harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kemudian tentukanlah

strategi pembelajaran media yang tepat, seharusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.

Dan juga dipertimbangkan pula

11
Benny A Pribadi. Model Design Sistem Lama (Jakarta; dian raya, 2009) h. 125
sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa

seharusnya, dan lain-lain.

c) Development (pengembangan) yaitu proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi

kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran,

maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Tahapan ini merupakan bagian dari

pengembangan model ADDIE

d) Implementation (implementasi/eksekusi) yaitu pada tahapan implementasi angkah nyata untuk

menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah

dikembangkan dan di buat sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa

diimplementasikan.

e) Evaluation (evaluasi/ umpan balik) merupakan proses untuk melihat apakah model yangsedang

dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Dalam tahap evaluasibisa dilaksanakan

pada empat tahapan diatas namun Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu

dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

Kesimpulannya dalam model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model

pengembangan ADDIE adalah model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis.

Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur

secara sistematis. Namun model ini memiliki kekurangan, kekurangan model desain ini adalah dalam tahap

analisis memerlukan waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/pendidik diharapkan mampu

menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisismenjadi dua yaitu analisis

kinerja dan alisis kebutuhan.

2. Model J.E. Kemp

Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh J.E. Kemp berbentuk

lingkaran atau siklus. Tiap-tiap langkah pengembang-an berhubungan langsung dengan

aktivitas revisi. Pengembangan pembelajaran dapat dimulai dari titik


manapun di dalam siklus. Berikut Bentuk gambar model desain instruksional J.E.Kemp

tersebut dapat dipaparkan;

Gambar: 2.6. Model Desain Pembelajaran J.E Kemp12


Sumber: Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan,dan
Implemetasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Model pengembangan instruksional menurut Kemp dalam Rusman, atau yang

disebut desain instruksional, terdiri dari delapan langkah, sebagai berikut:

(1) menentukan tujuan instruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang ingin dicapaidalam

mengajarkan masing-masing pokok bahasan; (2) membuat analisis tentang karakteristik

siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui, apakah latar belakang

pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan. untuk mengikuti program, dan

langkah-Iangkah apa yang perlu diambil; (3) menentukan tujuan instruksional secara

spesifik, ope-rasional, dan terukur. Dengan demikiansiswa akan tahu apa yang harus di

kerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa mereka telah berhasil.

Dari segi pengajar, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes

kemampuan/keberhasilan dan pemilih-an

12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsef, landasan, dan Implementasinya
pada kurikulum Tingkat satuan pendidikan(KTSP) (Jakarta:Kencana,2011),h.179
materi yang sesuai; (4) menentukan materi/bahan pelajaran yang sesuai denganTIK; (5)

menetapkan penjajagan awal (pre-assessment).

Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi prasyarat

belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan. Dengan demikian

pengajar dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu,

dan siswa tidak menjadi bosan; (6) menentukan strategi belajar mengajar yang sesuai.

Kriteria umum untuk pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan

instruksional khusus tersebut, adalah: (a) efisiensi, (b) keefektifan, (c) ekonomis, dan (d)

kepraktisan melalui suatu analisis alternatif; (7) mengkoordinasikan sarana penunjang

yang diperlukan, meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan tenaga; (8) mengadakan

evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program

secara keseluruhan, yaitu: (a) siswa, (b) program instruksional, (c) instrumen evaluasi/tes,

maupun (d) metode."

Semua komponen dalam model yang dikembangkan oleh Kemp saling berhubungan satusama lain. Dalam

lingkaran model Kemp menunjukkan bahwa bisa saja dilakukan revisi tiap komponen bila diperlukan. Selain

itu, perencanaan desain pembelajaran ini bisa dimulai dari komponen mana saja, misalnya dimulai dari

perencanaan pokok bahasan terlebih dahulu, baru evaluasi. Jadi, komponen mana yang didahulukan atau

diprioritaskan, tergantung pada kesiapan, situasi, dan kondisi atau disesuaikan dengan kesiapan perencana

itu sendiri.

3. Model Smith dan Ragan

Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh smith dan Ragan terdiriatas beberapa langkah

dan prosedur pokok sebagai berikut.13

a. Analisis lingkungan belajar

13
Benny A. Pribadi. Op cit., h.120.
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan akan adanya prosespembelajaran dan

lingkungan tempat program pembelajaran akan diimplementasikan. Tahap analisis dalam model ini

digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran.

b. Analisis karakteristik siswa

Analisis karakteristik siswa meliputi aktivitas atau prosedur untuk mengidentifikasi dan menentukan

karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajran yang didesain. Karakteristik siswa akan

menempuh program pembelajaran meliputi kondisi sosial ekonomi, penguasaan isi materi pelajaran, dan gaya

belajar.

c. Analisis tugas pembelajaran

Analisis tugas pembelajaran merupakan langkah yang dilakukan untuk membuat deskripsi tugas-tugas dan

prosedur yang perlu dilakukan oleh individu untuk mencapai tingkat kompetensi dalam melakukan suatu

jenis pekerjaan.

d. Menulis butir tes

Menulis butir-butir tes dilakukan untuk apakah program pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa

dalam mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telahditetapkan. Tes yang ditulis harus bersifat

valid dan reliabel agar dapat digunakan untuk nilai kemampuan atau kompetensi siswa dalam mancapai

tujuan pembelajaran.

e. Menentukan strategi pembelajaran

Menetukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program pembelajaran yangdideain agar dapat

membantu siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang bermakna. Strategi pembelajaran dalam

konteks ini dapat diartikan sebagai siasat yang perlu dilakukan oleh instruktur agar dapat membantu siswa

dalam mencapai hasil belajaryang optimal.

f. Memproduksi program pembelajaran

Memproduksi program pembelajaran mempunyai makna adanya proses atau aktivitas dalam menerjemahkan

desain sistem pembelajaran yang telah dibuat ke dalam bahan ajar atau program pembelajaran. Program

pembelajaran merupakan output dari desain


sistem pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau tujuan, metode, media, strategi dan

isi atau materi pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.

g. Melaksanakan evaluasi formatif

Melakukan evaluasi formatif untuk menemukan kelemahan-kelemahan dari draft bahan ajar yang telah dibuat

untuk segera direvisi agar menjadi program pembelajaran programyang efektif, efisien, dan menarik. Evaluasi

formatif pada umumnya dilakukan dilakukan terhadap prototipe program pembelajaran yang sedang

dikembangkan.

h. Merevisi program pembelajaran

Merevisi program pembelajaran dilakukan terhadap kelemahan-kelemahan yang masihterlihat pada rancangan

atau draft program pembelajaran. Dengan melakukan revisiterhadap draft program pembelajaran maka

program tersebut diharapkan dapat menjadiprogram pembelajaran berkualitas, yaitu pembelajaran yang efektif,

efisien, dan menarik.

Model desain sistem pembelajaran Smith dan Ragan mencerminkan penerapan solusiutuk memecahkan

masalah pembelajaran secara sistematis tentunya akan menghasilkan program pembelajaran yang efektif dan

efisien. Model desain sistem pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner

centered instruction). Model desain ini juga bersifat sangat komprehensif dalam implementasi langkah

pengembangan strategi pembelajaran.

Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan dapat diilustrasikan dalam

diagram pada gambar 2.5.


ANALISIS
• Lingkungan belajar Penulisan butir tes
• Siswa

STRATEGI Pemilihan &


• Penyusunan produksi bahan ajar
• Penyampian

EVALUASI
REVISI
FORMATIF

Gambar 2.5 model desain sistem pembelajaran Smith dan Ragan Sumber: Benny
A. Pribadi. Model Desain Sistem Pembelajaran
(Jakarta: Dian Rakyat, 2010), h. 126.
Pembelajaran adalah sebuah sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponenseperti tujuan yang

ingin dicapai, kondisi belajar, sumber, dan hasil belajar. Semua komponen tersebut berpusat pada siswa. Artinya,

dalam mendesain dan menetapkan komponen pembelajaran harus memperhatikan dan mempertimbangkan

kondisi siswa yang akan melaksanakan pembelajaran.

Perubahan paradigma dari pengajaran menjadi pembelajaran secara tidak langsung menuntut agar guru

dapat mengembangkan pembelajarannya dengan baik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Reiser

menjelaskan pengembangan pembelajaran merupakan analisis, desain, konstruksi, implementasi, evaluasi dan

pengelolaan proses pembelajaran dari kinerja dalam berbagai situasi, institusi pendidikan lokasi. 14 Model desain

pembelajaran biasanya mengambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan

aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Desain pembelajarandapat dimaknai dari berbagai sudut

pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagaisistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain

pembelajaran membahas berbagai

14
Reiser, Robert A. Trend and Issues in Instructional Design and Technology. (Upper Saddle River NJ: Pearson
Education, 2007). hh 4-7.
penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu,

desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta

pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk

berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaranmerupakan

pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk

meningkatkan mutu belajar.

Desain pembelajaran sebagai proses menurut Sagala adalah pengembangan pengajaran secara sistematik

yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.15 Pernyataan

tersebut mengandung arti bahwa penyusunanperencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan

dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan desain

pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi

transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari

pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis media untuk

membantu terjadinyatransisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara

pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.

Suatu model pembelajaran biasanya memperlihatkan seluruh aspek pembelajaran yang berbeda-beda.

Joyce menjelaskan bahwa:

Models of teaching is a description of a learning environment, including our behavior

as a teachers when that model is used. These model have many uses ranging from

planning lesson and curriculum to designing instructional materials, including

multimedia programs.16

15
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung : Alfabeta: 2005).h.136.

16
Bruce Joyce, Marsha Weil, and Emily Calhoun. Models of Teaching (Boston: Pearson Education : 2009).
h.24.
Model pembelajaran hanyalah sebuah deskripsi tentang lingkungan belajar. Pada saat mengembangkan

model yang harus dilakukan adalah mendeskripsikan sebuah lingkungan yang memungkinkan terjadinya suatu

proses pembelajaran. Dalam hal ini termasuk bagaimana membuat kurikulum dan perencanaan pembelajaran,

mendesain bahan ajar termasuk dalam bentuk multimedia. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dipahamii

yaitu, model pembelajaran pemrosesan informasi, model kelompok social, model kelompok personal, dan model

kelompok system perilaku. Dalam konteks pengembangan pembelajarandalam praktik pembelajaran ada beberapa

model.

Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas ditujukan untuk memenuhikebutuhan guru dan

siswa. Pengunaan model berorientasii kelas ini didasarkan pada adanyaasumsi sejumlah aktivitas pembelajaran

yang akan dilaksanakan didalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas guru

memilih materi pelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajaran, menyampaikan materi pelajaran, dan

mengevaluasi hasil belajar. Para guru biasanya mengangap bahwa model desain sistem pembelajaran pada

dasarnya berisi langkah-langkah yang harus diikuti. Desain pembelajaran adalah sebuah proses yang sistematis

yang mencakup pendekatan sistem, analisis pengembangan,analisis implementasi dan analisis evaluasi. Desain

pembelajaran dibuat bertujuan untuk membantu siswa dalam pembelajaran.

Pendapat di atas bahwa pengembangan model pembelajaran adalah proses preskriptif yang merupakan

analisis, desain yang menunjukan unsur-unsur utama serta struktur yang digunakan untuk berbagai keperluan

termasuk pembelajaran. Teori dan pendapat yang dikemukakan oleh ahli di atas disimpulkan bahwa komponen

utama dari desain pembelajaran adalah: 1) Pembelajar yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka,

kemampuan awal dan pra syarat. 2) Tujuan pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi

yang akan dikuasai oleh pembelajar. 3) Analisis pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi

yang akan dipelajari. 4) Strategi pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro

dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. 5) Bahan ajar, adalah format materi yang akan
diberikan kepada pembelajar. 6) Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah

dikuasai atau belum.

Pengembangan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Prayitno dalam peta keilmuan pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran menduduki posisi

sentral dalam keseluruhan praktik pendidikan.17 Oleh sebab itu dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang

optimal perlu dipertimbangkan oleh guru dalam membelajarkan siswanya disekolah.

4. Model Pengembangan Instruksional (MPI)


Model Pengembangan Instruksional (MPI) yang dikembangkan oleh Atwi Suparman ini terdiri atas 3

(tiga) tahapan utama yaitu (1) tahap identifikasi, 2) tahap pengembangan, dan

3) tahap evaluasi. Ketiga tahap tersebut secara operasional dijabarkan kedalam 8 (delapan) langkah seperti

tercantum pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Tahapan MPI


Sumber: M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern 2012, h.116.

Tahap mengidentifikasi jika diuraikan menjadi tiga langkah sebagai berikut.18

c. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum,

d. Melakukan analisis instruksional,

17
Prayitno.Jaring Pembelajaran. (Padang: Universitas Negeri Padang Pers : 2005) h. 32.
18
M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.116.
e. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik

Pada tahap mengembangkan terdiri dari empat langkah sebagai berikut.

1) Menulis tujuan instruksional khusus

2) Menyusun alat penilaian hasil belajar

3) Menyusun strategi instruksional

4) Mengembangkan bahan instruksional

Terakhir pada tahap mengevaluasi dan merevisi dinyatakan dalam satu langkah sebagai berikut:

Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi. Hasil akhir

langkah kedelapan adalah sistem instruksional yangsiap pakai.

Kelebihan dari model ini adalah, (a) analisisnya tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus

secara hirarkis, (b) uji coba yang berulangkali menyebabkan hasil sistem yang diperoleh dapat dihandalkan

(c) uji coba diuraikan secara jelas kapan harusdilakukan, (d) kegiatan revisi dilaksanakan setelah diadakan

tes formatif (e) penilaian ahli untuk validasi sudah nampak jelas. Kekurangannya adalah belum sampai ke

tahapanpenilaian sumatif.

5. Model Bela H.Banathy

Model pengembangan sistem pembelajaran ini berorientasi pada tujuan

pembelajaran. Langkah-Iangkah pengembangan sistem pembelajaran model Banathy

terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatansistem (system

approach), yang mencakup keenam komponen (Iangkah) yang saling berinterelasi dan

berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengembangan

sistem instruksional model menurut Banathy, secara garis besar meliputi enam langkah

pokok, yaitu: (1) merumuskan tujuan,

(2) mengembangkan tes, (3) menganalisis ke-giatan belajar, (4) mendesain sistem

instruksional, (5) melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil, dan (6)


mengadakan perbaikan."19 Untuk jelasnya mengenai langkah-Iangkah. Model inidapat

dilihat dalarn gambar berikut ini:

Gambar: 2.7. Pengembangan Instruksional Model Bela H. Banathy


Sumber:Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta:Rineka Cipta,2010).

Berdasarkan gambar di atas, dapat diuraikan maksud dari pengembangan desain

pembelajaran model Banathy sebagai berikut. Langkah pertama, merumuskan tujuan

adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang diharapkandari siswa untuk dikerjakan,

diketahui, dan dirasakan sebagai hasil dari pengalaman belajar. Langkah kedua,

mengembangkan tes. Pada langkah ini dikembang-kan suatu tes yang didasarkan atas

tujuan yang diinginkan, dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan

dapat dicapai sebagai hasil dari pengalaman belajar. Langkah ketiga, menganalisis

kegiatan belajar. Pada langkah ini dirumuskan apa yang akan dipelajari sehingga

menunjukkan tingkah laku seperti yang telah digambarkan dalam tujuan yang ingin

dicapai. Dalam kegiatan ini, kemampuan awal pemain pemula harus dianalisis atau dinilai

karena mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka ketahui atau kuasai.

Langkah keempat, mendesain sistem instruksional.

19
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.118.
Dalam mendesain sistem instruksional perlu dipertimbangkan alternatif-alternatifdan

identifikasi apa yang harus dikerjakan.

6. Model Pengembangan Soegiyono


Penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono, adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.20 Research & Development (R & D) menurut

Sugiyono terdiri dari sepuluh langkah antara lain: 1) Potensi dan masalah, 2) Pengumpulan data, 3) Desain

produk, 4) Validasi desain, 5) Revisi desain,

6) Uji coba produk, 7) Revisi produk, 8) Uji coba pemakaian, 9) Revisi produk, dan 10) Produksi

massal

Rancangan model penelitian dan pengembangan yang dikembangkankan oleh sugiyono, dijelaskan

dalam gambar 2.4.

Potensi Pengum Desain Validasi Revisi


dan pulan Produk desain Desain
masalah data

Revisi Ujicoba Revisi Uji Coba


Produksi
Produk Pemakai Produk Produk
masal
an

Gambar 2.3Langkah-langkah Metode Research and Development Sumber:


Sugiyono. Metode Penelitian dan Pengambangan 2009, h. 409.

Adapun langkah-langkah pengembangan yang dilaksanakan yaitu:

➢ Potensi dan Masalah

Penelitian dilaksanakan dapat berasal dari potensi atau masalah. Potensi atau masalah yang ada

selanjutnya menjadi dasar untuk merancang model penanganan yang efektif. Data tentang potensi dan masalah

yang ada tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta. 2009), h. 407.
berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi

tertentu yang masih up to date. Dalam penelitian pengembangan pemberian potensi dan masalah yang ada

didapatkan melalui penelitian awal yang berupa need assesment hasil wawancara peneliti terhadap atlet dan

pelatih.

➢ Mengumpulkan informasi

Setelah mengumpulkan potensi dan masalah, selanjutnya mengumpulkan berbagai informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada. Disini

diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian tergantung

permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai. Pengumpulan informasi pada penelitian ini dilakukan

sendiri oleh peneliti diantaranya melalui berbagai pustaka yang berkaitan dengan pengembangan metode.

➢ Desain produk

Pada tahap desain produk diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai

pegangan untuk menilai dan membuatnya. Desain produk dalam penelitian ini akan dirancang sendiri oleh peneliti

terkait metode yang dikembangkan. Selain berbentuk bagan, akan dijelaskan juga mengenai masing-masing

bagian dari tahapan pengembangannya.

➢ Validasi desain

Proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk baru secara rasional akan lebih efektif dari yang

lama atau tidak (belum fakta lapangan). Validasi produk dapat dilakukandengan cara menghadirkan bebera pakar

atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru tersebut, sehingga selanjutnya dapat

diketahui kelemahan dan kekuatannya.

➢ Revisi desain

Setelah desain metode divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya,maka akan dapat

diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk


dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalahpeneliti yang akan

menghasilkan produk tersebut.

➢ Uji coba produk

Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan model yang baru. Setelahdisimulasikan, maka

dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi apakah model baru tersebut efektif sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

➢ Revisi produk

Setelah diujicoba, selanjutnya diadakan lagi perbaikan terhadap model agar mampu mengatasi

kelemahan yang masih ada serta model menjadi lebih berkualitas. Revisi berdasarkan masukan dan saran dari

pelatih dan atlet melalui pengisian angket, akan digunakan sebagai bahan pertimbangan evaluasi dari ahli yang

telah dilibatkan sebelumnya.

➢ Uji coba pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalupenting, selanjutnya

produk tersebut diterapkan dalam lingkup yang lebih luas. Dalam operasinya produk tersebut tetap harus dinilai

kekurangan atau hambatannya yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

➢ Revisi produk

Revisi produk dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lingkup yang lebih luas terdapat kekurangan

dan kelemahan. Dalam uji pemakaian produk peneliti selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk yang

dikembangkan.

➢ Produksi massal

Bila produk yang berupa model yang baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa pengujian,

maka model baru tersebut dapat diterapkan pada setiap lingkup latihan.
7. Model Pengembangan Dick and Carey
Model Pengembangan ini menggunakan model pendekatan sistem (system approach models) yaitu

sebuah sistem prosedural yang bekerja dengan prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan

sebelumnya dan menghasilkan luaran untuk tahap berikutnya, sehingga semua komponen tersebut bekerja

bersama-sama untuk memenuhi danmenghasilkan suatu pembelajaran yang efektif. 21 Model tersebut dilengkapi

dengan tahap evaluasi yang dapat membantu dalam menentukan apakah ada sesuatu yang salah dan bagaimana

cara untuk memperbaiki dan meningkatkannya.

Model pendekatan sistem merupakan sebuah model yang digunakan untuk mendesain materi

pembelajaran. Dalam bukunya, dinyatakan bahwa tidak ada model pendekatan sistem tunggal yang digunakan

dalam mengembangkan atau mendesain suatu model pembelajaran. Model yang dikemukakan memiliki

komponen yang tidak selengkap model-model pengembangan yang lain, tetapi tersusun dari komponen-

komponen utama dalam model-model yang lain. Desain dan proses dalam model ini mengacu pada

Instructional Systems Development (ISD).

Komponen model pengembangan menurut Dick and Carey terdiri dari 10 tahap, yaitu:

1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran (assess needs to ldentify goal(s))

2) melaksanakan analisis pembelajaran (conduct instructional analysis)

3) mengidentifikasi karakter siswa (analyze learners and contexts)

4) merumuskan tujuan pembelajaran (write performance objectives)

5) mengembangkan referensi kriteria tes (develop assessment instruments)

6) mengembangkan strategi pembelajaran (develop instructional strategy)

7) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran (develop and select instructional

materials)

21
Walter Dick, Lou Carey, James O. Carey, The Systematic Design of Instruction (Ohio: PearsonNew
Jersey Columbus, 2009), h. 3.
8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct the formativeevaluation
of instruction)

9) merevisi model pembelajaran (revise instruction)

10) melaksanakan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluation)22

Model pengembangan ini ada kesamaan dengan model Kemp, tetapi ditambah komponen melaksanakan

analisis pembelajaran, terdapat tahap yang akan dilewati pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.

Gambar 2.4 Model Pengembangan Dick and Carey.


Sumber : The Systematic Design of Instruction

Sepuluh langkah pengembangan Dick and Carey dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran

Langkah pertama dalam mengembangkan sebuah model adalah menentukan informasi dan keterampilan

apa yang ingin dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaranselesai. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mungkin

berasal dari sejumlah tujuan-tujuan, dari analisis perilaku, dari nalisis kebutuhan (needs assessement), dari

pengalaman praktistentang kesulitan belajar yang dialami siswa, dan dari hal-hal yang dibutuhkan untuk sebuah

22 Ibid., h.1.
pembelajaran baru. Dick & Carey menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang

dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti pembelajaran.

2) Melaksanakan analisis pembelajaran

Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalahmenentukan langkah-

langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses

analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut dengan

perilaku awal(entry behavior) yang diperlukan untuk memulai pembelajaran.

3) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

Analisis pararel dan konteks dimana siswa belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil

pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini dapat berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar,

kemampuan berpikir, minat atau kemampuan awal.

4) Merumuskan tujuan performansi

Tujuan harus menguraikan apa yang akan dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik. Menyebutkan

tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang ada padawaktu anak didik melaksanakan.

Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.

5) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan

Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang di

deskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Manfaat dari tes ini antara lain dapat mendiagnosiskan dan

menempatkannya dalam kurikulum.

6) Mengembangkan strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran meliputi: kegiatan pembelajaran, penyajian informasi, praktek dan umpan balik

pengetesan, dan mengikuti kegiatan selanjutnya.


7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran

Produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk peserta didik, materi pembelajaran,dan soal-soal.

8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formatif yang akan dihasilkanadalah instrumen atau

angket penilaian yang akan di gunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai

pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar.

9) Merevisi bahan pembelajaran

Data yang diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan di interprestasikan untuk memecahkan

kesulitan yang di hadapi peserta didik dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini saja, singkatnya hasil

evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebihefektif.

10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif merupakan proses pengumpulan data dan informasi dalam rangka untuk membuat

keputusan tentang akuisisi atau melanjutkan produk pembelajaran yang telahdihasilkan.

8. Model Pengembangan Borg and Gall


Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti tercantum pada gambar

2.5 berikut.

Gambar 2.5 Model Pengembangan Borg dan GallSumber :


Metode Penelitian RnD
Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan

standar laporan yang dibutuhkan. a) Analisis kebutuhan dan

studi pustaka.

Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan

dikembangkan merupakan hal yang penting bagi latihan fisik shorinji kempo? 2) Apakah produknya mempunyai

kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman

yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut

cukup?

b) Studi literatur:

Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi

literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan

pengembangan produk yang direncanakan.

c) Riset skala kecil:

Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacupada reseach belajar

atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahuibeberapa

hal tentang produk yang akan dikembangkan.

2) Merencanakan Penelitian (Planning)

Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu

merencanakan penelitian. Perencaaan penelib) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; c) merumuskan

kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.


3) Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)

Langkah ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); b)

menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; c)

menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; d) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang

terlibat dalam penelitian.

4) Preliminary Field Testing

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a) melakukanuji lapangan awal

terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik substansi desain maupunpihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan

awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.

5) Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan

produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan

produk awal ini, lebih banyak dilakukan denganpendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi

terhadap proses, sehinggaperbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

6) Main Field Test

Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a) melakukan uji efektivitas

desain produk; b) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan;

c) Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif,baik dari sisi substansi maupun metodologi.

7) Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan

yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luasini akan lebih memantapkan produk yang

kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok

kontrol. Desain yang


digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini

didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

8) Uji Kelayakan (Operational Field Testing)

Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: a) melakukan uji efektivitas dan

adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; c)

hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

9) Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)

Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk

akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu

produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki

nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.

10) Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)

Memberikan/ menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum ilmiah, ataupun melaluimedia massa.

Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Teknik analisis data, langkah-langkah dalam

proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development menurut Borg

and Gall terdiri atas:

(a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,

(b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,

(c) uji lapangan

(d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.


Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan.

Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada,

a. penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan.

b. Penggunaan expert judment selama proses pengembangan

c. Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detailsehingga

terlihat kompleks.

Sedangkan persamaannya terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik

yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem

pembelajaran selama dikembangkan.

Dari model-model yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan model

pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail,

dan model ini juga memungkinkan kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan

tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model Borg danGall tersusun

secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang

dapat memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan.

D. Konsep Latihan

1. Pengertian Latihan

Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandungbeberapa

makna seperti: practice, exercises, dan training23. Dalam istilah bahasa Indonesia kata-kata

tersebut semuanya mempunyai arti yang sama yaitu latihan. Namun, dalam bahasa Inggris

kenyataannya setiap kata tersebut memiliki maksud

23
Apta mylsidayu. Ilmu kepalatihan Olahraga. (Bandung : Alfabeta 2015) h . 47
yang berbeda-beda. Dari beberapa istilah tersebut, setelah diaplikasikan di lapanganmemang

nampak sama kegiatannya, yaitu aktivitas fisik.

Menurut bompa latihan adalah proses dimana seorang atlet dipersiapkan untukperforma

tertinggi24. Sedangkan menurut Harsono dalam James latihan adalah seperangkat kegiatan

dalam berlatih yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh siswa

pelajar/atlet, baik mengenai jumlah beban latihan maupun intesitas latihanya25. Menurut Fox,

Bowers dan foss dalam setyo budiwanto latihan adalah suatu program latohan fisik untuk

mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam menghadapi pertandingan penting26

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan

keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan

tujuan dan kebutuhancabang olahraganya. Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises

adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem

organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya.

Pengertian latihan yang berasal dari kata training dalah penerapan dari suatu perencanaan

untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode,

dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.27 Sedangkan

menurut sukadiyanto latihan adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga

dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga

dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan olahragawan.28 Dengan demikian

24
Tudor O. Bompa. Periodization teory and metodology of training. 2009 . h 2
25
James Tangkudung dan Wahyuningtyas P., Kepelatihan Olahraga (Jakarta: Cerdas Jaya, 2012),h.42
26
Setyo Budiwanto. Metodologi Latihan Olahraga. (Malang : UNM 2012) h. 16
27
Sukadiyanto dan Dangsina, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Bandung: LubukAgung,
2011), h. 6.
28
Ibid., h. 7.
pengertian latihan dapat disimpulkan sebagai suatu proses penyempurnaan kemampuan

berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, menggunakan metode, dan aturan

pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan

teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.

Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata practice, exercises, maupun

training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan selama proses

berlatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap,

dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan

dapat bertahan relatif lebih lama.Khusus latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

fisik olahragawan secara keseluruhan dapat dilakukan dengan cara latihan dan pembebanan.

Selanjutnya yangmenjadi sasaran utama dari latihan fisikadalah untuk meningkatkan kualitas

kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran otot (muscular fitness). Kebugaranenergi

meliputi peningkatan kemampuan aerobik dan anaerobik baik yang alaktik maupun yang

laktik. Untuk kebugaran otot meliputi peningkatan kemampuan komponen biomotor, yang

antara lain mencakup: kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan,

koordinasi, dan kelincahan.

Hasil latihan tidak selalu positif dan optimal apabila pembebanan tidak diberikan

dengan kaidah hukum dan prinsip- prnsip latihan yang benar29Beban latihan merupakan

rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol olehpelatih maupun olahragawan

untuk memperbaiki kualitas fungsional berbagai peralatan tubuh. Ada dua macam beban

latihan, yaitu beban luar danbeban dalam. Beban luaradalah rangsang motorik yang dapat

diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun

29
Lankor. Teori Kepelatihan olahraga. (Kemenpora: 2013) h .43
olahragawan dengan cara memvariasikan beban latihan melalui pengaturan komponen-

komponen latihan (intensitas, volume, recovery, dan interval). Sedangkan yang dimaksud

dengan beban dalamadalah perubahan fungsional yang terjadi pada peralatan tubuh sebagai

akibat dari pengaruh beban luar. Perubahan fungsi peralatantubuh yang dikarenakan pengaruh

beban luar, antara lain meliputi: (a) perubahan morfologis (struktural) dari luas penampang

lintang otot, (b) perubahan faal dan biokimia, yakni sistem paru dan sirkulasi darah sehingga

proses metabolisme menjadi lebih baik, serta kapasitas vital lebih besar, dan (c) perubahan

psikologis, yakni meningkatnya kemampuan olahragawan dalam menerima stress (tekanan),

tetap berkonsentrasi, memiliki ketegaran mental (mental toughness) sehingga mampu

mengatasi tantangan (hambatan) yang lebih berat.

Tujuan utama dari latihan adalah untuk meningkatkan kinerja atlet30Sasaran latihan

secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam

mencapai puncak prestasi. Rumusan tujuan dan sasaran latihandapat bersifat untuk yang jangka

panjang maupun yang jangka pendek. Untuk yang jangka panjang merupakan sasaran dan

tujuan yang akan datang dalam satu tahun di depan atau lebih. Sasaran ini umumnya merupakan

proses pembinaan jangka panjang untuk olahragawan yang masih yunior. Tujuan utamanya

adalah untukpengayaan keterampilan berbagai gerak dasar dan dasar gerak serta dasar-dasar

teknik yang benar.

Sedangkan tujuan dan sasaran jangka pendek waktu persiapan yang dilakukan kurang

dari satu tahun. Sasaran dan tujuan utamanya langsung diarahkan pada peningkatan unsur-unsur

yang mendukung kinerja fisik, di antaranya seperti kekuatan,kecepatan, ketahanan, power,

kelincahan, kelentukan, dan keterampilan teknik

30
Johansyah lubis. Panduan praktis Penyusunan Program latihan. (jakarta : Raja grafindo 2013) h .11
cabang olahraga. Biasanya dalam waktu interval 3 sampai 4 minggu latihan, selalu

dilakukan pemantauan pencapaian hasil latihan. Dengan demikian setiap sesi latihanharus

mempunyai sasaran dan tujuan yang nyata dan terukur. Hal itu dimaksudkanbagi

olahragawan agar selalu termotivasi untuk lebih giat dalam berlatih. Sedangkanbagi pelatih

proses pemantauan sebagai sarana umpan balik (feed back) dari proseslatihan, apakah

program yang sudah disusun dan dilaksanakan berjalan efektif atautidak, sehingga bila

terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran dapat segera dibenahi.Menurut bompa dalam james

sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, antara lain untuk (a) meningkatkan kualitas

fisik dasar secara umum dan menyeluruh,

(b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus. (c)menambah dan

menyempurnakan keterampilan teknik, (d) Mengembangkan dan menyempurnakan strategi,

taktik dan pola bermain, dan (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan

dalam bertanding, (f) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun strategi

yang diperlukan, (g) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet, (h) untuk mencegah

cedera, (i) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.31

Dalam setiap proses latihan harus selalu mempertimbangkan beberapa prinsip-prinsip

latihan. Dengan memahami dan mengaplikasikan beberapa prinsip latihan, maka proses latihan

akan mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini beberapa prinsip-

prinsip yang seluruhnya dapat dilaksanakansebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam

satu kali tatap muka, antara lain:prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif,

spesifik, variasi,

31
James Tangkudung, op cit h . 43
pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan,

dan sistematik.32

Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan yang khusus.

Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus pula oleh olahragawan,

sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabangolahraganya. Untuk itu,

sebagai pertimbangan dalam menerapkan prinsip spesifikasi,antara lain ditentukan oleh: (a)

spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk dan metode latihan, (c) spesifikasi ciri

gerak dan kelompok otot yang digunakan, dan

(d) waktu periodisasi latihannya. Penerapan prinsif spesialisasi ini harus disesuaikandengan

umur atlet untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Prinsip spesifikasi tidak berarti

bahwa dalam latihan menghindari pembebanan pada otot yang berlawanan.33 Artinya, tujuan

latihan hanya melatih otot yang digunakan dalam melakukan gerak saja, tetapi otot

antagonisnya atau yang berdekatan pun juga harus dilatihkan. Hal itu bertujuan untuk

menghindari ketidak-seimbangan kemampuan ototyang menanggung beban selama aktivitas

kerja berlangsung. Sebab ketidak seimbangan tersebut dapat mengakibatkan cidera pada otot

itu sendiri. Melatih otot yang berdekatan dan yang antagonis akan membantu bila otot

penggerak utama mengalami kelelahan. Terutama pada cabang olahraga yang dominan

dilakukan secara gerak siklus.

Selain prinsip spesifikasi, program latihan yang baik harus disusun secara variant untuk

menghindari kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara

psikologis. Untuk itu program latihan perlu disusun lebih variatif agar tetap meningkatkan

ketertarikan olahragawan terhadap latihan, sehingga tujuan

32
Sukadiyanto dan Dangsina, op. cit., h.14.
33
James Tangkudung, op cit,. h.59.
latihan tercapai. Komponen utama yang diperlukan untuk memvariasi latihan adalah

perbandingan antara (1) kerja dan istirahat, (2) model dan metode latihan, dan(3) latihan berat

dan ringan. Selain itu dari yang mudah ke sulit, dan dari kuantitas ke kualitas. Proses adaptasi

akan terjadi dengan baik bila aktivitas latihan (kerja) diimbangi oleh waktu istirahat, intensitas

yang berat diimbangi dengan rendah. Cara lain untuk memvariasikan latihan dapat dengan

mengubah bentuk, tempat, sarana dan prasarana latihan, atau teman berlatih. Meskipun unsur-

unsur tersebut di atas dapat diubah, tetapi tujuan utama latihan tentu tidak boleh berubah. Oleh

karena variasi latihan lebih menekankan pada pemeliharaan keadaan secara psikologis

olahragawan agar tetap bersemangat dalam latihan.

2. Tujuan Latihan

Menurut Bompa tujuan utama dalam pelatihan yaitu meningkat-kan keterampilan dan unjuk kerja

seseorang.34 Kemudian Harsono juga berpendapat tujuan utama pelatihan adalah membantu atlet untuk

meningkatkan keterampilan prestasinya semaksimal mungkin.35 Sedangkan Bompa (dalam Hadisasmita) tujuan

umum latihan yaitu:

a. Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik dan multirateral.

b. Untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus, sebagai suatu kebutuhanyang

telah ditentukan di dalam praktek olahraga.

c. Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraga yang dipilih.

d. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang dapat diperolehdari

belajar taktik lawan.

e. Untuk menambah kualitas kemauan melalui latihan yang mencukupi serta disiplin untuktingkah

laku.

f. Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal.

34
Bompa, T. OTheory And Methodology of Training. (IOWA : Kendall Hunt Publishing Company). 1983.h 5
35
Harsono Op.Cit h 100
g. Untuk mempertahankan keadaan kesehatan setiap atlit.

h. Untuk pencegahan cidera untuk pengamanan terhadap penyebab dan juga meningkatkanfleksibilitas

untuk melaksanakan gerakan yang penting.

i. Untuk meningkatkan pengetahuan teori dengan sejumlah pengetahuaan teoritis yang berkaitan

dengan darar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.36

Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan yang khusus.

Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus pula oleh olahragawan,

sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabangolahraganya. Untuk itu,

sebagai pertimbangan dalam menerapkan prinsip spesifikasi,antara lain ditentukan oleh: (a)

spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk dan metode latihan, (c) spesifikasi ciri

gerak dan kelompok otot yang digunakan, dan

(d) waktu periodisasi latihannya.

Penerapan prinsif spesialisasi ini harus disesuaikan dengan umur atlet untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Prinsip spesifikasi tidak berarti bahwa dalam

latihan menghindari pembebanan pada otot yang berlawanan.37 Artinya, tujuanlatihan hanya

melatih otot yang digunakan dalam melakukan gerak saja, tetapi otot antagonisnya atau yang

berdekatan pun juga harus dilatihkan. Hal itu bertujuan untukmenghindari ketidakseimbangan

kemampuan otot yang menanggung beban selama aktivitas kerja berlangsung. Sebab ketidak

seimbangan tersebut dapat mengakibatkan cidera pada otot itu sendiri. Melatih otot yang

berdekatan dan yang antagonis akan membantu bila otot penggerak utama mengalami kelelahan.

Terutamapada cabang olahraga yang dominan dilakukan secara gerak siklus.

36
Hadisasmita, Y. dan Syarifudin, A.. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikandan
Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidik Tenaga Akademik. 1996 h 129
37
James Tangkudung dan Wahyuningtyas P., Kepelatihan Olahraga (Jakarta: Cerdas Jaya, 2012),h.59.
Kemudian prinsip spesifikasi, program latihan yang baik harus disusun secara varian untuk menghindari

kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis. Untuk itu program latihan

perlu disusun lebih variatif agar tetap meningkatkan ketertarikan olahragawan terhadap latihan, sehingga tujuan

latihan tercapai. Komponen utama yang diperlukan untuk memvariasi latihan adalah perbandingan antara (1) kerja

dan istirahat, (2) model dan metode latihan, dan(3) latihan berat dan ringan. Selain itu dari yang mudah ke sulit,

dan dari kuantitas ke kualitas.

Proses adaptasi akan terjadi dengan baik bila aktivitas latihan (kerja) diimbangi olehwaktu istirahat,

intensitas yang berat diimbangi dengan rendah. Cara lain untukmemvariasikan latihan dapat dengan

mengubah bentuk, tempat, sarana dan prasaranalatihan, atau teman berlatih. Meskipun unsur-unsur tersebut di

atas dapat diubah, tetapi tujuanutama latihan tentu tidak boleh berubah. Oleh karena variasi latihan lebih

menekankan padapemeliharaan keadaan secara psikologis olahragawan agar tetap bersemangat dalam latihan

Berlandaskan beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya tujuan dalam

sebuah pelatihan adalah mencapai target pokok dalam sebuah

kompetisi tertentu yang pada akhirnya berujung sebuah prestasi maksimal.

E. Karakteristik Olahraga Softball

1. Sejarah

Sofball adalah olahraga yang diciptakan di Chicago Amerika Serikat pada tahun 1887

oleh George Hancock. Awalnya permainan ini hanyalah sebuah aktifitas rekreasi yang

dilakukan dalam ruangan terturup. Olahraga softball adalah pengembangan dari olahraga

baseball yang pada saat itu olahraga di dalam ruangantertutup adalah sarana untuk berlatih

olahraga baseball saat musim dingin. Uniknya softball awalnya menggunakan sarung tinju

yang di dilintir sebagai ball dan gagang sapu sebagai bat.


Pada tahun 1887, lulusan universitas Yale dan Harvard berkumpul di Farragut Boat

Club di Chicago untuk mendengar pengumuman skor permainan sepakbola tahunan. Ketika

skor diumumkan dan seluruh taruhan dibayar, seorang supporter Yalemelempar sebuah sarung

tinju yang dilintir kea rah supporter Harvard, dan seorang alumnus Harvard secara spontan

mengambil gagang sapu dan memutar-mutar gagang tersebut, sebagai tanda kericuhan. Saat

itulah George Hancock berteriak “play ball!”, dan ia mengaitkan sarung tinju pada bola

baseball dan menggunakan gagang sebagai bat. Seminggu kemudian Hancock merancang bola

softball yang seperti sekarang dan bat yang “oversize”. Lalu peraturan resmi permainan

softball dibuat oleh Farragut Boat Club, dengan cepat softball menjalar keluar kota dan

menjadi terkenal.

Menjalarnya permainan ini di berbagai tempat dan tidak lagi merupakan sekedar

aktivitas rekreatif, maka diperlukan peraturan-peraturan. Maka lahirlah Federasi Softball

Internasional (ISF). Badan inilah yang membuat peraturan-peraturan softball yang berlaku

secara universal, baik di Indonesia maupun Eropa. Dengan terbentuknya badan ini dan

peraturan yang resmi, memungkinkan dapat diadakannyapertandingan softball antar Negara,

lalu mulai dibuat kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional, regional dan dunia.

2. Perkembangan Softball di Asia

Olahraga ini berkembang pertama kali dari AS ke Kanada, Eropa, dan kemudian Asia.

Perkembangan di Asia terpesat terutama setelah usainya Perang Dunia II. Saat ini, di Jepang,

Philipina, Taiwan dan Korea Selatan, softball telah menjadi permainan rakyat. Olahraga ini

menjadi olahraga yang sangat pesat perkembangannya dan begitu digemari di Asia, sehingga

dibentuklah Amateur Softball Asia, yang disingkat ASA-ASIA. Anggotanya antara lain

Jepang, Philipina,
Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Pakistan, India, Muangthai, Singapura dan Indonesia.

Kejuaraan Softball wanita se-Asia diselenggarakan di Manila, pada Februari 1967,

pesertanya baru 5 negara : Philipina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong.

Demikianlah selanjutnya direncanakan kejuaraan Asia ini setiap tahun sekali, dengan

penyelenggaraan setahun sekali bergantian antara putera dan puteri. Misalnya tahun ini

kejuaraan softball putera, maka tahun depan untuk bagian puterinya. Softball juga sedang

berjuang untuk dipertandingkan di Asian Games. Dalam Asian Games Bangkok tahun 1966,

Softball juga ikut demonstrasi.

Sebelum perang kemerdekaan sebetulnya softball sudah ada yang melakukannya di

Indonesia, namun sifatnya masih sangat terbatas. Artinya hanya dimainkan di sekolah-sekolah

tertentu saja. Pada mulanya ada anggapan bahwa permainan olahraga Softball hanya pantas

dimainkan oleh golongan wanita saja. Halini terus berlangsung sampai tahun 1966. Oleh karena

itu sampai tahun itu, softball hanya dimainkan oleh puteri saja. Ketika Asian Games Bangkok,

terbukalah mata kitabahwa sebenarnya olahraga Softball itu dapat dimainkan baik oleh puteri

maupun putera. Pada waktu itu putera-putera kita, masih menyenangi olahraga baseball.

Melihat perkembangan Softball sedemikan cepatnya dan adanya kompetisi antara

negara setiap tahunnya. Timbullah perhatian kita terhadap cabang olahraga ini secara serius.

Mulanya Softball hanya berkembang di Jakarta, Bandung, Pelembang,Semarang dan Surabaya.

Tetapi kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yangyang sangat digemari masyarakat,

terutama para pelajar dan mahasiswa. Untuk menyalurkan kegiatan-kegiatan softball di

Indonesia, diperlukan suatu badan yang mengaturnya, maka dibentuklah Organisasi Induk

dengan nama PERBASASI (Perserikatan Baseball & Softball Amatir Seluruh Indonesia).

Dengan adanya wadah


PB. PERBASASI ini mulailah diadakan kompetisi softball tingkat nasional. Kejuaraan

Nasional I diselenggarakan tahun 1967 di Jakarta. Di samping itu sejak PON VII di Surabaya,

Softball menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.

3. Overview Permainan

Softball dimainkan oleh dua tim di lapangan softball, setiap tim minimal memiliki 9

pemain dan selebihnya merupakan cadangan. Posisi 9 orang pemain ini adalah 1 orang pitcher,

1 orang catcher, dan 7 orang bertahan/fielder yang terbagi dalam 4 penjaga daerah dalam

(infielder) dan 3 orang penjaga daerah luar (outfielder). Permainan terdiri dari 9 babak

yang disebut inning. Di dalam satu inning,tim yang bertanding masing-masing mempunyai

kesempatan memukul (batting) untuk mencetak angka (run). Ketika tim yang menyerang

mendapat giliran memukul, seorang pelempar bola (pitcher) tim bertahan melemparkan bola

kearah penangkap bola (catcher) sekencang-kencangnya agar bola tidak dapat dipukul. Tim

yang mendapat giliran memukul bergantian seorang demi seorang untuk memukul bola. Tim

yang berjaga berusaha mematikan anggota tim yang mendapat giliran memukul. Tim yang

mendapat giliran memukul mendapat kesempatan 3 kali mati (out) sebelumgiliran memukul

digantikan tim yang bertahan.

Skor atau run dihasilkan dari seorang runner berlari menginjak semua base secara

berurutan dan kembali menginjak home plate. Setiap pelari yang berhasil mengelilingi dan

menginjak home plate mendapat satu angka. Waktu permainan ditentukan oleh inning. Setiap

tim mendapat giliran memukul sampai 3 kali out dan mematikan tim lawan 3 kali out, disebut

1 inning. Dalam tiap pertandingan softbol durasi permainan setidaknya 7 inning tergantung

situasi, atau lama waktu 2 jam. Setelah menghabiskan inning, tim yang mencetak angka (run)

terbanyak menjadi pemenang.


Jika dalam inning yang ditentukan waktu sudah habis dan kedua belah tim dalam

keadaan seri, inning tambahan dimainkan sampai salah satu tim keluar sebagai pemenang.

Kondisi itu disebut tie break atau seri. Pada permulaan permainan, tim yang menjadi tuan

rumah (home team) mendapat giliran melempar sedangkan tim tamu (visitor) mendapat

giliran memukul.

4. Perlengkapan Olahraga Softball

Perlengkapan itu harus ada untuk dapat bermain softball dengan aman dan lancar.

Peralatan yang digunakan untuk bermain antara lain :

1. Glove (pelindung tangan)

2. Bola Softball

3. Pemukul

4. Leight guard

5. Body protector

6. Masker

7. Lapangan lengkap

Gambar 2.1 Lapangan Softball


Lapangan sofball berbentuk segi empat, panjang tiap sisinya 16,76 m, Ukuranlapangan softball

adalah sebagai berikut:

a. Panjang setiap sisinya 16,76 meter.

b. Jarak dari home base ke tempat pelempar adalah 13,07 meter.

c. Tempat pelempar berdiri (pitcher plate, berukuran 60 x 15 meter)

d. Permainan softball mempunyai tiga tempat hinggap pelari yang disebut base. Base terdiri atas base

I, II, dan III, sedang base IV langsung tempat untuk memukul (home base). Setiapbase terdiri dari

karet atau kanvas yang merupakan bantalan, dengan ukuran masing- masing base 38 x 38 cm, dan

tebal 5-12,5 cm, kecuali home base berukuran 42,5 x 21,5 cm, sisi puncaknya berukuran 30 cm.

e. Perpanjangan garis dalam home base ke base I dan II disebut garis batas/sector, gunakanya untuk

menentukan bola itu jatuhnya di dalam atau di luar garis batas.

5. Teknik dalam bermain softball

Teknik dasar dalam bermain softball sama halnya dengan keterampilan gerak dasar manusia,

Rick Noren dalam bukunya menuliskan beberapa Teknik dasar dalam olahraga softball diantaranya;

Throwing, Catching, Hitting, Baserunning, sliding38.

• Throwing

Throwing atau melempar merupakan gerak dasar yang ada pada setiap manusia selain itu

melempar merupakan gerak alami yang dimiliki oleh setiap manusia Rick Noren menuliskan “one of

the body’s and most natural movement is the act of throwing, as evidencedwhen an infant grabs

a block and tosses it across the room for the first time. 39 Terdapat tiga Teknik melempar bola

softball; 1) Lemparan Atas (Overhand Throw), 2) Lemparan Samping (Sidehand Throw), 3)

Lemparan Bawah (Underhand Throw)

• Catching

Catching atau menangkap bola softball adalah menangkap bola hasil lemparan dari satu tim dan

menangkap bola lemparan hasil pukulan dari tim lawan, terdapat tiga cara dasar

38
Rick Noren, Softball Fundamentals, Human Kinetics, USA, 2005, hlm. 1-99
39
Ibid, hlm. 1
menangkap bola, yaitu 1) Menangkap bola lurus, 2) menangkap bola bergulir (ground ball),

3) menangkap bola lambung (fly ball).

• Base Running

Base running adalah berlari menuju base yang berada di depan pelari, dalam olahragasoftball terdapat

empat base diantaranya; 1) Home plate/base home, 2) base satu, 3) base dua, 4) base tiga. Setiap pemukul

harus berlari menuju base satu apabila menhasilkan hasil pukulan yang baik, selain itu untuk menghasilkan poin

pada permainan softball setiappemukul harus menyentuh base secara keseluruhan atau semua base, maka dia akan

dihitung satu poin setiap pemain yang menyentuh semua base untuk satu orang, poin akan dihitung apabila pemain

telah menyentuh base home.

• Sliding

Sliding adalah upaya untuk menjangkau base dengan cepat dengan cara meluncurkan dan

menyentuhkan anggota badan ke base, tujuannya adalah untuk mendapatkan base dengan cepat

sehingga tim lawan sulit untuk mematikan pelari. Terdapat tiga macam teknik dasar sliding, yaitu: 1)

Feet First Slide, 2) Hook Slide, 3) Head First Slide.

• Hitting

Hitting atau memukul merupakan hal yang utama dalam melakukan penyerangan, untuk

memulai penyerangan dilakukan dengan memukul diane L Pooter menuliskan “every offensive play

in a game starts with a player being at bat and attemping to hit a pitched ball”40,tujuan dari

offensive adalah untuk mencetak score sebanyak mungkin, tim yang berhasil mencetak angka dengan

cara menyentuh base satu, base dua, base tiga, dan home. Tim yang banyak mencetak poin maka

dia yang memenangkan pertandingan, namun score tidak akan didapatkan apabila pemukul tidak

mendapatkan base dan melewati base selanjutnya hingga mencapai home.

Memukul merupakan keterampilan yang sulit dalam olahraga softball Kirk Walker menuliskan

“hitting is considered one of the most difficult skills in the game of softball”41,

40
Diana L Potter dan Lynn V Johnson, softball step to success, Human Kinetics, USA, 2007, hlm. 62.
41
Kirk Walker, The Softball Drill Book, Human Kinetics, USA, 2007, hlm. 93.
“Hitting is crucial in softball because a win or loss is ultimately determined by each team’s

offensive production”42, selain keterampilan yang sulit, hitting merupakan hal yang sangat penting

dalam melakukan penyerangan, menang atau kalah dalam menyerang tergantung seberapa baik

kemampuan memukul dalam melakukan penyerangan.

Memukul merupaka gerakan yang komplek dimana menggunakan seluruh anggota tubuh dalam

melakukan pukulan, ada beberapa urutan dalam dasar memukul softball; 1) Grip,

2) Stance, 3) Stride, 4) Hip rotation, 5) Swing, 6) Follow through.

➢ Grip

Grip atau pegangan adalah posisi dimana seorang pemukul memegang bat dengan posisi yang benar,

pegangan sangat berpengaruh terhadap hasil pukulan, “a good hit starts with the proper grip”43. Pegangan untuk

pemukul kanan menempatkan tangan kiri dibawah tangan kanan, sebaliknya untuk pemukul kiri menempatkan

tangan kanan dibawah tangan kiri(gambar 2.2).

Gambar 2.2 Grip Sumber:


Softball Steps to Success

Pegangan akan mempengaruhi terhadap komponen dalam memukul, selain itu

mempengaruhi laju atau alur bat (alat pemukul) Mark Gola menuliskan “a proper grip mayseem

simple and basic, but it’s extremely important to your swing”44

42
ibid
43
American Sport Education Program, Coaching Youth Softball, Human Kinetics, USA 2007, hlm. 72.
44
Mark Gola, Winning Softball for Girls, Chelsea House, New York 2009, hlm.13
➢ Stance

Stance atau posisi berdiri dalam softball dimana seorang pemukul berdiri diarea batter box dengan

membuka kedua kaki sejajar dengan lutut di tekuk sedikit dalam keadaanseimbang.

Gambar 2.3 Hitting Stance Sumber :


Softball skills dan drills

Terdapat tiga tipe dalam stance yaitu; square stance, open stance, closed stance

(lihat gambar 2.4)

Gambar 2.4 Square, Open, Closed StancesSumber :


Softball skills dan Drills

a. Square Stance

Square stance adalah posisi berdiri dengan sikap kedua kaki sejajar dengan garis

batters box.

b. Open Stance

Open stance adalah posisi berdiri dengan kaki kanan sejajar terhadap garis batters box dan kaki

kirinya menjauhi dari home plate (untuk pemukul kanan) dan sebaliknya untuk pemukul kiri.
c. Close Stance
Close stance adalah posisi berdiri dengan kaki kanan sejajar terhadap garis batters box dan kaki

kirinya mendekati home plate (untuk pemukul kanan) dan sebaliknya untuk pemukul kiri.

➢ Stride

Stride atau melangkah dengan cara menggeser kaki bagian yang dekat dengan pitcher ke arah

pitcher digunakan sebagai timing dalam memukul supaya tepat dalam melakukan pukulan.

Gambar 2.4 Hitting Stride Sumber:


Softball Skills and Drills

➢ Hip Rotation and Pivot

Hip rotation adalah gerakan memutarkan pinggang untuk menghasilkan bantuan dorongan

terhadap ayunan yang akan di lakukan oleh pemukul.

Gambar 2.5 (1) posisi setelah melakukan gerakan stride (2) Putaran Pinggang Sumber: Softball Skills
and Drills
➢ Swing

Swing atau ayunan adalah gerakan melakukan ayunan terhadap pemukul yang dipegang oleh

pemukul untuk menghasilkan kontak dengan bola.

Gambar 2.6 Swing


Sumber : American Sport Education Program Coaching Youth Softball

➢ Follow-Through

Follow-through merupakan gerakan akhiran yang dilakukan oleh seorang pemukulsetelah pemukul

(bat) mengenai bola softball.

Gambar 2.7 Rangkaian gerakan memukul dan akhiran Sumber :


Softball Skills and Drills

Dari semua rangkaian gerakan memukul diatas dimana memukul merupakan gerakan yang komplek yang

melibatkan keseluruhan tubuh dari atas hingga tubuh bagian bawah, penulis dapat membagi tiga bagian anggota

tubuh untuk dilakukan latihan diantaranya

1. Tubuh Bagian Atas

Tubuh bagian atas diantaranya:


- Pegangan (Grip)

- Ayunan (swing)

- Akhiran (Follow-through)

2. Tubuh Bagian Tengah

Tubuh bagian tengah diantaranya:

- Hip Rotation

3. Lower body

- Melangkah (stride)

Sementara untuk stance atau posisi berdiri merupakan keseluruhan dari bagian tubuh. Berangkat dari rangkaian

gerakan memukul diatas maka dapat dikembangkan model latihan untuk memberikan hasil pukulan yang efektif

dan menghasilkan pukulan yang baik.


Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005.

James Tangkudung. Macam-Macam Metodologi Penelitian: Uraiandan


Contohnya. Lensa Media Pustaka Indonesia. 2016.

James, Tangkudung. "Metodologi Penelitian Kajian dalam


Olahraga." James Tangkudung’s Lab, 2018.

James, Tangkudung. SPORT PSYCHOMETRICS: Basics and


Instruments of Sports Psychometric.
https://www.researchgate.net/publication/328599852_SPORT_
PSYCHOMETRICS_Basics_and_Instruments_of_Sports_Psyc
hometric (diakses 29 Oktober 2018).

Matthew B.R Hergenanhahn, H.Olson. Theories Of Learning.


Jakarta: Kencana, 2009.

Power SK, Howley ET. Exercise Physiology: theory and application to


fitness and performance, fourth edition. New York: McGraw- Hill:
2007

Samsudin. Pengaruh Gaya Mengajar dan Motor Educability Terhadap Hasil


Belajar Bola Voli. Jakarta: PPS UNJ, 2013.

Slameto. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. PT.Rineka


Cipta. 2003.

Tangkudung, James. Ilmu Faal (Fisiologi). Jakarta: Penerbit CerdasJaya,


2006

Tangkudung, James, and Puspitorini Wahyuningtyas. "Kepelatihan


Olahraga Edisi II."Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya, 2012.

Tangkudung, James, and Wahyuningtyas Puspitorini. "Kepelatihan


olahraga, pembinaan prestasi olahraga." Jakarta: Cerdas Jaya,2006

Tangkudung, James, and Wahyuningtyas Puspitorini. "Paragames


Paralympic." Jakarta: Intermedia Publishing, 2012.
Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: BP Cipta Jaya, 2003.
Dafar Pustaka

Ambarukmi, D. H., & Tangkudung, J. (2007). Pelatihan Olahraga Anak Usia Dini.

American Sport Education Program. 2007. Coaching Youth Softball. United States of
America: Human Kinetics.

American Sport Education Program. 2009. Coaching Softball Technical and tactical
skills. United States of America: Human Kinetics.

Amenta, Edwin. 2007. Professor Baseball. Chicago: ANSI.

Benson, Robert B. 2009. Survival Guide for Coaching Youth Softball. United State of
America: Human Kinetics.

Bernier, Doug. 2012. Baseball Hitting Drills a Batting Tee: Practice Drills for
Baseball, Books 1 second Edition. United State of America: Pro Baseball
Insider.com.

Blanchard, Barry. Basic Hitting Skills and Drills.

Brooke, Ken. 12 Patterns of the Elite Softball Swing.

Dwiyogo, D Wasis. 2004. Konsep Penelitian dan Pengembangan. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Dwiyogo, D Wasis. 2002. Langkah-langkah penelitian pengembangan. Malang:


Universitas Malang.

Garman, Judi dan Michelle Gromacki. 2011. Softball Skills and Drills Second Edition.
United State of America: Human Kinetics.

Gay, L. R. 1996. Educational research: Competencies for Analysis and Application.


United State of America: Prentice.

Gola, Mark. 2010. Winning Softball for Girls, Second Edition. New York: Mountain
Lion.

Howell, Brian. 2014. Girls Softball. North Mankato, Minnesota: ABDO

Mendoza, Jessica. Fastpitch Softball Coaching Kit.

Mister Baseball. All-star Baseball and Softball Hitting Drills.

Mister Baseball. Power Hitting Drills that Work.

National Fastpitch Coach Association. 2002. The Softball Coaching Bible. UnitedState
of America: Human Kinetics.

Noren, Rick. 2005. Softball Fundamental. United State of America: Human Kinetics
Potter, Diane dan Lynn V. Johnson. 2007. Softball Steps to Succes. United State of
America: Human Kinetics.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Design Sistem Lama. Jakarta: Dian Raya

Role. The Fastpitch Coach’s.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Remaja


Rosdakarya

Szymanski, David J. Preseason Training for Youth Baseball Player. Louisiana

James, T. (2006). Pembinaan prestasi olahraga. Cerdas jaya. Jakarta.

Tangkudung, J. (2012). Sports coaching.

Tangkudung, J. (2016). Macam-Macam Metodologi Penelitian (Uraian dan


Contohnya).

Tangkudung A, James Tangkudung, (2018). Metodologi Penelitian Kajian dalam


Olahraga

Tangkudung J, Sport Psychometrics Dasar-dasar dan Instrumen Psikometri


Olahraga

WAA Softball. Skills and Drills.

Walker, Kirk. 2007. The Softball Drill Book. United State of America: Human Kinetics.

Weekly, Ralph dan Karen Weekly. 2012. High-scoring Softball. United State of
America: Human Kinetics.

Woodstock Girls Softball. Fastpitch Softball Hitting-Techniques, Practice and Drills

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 1
PENINGKATKAN KETERAMPILAN BATTING MELALUI METODE
PEMBEBANAN PADA ATLET BASEBALL

Norma Anggara1
Angga Prananda Bakti2

Universitas Lambung Mangkurat


Normaanggara11@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan gerak batting melalui metode
pembebanan pada atlet Baseball di club UPI Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
sebanyak dua siklus dengan rancangan kegiatan perencanaan, observasi, tindakan, dan refleksi. Sasaran dalam
penelitian ini adalah mahasiswa yang tergabung dalam club baseball di UPI Bandung , sebanyak 24 atlet. Sumber
data diperoleh melalui tes awal dan tes akhir keterampilan batting. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan kooperatif dari tes awal
sampai ketesakhir. Rata- rata hasil keterampilan dari tes awal adalah 575 dan rata-rata nilai 23.95, hanya30.26%
dengan pendekatan pembebanan latihan baseball menjadi semakin meningkat yaitu nilai keseluruhan menjadi 980
dengan rata-rata nilai per individu 40.83 atau 51.57% pada Siklus I. Kemudian pada siklus II naik menjadi 70.33%
atau lebih dari 70% atau lebih dari setengah dari jumlah sampel sudah dikatakan biasa melakukan gerakan batting
dalam baseball dengan baik dan benar. Simpulan dari penelitian ini adalah metode latihan pembebanan yang
berpengaruh positif dalam meningkatkan prestasi latihan atlet baseball, yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan.

Kata kunci: Metode Pembebanan, keterampilan batting, baseball

ABSTRACT

This research aims to determine the increase inbattingskills through the loading method in athletes
Baseball club UPI Bandung. We use action research methods to the design as much as two-cycle with planning,
observation, action, and reflection. The target in this research is the students in the baseball club in UPI Bandung,
as many as 24 athletes. Sources of data obtained through the initial test and final test batting skills. Data analysis
technique used in this research is descriptive. The results showed that through a cooperative approach from the
initial test to the final test. The average result of the skill of the initial test was 575 and the average value is 23.95,
only 30.26% with a baseball workout loading approach becomes increasing value overall to be 980 with the
average value per individual 40.83, or 51.57% in Cycle I. Then on the second cycle increased to 80.33%, or more
than 80%, or more than half of the usual number of samples has been said in the baseball batting movements
properly. Conclusions from this research is the method of loading exercise has positive effects in increasing
performance athlete baseball practice, characterized by increased completeness.

Keywords: Loading Method, of batting skill, baseball

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 2
PENDAHULUAN
Karakteristik Baseball dan softball merupakan cabang olahraga yang memerlukan unsur kecepatan dan
ketepatan artinya unsur kecepatan dalam memutuskan, misalnya dalam teknik memukul atau batting, melempar
atau throwing, fielding, base running dan pitching. Tepat dalam memukul, melempar dan pitching. Selain itu
performa fisik juga mempengaruhi dalam penguasaan teknik yang bersifat intensitas tinggi, baseball termasuk
olahraga yang didominasi anaerob. Sejalan dengan Bompa (1999), menyatakan bahwa prestasi olahraga dapat
dicapai melalui pembinaan dan pelatihan yang baik dan benar yang bertujuan untuk meningkatkan performa fisik
secara keseluruhan dan sesuai dengan karakteristik dari cabang olahraga tersebut. Hampir semua gerakan dalam
baseball memiliki kompleksitas gerak yang tinggi, untuk itu atelt harus mempunyai kemampuan dan performa
yang tinggi serta mempunyai bakat kekhususan dalam cabang olahraga.
Pada permainan baseball yang menjadi ciri khas adalah defensive dan offensive secara terpisah yang
dilakukan seperti bergiliran. Pada saat pemain bertahan didominasi oleh seorang pitcher, jadi kalau seorang pitcher
tidak mampu menyulitkan seorang pemukul maka dengan demikian pertahanan suatu tim menjadi gagal dalam
mempertahankan run atau poin. Sedangkan pada saat offensive atau menyerang hampir seluruh pemain
mengerahkan teknik dan kekuatannya untuk bisa mengantisipasi bola yang disajikan oleh seoarang pitcher lawan,
sehingga penampilan pada saat offensive mampu meraih poin sebanyak-banyaknya.
Latihan harus dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dengan penambahan beban yang progresif
dan individual dan dalam jangka waktu yang lama, hal ini bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi
fisiologis dan psikologis tubuh agar pada saat melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai kondisi yangoptimal.
Selain itu, olahraga pada jaman sekarang sudah merupakan kebutuhan dan menjadi sebuah kultur serta pelaku
olahraga pun harus bersikap kritis dan ilmiah. Pada penerapan ilmu biomekanika gerak pada teknik memukul ini
menjadi sangat penting karena menurut pengamatan penulis di Indonesia belum ada yang meneliti tentang
objektivitas hasil teknik memukul dalam permainan baseball. Dengan menggunakan bantuan software analysis
dan swing analysis sensor diharapkan akan membuka khazanah baru dalam dunia baseball ditanah air yang selama
ini hanya menggunakan pengamatan dan video sehingga hasilnya kurang akurat dalam mengukur variabel speed
bat, hand speed dan time to impact.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, penulis ingin menganalisis mengenai pengaruh metode
latihan (heavy bag swing stroke dan horizontal dumble swing) terhadap peningkatan keterampilan batting (speed
bat, hand speed dan time to impact).

METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan (Action Research).Pelaksanaan
penelitian melibatkan rekan sebagai kolaborator dan guru kelas, kemudian peneliti sebagai pelaksana tindakan.
Dengan desain penelitian Kemmis dan taggart yang meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan
4) refleksi.
Berikut model Stephen Kemmis dan Mc Taggart yang mana menggunakan sistem spiral cyclical refleksi diri.
Seperti pada gambar berikut :

Gambar 1. Stephen Kemmis dan Mc Taggart spiral cyclical


Sumber: Stephen Kemmis, Robin dan Mc Taggart, The Action Research Planner Doing Critical Participatory
Action Research. (Springer, 2014:19).

Peneliti membuat 2 desain latihan yang telah dikembangkan, Berdasarkan observasi awal peneliti di club
baseball UPI Bandung terdapat fokus masalah yaitu upaya peningkatan keterampilan batting melalui metode
pembebanan pada atlet baseball. Sehingga peneliti melakukan penelitian action research. Penelitian ini dilakukan
2 siklus untuk mendapatkan hasil belajar gerak dasar lari jarak pendek sesuai kriteria nilai yang dibutuhkan yaitu
80%.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tes awal keterampilan batting dalam baseball
Berdasarkan evaluasi hasil penilaian keterampilan batting melalui metode pembebanan pada atlet baseball yang
dilakukan oleh peneliti dapat disajikan dalam klasifikasi sebagai berikut:
Persentase keberhasilan = 23.95%
Persentase kegagalan = 30.26%

Berdasarkan hasil pengamatan pada tes awal tentang kegiatan latihan secara keseluruhan, pelatih telah
melakukan kegiatan latihan secara ideal, akan tetapi ada catatan dari kolaborator yaitu peneliti harus lebih
memperhatikan kondisi kelas ketika atlet mengikuti latihan agar lebih tertib dan teratur supaya tercapai tujuan
keterampilan Selain itu, peneliti harus lebih kreatif dalam menyajikan permainan sehingga lebih bervariasi dan
dapat memberikan motivasi kepada atlet terutama mengenai bagaimana cara membangkitkan semangat latihan
atlet
Gerakan memukul adalah teknik sulit dalam permainan ini yang mengharuskan bisa memukul bola hasil
lemparan pitcher lawan yang tidak diketahui arah, jenis bola dan kecepatanya, dan dituntut bisa berhasil melakukan
hit (memukul), save on base, memajukan dan memasukkan rekan tim menjadi point. Ada beberapa indikator
penunjang keberhasilan dalam melakukan teknik memukul yang dapat dilakukan dalam proses latihan, diantaranya
adalah: Kepala, Lengan, Bahu, Mata, Pinggang, Paha, Kaki, Perpindahan Berat dan Power (Transfer weight
power), Mental Imagery.
A. Kepala dan Mata
1) Kepala dan mata memandang pada pergerakan pitcher dan lepas-nya bola dari tangannya dengan relaks sampai
ke sweet spot strike zone.
2) Perhatikan bola ampe masuk dalam zona pukulan untuk di adjust (ambil keputusan untuk dipukul).
B. Lengan
1) Untuk lead arm (kiri untuk pemukul kanan) sebaliknya, agar mengarahkan bat ke bola saat memasuki sweet
spot) dengan posisi lengan rileks dengan menyimpan sekitar 20 % dari tenaga / power lengan yang di miliki untuk
melakukan persiapan (Triger the Swing) berbarengan dengan mendaratkan langkah sebagai (pivot landing step
early)
2) Untuk tangan kanan sebagai power arm, memukul bola dengan bat dengan mengupayakan jalur ayuan bat
memotong (cut down the swing)sehingga menghasilkan putaran bola ysng berbalik (back spin) atau pun bisa
dengan datar merata.
3) Pergelangan tangan mengarah tetap ke atas dan mengusahakan tidak berputar atau pun melipat sebelum
perkenaan dengan bola,karena pergelangan tangan tersebut akan berpengaruh untuk mendorong bola saat
perkenaan (slap the ball) sehingga terjadi tumbukan sempurna.
c. Bahu
Bahu tetap sejajar lurus pada posisi awal (Stance) dan penurunan perubahan sudut bahu akan terjadi se
cara normal sesuai dengan arah ayunan bat dengan (Down Swing level) agar tidak merubah posisi perkenaan (Point
of Hitting) pada titik pukul utama (Sweet Spot Hiting Zone)
d. Koordinasi Mata
Kedua mata melihat dengan jelas selalu kearah pitcher untuk memastikan (Realease Pitching Point) untuk
meihat jenis dan putaran bola (Spin) dan alur lintasan bola sampai pada titik pukul utama (Sweet Spot Hiting Zone)
dan mengambil keputusan untuk memukul (Adjust The Ball quicly) dengan arah ayunan bat dengan (Down Swing
level) d dan mata tetap melihat terus sampai dengan perkenaan bola dengan bat agar tidak merubah posisi perkenaan
(Point of Hitting) pada titik pukul utama (Sweet Spot Hiting Zone)
e. Transfer Weight dan Power
Latihan adalah sangat penting dalam pengembangan atlet, yang harus terdiri dari sekedar mengangkat beban
dengan memiliki tujuan tertentu atau rencana.Tujuan dari metode pelatihan atau teknik harus ke mempersiapkan
atlet saat tes kompetisi yang ideal dari kemampuan mereka, keterampilan, dan kesiapan psikologis.Untuk
mencapai hasil terbaik, atlet harus terkena program perencanaan-periodisasi, atau variasi Sport- dan fase-spesifik
pelatihan.Periodisasi jangka menekankan yang memiliki sifat unik Periodisasi Kekuatan, konsep utamanya adalah
latihan kekuatan.
Latihan lebih dari sekedar mengangkat sebanyak berat karena mungkin setiap hari tanpa memperhatikan
tujuan dari fase pelatihan khusus. Dengan demikian, ia menawarkan suatu metodologi dan Konsep untukmengikuti
dalam mencapai tujuan pelatihan Anda untuk kompetisi.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 4
Proses gerak tidak begitu saja terjadi pada diri manusia. Karena untuk dapat melakukan suatu gerakan pada
tubuh perlu proses, mulai dari adanya rangsangan, dikelola dalam pikiran, dan kemudian ditampilkan melalui
respon yang dilakukan oleh tubuh. Tujuan akhir dari pembelajaran gerak adalah kemampuan penguasaan
keterampilan. Keterampilan seseorang dalam tugas gerak tertentu akan menentukan seberapa besar kemampuan
orang tersebut dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan derajat keberhasilan yang tinggi. Untuksampai
pada tujuan akhir tersebut diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana keterampilan bisa dihasilkan
serta faktor apa saja yang berperan dalam gerakan itu? Pertama yang harus dikuasai adalah mempelajari bagaimana
gerakan itu bisa berlangsung. Kedua berhubungan dengan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi agar
keterampilan gerak dapat dicapai dengan baik. Keterampilan gerak dapat dicapai dengan cara latihan atau dengan
berbagai keterlibatan dengan berbagai pengalaman.
Pada dasarnya proses belajar gerak memiliki prinsip sama dengan proses belajar pada umumnya. Istilh
belajar gerak juga sering disebut sebagai belajar motorik. Para ahli seperti William Edwards mengatakan bahwa :
“Learning is not attained by chance, it must be sought for with passion and attended to with diligence. Yang
dimaksud Belajar tidak dicapai secara kebetulan, untuk itu harus dicari dengan semangat dan diiringi, dengan
ketekunan. Perkembangan gerak dasar fundamental (movement ability) akan mengalami perubahan atau kemajuan
ke arah yang lebih baik secara bertahap. Hal tersebut tergantung pada tingkat kematangan dan banyaknya
pengalaman yang dialami anak, seperti melakuakan suatu keterampilan gerakan cabang olahraga, dan juga
memberikan rangsangan atau dorongan dalam setiap pembelajarannya.
Gerak dasar fundamental merupakan suatu gerakan dasar yang perkembangannya dapat sejalan dengan
pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerakan Lokomotor adalah gerakan berpindah
tempat dari satu ketempat lain, seperti berjalan dan berlari. Sedangkan gerak non lokomotor adalah gerakan yang
berporos pada sumbu dibagian tubuh tertentu, seperti memutar lengan, mengayunkan kaki, dan memutar togok.
Sedangkan gerakan manipilatif adalah gerakan memainkan objek tertentu dengan menggunakan bagian tubuh
tertentu, seperti memainkan bola dengan tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya
Hasil tes akhir siklus I keterampilan batting dalam baseball
Berdasarkan evaluasi hasil penilaian gerak latihan batting pada latihan baseball yang dilakukan oleh peneliti dapat
disajikan dalam klasifikasi sebagai berikut:
Persentase keberhasilan = 51,57 %
Pesentase kegagalan = 40,83 %
Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil tes akhir siklus I tentang kegiatan latihan secara keseluruhan,
pelatih telah melakukan kegiatan latihan secara ideal, akan tetapi ada catatan dari kolaborator yaitu peneliti harus
lebih memperhatikan kondisi lapangan ketika atlet mengikuti permainan agar lebih tertib dan teratur supaya
tercapai tujuan latihan. Selain itu, peneliti harus lebih kreatif dalam menyajikan permainan sehingga lebih
bervariasi dan dapat memberikan motivasi kepada atlet terutama mengenai bagaimana cara membangkitkan
semangat latihan atlet. Pencapaian latihan belum tercapai hingga 80% maka akan dilanjutkan dengan siklus ke II.

Hasil tes akhir siklus II gerak keterampilan batting pada baseball


Berdasarkan evaluasi hasil penilaian keterampilan batting dalam baseball yang dilakukan oleh peneliti dapat
disajikan dalam klasifikasi sebagai berikut:
Persentase keberhasilan = 80.35%
Pesentase kegagalan = 18.65 %
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II tentang kegiatan latihan keterampilan secara keseluruhan, pelatih
telah melakukan kegiatan latihan secara ideal, akan tetapi ada catatan dari kolaborator yaitu peneliti harus lebih
memperhatikan kondisi lapangan ketika atlet mengikuti permainan agar lebih tertib dan teratur supaya tercapai
tujuan latihan. Selain itu, peneliti harus lebih kreatif dalam menyajikan permainan sehingga lebih bervariasi dan
dapat memberikan motivasi kepada atlet terutama mengenai bagaimana cara membangkitkan semangat latihan
para atlet. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan latihan batting secara keseluruhanevaluator, dan hasil dari tes
akhir pada siklus I hingga siklus II, terjadi perubahan yang signifikan.meningkatnya keterampilan gerak latihan
batting pada baseball di clup baseball UPI Bandung yang telah dilakukan oleh.Dapat dilihat dari hasil perhitungan
dari data tes akhir siklus I dan II yaitu sebagai berikut

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 5
Gambar 2. Diagram batang

Hasil keterampilan latihan batting dalam baseball Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II
No Kategori Nilai kelulusan
F % F %
1. Lulus > 60 15 62.50 20 83.33
2. Tidak lulus < 60 9 37.50 4 16.67
∑ 24 100 24 100

Tabel 1. Hasil pencapaian penilaian latihan batting dalam baseball

Nilai Makna Keterangan

80% valid Latihan Berhasil


65-79% Cukup Valid Latihan Berhasil

45-59% Kurang Valid Latihan Tidak Berhasil

30-39% Tidak Valid Latihan Tidak Berhasil

< 29% Tidak Valid Latihan Tidak Berhasil

Tabel 2. Analisis Persentase Hasil Evaluasi Oleh Subyek Uji Coba

20
20
15
15

10

0
Siklus I Siklus II

Gambar 3. Diagram batang Hasil keterampilan latihan batting dalam baseball Siklus I dan Siklus II

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 6
PENERAPAN IPTEKS
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian terlihat bahwa proses latihan dengan kegiatan metode pembebanan, dapat merangsang
kemampuan keterampilan siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran ini atlet lebih aktif dalam latihan.

Saran
Dengan kegiatan proses latihan yang baik dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan,
mengembangkan skill dan mengembangkan sikap kompetitif yang sangat penting sebagai nilai-nilai yang
harus ditanamkan pada atlet yang tentunya berguna untuk menghadapi suatu permasalahan yang terjadi
yang akan datang.

REFERENSI
Buku Penulis 1
Hidayat, Imam.(2003) Biomekanika: Pendekatan dalam Sistem Pembelajaran Gerak. Bandung: PPS
UPI,
Buku Penulis 2
Widiastuti,(2011) Tes dan Pengukuran Olahraga, Jakarta: PT. Bumi Timur Jaya,
Buku Penulis 3
Tangkudung, James dan Wahyuningtyas, Puspitorini.(2012)Kepelatihan Olahraga Edisi II. Jakarta:
Cerdas Jaya
Artikel Jurnal / Ensiklopedi
1. Alderson, Sandy., Antonetti, Chris., Bernabe, Sam., Dipoto, Jerry., Gorman, Brian., Mozeliak, John.,
Ryan, Terry., Schuerholz, John and Torre, Joe.(2015) Official Playing Rules Committee. The Office
of the Commissioner of Baseball,.
2. Edwards, William.(2010) Motor Learning and Control From Theory to Practice. California State
University:. Wadsworth .
3. Kemmis, Stephen, in Geoffrey E. Mills.(2010) Action Research: A Guide For The Teacher Researcher
(NewJersey: Prentice-Hall,
4. Kusumah Negara Jajat D. (2009) Analisis Biomekanika Softball-Baseball. Jakarta: Jurnal IPTEK
Olahraga KONI Pusat,
5. McGinnis,(2013) Peter M. Biomechanics of Sport and Exercise. State University of New York, College
at Cortland: Human Kinetics 3rd Edition,.
6. Russel, Dan. (2010)Swing Weights of Baseball and Softball Bats. The Physics Teachers. Vol 48: 471-
474,
7. Sawicki, Gregori S., Hubbard Mont., Stronge William J.(2003) How to Hit Home Runs: Optimum
Baseball Bat Swing Parameters for Maximum Range Trajectories. American Journal of Physiology:
Vol 71(11): 1152-1162.
8. Christian M.(1995) Et al. Hitting a Baseball: A Biomechanical Description. Journal of Orthopaedic
and Sport Physical Therapy: Vol 22(3): 193-201,

Analisis Gerak Lemparan Pitcher Baseball


Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 1
PENERAPAN IPTEKS

Abdul Harris Handoko


(Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan)

Abstrak
Dalam permainan baseball memiliki suatu teknik dasar antara lain Lambungan
(pitching), menangkap (catching), melempar (throwing), lari antar base (base
running), dan memukul (hitting). Seorang pitcher harus memperhatikan berbagai
faktor untuk memaksimalkan hasil lemparannya, seperti mekanise gerak tubuh,
keseimbangan dan kontrol terhadap gaya gravitasi bumi. Didalam lemparan
seorang pitcher memiliki unsur kecepatan dan ketepatan.
Didalam hakikat belajar gerak, gerakan pitching termasuk kedalam gerakan
manipulatif yaitu gerakan yang mempermainkan sebuah objek tertentu sebagai
medianya diantaranya melemparkan bola ke sasaran atau target. Seorang pitcher
harus memiliki keterampilan terbuka (open skill) dan keterampilan tertutup (close
skill) Untuk menjadi seorang pitcher yang handal harus melalui beberapa tahapan
kemampuan motorik, yaitu dimulai dari tahapan kognitif, tahap asosiatif dan tahap
otomatisasi, dimana seorang pitcher sudah tidak harus berpikir ketika akan
melakukan lemparan. Ukuran keberhasilan lemparan dari seorang pitcher dapat
dilihat dari bagaimana dia menangkap suatu informasi melalui panca indera yang
dikirim ke otak dan menghasilkan suatu persepsi gerak lalu disimpan di memori.
Akhir dari proses ini adalah terjadinya umpan balik berupa gerakan yang
ditimbulkan akibat adanya respon dan stimulus.

Keyword : Baseball, Gerakan Pitching, Ketrampilan Gerak, pengolahan


informasi.

Pendahuluan permainan karena tanpa adanya lemparan tidak


Dalam permainan baseball memiliki suatu teknik adanya permainan dan dalam permainan ini
dasar antara lain Lambungan (pitching), diawali dengan lemparan pitcher dan dengan
menangkap(catching), melempar (throwing), lari lemparan bisa mematikan pemukul (batter), dan
antar base (base running), dan memukul (hitting). pitcher merupakan motor permainan dalam
Agar dapat bermain baseball dengan baik maka baseball. Karena itu bagus tidaknya permainan
semua teknik dasar harus dapat dikuasai dengan suatu tim /regu baseball dengan sendirinya
baik. Dari sekianbanyak teknik dasar , melempar bergantung padabagus tidaknya pitcher.
merupakan teknik dasar yang memiliki peranan Seorang pitcher dalam melakukan
penting dalam lemparan harus

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 2
PENERAPAN IPTEKS

memperhatikan mekanisme gerak tubuhnya, yang pertama di isolasi dan kemudian dikombinasikan
dimana tubuhnya di pengaruhi oleh gaya gravitasi dengan satu sama lain. Anak-anak
bumi yang dimana hal tersebut melatih mengembangkanpola dasar gerakan adalah belajar
keseimbangan atau peningkatan kontrol terhadap bagaimana untuk merespon dengangerakan motor
gaya gravitasi. Dalam lemparan pitcher dan kompetensi keseragaman dari stimulan.
pengembangan pola gerak tidak hanya Merekamemperoleh peningkatan dalam kinerja itu
diperhatikan secara khusus pada pengembangan sendiri, serial, dan berkesinambungan sebagai
keterampilan tingkat tinggi dari sejumlah situasi gerakandibuktikan oleh kemampuan merekauntuk
pergerakan tertentu, tetapi juga pada menerima perubahan dalam persyaratan tugas.
pengembangan tingkat kecakapan (profisiensi) Dasar gerakan pola dasar kelihatan pola perilaku.
dan mekanik tubuh efisien yang dapat diterima
dalam berbagai macam situasi pergerakan. Karena PEMBAHASAN
dalam lemparan pitcher mempunyai unsur Gerak Dasar Pitching Pitcher
kecepatan lemparan dan ketepatan yang dimana Baseball
akan memnyulitkan seorang pemukul dalam Lemparan merupakan suatu komponen dasar
memukul bola pitcher, dan dalam posisi melempar dalam permainan baseball dimana lemparan
seorang pitcher memiliki gaya melempar masing- tersebut dilakukan seorang pitcher dalam
masing sehingga hal tersebut harus di perhatikan. melakukan Lemparan adapun unsur kecepatan
Namun dalam hal gerak dasar lemparan pitcher tampak dalam permainan baseball adalah pada
permasalahan yang harus diperhatikan adalah saat pitchermelakukan lemparan kepadacatcher
bagaimanakah proses gerak yang dilakukan dan yang dimana mempunyai teknik khusus. Pitcher
ditahap mana proses perkembangan tersebut, yang dalam permainan merupakan orang yang bertugas
dimana teori ini mempunyai fungsi utama adalah melemparkan bola untuk batter dengan cepat dan
untuk mengintegrasikan tepat pada target yang bertujuan agar better
fakta-fakta yang ada, untuk mengatur mereka tersebut tidak dapat memukul bola pitcher, atau
dengan cara yang memberikan makna mereka. Ini pun pukulan batter lemah sehingga dapat
adalah waktu untuk menemukan cara untuk memudahkan pemain bertahan mematikan lawan.
melakukan berbagai stabilitas, lokomotor, dan Dalam permainan baseball dikenal teknik dasar
gerakan manipulasi, lemparan pitcher yaitu set – position dan wind –
up position.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 3
PENERAPAN IPTEKS

1 . Sikap set (Posisi menyampingi depan pitcher plate dan kaki yang sebelah lagi
better). bebas, sebelum melakukan lemparan seorang
Sikap merupakan posisi pitcher pada keadaan pitcher tidak boleh mengangkat kaki manapun dari
atau situasi ada pelari di base yang mana ditandai tanah kecuali benar – benar melempar “ pitch ”
dengan posisi pitcher mengahada kearah base kepada better kearah zona strike dengan
tiga dan pandangan kearah better dengan kaki konsentrasi yang tinggi untuk mendapatkan
diatas atau didepan bersinggungan dengan tepi kecepatan maksimal. Adapun Tahapan gerakan
depan pitcher plate. Posisi ini akan membuat wind – upadalah sebagai berikut : Tahap 1. Sikap
pelari sulit masuk ke base selanjutnya karena siap -- Tahap 2. Gerak awal -- Tahap 3. Gerak
pitcher boleh melempar ke base yang dituju pelari melempar -- Tahap 4 dan 5. Release -- Tahap 6.
dengan cara melangkah mundur atau Gerak lanjutan
melepaskan kaki tumpu sehingga memudahkan Adapun Tahapan gerakan pitchingwind
lemparan. Adapun Tahapan sikap set sebagai – up position dapat dilihat padagambar
berikut : Tahap 1. Sikap siap -- Tahap 2. Gerakan 2
awal -- Tahap 3. Gerakan melempar -- Tahap 4 dan
5. Release -- Tahap 6. Gerak lanjutan
Adapun tahapan gerakan pitchingset
– position dapat dilihat pada Gambar 1

Gerak dasar lemparan pitcher didukung oleh


beberapa faktorantara lain proses gerak tubuh yaitu
daya ledak otot lengan dan karakteristik
perkembangan individu tersebut, dan ditambah
2 . Sikap Wind – up (berdiri dengan sikap penting yakni kecintaan yang sejati
kearah better) dalam permainan tersebut, dan kemampuan
Sikap wind- up pitcher berdiri bergembira saat bermain atau terlibat dalam
permainan dengan segala aspeknya.
menghadap kearah better, keseluruhan Pengembangan
lebar telapak kakitumpuan putar ( pivot kemampuan dasar yang berkaitan dengan ukuran
foot – kaki yang dipakai ketika diperoleh dari pengalaman anak pada waktu ia
memutar tubuh
) menginjak atau bersinggungan tepi

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 4
PENERAPAN IPTEKS
gerakan ini dapat dibagi menjadi gerakan
berinteraksi dengan lingkungannya,khususnya Lokomotor dan NonLokomotor.
pengalaman yang Gerakan Lokomotor adalah gerakan yang
berhubungan dengan menyebabkan terjadinya perpindahan tempat
membandingkan, mengklasifikasikan, dan seperti berjalan, berlari, melompat, melangkah,
menyusunatau mengurutkan suatu pola skipping, dan sliding. Sedangkan gerakan Non
gerakan. Lokomotor adalah gerakan yang tidak
menyebabkan perpindahan tempat, seperti
Hakikat Belajar Gerak (Pitching) Belajar bertepuk tangan, melenting, dan meliukkan badan.
gerak dapat diartikan Ditinjau dari system otot, gerakan dapat dibagi
sebagai perubahan tempat, posisi,kecepatan tubuh menjadi tiga yaitu : (1) fleksi, (2) ektensi, (3)
atau bagian tubuhmanusia yang terjadi dalam rotasi. Fleksi adalah gerakan kontraksi otot yang
suatudimensi ruang dan waktu serta menyebabkan gerakan
dapat diamati secara objektif. membengkok. Ektensi adalah gerakan yang
seperti menurut Lutan (102:1988)dalam buku meluruskan ataumembentangkan yang berlawanan
Belajar KeterampilanMotorik Pengatar Teori dengan fleksi. Rotasi adalah gerakan yang
dan Metodeadalah seperangkat yang bertalian berputar dan yang berporos pada suatu sumbu. Jika
dengan latihan atau pengalamanyang dilihat dari gerak dasar fundamental merupakan
mengantarkan kearah pola gerakan yang menjadi dasar untuk
perubahan yang permanen dalamprilaku ketangkasan gerak yang lebih kompleks. Gerakan-
terampil. Dalam belajar gerakan ini terjadi atas dasar gerakan refleks yang
gerak, latihan merupakan suatu berhubungan dengan badannya, merupakan
proses yang paling utama dalamrangka bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa melalui
peguasaan keterampilangerak. latihan. Gerakan-gerakan fundamental adalah
Dalam teori belajar gerak,kata yang dibagi atas : (1) Gerakan Lokomotor, (2) Gerakan
diterjemahkan sebagaisinonim dari kata NonLokomotor, dan (3) Gerakan Manipulatif.
motor danmovement, Jadi menurut kajian teori diatas, belajar pitching
dilihat dari pengertiankedua kata tersebut itu termasuk dalam gerakan manipulatif yaitu
berbeda. Katamovement adalah gerak yang gerakan
bersifat ekternal atau dari luar,
sebagai cirinya adalah gerak inimudah diamati.
Sedangkan katamotor adalah gerak yang bersifat
internal atau dari dalam, konstandan sukar
diamati. Gerakan inidapat ditinjau dari segi yaitu
darisegi ruang dan jarak dari sistemotot. Dilihat
dari ruang dan jarak,

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 5
PENERAPAN IPTEKS
lingkungan yang selalu berubah dan tidak bias
yang dilukiskan sebagai gerakan yang diperkirakan. Menurut Schmidt dan Magil
mempermainkan sebuah objek tertentu sebagai Keterampilan Tertutup (close skill) adalah
medianya diantaranya melemparkan bola ke keterampilan yang dilakukan
sasaran atau target. Disamping itu gerakan dalam lingkungan yang relatif stabil dan dapat
pitching memerlukan gerak koordinasi yang diduga. Seperti dalam keterampilan pitching yaitu
kompleks antara lengan, mata, pinggang, dan kaki. melemparkan bola ke sasaran.Bola yang akan
dilemparkan itu tetap dalam keadaan sama. Oleh
Klasifikasi Keterampilan Gerak karena itu, seorang pitcher tidak selalu merubah
Pitching. posisi ketika hendak melakukan pitching, karena
Untuk lebih memudahkan penganalisaan suatu posisi bola dan sasaran atau targettersebut selalu
jenis keterampilan gerak, para ahli telah dalam keadaan diam(statis) tetapi lingkungan yang
mengklasifikasikan keterampilan gerak kedalam mepengaruhi gerak pitching ituadalah hembusan
beberapa klasifikasi berdasarkan teori angin, sinar matahari, keadaan sekitar dan
penganalisaan yang berbeda. Seperti menurut sebagainya.
Agus Mahendra dan Amung Ma’mun (1996:89) Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa
dalam bukunyaTeori Belajar Motorik keterampilan pitching itu termasuk pada jenis
mengklasifikasikan gerak kedalam : keterampilan tertutup, maksudnya adalah keadaan
(1) Jenis keterampilan tertutup dan terbuka, (2) lingkungan sekitarnyayang diam (statis) dalam hal
Jenis keterampilan gerak Halus dan Kasar, (3) ini target yang statis.
Jenis keterampilan Diskrit, Berkelanjutan dan
Serial. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk Keterampilan gerak halus dan keterampilan
menganalisis keterampilan pitching dalam kajian gerak kasar.
adalah sebagai berikut : Keterampilan gerak halus (finemotor skill) adalah
keterampilan- keterampilan yang memerlukan
Jenis keterampilan gerak tertutupdan kemampuan utnuk mengontrol otot- otot
terbuka. kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan
Menurut Schmidt (1991) keterampilan yang sukses.
Keterampilan Terbuka (open skill) adalah Menurut Magil,
keterampilan yang ketika dilakukan, lingkungan keterampilan ini melibatkan koordinasi mata dan
yang berkaitan dengannya bervariasi dan tidak tangan dan memerlukan ketepat derajat yang
dapat diduga. Begitu juga menurut Magil (1985)
keterampilan- keterampilan yang melibatkan

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 6
PENERAPAN IPTEKS
yang selalu merubah-ubah, maka keterampilan itu
tinggi untuk berhasilnya dikategorikan sebagai keterampilan berkelanjutan.
keterampilan ini. Keterampilan gerak kasar Keterampilan serial (serial skill) Menurut Schmidt
(gross motor skill) adalah keterampilan yang yang dikutif olehMahendra dan Ma’mun (1996:91)
bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot- adalah keterampilan yang seringdianggap sebagai
otot besar sebagai dasar utamagerakannya. suatu kelompok dari keterampilan diskrit, yang
Perbedaan antara keterampilan halus dan kasar digabung untuk membuat keterampilan baru
terletak pada besar kecilnya jumlah otot-otot yang atau keterampilan
dipakai atau yang dilibatkan dalam satu rangkaian yang lebih kompleks.Jika dilihat dari uraian diatas,
gerakan. Jadi keterampilan pitching termasuk maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
kedalam jenis keterampilan kasar, karena didalam pitching dalam permainan Baseball termasuk
gerakan ini meleibatkan otot-otot yang besar dan kedalam keterampilan diskrit, karena dalam
hampir seluruh tubuh, terutama otot gerakan pitching ini dapat ditentukan awal dan
lengan, otot pinggang dan tungkai, akan tetapi akhir gerakannya, artinya dalam melakukan
dalam keterampilan pitching ini diperlukan gerakan ini haruslah mempunyai kemampuan
perasaan yang halus dan memerlukan ektra verbalyang tinggi, sebelum pitching harus sudah
konsentrasi. membaca, membuat rencana dan ditentukan apa
Keterampilan diskrit yang akan dilakukannya.
berkelanjutan dan serial.
Keterampilan diskrit yang diartikan oleh Scmidt Tahap-tahap Belajar Pitching. Belajar
yang dikutif olehMahendra dan Ma’mun (1996:91) keterampilan motorik itu
sebagai keterampilan yang ditentukan dengan berlangsung dalam beberapa tahap,seperti
mudah awal dan akhir dari gerakannya, yang lebih menurut Fitss dan Posneryang dikutif oleh Lutan
sering berlangsung dalam waktu singkat, seperti (1988:305)yakni sebagai berikut :
melempar bola, menendang bola, gerakan-gerakan 1. Tahap Kognitif. Tahap ini adalah
dalam senam artistic atau menembak. Magil
tatkala seseorang baru mempelajari
menyebutkan tentang keterampilan berkelanjutan
(continuous skill), dikutif oleh Mahendra dan suatu tugas keterampilan motorik,
Ma’mun (1996:91) bahwa jika suatu maka akan timbul pertanyaan
keterampilan mempunyai awal dan akhir gerakan bagaimana cara melakukan tugas
tersebut dengan baik. Dia
membutuhkan informasi mengenai
cara-cara

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 7
PENERAPAN IPTEKS
Error, (5) Reminiscence, (6) Trials
melaksanakan tugas geraktersebut. dan (7) Retention.
2. Tahap Asosiatif. Tahap ini adalah Lutan (1988:87) juga menjelaskan bahwa ada tiga
tahap dimana semua informasi yang kategori pengukuran penampilan keberhasilan
dikumpulkan dan dilaksanakan dan belajargerak yang dipakai sebagai acuan :
ditandai dengan adanya gerakan yang (1) waktu, yakni termasuk pengukuran lantancy
semakin efektif cara-cara atlit atau lamanya suatu respons; (2) Error, yakni
melaksanakan tugas gerak dan dia pengukuran terhadap kecermatan, variabilitas atau
mulai mampu menyesuaikan diri penimpanan suatu respond dan (3) Ukuran jumlah
besar (magnitude), mencakup pengukuran
dengan keterampilan yang
kuantitatif tentang seberapa jauh, seberapa banyak.
dilakukannya. Jika ditranfers kedalam ukuran keberhasilan
3. Tahap Otomatisasi. Tahap ini penampilan gerak pitching dapat dilihat dari
dikatakan tahap otomatisasi karena kecepatan dan ketepatan lemparan, secepat-
semua gerakan dan keterampilan cepatnya dan setepat-tepatnya agar para pemukul
motoriknya yang telah dilatih dengan akan mengalamikesulitan dalam memukul bola.
baik selama beberapa hari, berbulan- Dan dari keseluruhan proses tersebut faktor yang
bulan, atau bahkan bertahun-tahun berperan adalah proses informasi dalam
dapat dikerjakan secara otomatis. penampilan gerak yang dimana awalnya masuknya
informasibermula dari panca indra lalu di kirim ke
otak dan menghasilkan suatu persepsi kemudian
Ukuran Keberhasilan Pitching disimpan di memori setelah itu terjadi umpan balik
(Lemparan)
yang dimana menghasilkansuatu gerak. Dan dari
Sesuai dengan arti dari proses pembelajaran yaitu
kegiatan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
satu perubahan internal dari setiap individu yang
pembelajaran motorik adalahpembelajaran tentang
ditafsirkan berdasarkan perubahanmenetap dalam
suatu ketrampilan gerak, gerak tersebut
penampilan gerak sebagai hasil dari
ditimbulkan akibat adanya respon dan stimulus.
belajar/berlatih. Menurut
Scmidth (1975)
mengklasifikasikan penampilan gerak atas tiga
kategori : (1) Kecermatan, (2) Kecepatan, dan (3)
Respons berwujud jumlah atau ukuran besar.
Begitu juga menurut Drowatzky (1981)
mengemukakan ada tujuh tipe pengukuran
penampilan keberhasilan belajar gerak : (1)
Jumlah respons, (2)
Latancy dari respons, (3) Rate, (4)

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 8
PENERAPAN IPTEKS

Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan di atas maka bisa
ditarik kesimpulan, bahwa:
1) Didalam gerakan dasar pitching, ada
dua gaya yang bisa diterapkan dalam
melakukan pitching (lemparan)
yaitu, Set Position dan Wind-Up
Position. Untuk melakukan gerakan
lemparan pitcher yang baik, adapun
Dan karakteristik perkembangan individu yang faktor yang harus diperhatikan adalah
terkait dengan gerak dasar lemparan pitcher belajar gerak. Belajar gerak dapat
adalah Pembelajaran dari suatu proses yang
diartikan sebagai perubahan tempat,
melibatkan waktu dan latihan. Belajar gerak
bertujuan untuk menguasai berbagai keterampilan
posisi, kecepatan tubuh atau bagian
gerak dan mengembangkannya agar keterampilan tubuh manusia yang terjadi dalam
gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk suatu dimensi ruang dan waktu serta
menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai dapatdiamati secara objektif.
sasaran tertentu. Dalam menguasai keterampilan 2) Adapun faktor – faktor yang
gerak terjadi proses belajar gerak. berkaitan dengan belajar gerak yaitu :
Dan dalam belajar proses gerak juga di Klasifikasi Keterampilan Gerak
pengaruhi dengan suatu tranfer informasi yang Pitching dimana didalamnya
dimana transfer informasi tersebutmempunyai tiga terdapat unsur : a) Jenis keterampilan
jenis yaitu positif,negatif, dan nol. Yang dimana
gerak tertutup dan terbuka, b)
dalam hal lemparan pitcher adalah transfer
informasi yang bersifat positif karena seorang
Keterampilan gerak halus dan
individutersebut belajar dari masa lalu dengan satu keterampilan gerak kasar, c)
ketrampilan dan hal tersebut yang memfasilitasi Keterampilan diskrit berkelanjutan
suatu pembelajaran yang baru dalam menggunakan dan serial.
keahlian dan keterampilan dalam konteks yang 3) Unsur selanjutnya yang berkaitan
berbeda. dengan gerak lemparan pitcher
adalah tahapan belajar pitching
(lemparan) dimana belajar
keterampilan motorik itu berlangsung
dalam beberapa tahap : a) Tahap
Kognitif, b) Tahap Asosiatif, dan c)
Tahap Otomatisasi.
4) Ukuran keberhasilan lemparan dari
seorang pitcher dapat dilihat

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 9
PENERAPAN IPTEKS
Coaching. Jakarta : CV
dari bagaimana dia menangkap suatu Tambak Kusumah.
informasi melalui panca indera yang
kemudian dikirim ke otak dan Hidayat, Imam. (1990). Biomekanika
menghasilkan suatu persepsi gerak lalu Olahraga. Bandung : Diktat FPOK
disimpan dimemori. Akhir dari proses ini UPI Bandung.
adalah terjadinya umpan balik berupa
gerakan yang ditimbulkan akibat adanya Hovart, Theodore. (1985). Basic Statistics
respon danstimulus For Behavioral Sciences. Boston
Toronto : Little Brown and Company.
Daftar Pustaka
Bethell Dell. (1987). Petunjuk Lengkap Johnson, Barry L and Nelson, Jack
Softball dan Baseball. Semarang : K. (1989). PracticalMeasurements for
Dahara Prize. Evaluation in Physical Education.
Minneapolis : Burgess Publishing
Bob Davis (1998), PhysicalEducation Company.
and The Study ofSport Hal. 261
Brockmeyer and Potter. (1989). Softball Step Komisi Perwasitan PB PERBASASI.(1998).
To Success. Canada : Leisure Press Official Rules of Softball. Jakarta :
Champatgh, Illnois. PBPERBASASI.

Cheryl A. Coker.,( 2004). Motor Loren, Walsh. (1979). Coaching Winning


Learning and Control for Softball. Chicago : Contemporary
practitioners. Hal.124 Books, Inc.
Damiri, Ahmad. (1994). Anatomi Manusia.
Bandung : Diktat FPOK UPI Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan
Bandung. Motorik,
Pengantar Teori dan Metode. Jakarta:
David. L. Gallahue., John C. Ozmun Departemen
(2006). Understanding Motor Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal
Development (Infant, Children, Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Adolecents, Aduls). Boston:
MC. Graw Hill. Hal. 47 Mahendra, Agus dan Ma’mun, Amung.
(1996). Teori Belajar Motorik.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Bandung : FPOK UPI Bandung.
Psikologis dalam

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 10
PENERAPAN IPTEKS

Marian, Kneer and Cord. (1976). Softball Slow and Fast Pitch. Texas :
Wm C Brown Company Publishers.

Richard A.Magill, Motor Learning Concept And


Applications, Hal. 6

Analisis Pemilihan Pitch dalam Permainan BaseballMenggunakan Konsep Pohon Keputusan


Raden Haryosatyo Wisjnunandono - 135200701
Program Studi Teknik Informatika
Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
1
13520070@std.stei.itb.ac.id

Abstract—Baseball adalah permainan yang berpusat pada pertarungan antara pitcher dengan batter.
Sebuah pitch sangat menentukan jalannya permainan. Pitch yang baik dapat memenangkan pertandingan
baseball dengan sendirinya. Selain dari kelihaian dan kemampuan seorang pitcher, pitch yang baik juga
merupakan pitch yang tepat guna. Oleh karena itu, strategi pemilihan pitch yang tepat sangat penting dalam
permainan baseball. Stratergi pemilihan pitch dalam permainan baseball ini dapat dimodelkan dengan pohon,
lebih khususnya pohon keputusan.

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

Keywords—Baseball, pitch, pohon keputusan, strategi.

I. PENDAHULUAN
Baseball merupakan salah satu olahraga yang memanfaatkan bola dan pemukul dalam permainannya.
Mulanya baseball berasal dari Inggris yang kemudian diadaptasi oleh orang Amerika dan kemudian bervolusi
menjadi permainan yang modern seperti sekarang dengan peraturan dari Amerika Serikat. Pertandingan baseball
berpusat di antara kemahiran seorang batter dalam memukul bola dengan kemahiran seorang pitcher dalam
memberikan pitch/melemparkan bola. Seiring dengan berjalannya waktu, pemain baseball semakin mahir
dalam memukul dan melemparkan bola sehingga bermunculan jenis- jenis pitch baru dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-
masing.

Gambar 1 Aktivitas Pitching


(Sumber: https://www.si.com/mlb/2021/06/04/sticky-stuff-is- the-new-steroids-daily-cover)
Sebuah pitch yang baik menjadi kunci dalam memenangkan pertandingan baseball. Oleh karena itu, pitcher
menghabiskan banyak waktu untuk melatih kemampuan pitch mereka dan terus

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

berusaha untuk memperbanyak jenis pitch yang ia kuasai. Namun, selain karena kemahiran seorang pitcher
dalam memberikan pitch, strategi dalam pemilihan pitch juga menjadi faktor penting dalam memenangkan
pertandingan baseball.
Ketidakpastian arah, kecepatan, dan jenis pitch menjadi hal yang membuat suatu pitch menjadi efektif dalam
membuat batter out. Faktor kemahiran pemain, cuaca, kondisi lapangan, dan psikologis adalah hal krusial yang
harus diperhatikan dalam pemilihan pitch. Banyaknya hal yang harus diperkatikan dalam pemilihan pitch
tersebut dapat membuat kombinasi pitch yang akan dilempar menjadi sangat banyak. Oleh karena itu, makalah
ini akan mencoba menyederhanakan proses pemilihan pitch dengan menggunakan pendekatan matematis
dengan memodelkan pitch secaara diskrit dan proses pemilihgan pitch menggunakan pohon keputusan

II. DASAR TEORI


A. Graf
Graf adalah struktur diskrit yang terdiri dari simpul dan sisi yang menghubungkan simpul-simpul tersebut.
Secara formal, graf didefinisikan sebagai berikut:
Graf G = (V , E) terdiri dari V , himpunan tak kosong dari vertex (atau simpul) dan E, himpunan sisi. Setiap
sisi memiliki satu atau dua simpul yang terkait dengannya, yang disebut titik ujungnya. Sebuah sisi
menghubungkan kedua titik ujungnya[1].

Gambar 2 Graf Jaringan Komputer


(Sumber: Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition/Kenneth H. Rosen)
Graf dapat digunakan untuk merepresentasikan hubungan dari objek-objek diskrit seperti yang dicontohkan
pada Gambar
1. Pada Gambar 1, sebuah persoalan diskrit, dalam hal ini jaringan, komputer dimodelkan sebagai sebuah
graf dengan vertex (simpul) merepresentasikan sebuah pusat data dan sisi menggambarkan hubungan antar-
pusat data.

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

B. Pohon
Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit[2].

Gambar 3 Contoh Pohon


(Sumber: https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020- 2021/Pohon-2020-Bag1.pdf)

Aplikasi pohon dalam bidang ilmu komputer sangatlah beragam, salah satu contohnya ialah untuk membuat
algoritma yang efisien dalam sebuah list. Pohon juga dapat diaplikasikan dalam membuat kode yang efisien yang
menghemat biaya dalam menyimpan dan mentransmisi data melalui Huffman coding.
Setiap graf terhubung yang tidak mengandung sirkuit sederhana adalah pohon. Sedangkan graf yang tidak
memiliki sirkuit sederhana yang tidak terhubung disebut dengan hutan.

Gambar 4 Illustrasi Hutan


(Sumber: Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition/Kenneth H. Rosen)

Teorema tentang pohon mengatakan, misalkan G = (V, E) adalah graf tak-berarah sederhana (pohon), berlaku
beberapa sifat berikut:

1. G adalah pohon
2. Setiap pasang simpul di dalam G terhubung dengan lintasan tunggal
3. G terhubung dan memiliki m = n – 1 buah sisi
4. G tidak mengandung sirkuit dan mengandung m = n – 1 buah sisi
5. Graf tidak mengandung sirkuit dan penambahan satu sisi pada graf hanya akan membuat satu sirkuit
6. G terhubung dan semua sisinya adalah jembatan[3].

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

Salah satu variasi pohon ialah pohon berakar. Pohon berakar adalah pohon yang satu simpulnya telah
ditetapkan sebagai akar dan setiap sisinya adalah diarahkan jauh dari akar[1]. Illustrasi pohon berakar dapat
dilihat pada Gambar 4. Adapun terminologi yang dipakai dalam mendeskripsikan pohon berakar adalah sebagai
berikut:

1. Anak (child/children) dan Orangtua (parent)


Pada Gambar 4, anak dari a merupakan simpul b, c, dan
d. Sementara itu, a sendiri disebut dengan orangtua dari b, c, dan d.
2. Lintasan (path)
Pada Gambar 4, lintasan dari a ke I adalah a, b, e, i. Lintasan ini memiliki 2anjang 3.
3. Saudara kandung (sibling)
Pada Gambar 4, f merupakan saudara kandung dari e tetapi bukan saudara kandung dari g karena tidak
memiliki orangtua yang sama.
4. Upapohon (subtree)
Anak dari a yaitu b merupakan akar dari upapohon yang mengandung simpul e, f, h, I, dan j.
5. Daun (leaf)
Daun merupakan simpul yang tidak memiliki anak atau berderajat nol. Contoh daun pada gambar 2.6
adalah simpul g, h, I, dan j.
6. Simpul dalam (internal nodes)
Simpul dalam merupakan simpul yang memiliki anak, contohnya adalah e, b, a, dan d.
7. Aras atau Tingkat (level)
Aras merupakan tingkat dari sebuah simpul dari akar, lebih jelasnya diilustrasikan pada Gambar 4.
8. Derajat (Degree)
Derajat dari sebuah simpul adalah jumlah upapohon atau anak dari simpul tersebut. Sebagai contoh,
derajat dari a adalah 3, sedangkan derajat dari g adalah nol karena tidak memiliki anak sama sekali.
9. Tinggi (height) atau Kedalaman (depth)
Aras maksimum dari suatu pohon disebut tinggi atau kedalaman pohon tersebut. Pohon pada Gambar 4
berikut mempunyai tinggi 4.

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

Gambar 5 Contoh Pohon Berakar


(Sumber: https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020- 2021/Pohon-2020-Bag2.pdf)

Pohon berakar dapat digunakan untuk memodelkan masalah di mana serangkaian keputusan mengarah ke
solusi. Misalnya, pohon pencarian biner dapat digunakan untuk menemukan item berdasarkan serangkaian
perbandingan, di mana setiap perbandingan memberi tahu kita apabila kita telah menemukan item tersebut, atau
haruskah kita menelusuri subpohon bagian kanan atau kiri dalam. Sebuah pohon berakar di mana setiap simpul
internal sesuai dengan keputusan, dengan subpohon di simpul-simpul ini untuk setiap kemungkinan hasil
keputusan, disebut pohon keputusan.
Pohon keputusan/decision tree merupakan sebuah algoritma yang umumnya digunakan dalam proses
pengambilan keputusan. Algoritma ini akan mencari solusi dari sebuah masalah dengan menjadikan kondisi
sebagai sebuah node kemudian menyusunnya menjadi struktur pohon. Pada decision tree, setiap pohon memiliki
cabang yang merupakan representasi dari suatu kondisi yang harus dipenuhi untuk menuju ke cabang pada level
di bawahnya hingga berakhir di daun.
C. Baseball
Baseball adalah permainan antara dua tim yang masing- masing terdiri dari sembilan pemain, di bawah arahan
seorang manajer, dimainkan di lapangan tertutup sesuai dengan peraturan yang tertera, di bawah yurisdiksi satu
atau lebih wasit. Tujuan tim penyerang adalah membuat pemukulnya menjadi pelari dan memajukan pelarinya.
Tujuan tim bertahan adalah untuk mencegah pemain dari tim penyerang menjadi pelari, dan untuk mencegah
kemajuan mereka di sekitar base. Ketika seorang pemukul menjadi seorang pelari dan menyentuh semua base
secara legal, dia akan mencetak satu angka untuk timnya. Tujuan dari setiap tim adalah untuk menang dengan
mencetak lebih banyak angka daripada lawan. Pemenang permainan adalah tim yang mencetak angka sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan yang mencetak lebih banyak angka pada akhir

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

pertandingan[4]. Baseball dimainkan dengan pemukul/bat, sarung tangan, dan bola. Khusus untuk pemain
berposisi catcher juga membutuhkan catcher gear yang terdiri atas mitt/sarung tangan khusus catcher,
pelindung lutut dan dada, serta facemask/pelindung wajah. Lapangan baseball disusun dalam bentuk berlian,
yaitu persegi yang berorientasi sehingga garis diagonalnya vertikal.

Gambar 6 Logo Major League Baseball (MLB)


(Sumber: https://seeklogo.com/vector-logo/250501/mlb)

Dalam Major League Baseball, kompetisi baseball terbesar yang selanjutnya akan disingkat dengan MLB,
baseball dimainkan oleh dua tim beranggotakan 40 orang pemain dengan 9 orang pemain berada di lapangan
dalam satu waktu. Tujuan permainan baseball adalah mencetak lebih banyak angka/runs dari pada tim lawan.
Untuk mencetak runs seorang batter harus memukul bola diantara foul lines dan melewati seluruh base yang
ada di lapangan. Jika seorang pemain memukul bola diluar area foul lines maka bola tersebut dinamakan
sebagai foul ball dan pemain tidak diperkenankan untuk menjadi runner.

Gambar 7 Lapangan Baseball


(Sumber: http://www.apollostemplates.com/templates- sports/baseball-dimensions.asp)

Esensi dari permainan baseball adalah seorang pitcher dari tim bertahan/fielding team melawan batter dari
tim penyerang/batting team. Seorang batter berusaha untuk memukul bola sejauh mungkin di dalam foul line.
Sementara itu, tugas dari pitcher adalah untuk membuat seorang batter

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

menjadi out dengan melempar bola kedalam strikezone[5]. Aktivitas melempar bola oleh pitcher inilah yang
disebut dengan pitching. Sementara itu, bola yang dilempar itu sendiri disebut dengan pitch. Strikezone adalah
sebuah ruang segi empat imajiner yang lebarnya sama dengan lebar home plate dan tinggi nya adalah zona antara
bahu dan lutut batter. Jika seorang pitcher melempar bola di dalam strikezone ini maka lemparan tersebut
dinamakan strike. Jika seorang batter mengayunkan bat-nya dan tidak mengenai bola, itu juga dikatakan sebagai
strike. Jika batter berhasil memukul bola tetapi diluar foul line dan menjadikannya foul ball, itu hanya dianggap
sebagai strike pertama atau kedua. Jika sudah terdapat tiga strike maka batter tersebut akan out. Sebuah pitch
yang berada di luar strikezone disebut dengan ball. Apabila sudah terjadi 4 kali ball maka batter dapat langsung
walk ke base pertama.

Gambar 8 Baseball Strikezone


(Sumber: https://www.screwballtimes.com/texas-leaguers/mlb- strike-zone-dimensions/)
Selain melalui pitch, ada beberapa cara lain supaya tim bertahan mendapatkan out. Yang pertama adalah jika
bola dipukul sepanjang tanah lapangan dan tim bertahan dapat melemparkan bola ke base yang sedang dituju
runner, jika bola sampai ke base terlebih dahulu sebelum runner maka runner tersebut akan out, hal ini dikenal
dengan thrown/forced out. Seorang runner juga bisa di-out-kan dengan cara menempelkan bola kepada runner
tersebut, hal ini biasa disebut dengan tagged out. Terakhir, apabila bola yang dipukul berhasil ditangkap oleh
fielding team sebelum menyentuh tanah, seorang batter juga dikatan out/fly out. Setelah tim penyerang
mendapatkan 3 strike maka ½ inning mereka telah habis dan kedua tim bertukar posisi batting dan fielding. Setelah
kedua tim mendapat giliran batting maka dilakukan pergantian inning. Permainan berakhir setelah dilakukan 9
innning dan tim yang menang adalah tim yang mencetak run lebih banyak. Dalam MLB tidak ada seri sehingga
apabila jumlah run kedua tim sama setelah 9 inning, maka akan diadakan inning tambahan atau biasa disebut
dengan extra inning(s) sampai mendapat pemenangnya.

III. JENIS DAN STRATEGI PITCH


A. Jenis Pitch
Permainan baseball telah berkembang sedemikian rupa, sejalan dengan hal itu berbagai variasi pitch pun
bermunculan sehingga dalam satu pertandingan baseball di era modern bisa menampilkan hingga ratusan variasi
pitch. Berikut adalah contoh variasi pitch yang populer di era modern ini:

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

1. Fastball
Fastball adalah jenis pitch tertua dan yang paling sederhana secara konsep yaitu mengandalkan kecepatan.
Kecepatan fastball didesain untuk mengalahkan waktu reaksi batter untuk memukul bola. Pitch jenis ini
juga merupakan pitch yang paling populer digunakan saat ini di MLB. Beberapa turunan dari pitch jenis
fastball adalah Four-seam Fastball (four-seamer), Two-seam fastball (sinker/two-seamer), cutter, splitter,
dan forkball.

2. Changeup
Berbeda dengan fastball, changeup mengandalkan kecepatan bola untuk mengecoh timing dari batter.
Karena itu changeup adalah variasi pitch yang kecepatannnya lebih lambat daripada pitch lainnya.
Beberapa pitch yang merupakan turunan dari changeup adalah palmball, changeup, dan circle changeup.

3. Breaking ball
Breaking ball mengandalkan pergerakan bola untuk mengelabuhi batter. Breaking ball biasanya berubah
arah saat sudah dekat dengan batter mengakibatkan pitch jenis ini sulit untuk dipukul. Beberapa pitch yang
merupakan turunan dari breaking ball adalah curveball, slider, slurve, dan screwball

4. Knuckleball
Knuckleball adalah pitch yang sangat langka karena sangat sulit unutk dikuasai. Tetapi pitcher yang mahir
dalam knuckleball biasanya hanya melempar knuckleball dalam satu pertandingan. Tujuan dari
knuckleball adalah untuk menghilangkan hampir semua putaran pada bola sehingga pergerakan bola
menjadi sangat tidak bisa diprediksi (sampai catcher dan wasit pun tidak tahu arah bolanya)[6]-[7].

B. Strategi Pitching
1. Berdasarkan pitch count
Pitch count adalah istilah dalam baseball untuk menuliskan banyaknya ball dibanding dengan banyaknya
strike. Contoh 1-2 berarti ada 1 ball dan 3 strike.
• 0–0/1–1
Sangat penting untuk mendapat strike pada pitch count ini. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk
melempar pitch terbaik yang dimiliki pitcher pada count ini. Jangan takut untuk melempar
changeup atau breaking ball di lemparan pertama jika Anda bisa melemparnya[8].
• 0–1
Lakukan lemparan ke arah sudut strikezone, lempar dengan kecepatan yang sama dengan lemparan
sebelumnya
• 1–2
Lempar pitch ke sudut ataupun keluar strikezone. Fastball tinggi bisa sangat efektif jika pitcher
dapat mengeksekusinya dengan baik.

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

• 0–2
Pada count ini breaking ball ke bagian bawah strikezone, atau fastball sedikit keluar strikezone,
ataupun changeup yang drop ke arah home plate seringkali efektif dalam membuat batter out.
Fastball ke bagian dalam atau atas strikezone dapat juga digunakan untuk mengubah arah pandang
batter yang memudahkan untuk di-out-kan dalam pitch berikutnya.
• 2–2
Pada count ini pitcher sebaiknya lempar pitch
terbaik yang dimilikinya.

• 3–2
Pada count ini pitcher sebaiknya lempar pitch terbaik yang dimilikinya. Selain itu, pilih pitch yang
kira-kira akan memudahkan fielder.
• 1 – 0, 2 – 0, 3 – 0, 3 – 1 dan 2 – 1
Pada count ini pitcher sebaiknya lempar pitch terbaik yang dimilikinya. Secara statistik, changeup
sangat efektif dalam situasi seperti ini.

2. Berdasarkan stance dan kecenderungan dari batter


• Open stance
Fastball atau breaking ball ke arah luar.
• Closed stance
Fastball kedalam/arah badan batter.
• Berdiri jauh dari home plate
Fastball (four-seamer) kedalam/arah badan
batter atau fastball ke arah bawah (sinker,
• Berdiri dekat dengan/mengelilingi home plate Changeup sebagai pilihan utama dan fastball sebagai
selingan untuk mengecoh timing batter.
• Kuda-kuda lebar/lunges at the ball
Changeup ke arah bawah dan luar. Fastball ke arah atas.
• Ayunan Panjang
Fastball ke arah dalam.
• Hand dropper
Fastball ke arah dalam dan diatas tangan
batter.
• Melangkah ke lapangan
Fastball ke arah dalam.
• Steps in the bucket
Breaking ball atau fastball ke arah luar
• Free swinger
Bergantian antara fastball dengan changeup
untuk mengacaukan timing batter.
• Pulls off the ball
Breaking ball atau fastball ke arah luar.
• Contact hitter
Changeup dan variasikan arahnya.
• Pull hitter/Weak hitter Fastball ke arah luar
• Lengan agak tinggi

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

Fastball ke arah dalam atau atas dari tangan batter; Breaking ball ke arah bawah dan luar
strikezone.

3. Eksklusi Knuckleball

Karena ketidakpastian sebuah knuckleball dan juga sedikitnya pitcher yang menguasainya, maka
pitcher yang mengandalkan knuckleball/ knuckleballer dapat terus hanya memakai knuckleball dalam
satu pertandingan penuh. Hal ini tentu harus disetujui oleh catcher sebelumnya karena knuckleball
sangat tidak bisa diprediksi sehingga selain sulit untuk dipukul, juga sulit untuk ditangkap.

IV. ANALISIS PEMILIHAN PITCH MENGGUNAKAN POHON KEPUTUSAN


Kondisi dan jenis pitch yang telah disampaikan pada bagian III makalah ini merupakan objek-objek diskrit
yang dapat dimodelkan dengan pohon. Untuk memudahkan pemilihan pitch berdasarkan strategi yang sudah
disampaikan sebelumnya dapat digunakan pohon keputusan.

Gambar 9 Strategi pitching jika pitcher seorang knuckleballer


(Sumber: Dokumen Pribadi)
Pada Gambar 9 digambarkan pohon keputusan dasar apabila seorang pitcher mahir dalam menggunakan
knuckleball. Menggunakan prinsip eksklusi knuckleball, seorang knuckleballer dapat hanya mengandalkan
knuckleball sepanjang pertandingan dan tidak perlu memperhatikan kondisi lain.
Untuk mayoritas pitcher lain, dapat digunakan strategi yang telah dibahas pada bagian III. Pada bagian III
dibahas strategi dari dua sisi yaitu berdasarkan pitch count dan berdasarkan stance dan kecenderungan dari
batter. Untuk mempermudah pemilihan dan pemodelan dengan pohon keputusan, kedua sudut pandang
strategi ini perlu digabungkan dengan memerhatikan keutamaan dan garis besar dari kedua sisi strategi
tersebut. Hal yang lebih utama adalah posisi pitch count secara umum. Jika seorang pitcher berada didalam
kondisi imbang atau tertinggal dalam pitch count maka sebaiknya menggunakan pitch terbaik dari pitcher
tersebut. Akan lebih baik tentu apabila pitcher dapat menggunakan changeup karena data membuktikan
demikian.
Selanjutnya, jika dalam kondisi unggul dalam pitch count,
yang perlu diperhatikan adalah posisi dan stance dari batter.

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

Apabila batter menggunakan open stance, maka lemparan ke arah luar lebih menguntungkan. Sebaliknya,
(menggunakan closed stance) maka lemparan ke dalam lebih menguntungkan. Apabila batter memosisikan
dirinya jauh dari home plate maka fastball ke arah dalam lebih menguntungkan. Sedangkan jika batter berdiri
dekat dengan home plate, maka changeup lebih menguntungkan. Lebih dari itu, apabila batter menggunakan
kuda-kuda yang lebar maka dianjurkan menggunakan fastball untuk lemparan ke dalam/atas dan changeup untuk
lemparan ke bawah dan luar.

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

Tak lupa juga untuk mempertimbangkan tipe dari batter yang dihadapi. Apabila menghadapi batter tipe weak
hitter jangan pernah berikan pitch changeup, sebagai gantinya gunakan fastball.

Gambar 10 Representasi strategi pitching menggunakan pohon keputusan


(Sumber: Dokumen Pribadi)
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS
Gambar 10 adalah representasi dari strategi pitching yang telah dijabarkan sebelumnya.
Strategi tersebut berasumsi bahwa pitcher dan catcher sama-sama percaya diri dalam
mengeksekusi setip pitch yang telah diputuskan. Mengingat luasnya kemungkinan pitch
dalam pertandingan baseball dan sempitnya ruang penglihatan manusia, maka pohon
keputusan tersebut hanya menggambarkan garis besar tentang hal yang harus dilakukan saat
ingin melakuakan pitch. Untuk jenis pitch spesifiknya (cutball, curveball, splitter, dll) belum
dapat termasuk dalam pohon tersebut karena akan membaut pohon keputusan terlampau
kompleks untuk dibuat dalam satu pohon saja. Akan tetapi pohon keputusan tersebut sudah
cukup representatif dan membantu untuk pertandingan baseball tingkat dasar hinggi semi-
professional.

V. KESIMPULAN
Dalam makalah ini telah ditunjukan salah satu kegunaan dari pohon dalam kehidupan nyata.
Masalah pemilihan pitch dalam permainan baseball yang rumit menjadi lebih mudah
dipahami dan divisualisasikan menggunakan pohon keputusan. Meskipun belum mencangkup
seluruh kemungkinan kondisi serta variasi pitch yang ada, pohon berakar nyatanya dapat
sangat membantu dalam memilih pitch yang akan digunakan supaya tepat guna.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH


Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS
karuniaNya, penulis dapat mengerjakan makalah ini. Kemudian, tidak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada. Bapak Rinaldi Munir, Ibu Harlili, dan Ibu Ulfa Nur
Maulidevi selaku dosen pengampu mata kuliah Matematika Diskrit yang telah bersedia
membagikan ilmunya sehingga saya dapat mengerjakan makalah ini dengan lancar. Tidak
lupa penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga dan teman-
teman penulis yang telah mendukung secara penuh dalam proses pembelajaran dan
pengerjaan makalah ini.

REFERENSI
[1] K. H. Rosen, Discrete Mathematics and Its Applications. New York: McGraw-
Hill, 2012, ch. 10-11.
[2] https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020- 2021/Pohon-
2020-Bag1.pdf. Diakses pada 13 Desember 2021.
[3] https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020- 2021/Pohon-
2020-Bag2.pdf. Diakses pada 13 Desember 2021.
[4] "Official Baseball Rules 2019 Edition" (PDF). Major League Baseball.
[5] “The Rules of Baseball – Explained”. https://youtu.be/skOsApsF0jQ. Diakses pada
14 Desember 2021.
[6] “Baseball Pitches Illustrated”. https://lokeshdhakar.com/baseball-pitches- illustrated/.
Diakses pada 14 Desember 2021.
[7] “Pitch Types”. https://www.mlb.com/glossary/pitch-types. Diakses pada 14
Desember 2021.
[8] https://wmll.org/wp/wp-
content/uploads/2014/01/MemorialSpartans_PitchingHandbook.pdf. Diakses pada
13 Desember 2021.

PENGEMBANGAN L-SCREEN BASEBALL PORTABLE


Oleh
Zulaini1, Novriadi Purwanto1
1
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
Email. novriadip1113@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk L-Screen yang
dikembangkan Menjadi L-Screen Baseball Portble, yang dimana tujuan dari
pengembangan L-Screen ini adalah untuk melindungi pelempar dari hasil pukulan
dan memberi rasa nyata bagi pemukul. Penelitian ini dilakukan di USBC UNIMED,
yang dimana awal dari penelitian tersebut memberikan kuisioner kepada atlet
sebanyak 20 orang. Dan tahap penelitian selanjutnya yaitu dengan melakukan uji
coba pertama dengan 10 orang lalu L-Screen di valadasi selanjutnya melakukan uji
coba kedua dengan 20 orang. Penelitian ini merupakanpenelitian pengembangan
atau Research and Development (R&D). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah meliputi beberapa tahap yaitu diantaranya: (1) tahap analisis
kebutuhan, (2) tahap perancangan alat, (3) Tahap validasi alat. Dari hasil validasi
ahli Matematika
Makalah IF2120 dari TeknikDiskritIndustri Fakultas
– Sem. I Tahun Tektik Universitas Sumatera Utara pada L-
2021/2022
PENERAPAN IPTEKS
Screen Baseball Portable dinyatakan bahwa alat yang dikembangkan berdasarkan
pengaflikasian dari penggunaan L-Screen layak sebagai alat latihan Baseball yang
dimana untuk melatih memukul dengan skor 81 dengan kategori sangat baik.
Sedangkan dari hasil validasi pelatih Baseball Unimed Softball Baseball Club
(USBC) pada L-Screen Baseball Portble dinyatakan bahwa alat yang dikembangkan
berdasarkan pengaflikasian dari penggunaan L-Screen layak sebagain alat latihan
Baseball yang dimana untuk melatih memukul dengan skor 86 dengan kategori
sangat baik.

Kata Kunci: Pengembangan, Baseball, L-Screen Baseball, Portable

A. PENDAHULUAN
Olahraga dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang, sehingga dengan penuh kegembiraan dan santai
tidak ada batasnya dan aturannya yang digunakan. Olahraga tidak dilakukan secara formal, olahraga juga dapat
dilakukan oleh siapa saja baik itu anak-anak, orang dewasa, orang tua, perempuan ataupun laki-laki. Sarana
adalah segala sesuatu ( bisa berupa syarat atau upaya ) yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam
mencapai maksud atau tujuan (Kamus Besar BI,2008:1227). Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb), (Kamus Besar BI,
2008:1099).
Pada dasarnya olahraga Baseball tidak terlalu diminati oleh masyarakat karena olahraga ini belum
terlalu merakyat. Sebelum lanjut ke olahraga, kita harus mengenal

Vol. 3 No. 1 Maret 2019 39


https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/ko

Makalah IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2021/2022


PENERAPAN IPTEKS

atau sejarah Baseball itu sendiri. Perserikatan Baseball dan Softball Amatir Seluruh
Indonesia disingkat Perbasasi adalah organisasi induk olahraga softball dan Baseball di
Indonesia. Perbasasi menyelenggarakan Kejuaraan Nasional Softball sejak tahun 1967.
Pengembangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang menggunakannya sangat
penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan
pengembangan, maka dari itu, pengembangan harus selalu berkembang mengikuti perkembangan
lingkungannya. Untuk menghasilkanpengembangan baru, harus ada pengembangan sebelumnya. Dalam hal ini,
pengembangan sendiri umunya tetap mengikuti gagas, prinsip, konsep, atau pemikiran yang baru. Dalam proses
perencanaan (proses desain), pengembangan biasanya digunakan untuk memperbaiki, memperluas, melengkapi,
atau mengembangkan suatu gagasan, prinsip cara, desain, produk, atau subsistem yang sudah ada terlebih dahulu
(Palgunadi, 2008). Oleh sebab itu penulis ingin meneliti pada Atlet Baseball UNIMED (USBC) yang
menanyakan layaknya alat penggunaan alat L-Screen agar mudah dibawa kemana-mana.
L-Sreen Baseball merupakan alat latihan Baseball yang bentuk huruf L dan memiliki kegunaan
sebagai pengaman pelempar (pitcher) dari cedera atau benturanpada saat latihan. Pengaman berarti alat
untuk menghindarkan atau mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera. Menurut Wibowo (1994) cedera
olahraga adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga
(pertandingan) ataupun sesudah pertandingan, yang terkena tulnag, otot, tendon dan ligamen.
Pitcher belajar untuk menggunakan L-Screen untuk menutupi atau melindungi,dan menyelesaikan
lemparan dengan merunduk di belakang sisi L-Screen(kelly,2001).L-Screen pada mulanya berbentuk
permanen dan terlalu berat sehingga sulit untukdipindahkan ketika ingin berpindah tempat latihan. Untuk
itu peneliti mengembangkanL-Screen Baseball Portable untuk memenuhi kebutuhan latihan yang diharapkan
dapatmembantu proses latihan agar lebih efektif dan dengan menggunakan konsep Ergonomi. Ergonomi
mempelajari hubungan manusia – alat (human – machine system) berangkat dari riset dan studi terhadap
kemampuan dan limitasi fisik-psikis manusiasaat berinteraksi dengan sistem tersebut. Di dalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang

40
PENERAPAN IPTEKS

sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengantujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).Tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan suatu desain dan produk L-
SCREEN Baseball yang lebih mudah dibawa dan lebih ergonomi yang dapatmelindungi pelempar (pitcher)
dari pantulan bola hasil pukulan pada saat latihan.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan kepadan Atlet atau pelatih Baseball dalam mengurangi cedera
akibat benturan ketikan melakukan latiahan Baseball.
2. Sebagai masukan bagi industri olahraga dalam pengembangan alat latihan
olahraga.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain, yang ingin mengembangkan
penelitian yang sejenis dengan variabel yang lebih luas lagi.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D).
Menurut Sugiyono (2016), metode penelitian R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sukmadinata (2009) mendefinisikan
penelitian R&D adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baruatau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi beberapa tahapan yaitu: (1) tahap
analisis kebutuhan, (2) tahap pengembangan produk (3) tahap validasi produk.
Adapun tahapan-tahapan penelitian ini adalah:

1. Sampel dikumpulkan di lapangan serbaguna UNIMED untuk dijelaskan maksud


dan tujuan penelitian.
2. Sampel mengisi kuesioner tentang kebutuhan akan alat latihan L-Screen yang
ergonomi dan Portable.
3. Peneliti merancang alat latihan L-Screen yang dibutuhkan atlet Baseball Unimed
(USBC).
4. Peneliti berkonsultasi ke ahli untuk memvalidasi alat latihan Baseball L-Screen.
5. Sampel dipersilahkan mencoba alat latihan Baseball L-Screnn.

41
PENERAPAN IPTEKS

6. Atlet mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti tentang efektifitas alat
latihan Baseball L-Screen .
7. Alat latihan Baseball L-Screen direvisi berdasarkan masukan dari atlet (sampel).
8. Alat latihan divalidasi kembali oleh ahli
Sampel dipersilahkan mencoba alat latihan L-Screen yang telah direvisi dan divalidasi oleh ahli.
Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Serbaguna Unimed tempat latihan USBC (Unimed Softball
Baseball Club). Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 5 bulan pada tahun 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah atlit Baseball yang masih aktif di USBC (Unimed Softball
Baseball Club) yang berjumlah 20 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah atlit Baseball yang masih aktif di
USBC (Unimed Softball Baseball Club) . Teknik pengambilan sampel dengan cara Total Sampling. Menurut
Sugino (2016) sampel jenuh / total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seleruh
anggota populasi sebagai responden atau sampel. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh arlet USBC
berjumlah 20 orang.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket. Dilakukan 2 kali uji coba, instrumen yang
digunakan pada uji coba satu adalah berupa angket keefektifan L-Screendan instrumen yang digunakan pada uji
coba kedua adalah angket mengenai keamanan dan kenyamanan. Menurut Tarwaka, dkk (2004), terdapat
beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergnomi. Metode-metode tersebut antara lain: (1) Diagnosis, (2)
Treatment, (3) Follow up

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. HASIL PENELITIAN
Penelitian pengembangan mengacu pada model pengembangan yang di batasi pada beberapa tahap
saja. Tahap-tahap berikut adalah, tahap pengumpulan data informasi, tahap perencanaan, tahap perancangan
produk, tahap validasi dan hasil rancangan pengenbangan L-Screen Baseball Portable.
Tahap pertama peneliti melakukan pengumpulan data informasi untuk menganalisis kebutuhan dengan
memberikan kuesioner yang berisi butiran-butiran pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan alat latihan.
Kuisioner diberikan sebelum

42
PENERAPAN IPTEKS

atlet menggunakan L-Screen dengan butiran pertanyaan yang mengacu kepadakebutuhan latihan.
Terdapat 20 responden yang mengisi dan menjawab kuesioner tersebut. Adapun hasil kuesioner
tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1.
Hasil Analisis Kebutuhan
NO PERTANYAAN JAWABAN F %
Ya 20 100%
Apakah Anda membutuhkan L-
1. Tidak - -
Screen saat latihan.
Kurang - -
Ya 7 35%
Apakah L-Screen yang digunakan saat ini
2. Tidak 1 5%
memiliki desain yang aman.
Kurang 12 60%
Ya 13 65%
Apakah L-Screen Baseball ini dapat
3. Tidak 1 5%
melindungi anda dari pantulan bola.
Kurang 6 30%
Apakah L-Screen Baseball yang anda Ya 7 35%
4. gunakan saat ini dapat anda bawa ketika Tidak 13 65%
berpindah lapangan saat latihan. Kurang - -
Apakah Anda mebutuhkan L-Screen Ya 19 95%
5. Baseball yang Portable (dapat dibawa) Tidak - -
dalam latihan Baseball. Kurang 1 5%
Tabel 2.
Hasil Validasi Ahli Teknik Desain

NO ASPEK KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT NILAI


(1) (2) (3) (4) (5)
Merupakan hasil karya peneliti / pengembangan 10 7
Aspek Memiliki fitur pembeda dibandingkan dengan
1
Originalitas teknologi olahraga yang serupa dan sudah ada 10 8
(orisinalitas)
Aspek Memiliki keunggulan dalam dalam hal kualitas
2 Keunggulan karya inovatif, bahan, pengoperasian, dan 10 8
Inovasi pemeliharaan.
Aspek Memiliki daya guna yang tinggi bagi khalayak
3 Kebermanfaat luas dalam mendukung proses latihan. 20 18
an
Memiliki dampak positif dari penerapan
Aspek teknologi dan industrialisasi pengembangan L- 10 8
4 Ekonomi Screen Baseball Portable
Memiliki potensi komersialisasi dan
keterjangkauan pasar 10 8
Aspek Memiliki tingkat keamanan yang baik selama
5 10 8
Keamanan digunakan saat latihan
Aspek Memiliki tingkat kenyamanan (partisipan dapat
6 10 8
Kenyamanan melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain)
Aspek Memiliki Deskripsi tentang manual penggunaan
7 Kelengkapan L-Screen Baseball Portable 10 8
Data
Pendukung
Jumlah Skor 100 81

43
PENERAPAN IPTEKS

Tabel 3.
Hasil Validasi Pelatih

NO ASPEK KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT NILAI


(1) (2) (3) (4) (5)
Merupakan hasil karya peneliti / pengembangan 10 8
Aspek Memiliki fitur pembeda dibandingkan dengan
1
Originalitas teknologi olahraga yang serupa dan sudah ada 10 9
(orisinalitas)
Aspek Memiliki keunggulan dalam dalam hal kualitas
2 Keunggulan karya inovatif, bahan, pengoperasian, dan 10 8
Inovasi pemeliharaan.
Aspek Memiliki daya guna yang tinggi bagi khalayak luas
3 20 18
Kebermanfaatan dalam mendukung proses latihan.
Memiliki dampak positif dari penerapan teknologi
dan industrialisasi pengembangan L-Screen 10 9
4 Aspek Ekonomi Baseball Portable
Memiliki potensi komersialisasi dan keterjangkauan
10 8
pasar
Memiliki tingkat keamanan yang baik selama
5 Aspek Keamanan 10 9
digunakan saat latihan
Aspek Memiliki tingkat kenyamanan (partisipan dapat
6 10 8
Kenyamanan melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain)
Aspek Memiliki Deskripsi tentang manual penggunaan L-
7 Kelengkapan Data Screen Baseball Portable 10 9
Pendukung
Jumlah Skor 100 86

2. PEMBAHASAN
Langkah awal dari penelitian ini adalah dengan menyebar kuisiner analisis kebutuhan untuk
mengetahui kebutuhan atlaet saat latihan. Setelah didapat hasil dari analisi kebutuhan selanjutnya peneliti
merancang L-Screen dan melakukan uji coba pertama.
Setelah dilakukan uji coba pertama selesai, ada beberapa hal yang harus di perbaiki. Perbaikan tersebut
dilakukan sesuai dengan kebutuhan sampel pada saat uji coba. Kekurangannya antara lain adalah, jaring hanya
1 lapis, kakinya terlalu kecil sehingga L-Screen mudah goyang, kaki terlalu ringan sehingga L-Screen mudah
goyang. Selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan dengan menambahkan jaring menjadi 2 lapis, menambah
ukuran kaki, membuat kaki menjadi lebih berat.Pengembangan L-Screen berdasarkan dengan kebutuhan atlet
dengan menggunakankuisioner analisi kebutuhan.
Hasil validasi ahli desain menunjukkan hasil dengan jumlah skor sebesar (81) delapan puluh satu,
dengan kategori skala “Baik Sekali”. Validasi ahli desain dilakukan oleh bapak Buchari, ST, M.Kes selaku
ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

44
PENERAPAN IPTEKS

Universitas Sumatera Utara. Validasi dilakukan langsung di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang memicu kepada keefektifan L-Screen Baseball Portable. L-Sscreen sudah sangat efektif
karena L-Screen lebih ergonomi dan lebih praktis, karena L-Screen bisa dilipat, yang pada awalnya L-Screen
erukuran 2x2m dilipat menjadi 1x1m sehingga lebih mudah dipindahkan saat berpindah tempat latihan dibawa
menggunakan sepeda motor atau dimasukkan kedalam mobil, dan menggunakan roda sihingga leih mudah
digeser untuk disimpan.
Selain validasi dari ahli desain, L-Screen juga di validasikan kepada kepalatih Baseball di USBC
(Unimed Softball Baseball Club) yang dilakukan oleh Erwin Syahputra S.Pd yang dilakukan langsung di
lapangan serba guna Unimed ketika latihan sedang berlangsung. Validasi yang dilakukan oleh pelatih memicu
kepada kenyamanan L-Screen Baseball Portable. L-Screen yang digunakan saat ini sudah sangat amankarena
sudah dapat melindungi pelempar dari bola balik hasil pukulan dari pemukul yang tidak bisa ditebak arah
pukulannya dan bisa saja kembali kerah pelempar. Dengan adanya L-Screen pelempar sudah dapat terlindungi
karena jaring L-Screen sudah cukup tebal dan kokoh. Hasil validasi ahli sebagai pelatih menunjukkan hasil
dengan jumlah skor sebesar (86) delapan puluh enam, dengan kategori skala “Baik Sekali.

Gambar 1. L-Screen Baseball Portable Gambar 2. L-Sceen Setelah Dilipat

L-Screen yang di kembangkan diharapakan dapat membantu proses latihan atlet Baseball UNIMED
dan dapat lebih menunjang prestasi Baseball UNIMED Dengan adanya L-Screen yang lebih Portable yang lebih

mudah dibawa atau dipindahkan ketikaberpindah tempat latihan.

45
PENERAPAN IPTEKS

D. SIMPULAN
Dari hasil validasi ahli pada rancangan pengembangan L-Screen
Baseball Portable, rancangan produk dinyatakan bahwa L-Screen Baseball
Portable layak untuk digunakan pada proses aktifitas latihan Baseball.

Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kebugarandanjasmani.blogspot.com Teori Olahraga
Kelly, J. 2001. Life and Time in Amateur Baseball. British Library.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonmi Konsep Dasar Dan Aplikasi Edisi Kedua.
Surabaya: Guna Widya
Palgunadi, Bram. 2008. Desain Produk 3: Mengenal Aspek Disain. Bandung:
Penerbit ITB
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Sukmadinata, Nana syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: RemajaRosdakarya
Tarwaka, Solichul dan Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Kesehatan,Keselamatan Kerja Dan Produktivitas. Surakarta:
UNIBA Press
Wibowo, Hardianto. 1994. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera
Olahraga.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 1


PENERAPAN IPTEKS

Peningkatan Kecepatan Lemparan Pitcher Baseball

(Studi Eksperimen Tentang Metode Latihan Beban Dan Rasa


Percaya Diri Pada
Club Sofball/ Baseball

Medan)(Abdul Harris

Handoko)
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menegetahui apakah metode latihan beban dan rasa percaya diri
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball. Penelitian ini
dilakukan di Unimed Softball/ Baseball Club Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medantahun
2010. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Pengambilan sampel
menggunakan Cluster Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 36 orang dan dibagi menjadi empat
kelompok dengan masing-masing kelompok 9 orang. Analisis daya menggunakan Analisis Varians (Anava)
dan uji lanjut dengan Uji Tukey. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) secara keseluruhan, metode
latihan beban sistem sirkuit lebih baik dibandingkan dengan metode latihan beban sistem set terhadap
peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball, (2) bagi atlet yang memiliki rasa percaya diri tinggi,
metode latihan beban sistem sirkuit lebih baik dibandingkan dengan metode latihan beban sistem set
terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball, (3) bagi atlet yang memiliki rasa percaya diri
rendah, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode latihan beban sistem sirkuit dengan
metode latihan beban sistem set terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball, (4) terdapat
interaksi antara metode latihan beban dengan rasa percaya diri terhadap peningkatan kecepatan lemparan
pitcher baseball.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 2


PENERAPAN IPTEKS
Kata Kunci : Kecepatan Lemparan Pitcher Baseball, Metode Latihan Beban, Rasa Percaya diri.

PENDAHULUAN
Softball /Baseball menjadi salah satu cabang olah raga yang dibina Badan Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI). Karena KONI memiliki cabang- cabang olahraga yang di binanya, Salah
satu diantaranya adalah PERBASASI. Secara birokrasi badan ini terdapat di pusat (Jakarta) sampai
ke daerah (Kabupaten). Berbagai kegiatan dilakukan KONI agar semua cabang yang dibina dapat
berkembang dan maju, termasuk cabang Softball /Baseball.
Fakultas Ilmu Keolahragaan adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyiapkan calon
guru, pembina, dan pelatih olahraga. Oleh karena itu diharapkan para lulusan FIK memiliki prestasi
belajar yang baik

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 3


PENERAPAN IPTEKS

dalam berbagai cabang olahraga, namun dalam hal ini selain diarahkan agar mahasiswa memiliki
kemampuan akademis yang baik, juga dapat membekali diri dengan ketrampilan gerak, sebab
dalam ilmu keolahragaan aktivitas fisik atau gerak merupakan subyek utamanya, sehingga
pembinaan kualitas fisik, diarahkan pada penyesuian gerak dalam berbagai aktivitas cabang
olahraga.
Cabang olahraga softball adalah salah satu olahraga yang dianjurkan di Fakultas Ilmu
Keolahragaan ( FIK ) sebagai mata kuliah dan permainan ini sama persisnya dengan permainan
baseball.
Pada permainan baseball mempunyai teknik dasar diantaranya : Lambungan (pitching), menangkap
(catching), melempar

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 4


PENERAPAN IPTEKS

(throwing), lari antar base (base running), dan memukul (hitting). Agar dapat bermain baseball
dengan baik maka semua teknik dasar harus dapat dikuasai dengan baik .Dari sekian banyak teknik
dasar , pitching merupakan teknik dasar yang memiliki peranan penting dalam permainan karena
tanpa adanya lemparan tidak adanya permainan dan dalam permainan ini diawali dengan lemparan
pitcher dan dengan lemparan bisa mematikan pemukul (batter), dan pitcher merupakan motor
permainan dalam baseball. Karena itu bagus tidaknya permainan suatu tim /regu baseball dengan
sendirinya bergantung pada bagus tidaknya pitcher itu sendiri.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti Sebagai seorang atlet baseball di
lapangan bahwa hasil pembinaan dan latihan baseball mempuyai teknik penyampaian konsep gerak
baseball. Gerak tersebut adalah teknik penyampaian konsep gerak demontrasi langsung, khususnya
terhadap gerak lemparan pitcher. Dan dalam hal ini lemparan seorang pitcher baseball masih
memiliki kelemahan terutama dalam hal kecepatan lemparan,lemparan tersebut tidak memiliki
kecepatan maksimal sehingga lawan dapat memukul bola tersebut dengan mudah. Lemahnya
lemparan pitcher kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat daya ledak otot lengannya sehingga
pitcher tersebut tidak dapat melempar dengan maksimal. Sehingga dalam rangka meningkatkan
kecepatan lemparan pitcher maka power otot lengan juga harus ditingkatkan dan beranjak dari itulah
maka peneliti berupaya untuk membuat dan merancang metode latihan dalam rangka meningkatkan
power otot lengan yang cukup efisien dan efektif, maka salah satunya latihan beban.
Faktor lain yang harus dimiliki seorang pitcher dalam melakukan lemparan
yang optimal adalah rasa percaya diri. Sudibyo menyatakan bahwa rasa percaya diri jika ia sangggup
dan mampu untuk

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 5


PENERAPAN IPTEKS
mencapai prestasi tertentu; apabila prestasi sudah tinggi maka individu yang bersangkutan akan
lebih percaya diri. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat rasa percaya diri seorang pitcher akan
semakin yakin bahwa pitcher tersebut akan dapat melakukan lemparan sesuai yang diharapakan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti
dengan pemberian suatu metode latihan yang berbeda, yaitu (1) metode latihan beban yang
berisikan latihan beban sistem sirkuit dan sistem set, dan (2) rasa percaya diri, yang dapat dibedakan
atas (a) rasa percaya diri tinggi (b) rasa percaya diri rendah terhadap peningkatan kecepatan pitching
pitcher baseball. Kedua metode latihan ini pada prinsipnya mengembangkan kemampuan power
otot lengan dan bertujuan untuk dapat melempar bola baseball dalam hal kecepatannya untuk
mematikan pukulan lawan.

LANDASAN TEORI
A. KERANGKA TEORITIS
a) Kecepatan Lemparan Pitcher
Lemparan merupakan suatu komponen dasar dalam permainan baseball, dimana lemparan
tersebut dilakukan seorang pitcher dalam melakukan pitching adapun unsur kecepatan tampak
dalam permainan baseball adalah pada saat pitcher melakukan lemparan kepada catcher yang
dimana mempunyai teknik khusus. Pitcher dalam permainan merupakan orang yang bertugas
melemparkan bola untuk batter dengan cepat dan tepat pada target yang bertujuan agar better
tersebut tidak dapat memukul bola pitcher, atau pun pukulan batter lemah sehingga dapat
memudahkan pemain bertahan mematikan lawan.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 6


PENERAPAN IPTEKS

b) Metode Latihan Beban


Pemilihan metode latihan akan mempengaruhi kondisi fisik secara fisiologis yang dilakukan
untuk merangsang fungsi fisiologis secara utuh dimana perkembangannya
sejalan dengan sistem kerja fisik manusia itu sendiri. Metode latihan yang efektif akan
membantu pelatih mengembangkan potensi fisik atlet berkembang sesuai
dengan fungsinya dan tentunya bermuara pada peningkatan kemampuan teknik dalam hal lemparan
pitcher baseball.
Menurut Bompa prinsip- prinsip latihan adalah partisipasi aktif, perkembangan menyeluruh,
spesialisasi, Individualisasi, variasi, model dalam proses latihan, beban meningkat.
Selanjutnya Harsono mengemukakan prinsip- prinsip latihan antara lain: 1)
beban berlebih, 2) Prinsip perkembangan menyeluruh, 3) Prinsip sosialisasi, 4) Prinsip
individualisasi.
Mengingat pentingnya peningkatan pada setiap latihan, maka kedudukan latihan beban
sangatlah strategis dalam upaya menyusun program latihan yang efektif. Beban dapat diartikan dalam
jumlah perkilogram atau dengan waktu serta yang lainnya, sehingga latihan pembebanan sangatlah
penting dalam proses latihan itu sendiri.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan beban
adalah suatu bentuk latihan tahanan yang memanfaatkan suatu beban sebagai alat bantu untuk
meningkatkan kondisi fisik pada umumnya. Otot – otot yang dilatih akan menjadi kuat dan dapat
memikul kerja yang lebih besar dan akan memperlihatkan berkurangnya rasa lelah dengan bertambah
setiap masa latihan.
Fox mengemukakan bahwa tipe kontraksi otot dapat dibagi sebagai berikut: 1) Isotonik,
yaitu otot memendek pada saat terjadi tegangan meningkat, 2) Isometrik

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 7


PENERAPAN IPTEKS
(statik), yaitu otot menegang tetapi tidak memanjang dan tidak berubah, 3) Eksentrik, yaitu otot
memanjang pada saat tegangan meningkat, 4) Isokinetik, yaitu otot memanjang pada saat terjadi
tegangan melalui ruang gerak dalam kecepatan konstan. Dalam penelitian ini latihan beban yang
digunakan adalah latihan beban isotonik. Prinsip peningkatan beban latihan atau yang dikenal
overload principle banyak disarankan oleh para ahli dan ini sangat penting diperhatikan oleh setiap
pelatih maka kedudukan latihan beban sangatlah strategis dalam menyusun program latihan yang
efektif.

Dalam mendapatkan kekuatan lengan dalam kecepatan lemparan pitcher, maka kontribusi
daya ledak otot lengan sangatlah besar. Program latihan beban dirancang untuk mengembangkan
daya eksposif power. Power dan speed strengh merupakan istilah yang sama dimana akan diperoleh
melalui kekuatan yang relatif tinggi dengan dukungan kecepatan yang tinggi pula.
Selanjutnya tentang frekwensi latihan per minggu, McArdle mengemukakan sebaiknya 2-
3 kali. Kemudian fox mengemukakan bahwa latihan cukup efektif bila dilakukan dengan program
tiga kali dalam seminggu. Selanjutnya Baechle menyarankan bahwa latihan benar hendaknya
dilakukan 3-4 kali dalam seminggu.
Kemudian peningkatan beban bertahap sesuai dengan anjuran bompa membagi tipe
repetisi pada beban dapat dikelompokkan pada :
a. Untuk 100% angkatan dapat dilakukan 1 repetisi
b. Jika beban 95%, 2-3 repetisi
c. 90%, 3-4 repetisi jika memungkinkan
d. 85%, 5-6 repetsi
e. 80%, 8-10 repetisi
f. 75%, atlet normal 12 repetisi
g. 70%, atlet dapat mengangkat 12-15 repetisi

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 8


PENERAPAN IPTEKS

h. Antara 60-70%, dapat dilakukan 18- 20 repetisi


i. 50%, maka dilakukan 25 repetisi per set.

a . Latihan Beban Sistem Sirkuit


Latihan sirkuit adalah suatu sistem latihan yang selain menghasilkan perubahan – perubahan
positif pada kemampuan motorik, yang memperbaiki secara serempak kesegaran jasmani dari tubuh,
kekuatan otot, daya tahan, kecepatan dan fleksibilitas.
Bompa menyatakan bahwa sikuit training adalah salah satu nama latihan dengan stasiun
yang dilakukan secara circle yang berurutan hingga kembali kesemula yang terdiri dari 6-9 stasiun.
Satu set sirkuit selesai jika seorang melakukan delapan stasiun yang direncanakan. Sedangkan satu
sesi latihan dilaksanakan tiga set sirkuit.
Berdasarkan teori diatas, maka dalam penelitian ini latihan beban dengan sistem sirkuit
menggunakan 8 stasiun dan dilakukan sebanyak 3 set. Waktu yang digunakan 15 detik per stasiun
dengan jumlah awal 50% 1 RM, dengan istirahat antar stasiun 20 detik dan set 120 detik, frekwensi
latihan 3 kali seminggu.

b. Latihan Beban dengan Sistem Set


Dalam latihan beban, Setiawan menyatakan bahwa latihan yang sering dipergunakan adalah
sistem set artinya dalam pelaksanaannya sesorang melakukan angkatan beberapa ulangan untuk satu
bentuk latihan yang disebut set. Setelah melakukan satu set, pelaku istirahat 3 -5 menit. Selanjutnya
latihan dilanjutkan dengan bentuk yang sama.didalam sistem set ini terdapat istilah repetisi dengan
set. Sajoto menyatakan bahwa repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat satu beban, sedangkan set
adalah satu rangkaian kegiatan dari beberapa repetisi. Latihan sistem set ini di konsentrasikan pada
jumlah beban

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 9


PENERAPAN IPTEKS
lebih berat dan repetisi sedikit. Dimana terdapat perbedaan berat beban pada masing
– masing set. Fokus berat beban latihan akan diangkat pada set terakhir dari masing – masing
stasiun. Hal ini dinyatakan Delome dan Watkins dalam Fox, membuat program latihan dengan
sistem set bagi beberapa kelompok otot sebagai berikut; 1) Set I = 10 repetisi dengan beban 50%
dari berat beban sebenarnya, 2) Set II = 10 repetisi dengan beban 75% dari beban sebenarnya dan
3) set III = 10 repetisi dengan beban penuh.
Jumlah beban diangkat adalah untuk peningkatan power adalah tiga set dengan repetisi 5.
Dimana berat beban 85% dari satu repetisi maksimal ( 1RM) dari masing –masing beban angkatan
pada stasiun.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini latihan beban dengan sistem set
menggunakan 8 stasiun dan dilakukan sebanyak 3 set, repetisi yang dilakukan antar set sama
dengan 3 -5 repetisi perbedaannya terletak pada antar set, waktu istirahat antar repetisi 30 detik dan
istirahat antar stasiun 1 menit.

c) Rasa Percaya Diri ( Self Confidence )


Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu dalam
suatu pertandingan dan suksenya seorang atlet dalam berprestasi. Sebab kurangnya atau hilangnya
rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil dibawah
kemampuannya. Hal ini akan menimbulkan keragu – raguaan sepanjang penampilan dalam
olahraga.
Marten menyatakan bahwa rasa percaya diri adalah harapan yang realitis dari atlet
mengenai kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. Selanjutnya Weinberg dan Gould dalam
Satiadarma mengungkapkan bahwa seorang atlet yang memiliki rasa

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 10


PENERAPAN IPTEKS

percaya diri akan mampu menampilkan kenerja olahraga seperti yang diharapakan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan
akan kemampuan diri sendiri untuk mengambil keputusan sehingga tidak terpengaruh oleh
orang lain dan mengetahui apa yang mampu dilakukan untuk mengambil keputusan sesuai dengan
apa yang diharapkan dan diinginkan dalam pencapaian pretasi olahraga sehingga akan menimbulkan
perasaan aman dan akan terlihat dari tingkah laku yang tampak lebih tegang tidak mudah bimbang
atau ragu – ragu tidak mudah gugup dan tegas.
Pengalaman yang diperoleh melalui proses latihan kemudian akan berhubungan pada
penampilan yang sebenarnya dalam hal ini melakukan pitching pitcher, hal ini didapat dari latihan-
latihan yang lebih banyak, serta keseriusan dalam permainan ini dan akan dapat menumbuhkan rasa
percaya diri pada saat melakukan pitching pitcher baseball dalam hal peningkatan kecepatan
lemparan.
Dengan rasa percaya diri yang baik tentunya akan mampu membangkitkan niat yang kuat
dalam rangka membangkitkan motivasi dalam diri dan akhirnya dengan penyelesaian tugas gerak
yang akan dilakukan dengan baik sehingga tercapainya suatu peningkatan lemparan pitcher baseball.
Dari uraian diatas, rasa percaya diri adalah Keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga
tidak terpengaruh orang lain dan mengetahui apa yang mampu dilakukan untuk mengambil
keputusan sesuai dengan apa yang diharapkan. Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yaitu :
1) Harga diri, 2) Pengalaman, 3) Rasa Aman, 4) Penampilan Fisik, 5) kesuksesan. Sedangkan ciri-
ciri rasa percaya diri adalah mengandung unsur kegembiraan, bertanggung jawab, optimis, tidak
tergantung pada orang lain, toleransi, penuh dengan kreatifitas tidak mementingkan

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 11


PENERAPAN IPTEKS
diri sendiri dan memiliki kenyakinan pada diri sendiri.

METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Serbaguna Fakultas Ilmu Keolahragaan Unimed.
Pelaksanaan latihan beban dilakukan di Labolatorium fisik FIK Unimed selama delapan minggu,
dengan frekwensi 3 (tiga) kali seminggu, waktu selama 120 menit. Kegiatan ini meliputi uji coba
alat ukur, tes pendahuluan, perlakuan dan tes akhir.
Pelaksaan penelitian di mulai dengan uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan untuk menguji
kelayakan alat ukur yang akan dipergunakan. Tes pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan
data tentang rasa percaya diri dari sampel yang dipergunakan. Selanjutnya data awal tersebut
dipergunakan untuk menentukan kelompok rasa percaya diri tinggi dan rasa percaya diri rendah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain
faktorial 2 x 2. Dalam penelitian ini terdapat tiga varibel penelitian, yaitu satu variabel terikat dan
dua variabel bebas. Sebagai variabel terikat (dependent variabel) peningkatan kecepatan pitching
pitcher baseball ( Y ) dan dua variabel bebas ( independent variabel ) adalah metode latihan beban
sebagai variabel eksperimen (A) dan rasa percaya diri (B) sebagai variabel atribut.
Variabel perlakuan metode latihan beban (A) di bedakan menjadi dua, yaitu sistem sirkuit
(A1) dan sistem set (A2). Variabel atribut (B) di bedakan menjadi dua jenis, yaitu rasa percaya diri
tinggi (B1) dan rasa percaya diri rendah (B2). Penentuan desain merujuk pada pendapat Sudjana,
yaitu unit- unit eksperimen di kelompok dalam sel sedemikian rupa sehingga unit- unit eksperimen
didalam sel relatif homogen dan banyak unit eksperimen di dalam sel sama dengan banyak

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 12


PENERAPAN IPTEKS

perlakuan yang sedang diteliti. Perlakuan dilakukan secara acak kepada unit- unit eksperimen
didalam setiap sel.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa putera FIK Unimed,
sedangkan populasi terjangkaunya ditetapkan pada mahasiswa putera yang tergabung didalam
softball/ baseball club Unimed yang berjumlah 57 0rang. Penentuan sampel dengan
memperhatikan hasil pengukuran tentang rasa percaya diri. Skor yang diurutkan dari mulai yang
tertinggi hingga yang terendah. Dengan mengunakan kriteria yang dikemukakan Dali
maka diperoleh sampel dari
atas perhitungan sebagai berikut:

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 13


PENERAPAN IPTEKS
1. Kategori kelompok rasa percaya diri tinggi adalah seorang pitcher yang termasuk kedalam 33%
dari skor tertinggi.
2. Kategori kelompok rasa percaya diri rendah adalah seorang pitcher yang termasuk kedalam 33%
dari skor terendah.
Dengan cara tersebut diperoleh atlet yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian.
Atlet yang menjadi sampel penelitian sebanyak 18 orang ( 9 orang dengan rasa percaya diri tinggi
dan 9 orang dengan rasa percaya diri rendah).

Tabel 3.2. Sampel Dalam setiap Eksperimen

Metode Latihan Beban


Total
Sistem Sistem
Sirkuit Set
Rasa percaya Tinggi 9 9 18
Diri

Rendah 9 9 18

Total 18 18 36

Sesuai dengan rancangan penelitian, maka terdapat dua macam data yang harus dikumpulkan: (1)
Data tentang pitching pitcher baseball, (2) Data rasa percaya diri untuk memperoleh data tentang
keduanya menggunakan tes dan pengukuran.
Instrumen penelitian melakukan pitching pitcher yang bertujuan untuk mengukur kecepatan
lemparan pitcher dengan zona strike yang ditentukan, adapun tes ini diukur dengan satuan m/detik.
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut : seorang pitcher melakukan lemparan dengan jarak yang

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 14


PENERAPAN IPTEKS
ditentukan sebanyak 3 kali dan diukur waktu tercepat lemparan dengan zona strike yang ada. Untuk
menganalisa data didalam penelitian ini digunakan teknik analisis varians (anava) dilanjutkan
dengan uji Tukey dengan taraf signifikasi α = 0,05.

HASIL PENELITIAN
a) Deskripsi Data
Data hasil kecepatan lemparan pitcher baseball yang digunakan untuk analisis berupa data
hasil standar skor yang diperoleh dari mahasiswa setelah mengikuti program

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 15


PENERAPAN IPTEKS

latihan, baik metode latihan beban sistem sirkuit maupun sistem set. Dari hasil lemparan tersebut
diperoleh data tes akhir dari

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 16


PENERAPAN IPTEKS
perlakuan sehingga merupakan hasil pengaruh dari latihan yang dilakukan.
Tabel 4.1 : Rangkuman Hasil Perhitungan nilai X dan s data hasil penelitian
Metode Latihan Beban
Sistem Sirkuit Sistem Set
Rasa Percaya Diri
Tinggi
X = 512.09 X = 387.88

X 2
= 30057.04 X 2
= 17235.94
X = 56.898 X = 43.10
s = 10.72 s = 8.08
n = 9 n =9
Rendah
 X = 455.63  X = 444.34

 X 2 =
X 2
= 22699.81
23552.68 X = 49.37
X = 50.63 s = 9.76
s = 7.79 n = 9
n = 9
Total
X = 967.2 X = 832.22

X 2
= 53609.72 X 2
= 39935.75
X = 53.76 X = 46.23
s = 9.65 s = 9.26
n = 18 n = 18

b) Pengajuan Hipotesis
Untuk menguji hipotesis satu dan dua digunakan teknik analisis varian (ANAVA) dua jalur.
1. Perbedaan Peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball antara
Metode Latihan Beban Sistem Sirkuit dengan Sistem Set secara Keseluruhan
Berdasarkan hasil analisis varian (ANAVA) pada taraf signifikan α = 0,05, didapat Fo =
17.94 dan Ft = 4,15. Dengan demikian Fo > Ft, sehingga Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan,

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 17


PENERAPAN IPTEKS
terdapat perbedaan yang nyata antara metode latihan beban sistem sirkuit dengan sistem set
terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball. Dengan perkataan lain bahwa
peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball dengan menggunakan metode
latihan beban sistem sirkuit ( X = 53.76 ; s = 9.65) lebih baik dari pada metode latihan
beban sistem set ( X = 46.23; s = 9.26). Ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
secara keseluruhan peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball dengan

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 18


PENERAPAN IPTEKS

menggunakan metode latihan beban sistem sirkuit lebih baik dibanding dengan menggunakan
metode latihan sistem set.
2. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Sistem Sirkuit dan Metode Latihan Beban
Sistem Set Terhadap Peningkatan Kecepatan Lemparan Pitcher Baseball Bagi
Kelompok Rasa Percaya Diri Tinggi

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 19


PENERAPAN IPTEKS
Metode latihan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher
baseball pada kelompok yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Hal ini terbukti berdasarkan
hasil uji lanjut dalan analisis varian (ANAVA) dengan menggunakan uji Tukey yang hasilnya
sebagai berikut:

Tabel 4.13: Perbandingan Kelompok Metode Latihan Beban Sistem Sirkuit dan
Sistem Set pada Rasa Percaya Diri Tinggi.
No Kelompok yang Q hitung Q tabel Keterangan
Dibandingkan
1 A1B1 dengan A2B1 4.52 2,26 Signifikan

Keterangan:
A1B1 = Kelompok rasa percaya diri tinggi dengan metode latihan beban sistem
sirkuit A2B1 = Kelompok rasa percaya diri tinggi dengan metode latihan beban
sistem set.

Kelompok perlakuan rasa percaya diri tinggi dengan metode latihan beban sisitem sirkuit
(A1B1) dibanding dengan kelompok perlakuan rasa percaya diri tinggi dengan metode latihan beban
sistem set (A2B1), diperoleh Qo = 4.52 dan Qt = 2,26. Dengan demikian Qo lebih besar daripada Qt,
sehingga Ho ditolak, sehingga dapat ditafsirkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kecepatan
lemparan pitcher baseball secara nyata antara metode latihan beban sistem sirkuit dengan sistem set
dengan tingkat rasa percaya diri rendah. Dengan perkataan lain bahwa mahasiswa yang mempunyai
rasa percaya diri tinggi dengan menggunakan
metode latihan beban sistem sirkuit ( X = 56.895 ; s = 10,72) lebih baik dari pada metode
latihan beban sistem set ( X = 43.09; s = 8.08) dalam peningkatan kecepatan lemparan pitcher
baseball . Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan bahwa rasa percaya diri tinggi, metode
latihan beban sistem sirkuit lebih baik dibanding dengan metode latihan

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 20


PENERAPAN IPTEKS
beban sistem set dalam peningkatan . kecepatan lemparan pitcher baseball.
3. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Sistem Sirkuit dan Metode Latihan
Beban Sistem Set Terhadap Peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball Bagi
Kelompok Rasa Percaya Diri Rendah
Metode latihan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kecepatan
lemparan pitcher baseball pada kelompok yang memiliki rasa percaya diri rendah. Hal ini
terbukti berdasarkan hasil uji lanjut dalan analisis varian (ANAVA) dengan menggunakan uji
Tukey yang hasilnya sebagai berikut:

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 21


PENERAPAN IPTEKS

Tabel 4.14: Perbandingan Kelompok Metode Latihan Beban Sistem


Sirkuit dan Sistem Set pada Rasa Percaya Diri rendah.
No Kelompok yang Q hitung Q tabel Keterangan
Dibandingkan
2 A1B2 dengan A2B2 0.14 2,26 Tidak Signifikan

Keterangan:
A1B2 = Kelompok rasa percaya diri rendah dengan metode latihan beban sistem
sirkuit A2B2 = Kelompok rasa percaya diri rendah dengan metode latihan beban
sistem set.

Kelompok perlakuan rasa percaya diri rendah dengan metode latihan beban sistem sirkuit
(A1B2) dibanding dengan kelompok perlakuan rasa percaya diri rendah dengan metode latihan beban
sistem set (A2B2), diperoleh Qo = 0.14 dan Qt = 2,26. Dengan perkataan lain bahwa mahasiswa yang
mempunyai rasa percaya diri rendah dengan menggunakan metode latihan beban sistem
sirkuit ( X = 50.63 ; s = 7.79) lebih baik dari
pada metode latihan beban sistem set ( X = 49,37; s = 9.76) dalam peningkatan kecepatan lemparan
pitcher baseball. Dengan demikian Qo lebih kecil daripada Qt, sehingga Ho diterima atau tidak
terdapat perbedaan yang berarti.
4. Interaksi Antara Metode Latihan Dengan Rasa Percaya Diri Terhadap Peningkatan
Kecepatan Lemparan Pitcher Baseball.
Berdasarkan hasil analisis varian tentang interaksi antara metode latihan dan rasa percaya
diri terhadap peningkatan

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 22


PENERAPAN IPTEKS
kecepatan lemparan pitcher baseball terlihat pada tabel perhitungan anava di atas, bahwa harga
hitung Fo interaksi (FAB) = 7.65 dan F tabel =4,15 Tampak bahwa fungsi F hitung > F tabel,
sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dengan rasa
percaya diri terhadap kecepatan lemparan pitcher baseball
Dengan terujinya interaksi tersebut, maka selanjutnya perlu dilakukan uji lanjut. Uji lanjut
dimaksudkan untuk mengetahui tentang: (1) perbedaan peningkatan kecepatan lemparan pitcher
baseball antara metode latihan beban sistem sirkuit dengan metode latihan beban sistem set bagi
kelompok yang memiliki rasa percaya diri tinggi; (2) perbedaan peningkatan kecepatan lemparan
pitcher baseball antara metode latihan beban sistem sirkuit dengan metode latihan beban sistem
set bagi kelompok memiliki rasa percaya diri rendah.

Tabel 4.15: Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Tukey


No Kelompok Q hitung Q tabel Keterangan
yang α = 0,05
dibandingkan
1 A1B1 dengan 4.52 2,26 Signifikan
2 A2B1 A1B2 dengan 0.14 2,26 Tidak Signifikan
A2B2
Keterangan:
A1B1 = Kelompok rasa percaya diri tinggi dengan metode latihan beban sistem
sirkuit A2B1 = Kelompok rasa percaya diri tinggi dengan metode latihan beban
sistem set
A1B2 = Kelompok rasa percaya diri rendah dengan metode latihan beban sistem sirkuit
A2B2 = Kelompok rasa percaya diri rendah dengan metode latihan beban
sistem set.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 23


c) Pembahasan Penelitian
Dari hasil pengujian keempat rumusan hipotesis ternyata hasilnya menunjukkan bahwa
hipotesis 1 (satu), 2 (dua) tersebut teruji. Sedangkan rumusan hipotesisi yang ke 3 (tiga)
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Secara rata-rata bahwa
skor metode latihan beban sistem set lebih tinggi peningkatannya bagi kelompok yang memiliki rasa
percaya diri rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bentuk latihan tersebut memberikan
pengaruh yang sama atau seimbang terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball .
Secara keseluruhan maka metode latihan beban sistem sirkuit memiliki pengaruh yang lebih
baik dibanding dengan latihan sistem set. Sedangkan bagi yang memiliki rasa percaya diri tinggi
hendaknya memilih latihan sistem sirkuit jika ingin meningkatkan kecepatan lemparan pitcher
baseball. Sedangkan bagi yang memiliki rasa percaya diri rendah, dapat melakukan kedua latihan
untuk meningkatkan kecepatan lemparan pitcher baseball, tetapi cenderung akan lebih baik jika
melakukan latihan beban sistem set, hal ini disebabkan perbedaan jumlah rata-ratanya.

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang di peroleh, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan antara metode latihan beban sistem sirkuit
terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball.
2. Bagi mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi, metode latihan beban sistem sirkuit lebih
baik

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 24


dibanding dengan metode latihan beban sistem set terhadap peningkatan kecepatan
lemparan pitcher baseball.
3. Bagi mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri rendah, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara metode latihan beban sistem sirkuit dengan metode latihan beban sistem set terhadap
peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball.
Terdapat interaksi antara metode latihan beban dengan rasa percaya diri terhadap peningkatan
kecepatan lemparan pitcher baseball.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pelatih UNIMED Softball/ Baseball Club dalam hal
Peningkatan Kecepatan Lemparan Pitcher Baseball dengan Metode latihan Beban dan
memperhatikan aspek Rasa Percaya diri seorang Pitcher.
2. Karena secara keseluruhan metode latihan beban sistem sirkuit telah menunjukan keunggulan
sebagai metode latihan beban terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball dari
pada metode latihan beban sistem set, maka para pelatih di anjurkan untuk memanfaatkan hasil
penelitian ini. Selain itu pula perlu diperhatikan karateristik atlet agar dapat menerapkan metode
latihan dengan teknik yang tepat.
3. Pengembangan peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball selain metode latihan
beban juga harus memperhatikan atlet dari sisi psikologi dalam hal ini menyangkut

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 25


rasa percaya diri atlet, sehingga dapat memanfaatkan metode latihan beban yang sesuai
dengan keadaan pelakunya.
4. Kemampuan kecepatan lemparan pitcher baseball merupakan daya ledak otot lengan yang
mengatasi beban dengan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang tinggi dengan
ketrampilan teknik melempar. Oleh karena itu pengembangan daya ledak otot lengan tidak hanya
berfokus kepada pengembangan konsentrik dan esentrik otot lengan saja. Tetapi harus juga mulai
mengkombinasikan dengan memperhatikan faktor kemampuan latihan maksimal yang digunakan
pada setiap gerakan yang dilakukan.
Tujuan penelitian ini terbatas pada penelusuran pengaruh dua pendekatan metode latihan beban dan
dua unsur rasa percaya diri terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball, oleh karena
itu sebagai lanjutannya dapat dilakukan dengan melibatkan faktor-faktor lain yang turut mendukung
terhadap peningkatan kecepatan lemparan pitcher baseball.

DAFTAR PUSTAKA
Alan Smith & Alan Bloomfield, A FlowMotionTM Book Baseball, 2002
Atwi Suparman, Pengembangan Instruksional, Jakarta: Dikti, 1987.

Bompa, Tudor O, Theory and Methodology of


Training, Dubuque:
Kendall/Hunt Publishing Company, 1986.

,Tudor O, Theory and Methodology of Training, IOWA: Kendall Hunt Pub.,Comp, 1994.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 26


,Tudor O, Periodization Theory and
Methodology of Training, fourth edition York University : Human Kinetics, 2009.

,Tudor O, Periodization Training for Sport, York University: Human Kinetics, 2000.

,Tudor O, Total Training for Young Champions, York University : Human Kinetics, 2000.

Borg, Walter R. & Gall, Meredith D. Educatioan


Research: an Intruduction, New york; Longman Inc. 1983.

Chu Donald, Tenis Tenaga, terjemahan Razi


Siregar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2000.

Dali, S. Naga. Pengantar Teori Sekor pada


pengukuran pendidikan, Jakarta: Gunadarma BESBATS, 1992.

Depdiknas, Pedoman dan Modul Pelatihan


Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar, Jakarta: Depdiknas, PPKJ, 2000.

Harsono, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis


dalam Coaching. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud, 1988.

Houseworth, Steven D, Rivkin Francine V.


Coaching Softball Effectively. Illionis: Human Kinetics Publishers,Inc, 1985.

http:/www. Sprots-Circuit Training. Com.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 27


Imran Akhmad, Peningkatan Spike Bola Voli
(studi Eksperimen Tentang Metode Latihan Beban dan Rasa Percaya Diri Pada
Mahasiswa FIK Unimed) Jakarta: Tesis PPs UNJ, 2006.

Iwan Setiawan dkk, Manusia dalam Olahraga;


Prinsip- prinsip Pelatihan, Bandung: ITB dan FPOK IKIP Bandung.

Jack H Wilmore, and David L. Costill, Training


for sport and Activity, Dubuque, Iowa: Wm.C. Brown Publisher, 1988.
Joe, Spanky Mcfarland, Melatih Pitching
Baseball dan Peraturan Permainan Baseball, terjemahan oleh
Piet Burhanuddin, Red Fox Bandung, The Sproting New.

Judith E. Rink, Teaching Physical Education for


Learning, St Louis, Mosby 1993.

Marten, Rainer, Coaches Guide to Sport


Psychology, Champaign, Illionis: Human Kinetics Publisher, INC, 1987.

McArdle, Kacth, Essentials of Esercise


Phisiology. Philadelphia: Lea & Fibiger.1994.

Monti Satiadarma, P. Dasar-dasar Psikologi


Olahraga, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000.

M. Sajoto, Peningkatan dan Pembinaan kondisi


Fisik dalam Olahraga, Semarang: Dahara Prize, 1988.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 28


Mulyana, Pengaruh Metode latihan dan
Kemampuan Motorik Terhadap Keberhasilan Melakukan Spike. Tesis Jakarta: PPs IKIP
Jakarta 1998.

Richard A. Schmidt , Motor learning &


Performance, Los Angeles: Human Kinetics Books. 1991.

Richard H, Cox, Sport Psychology: Concepts


and Aplication, Dubuque ,Iowa: Wm.C.Brown Publishers. 1985.

Richard W.Bowers and Edward L. Fox, Sport


Physiology , Third Edition Dubuque ,Iowa: Wm.C.Brown Publishers. 1992.

Rothstein, Anne L, Research Desaian &


Statistics for Physical Education, New Jerse; Prentice Hall,Inc. 1985.

Rusell R. Pate Bruce McClenaghan, dan Robert


Rotella, Scientific Foundation of Coaching, USA: CBS College Publishing, 1984.

Rusell R. Pate dkk, Dasar-dasar Kepelatihan.


Semarang: IKIP Semarang Pres. 1993.

Rusli Lutan, Belajar Ketrampilan Motorik,


Pengantar Teori dan Metode,
Jakarta: Depdikbud, 1988.

Sudibyo Setyiobroto, Psikologi Kepelatihan,


Jakarta: CV Jaya Sakti, 1993.

Sudjana, Desain dan Analisis Eksperimen,


Bandung: Tarsito, 1994,Edisi III.

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 75 Tahun XX Maret 2014 29


Syaifuddin, Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran. EGC. 1992.

Thomas R. Beachleas, And Barney R. Groves,


Latihan Beban, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Widaninggar. W, dkk, Pedoman Dan Modul
Penataran Pelatihan Fitness Center
Tingkat Dasar, Jakarta: Depdikbud,
1997.

Winarno Surahmat, Didaktik Metodik dalam Mengajar,


Bandung Tarsito, 1980.

ANALISIS PERANCANGAN BISNIS BASEBALL DANSOFTBALL


HOMERUN BATTING CENTER

202) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Gerald Ariff1
Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

Sports are healthy activities that can refresh the body. Some people consider sports as
a hobby to be done every week, while others consider sport to be a more regular part
of their lifestyles, an there are even those who make it their profession. The urban
population desperately needs these activities to keep their bodies fit and healthy, and
have begun making sport part of their lifestyle. This lifestyle isnot limited by age
or gender but is dominated by the upper middle class population. Baseball and softball
are among the types of sports that are done in teams or groups. The sport originated
from the United States and is very popular there, Japan, and Chile. Baseball and
softball are sports that are not yet very popular in Indonesia, compared with soccer,
badminton, and volleyball. Even so, Indonesia’s baseball and softball teams have
had achievements suchas winning the Asian division 2 cup in 2001 and winning in
the Asia - Pacific region in 2006.
This business model emphasizes the creation and introduction of trends to improve
baseball and softball’s sporting exposure in Indonesian society with a ‘batting center’
format that is simple and practical, equipped with 24- hour café facilities as a place to
gather, relax, and chat. The design of the business model is through two core phases,
namely the business concept and final design as a whole. The business concept is then
developed with more detail into the business plan and final design of the prototype.

Keywords: sports, baseball, softball, batting, cage, café, Senayan,club, trend.

1
Faculty of School of Management (gariff@binus.edu)

203) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
ABSTRAK

Olahraga adalah sarana kegiatan yang menyehatkan dan menyegarkan tubuh.


Sebagian orang menganggap olahraga sebagai hobi yang dilakukan secara berkala
tiap minggu, sebagian lainnya menganggap olahraga sebagai rutinitas, bahkan
adapula yang menjadikannya sebagai profesi. Penduduk perkotaan pada umumnya
sangat membutuhkan aktifitas ini untuk menjaga tubuh agar tetap fit dan bersemangat,
dan mulai menjadikan olahraga sebagai gaya hidup.Penikmat gaya hidup ini tidak
terbatas umur, terdiri dari orang tua hingga anak muda, tidak terbatas jenis kelamin
dan didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke atas.
Baseball dan softball adalah salah satu jenis cabang olahraga yang dilakukan secara
tim atau grup. Olahraga ini berasal dari Amerika Serikat dan sangat populer di sana,
termasuk di Jepang, dan Chile.
Baseball dan softball merupakan cabang olahraga yang belum terlalu populer di
Indonesia, dibanding dengan olahraga sepakbola, badminton, dan bola voli.
Meskipun begitu, baseball dan softball Indonesia telah menunjukkan prestasinya di
dunia dengan menjadi juara divisi 2 piala Asia pada tahun 2001 dan menjadi juara
regional Asia-Pasifik pada tahun 2006.
Business model ini mengedepankan pengenalan dan penciptaan tren untuk
meningkatkan kepopularitasan olahraga baseball dan softball di masyarakat Indonesia
dengan format batting center yang simpel dan praktis, dilengkapi fasilitas café 24 jam
sebagai sarana berkumpul, bersantai, dan mengobrol yang nyaman.
Perancangan business model ini melalui dua tahap inti, yaitu konsep bisnis dan desain
akhir secara keseluruhan. Metode business model canvas sebagai fondasi konsep
bisnis, kemudian dikembangkan dengan lebih mendetil dalam business plan dan
desain akhir pada prototype.

Kata kunci: olahraga, baseball, softball, batting, cage, café, Senayan,klub, tren.

204) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Baseball merupakan salah satu olahraga yang sedang diminati saat ini. Baseball
merupakan olahraga yang berasal dari Amerika. Baseball masuk ke Indonesia
sebelum perang kemerdekaan. Pada tahun 1957 baseball mulai diperlombakan pada
ajang PON IV di Makassar (Jatimprov, 2005, para. 8).
Softball merupakan alternatif dari baseball, yang memiliki peraturan dan cara
bermain hampir sama persis dan perbedaan terlihat jelas di ukuran bola.
Melihat kurangnya fasilitas yang menunjang untuk olahraga baseball dan softball dan
adanya peluang bisnis, maka terbesit keinginan untuk mendirikan sarana tersebut,
yaitu batting center.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan tesis perancangan batting center
mencakup: Business dan marketing strategy, operation, human
resources, dan finance.

BUSINESS MODEL CANVAS

Sebuah model bisnis mendeskripsikan dasar dari bagaimana sebuah organisasi


menciptakan, menyampaikan, dan menangkap value. (Osterwalder & Pigneur, 2010,
p. 14).

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, p. 15), Nine Building Blocks


tersebut dengan penjabaran sebagai berikut: Customer Segments, Value
Propositions, Customer Relationships, Channels, Key Resources, Key
Activities, Key Partner, Cost Structure.

Pada gambar di bawah ini merupakan ilustrasi kanvas dari HomeRun


Batting Center. Dimulai dari Value Propositions yang diciptakan
HomeRun Batting Center menyebar ke seluruh titik Nine Building
Blocks lainnya.

Jika melihat pada bisnis model HomeRun Batting Center, tranformasi


bisnis model lebih ini menitikberatkan pada offer – driven, karena
inovasi yang dilakukan berdasarkan penciptaan Value Proposition

205) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
baru yang mempengaruhi bisnis model Building Blocks lainnya. Untuk lebih detail
akan dijelaskan secara rinci di bawah ini mengenai titik transformasi dan Building
Blocks dari bisnis model ini.

Sumber: Osterwalder & Pigneur (2010)

Gambar 1. Canvas HomeRun Batting Center

METODE PENELITIAN HASIL SURVEI DAN ANALISIS

Metode Penelitian
Survei dilakukan secara langsung sebanyak 73,2%. dan melalui website
http://www.surveymonkey.com sebanyak 26.8%.

Teknik sampling yang digunakan ialah teknik nonprobability sampling.


Menurut Suliyanto (2006, p. 124) nonprobability sampling merupakan
teknik pengambilan sampel di mana tiap anggota populasi tidak
mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak hanya untuk pengumpulan dan
penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan

206) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
interpretasi mengenai data tersebut dan juga semua yang dikumpulkan dapat menjadi
kunci terhadap apa yang diteliti.

Hasil Survei dan Analisis Survei


Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Dan beberapa wawancara kepada
calon pelanggan potensial.

Profil Responden
Karakteristik demografis responden dalam penelitian ini dibedakan menurut jenis
kelamin, umur, pekerjaan, dan keanggotaan responden pada suatu klub baseball dan
softball.

1. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden. Pria = 82% dan wanita


= 18%.
2. Berdasarkan Usia Responden. 10 - 15 tahun = 11%, 16 - 19
tahun = 38%, 20 - 25 tahun = 42%, 26 – 35 tahun = 7%, dan
>35 tahun = 2%.
3. Berdasarkan Pekerjaan Responden. Pelajar = 34.6%,
Mahasiswa/Mahasiswi = 38.2%, Karyawan Swasta = 18.2%,
PNS = 5.45%, Baseball Coach = 3.64%.
4. Berdasarkan Keanggotaan Responden Pada Suatu Klub Baseball
dan Softball. Anggota = 43.6%, Bukan Anggota = 56.4%.

Respons Responden
a. Pengetahuan terhadap batting center. Mengetahui = 69.1%,
Tidak Mengetahui = 30.9%.
b. Lokasi yang tepat untuk dijadikan tempat batting center. Areal
GBK (Gelora Bung Karno) = 38.2%. Senayan (di luar areal
GBK) = 32.7%, Mall = 16.4%, Lain-lain = 12.7%
c. Jumlah set game dimainkan jika harga yang ditawarkan Rp.
10.000 untuk 1 set game (15 bola). 1 set game = 7.27%, 2 set
game = 43.6%, 3 set game = 27.3%, > 3 set game = 21.8%.
d. Tujuan ke batting center. Fun = 47.3%, Latihan = 47.3%, Lain-
lain = 5.45%.
e. Pendamping favorit pelanggan pada saat bermain di batting
center. Teman = 81.8%, Pacar = 10.9%, Keluarga = 1.82%,
Lain-lain = 5.45%.
f. Besarnya keinginan untuk mencoba batting center. Tidak ingin =
0%, Mungkin akan mencoba = 54.6%, Pasti akan mencoba =
45.4%.

207) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
g. Waktu favorit pelanggan untuk bermain di batting center.

Tabel 1. Waktu Favorit Pelanggan


Jumlah Persentase
Jumlah
Senin s/d Sabtu dan Senin s/d Sabtu dan
Jumat Minggu Jumat Minggu

06:00 – 09:00 0 8 0.00% 9.64% 9.64%

09:00 – 12:00 2 14 2.41% 16.9% 19.3%

12:00 – 15:00 2 5 2.41% 6.02% 8.43%

15:00 – 18:00 19 20 22.9% 24.1% 47%

18:00 – 21:00 7 6 8.43% 7.23% 15.7%

Total 30 53 36.1% 63.7% 100%


Sumber : Thesis Analisis dan Perancangan Bisnis Baseball dan Softball HomeRun Batting Center di
Jakarta (2012)

BUSINESS PLAN

Executive Summary
HomeRun Batting Center merupakan sarana olahraga baseballpertama
yang ada di Jakarta. HomeRun Batting Center akan berlokasi di daerah
Senayan, tepatnya jalan Hang Lekir tepat di sebelah Binus
International. Berdiri di atas tanah dengan luas 848 m2 terdiri 3 area
fasilitas utama yaitu area batting center, area café dan equipment
store, dan area taman. Area batting center merupakan area utama. Di
area ini para pelanggan dapat bermain dan berlatih memukul bola
baseball. Di area batting center terdapat empat batting cages.

Vision and Mission


HomeRun Batting Center mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
• Vision
Menjadikan HomeRun Batting Center menjadi tempat pilihan utamaberolahraga
sekaligus berekreasi bagi masyarakat kota Jakarta.
• Mission
o Menyediakan prasarana dan sarana dalam rangka mewujudkan
kenyamanan para pengguna jasa HomeRun Batting Center.
o Menyediakan jasa yang handal dan ramah.

208) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Key Success Factor
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
merupakan salah satu cara untuk melihat poin-poin kunci sukses
HomeRun Batting Center. Analisis SWOT HomeRun Batting Center
dapat dilihat di bawah ini:
A. Strengths
1. First mover/pioneer.
2. Memberikan sensasi baru dalam bermain baseball dan
softball.
3. Satu-satunya batting center di Jakarta.

B. Weaknesses
1. Baseball dan softball merupakan olahraga yang kurang
dikenal dan popular di masyarakat luas.
2. Kemampuan memprediksi pasar yang masih belum jelas,
dikarenakan baru dalam menjalani bisnis ini.

C. Opportunities
1. Menciptakan tren baru dikalangan masyarakat khususnya
Jakarta.
2. Memperkenalkan olahraga baseball dan softball kemasyarakat
umum.
D. Threats
1. Terjadinya kerusuhan.
2. Kemacetan dan bencana alam yang tidak terduga.

Company Ownership
Kepemilikan HomeRun Batting Center di pegang oleh tiga orang, yaitu Muhammad
Avicanna, Andri Hermawan, dan Fajriansyah Pane. Usaha ini dirintis dan dikelola
secara bersama-sama.

Company Facilities
A. Facilities
Di bawah ini merupakan beberapa fasilitas yang ditawarkanHomeRun Batting
Center:

• Empat batting cages, untuk baseball dan softball


• Equipment store yang menjual peralatan dan merchandise
baseball dan softball.

209) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
• Scoring board
• Café
• Area parkir

Beberapa fasilitas diatas dapat dilihat pada Layout and Design


HomeRun Batting Center di bawah ini.

Gambar 2. Layout and Design HomeRun Batting Center

Product
Produk yang menarik yang ditawarkan HomeRun Batting Center
untuk menarik pelanggan datang antara lain sebagai berikut:
A. Batting service

210) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
B. Batting practice
C. Merchandise
D. Café

Product Description
o Batting service
HomeRun Batting Center memberikan harga Rp. 10.000 untuk 15 kali pukulan.
Pelanggan yang akan melakukan batting disediakan helmdan pemukul.
o Batting practice
Pelanggan yang belum dapat memukul bola secara baik dan benar.
o Merchandise
HomeRun Batting Center menyediakan berbagai macam
merchandise.
o Café
Tersedia berbagai macam menu makanan dan minuman. Pelanggan dapat mengambil
sendiri minuman yang diinginkan dengan ukuran yang telah disediakan, mulai dari
small, medium, hingga large.

Market Analysis Summary


Jakarta sebagai pusat kejuaraan dan kompetisi pertandingan baseball
dan softball memiliki pangsa pasar yang besar untuk bisnis batting
center.

Market Segmentation
Segmentasi pasar untuk HomeRun Batting Center terbagi menjadiSegmentasi
Geografis, demografis, social, pikiran dan perasaan, perilaku, dan ancangan dan
kombinasi.

Marketing Strategy
Strategi pemasaran HomeRun Batting Center terbagi menjadi dua, yang hanya
dilakukan sekali dan program pemasaran yang dilakukan secara berkala setiap
tahunnya.

A. Pricing Strategy
HomeRun Batting Center memberikan harga dengan spesifikasisebagai berikut:
1. Rp. 10.000 untuk 15 kali pukulan dengan durasi sekitar 2.5
menit.

211) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
2. Batting practice, Rp. 750.000 per jam untuk satu tim (9 orang).
3. Sewa satu lokasi (cage) dengan satu pitching machine untuk30
menit, Rp. 80.000.

B. Promotion Strategy
Pemberian 100 buah t-shirt HomeRun Batting Center untuk 100 pengunjung
pertama. Pemberian 100 buah bolpen HomeRun Batting Center untuk 100
pengunjung ke dua.

C. Marketing Programs
Sebagai startup marketing HomeRun Batting Center akan melakukan
langkah sebagai berikut untuk aktifitas pemasarannya:
1. Pengiklanan media internet; kaskus, facebook, twitter.
2. Media cetak; umbul-umbul sebanyak 30 buah, majalah “hai”.
3. Acara makan-makan dengan petinggi komunitas baseball dan
softball Jakarta di area baseball dan softball Gelora Bung
Karno.
4. Eventual marketing.

Sales Strategy
HomeRun Batting Center melakukan diversifikasi dengan membuat
sebuah café, membuat sebuah klub baseball dan softball pada tahun
2014 dan membuka cabang baru di Bandung pada tahun 2015.

A. Sales Forecast
Prediksi ekspektasi normal pendapatan fee batting cage diperoleh dari asumsi
HomeRun Batting Center dapat meraup pangsa pasar sebesar 17% sampai pada akhir
tahun dapat meraup 27%.

Seiring dengan meningkatnya pangsa pasar yang didapatkan, maka


pendapatan pada dari batting practice, café dan store turut meningkat.

B. Sales Programs
HomeRun Batting Center memiliki dua jenis kartu magnetik sebagai alternatif dari
smartcard yang dari segi biaya lebih murah sebagai pendukung sistem kredit untuk
melakukan permainan.

212) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Sumber: Laporan Prediksi Keuangan Batting Center (2012)

Gambar 2. Prediksi Bayaran (Fee) yang diperoleh dari Batting Cage

Sumber: Laporan Prediksi Keuangan Batting Center (2012)

Gambar 3. Prediksi Bayaran (Fee) yang diperoleh dari Batting


Practice

213) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Sumber: Laporan Prediksi Keuangan Batting Center (2012)

Gambar 4. Prediksi Bayaran (Fee) yang diperoleh dari Café dan


Store
Dengan perincian program penjualan sebagai berikut:
1. Mendapatkan kartu magnetik dengan pembelian kredit di atas 50
ribu rupiah. Kartu non-magnetik untuk pembelian kredit di
bawah 50 ribu rupiah.
2. Jasa permainan yang ditawarkan:
a. Pelanggan dapat bermain berdasarkan harga per game
dengan minimal satu set game yang berisikan 15 pukulan
b. Pemain dapat bermain berdasarkan harga per 30 menit.
3. Batting practice.
4. Pelanggan berhak meminjam sebuah bat/tongkat pemukul dan
wajib mengenakan sebuah helm yang dipinjamkan HomeRun
Batting Center.

Strategic Alliances
1. TRAX FM – Media partner radio.
2. Bank; BCA/Mandiri/BNI – Penyedia jasa debit.
3. Jugs Sport – Penyedia mesin dan merchandise.
4. Putera Sampoerna Foundation – Partner beasiswa baseball atlit.
5. Majalah “hai” – Media partner majalah.
6. Komunitas “Baseball Softball Indonesia” (BASO) – Sponsor.

214) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
7. Sekolah, Universitas – Media pengiklanan dengan klub
ekstrakurikuler.
8. Non-direct competitor – Bekerja sama dalam program sales
promotion.
9. Indo Grosir – Penyedia barang untuk café.
10. Pocari Sweat – Sponsor.
11. P.T. Fresh Food Indonesia – Penyuplai makanan cepat saji.
12. Gramedia – Media partner dan pengiklanan dengan alokasi rak
buku khusus untuk komik baseball dan softball.

Web Plan Summary


HomeRun Batting Center akan menggunakan website dan social media
(facebook, twitter) sebagai salah satu sarana pemasaran dan pemberian
informasi event yang akan dilakukan, promosi khusus, dan juga sebagai
“top ten scoreboard” pencetak rekor ketika bermain di HomeRun
Batting Center.

Organizational Structure

General
Manager

Administrativ Operating Marketing


e Staff Staff Staff

Coach Office Boy Security Sales Maintenance


Clerk
Gambar 5. Struktur Organisasi

Financial Plan
Modal awal sebesar Rp. 6.75 milyar rupiah di dapat dari 37%pinjaman bank,
dan 63% dari modal pribadi.

215) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Sumber: Laporan Prediksi Keuangan HomeRun Batting Center (2012)

Gambar 6. Pendapatan Bersih Per Bulan

Sumber: Laporan Prediksi Keuangan HomeRun Batting Center (2012)

Gambar 7. Pendapatan Bersih Per Tahun

216) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Sumber: Laporan Prediksi Keuangan HomeRun Batting Center (2012)

Gambar 8. Pendapatan Kotor Per Bulan

Sumber: Laporan Prediksi Keuangan HomeRun Batting Center (2012)

Gambar 9. Pendapatan Kotor Per Tahun

217) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Tabel 2. Break Even Points Ekspektasi Normal

Break Even Points Batting Center Café & Store


Fixed Cost / Year 1 ( Rp ) 637.913.494 637.913.494
Contribution Margin / Unit 9.750 Game 12.250 item
% Contribution Margin 97,5% 35,0%
BEP in game/item 71.481 game 56.893 item
BEP in (Rp) 714.814.866 1.991.269.983
Cash Break Even 27.928 game 31.573 Item

Tabel 3. Payback Period Ekspektasi Normal


(dalam Rp)
Cash in flow Net Cash flow
Tahun 0 (6.750.000.000) (6.750.000.000)
Tahun 1 1.196.999.131 (5.553.000.869)
Tahun 2 2.481.590.831 (3.071.410.038)
Tahun 3 2.980.961.531 (90.448.507)
Tahun 4 4.054.471.265 3.964.022.758
Tahun 5 4.706.245.747 8.670.268.505
Payback period 3 tahun 1 bulan

Tabel 4. Rasio Keuangan

Rasio Formula Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


Current Ratio ca/cl 1,29 kali 11,7 kali - - -
Profit margin Ni/nsales 17,6% 30,1% 31,7% 37,9% 38,6%
Ni/Total
ROA
Asset 18,25% 30,24% 27,32% 27,09% 23,93%

218) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Tabel 5. IRR dan NPV
Pendapatan Bersih Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi
Per Tahun Terburuk Normal Terbaik
Initial Investment
(Rp) (6.750.000.000) (6.750.000.000) (6.750.000.000)
Th. 1 (Rp) 759.661.429 1.196.999.131 1.634.336.833
Th. 2 (Rp) 1.916.642.205 2.481.590.831 3.046.539.457
Th. 3 (Rp) 2.337.767.521 2.980.961.531 3.624.155.542
Th. 4 (Rp) 3.322.194.884 4.054.471.265 4.786.747.646
Th. 5 (Rp) 3.872.549.088 4.706.245.747 5.539.942.407

IRR 18,5% 28,0% 36,9%

Pendapatan Bersih Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi


Per Tahun Terburuk Normal Terbaik
Annual Discount
Rate 10,0% 10,0% 10,0%
Initial Investment
(Rp) (6.750.000.000) (6.750.000.000) (6.750.000.000)
Th. 1 (Rp) 759.661.429 1.196.999.131 1.634.336.833
Th. 2 (Rp) 1.916.642.205 2.481.590.831 3.046.539.457
Th. 3 (Rp) 2.337.767.521 2.980.961.531 3.624.155.542
Th. 4 (Rp) 3.322.194.884 4.054.471.265 4.786.747.646
Th. 5 (Rp) 3.872.549.088 4.706.245.747 5.539.942.407

NPV (Rp) 1.776.958.701 3.927.445.295 6.77.931.890

PROTOTYPE

Logo
Logo HomeRun Batting Center memperlihatkan seseorang pemukul
sedang melakukan pukulan (batting) dengan segenap kekuatannya
untuk mencetak home run. Gambar Bola memperjelas HomeRun
Batting Center merupakan tempat olahraga baseball dan softball.
Warna oranye yang digunakan pada tulisan HomeRun Batting Center
mewakili warna khas kota Jakarta.

219) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Gambar 10. HomeRun Batting Center

Desain

Gambar 11. Desain

220) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Tabel 6. Profit & Loss Projection 5 Years
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5

Fee earned &


Sales

- Batting Area (Rp) 1.686.313.200 2.445.668.775 2.784.393.900 3.170.032.456 3.609.081.951


- Café and Store
(Rp) 5.099.430.000 5.805.701.055 6.609.790.651 7.525.246.656 8.567.493.318

CGOS

- Batting Area (Rp) 41.014.080 46.694.530 53.161.722 60.524.621 68.907.281


- Café and Store
(Rp) 3.314.629.500 3.773.705.686 4.296.363.923 4.891.410.327 5.568.870.657

Gross Profit 3.430.099.620 4.430.969.614 5.044.658.906 5.743.344.164 6.538.797.331


Less Operating
Expenses

Cash Expenses:

- Salary (Rp) 402.000.000 420.492.000 439.834.632 460.067.025 481.230.108

33.500.000 35.041.000 36.652.886 38.338.919 40.102.509


- Water, electricity
(Rp) 60.000.000 62.760.000 65.646.960 68.666.720 71.825.389

- Security (Rp) 24.000.000 25.104.000 26.258.784 27.466.688 28.730.156


- Telephone &
communication
(Rp) 6.000.000 6.276.000 6.564.696 6.866.672 7.182.539

- Maintenance (Rp) 4.500.000 4.707.000 4.923.522 5.150.004 5.386.904


- Supplies Expense
(Rp) 14.400.000 15.062.400 15.755.270 16.480.013 17.238.093
Non Cash
Expenses:
- Land Rend
Amortization (Rp) 621.970.588 392.823.529 392.823.529 392.823.529 392.823.529
- Building
Depreciation (Rp) 180.352.000 180.352.000 180.352.000 180.352.000 180.352.000
- Equipment
Depreciation (Rp) 47.166.400 47.166.400 47.166.400 47.166.400 47.166.400
Net Operatin
2.036.210.632 3.241.185.285 3.828.680.226 4.499.966.194 5.266.759.703
Income

Other Income

- Partnership (Rp) 0 200.000.000 200.000.000 250.000.000 250.000.000

- Sponsorship (Rp) 40.000.000 50.000.000 50.000.000 60.000.000 60.000.000


Less Other
221) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Expenses

222) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
- Marketing (Rp) 66.659.700 30.000.000 30.000.000 40.000.000 40.000.000

- Legal, Opening
And Other (Rp) 59.650.000 0 0 0 0
- interest expense
(Rp) 541.666.660 541.666.660 541.666.660 0 0
Income Before
1.408.234.272 2.919.518.625 3.507.013.566 4.769.966.194 5.536.759.703
Taxes
Provision for
income taxes (Rp) 211.235.141 437.927.794 526.052.035 715.494.929 830.513.955
Net Income 1.196.999.131 2.481.590.831 2.980.961.531 4.054.471.265 4.706.245.747

Tabel 7. Cash Flows 5 Years (dalam rupiah)


Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5

Cash Flows from Operation

Net Income 1.196.999.131 2.481.590.831 2.980.961.531 4.054.471.265 4.706.245.747

Adjusted to reconcile net income

to net cash provide by

operating activities:

- Building Depreciation (Rp) 180.352.000 180.352.000 180.352.000 180.352.000 180.352.000

- Equipment Depreciation (Rp) 47.166.400 47.166.400 47.166.400 47.166.400 47.166.400

- Amortization (Rp) 621.970.588 392.823.529 392.823.529 392.823.529 392.823.529


Net Cash provided by operating

activities (Rp) 2.046.488.119 3.101.932.760 3.601.303.460 4.674.813.194 5.326.587.677

Cash provided by operating

activities

- Purchase assets (Rp) 2.040.552.000 0 0 0 0

- Land Rent (Rp) 3.928.235.294 0 0 0 0


Net Cash used in investing

activities (Rp) 5.968.787.294 0 0 0 0

Cash Flows from Financing

Activities:

- Long-term borrowing (Rp) 2.500.000.000 0 0 0 0

- (Less) Long-term debt

repayments (Rp) 1.388.888.880 833.333.328 277.777.776 0 0

- P.U.C Modal (Rp) 4.250.000.000 0 0 0 0


Net cash used in financing

activities (Rp) 5.361.111.120 -833.333.328 -277.777.776 0 0

223) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Net Increase/Decrease in Cash

(Rp) 1.438.811.945 2.268.599.432 3.323.525.684 4.674.813.194 5.326.587.677

Beginning Cash Bal (Rp) 0 1.438.811.945 3.707.411.378 7.030.937.062 11.705.750.256


Ending Cash Bal (Rp) 1.438.811.945 3.707.411.378 7.030.937.062 11.705.750.256 17.032.337.933

Tabel 8. Balance Sheet 5 Years (dalam rupiah)


Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5

Assets

Current Asset

- Cash and Cash equivalent (Rp) 1.438.811.945,1 3.707.411.378 7.030.937.062 11.705.750.256 17.032.337.933

Total Current Asset (Rp) 1.438.811.945,1 3.707.411.378 7.030.937.062 11.705.750.256 17.032.337.933

Property Land Equipment

- Supplies (Rp) 1.200.000,0 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

- Equipment (Rp) 188.665.600,0 141.499.200 94.332.800 47.166.400 0

- Building (Rp) 1.623.168.000,0 1.442.816.000 1.262.464.000 1.082.112.000 901.760.000

- Prepaid Rent (Rp) 3.306.264.705,9 2.913.441.176 2.520.617.647 2.127.794.118 1.734.970.588

Total Property Land

Equipment 5.119.298.305,9 4.498.956.376 3.878.614.447 3.258.272.518 2.637.930.588

Total Asset 6.558.110.251,0 8.206.367.754 10.909.551.509 14.964.022.774 19.670.268.521

Liabilities & Shareholder'

Equity

Liabilities:

- Long-term borrowing (Rp) 1.111.111.120,0 277.777.792 0 0 0

Total Liabilities (Rp) 1.111.111.120,0 277.777.792 0 0 0


Stockholder Equity:

Owners contribution (Rp) 4.250.000.000,0 4.250.000.000 4.250.000.000 4.250.000.000 4.250.000.000

Retained earnings (Rp) 0,0 1.196.999.131 3.678.589.962 6.659.551.493 10.714.022.758

Earnings From Net Income (Rp) 1.196.999.131,0 2.481.590.831 2.980.961.531 4.054.471.265 4.706.245.747

Total Stockholder Equity (Rp) 5.446.999.131,0 7.928.589.962 10.909.551.493 14.964.022.758 19.670.268.505

Total Liabilities & Shareholder'


Equity (Rp) 6.558.110.251,0 8.206.367.754 10.909.551.493 14.964.022.758 19.670.268.505

224) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
DAFTAR PUSTAKA

Afriatni, A. (2008, December 15). Softball, Baseball’s Growth Driven


by Family, Friends. [Online] Available:
http://www.thejakartaglobe.com/business/softball-baseballs-
growth-driven-by-family-friends/302638 [2012, january 9]

Badan Pusat Statistik. (2008). KeadaanAngkatanKerja di DKI Jakarta


Agustus 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2009). KeadaanAngkatanKerja di DKI Jakarta


Agustus 2009. Jakarta: Badan PusatStatistik.

Badan Pusat Statistik. (2009). Statistik Pemuda Indonesia 2009.


Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2010). Jakarta Dalam Angka 2010. Jakarta:


Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2010). Keadaan Angkatan Kerja di DKIJakarta Agustus


2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bank Indonesia. (2011). LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen),[Online]


Available: http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/[2011
, February 3]

Coulton, A. (1997). Smart Card System Set Up in Mo. Sports Arena. [Online]
Available:
http://search.proquest.com/docview/249772051/13595C61A7
A1AECB127/1?accountid=31532 [2012 january 20]

Golf pondok indah (2011). Green Fees. [Online] Available:


http://www.golfpondokindah.com/index_sub.asp?fuseaction=g reen_fees
[2012 january 16]

Hollensen, Svend. 2011, Marketing Management: A Relationship Approach, Prentice


Hall, Inc., England.

225) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Kanzler, F. (2002, Mei 28). The Positioning Statement: Why To Have
One Before You Start Communicating. [Online] Available:
http://www.marketingprofs.com/Tutorials/kanzler1.asp [2012
February 12]

Kemal, Mohamad, & Supriatna, Kurnia. (n.d.). Indonesia Menjuarai


Baseball Asia DivisiII. [Online] Available:
http://sport.liputan6.com/read/8635/indonesia-menjuarai-
baseball-asia-divisi-ii [2012 January 14]

Kim, W. C., & Mauborgne, R. (2004). Blue Ocean Strategy. Harvard


Business Review Press.

Kopertis III. (2010, September 7). Jumlah Perguruan Tinggi Swasta


Menurut Wilayah. [Online] Available:
http://www.kopertis3.or.id/html/2010/09/jumlah-perguruan-
tinggi-swasta-menurut-wilayah/ [2012 February 12]

Kotler, Philip. (2007). Marketing Management (11th ed.). New Jersey:


Prentice Hall, Inc.
Krisnamurti. (2011, February 5). ‘Kongkow’ di Minimarket Jadi Tren Remaja.
Inilah.com. January 5, 2012. [Online] Available:
http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1209052/kongkow-di- minimarket-
jadi-tren-remaja [2012 December 23]

Lippovillage (2009). Tamansari Golf. [Online] Available:


http://www.lippovillage.com/page/fasilitas/fasilitas_tamansari
_golf.aspx [2012 January 6]

Mahkota Property. (n.d). Disewakan/Thn Tanah di Jl. Wijaya.


[Online] Available:
http://www.mahkotaproperty.com/content/tanah-53 [2012
January 16]

Michelle, W. (2011). Why Should Twitter Matters to Marketers. [Online]


Available:
http://search.proquest.com/docview/920211210/135A294846C
52CFC481/8?accountid=31532 [2012 January 22]

226) Ariff, Gerald / Journal of Business Strategy and Execution, 3(2), 202 – 225
Pga golf world (2005). Price List. [Online] Available:
http://www.pgagolfworld.com/price.html [2012 January
16]

Prasetyo. (2011). Perkembangan Organisasi Softball. ws-or.


[Online] Available: http://ws-
or.blogspot.com/2011/04/perkembangan- organisasi-
softball.html [2012 January 5]

Senayan bowling (2006). Rate, Member, F&B. [Online] Available:


http://senayanbowling.webs.com/ratememberfb.htm
[2012
January 10]

Sorensen, A., &Sundbo, J. (n.d.). Cases From The Experiences


Economy. [Online] Availa
ble:
http://cof.ruc.dk/download/Casebook.pdf#page=101[201
2 January 26]

Stevens, D. E., & Bloom, G. A. (2003). The Effect of Team


Building
on Cohesion. [Online] Availa
ble:
http://sportpsych.mcgill.ca/pdf/publications/Softball_TB_
inter vention_2003.pdf [2012 January 30]

Thompson, Jr., A. A., Strickland III, A. J., & Gamble, J. E. 2010.


Crafting and Executing Strategy: The Quest For
Competitive Advantage: Concepts and Cases (Seventeenth
Edition). McGraw-Hill, New York.

Tjiptono, Fandy. (2006). Pemasaran Jasa. Malang: Bayu


Media.

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 79


Modifikasi Permainan Softball di SekolahDasar

Waham Soetahir1
Agus Susworo Dwi Marhaendro2
1. Universitas Lambung Mangkurat
2. Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract. This paper based on the understanding that sport must be introduced at
early stage in the childhood, in order to give better understanding about the philosophy
of the game from the early stage.

Softball for instance, it never been a popular sport. The reasons are the lack
understanding about this sport, not to mention the gadget and equipment are expensive
to acquire. Indonesian people more accustomed to play a similar game called kasti.
Student at elementary school played this game frequently.

The writer wished to modify the softball and kasti games. This game will use the kasti
gadget and equipment but adapt the softball rule of play.

Kata Kunci: Modifikasi, Permainan Kasti, Permainan Softball.

Pendahuluan

Permainan softball merupakan cabang olahraga permainan sercara tim yang belum
mampu memasyarakat seperti cabang olahraga sepakbola, bolavoli, atau bola basket.
Di Indonesia permainan sotfball belum secara merata diketahui konsistensinya,
meskipun terdapat induk organisasi yang resmi mengayomi, yaitu PERBASASI
(Persatuan Baseball Sotball Seluruh Indonesia). Bukti dari konsistensi induk organisasi
tersebut, berupa penyelenggaraan pertandingan pada PON, Kejuaraan Nasional, dan
mengirimkan Tim Nasional ke event di luar negeri, seperti SEA Games dan ASIAN
Games. Bagi masyarakat umum hanya bisa mengenal permainan softball melalui media
cetak atau elektronik, sehingga tidak mustahil apabila sebagaian dari masyarakat belum
pernah memainkan permainan softball tersebut.
Sebagian besar masyarakat umum memandang permainan softball merupakan
permainan olahraga yang mahal, karena perlengkapan pemain dan peralatan yang relatif
mahal. Harga glove atau sarung tangan penangkap bola yang wajib digunakan

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 80


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

pemain sekitar tiga ratus ribu rupiah, belum sepatu khusus (spike) sekitar empat ratus
ribu rupiah, meskipun bisa menggunakan sepatu yang lain. Belum lagi perlengkapan
yang lain, seperti tongkat pemukul, helm pemukul, perlengkapan catcher. Dengan
demikian bisa disimpulkan bahwa kurang memasyarakatnya permainan softball
disebabkan ketidakmampuan dalam penyediaan perlengkapan dan peralatan.
Bagaimana softball dapat dimainkan oleh masyarakat kalau perlengkapan dan
peralatan tidak tersedia, baik perlengkapan yang bersifat individual maupun secara tim
harus dimiliki.
Pengalaman kami sebagai insan yang berkecimpung pada permainan softball dan
sebagai dosen pengampu matakuliah dasar derak softball membuktikan bahwa
pemahaman filosofi bermain softball lebih sulit dibandingkan dengan penguasaan
teknik dasar permainan. Penguasaan teknik dasar seperti melempar, menangkap dan
memukul bola, atau sebagai pitcher atau catcher. Sedangkan filosofi bermain meliputi,
bagaimana menggunakan teknik melempar dan menangkap bola dalam permaian,
bagaimana cara mematikan pemukul dan pelari, apa yang akan dilakukan seseorang
pemain apabila telah mendapat atau berhasil menangkap bola, ke mana bola harus
dilemparkan, apa yang harus dilakukan oleh seseorang pemain apabila tidak
mendapatkan bola. Dengan demikian berarti filosofi bermain softball harus diberikan
lebih dahulu, sehingga para atlet pemula akan memahami untuk apa mereka melempar,
ke mana harus melempar, untuk apa mereka menangkap, apa yang di- lakukan setelah
menagkap, dan untuk apa mereka harus memukul, bola seperti apa yang harus dipukul,
jenis pukulan apa yang harus dilakukan, situasi bagaimana merekaharus memukul atau
tidak serta harus menggunakan teknik pukulan yang mana. Bukan hanya diberikan drill
teknik dasar melempar, menangkap dan memukul, karena hanya akan menciptakan atlet
yang terampil tetapi kurang mampu berpikir pada penerapan dalam permainan, atau
sering dikatakan sebagai robot.
Menurut Sukadiyanto (2005: 117) masyarakat di Indonesia lebih mengenal dan
memainkan jenis permainan yang menyerupai softball, yaitu permainan kasti. Dengan
melihat persamaan dan perbedaan antara kasti dan softball dapat dimungkinkan
modifikasi permainan softball melalui permainan kasti. Persamaan yang nampak jelas
adalah pada teknik keterampilan yang digunakan secara dominan yaitu memukul bola,
melempar bola dan menangkap bola. Sedangkan pada cara bermainnya berupa upaya
atau usaha untuk selalu mematikan pemain yang sedang memukul bola dan pemain yang
hinggap di tempat hinggap (base). Perbedaan yang ada pada fasilitas, perlengkapan dan
peralatan bermain, di mana permainan softball memerlukan peralatan yang khusus dan
boleh dibilang mahal, sedangkan permainan kasti tidak memerlukan lapangan yang
khusus dan alat hanya pemukul dan bola. Dengan demikian bentuk permainan kasti
dapat digunakan sebagai sarana pemasalan permainan softball yang relatif lebih mudah
dilakukan.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 81
Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
Selanjutnya penulis ingin menuangkan ide tentang permaian softball yang
dimodifikasi dengan permainan kasti. Modifikasi permainan softball tersebut
diharapkan dapat membantu dalam pemahaman filosofi bermain softball dan

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 82


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

pemasalah permaian softball pada tingkat usia dini atau usia anak sekolah. Pada akhirnya
modifikasi permainan softball ini dapat diterapkan pada tingkat sekolah dasar sebagai
salah satu bentuk permainan dan olahraga dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Dalam modiikasi permainan softball tersebut tidak hanya menitikberatkan pada
kemampuan motorik siswa, tetapi melibatkan juga aspek kognitif dan afektif melalui
pemahaman filosofi bermain yang digunakan, karena permainan ini penderung
merupakan permainan yang relatif baru bagi mereka yang belum pernah mengenal
permainan softball.
Hakikat Permainan Softball

Seperti permaianan olahraga secara tim atau regu, permainan softball mem-
pertemukan dua tim yang saling beradu kemampuan untuk dapat saling mengalahkan,
yaitu dengan memberikan kesempatan kepada kedua tim untuk menyerang dan bertahan.
Untuk dapat mengalahkan tim lawan harus memiliki kemampuan me- nyerang yang
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan bertahan, atau dengan kata lain
kemampuan mencetak angka dalam menyerang harus lebih banyak dari kemampuan
menahan lawan mencetak angka dalam bertahan. Seperti permainan olahraga pada
umumnya, tim yang dapat mencetak atau memperoleh angka lebih banyak akan keluar
sebagai pemenang.
Pada kemampuan bertahan diperlukan beberapa teknik dasar permainan softball,
yang paling dominan adalah melempar dan menangkap bola, tentunya dibarengi dengan
kemampuan untuk menerapkannya dalam permainan softball. Dengan memiliki
kemampuan melempar dan menangkap bola yang baik, serta mampu menerapkan dalam
permainan yang baik, ditandai dengan kesalahan yang minimal, maka akan dapat
bertahan dengan baik. Sedangkan pada kemampuan menyerang diperlukan teknik dasar
yang paling dominan adalah memukul bola. Dengan memiliki kemampuan memukul
yang baik, ditandai dengan mampu menempatkan hasil pukulan ke wilayah yang sulit
dijangkau oleh penjaga lawan, maka akan dapat mencetak angka dengan mudah.
Pembelajaran Permainan dan Olahraga

Kenyataannya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah disampaikan


dalam bentuk permainan dan olahraga. Keterampilan bermain dalam pembelajaran
permainan jauh lebih komplek dari pada keterampilan tertutup maupun terbuka. Siswa
tidak hanya dituntut mampu melakukan dan mengunakan keterampilan tersebut, tetapi
juga harus mengkombinasikan keterampilan dengan orang lain pada kondisi dan situasi
yang bisa berubah-ubah, sehingga harus dibutuhkan strategi dan taktik dalam
permainan. Untuk itu perlu diketahui dan dipahami beberapa tahapan belajar permainan.
Tahapan belajar permainan diawali hanya melibatkan aktivitas pembelajaran yang
menekankan pada penguasaan skill (teknik dasar), kemudian ditingkatkan sampai

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 81


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
mencerminkan tingkat kompleksitas dan kesulitan permainan olahraga tersebut.

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 82


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

Menurut Rink pengembangan tahapan belajar keterampilan bermain menjadi empat


tahap (Yoyo dan Andang, 2000: 36-40). Pertama, tahap memelihara dan meningkatkan
skill secara terpisah. Pada tahap ini penekanan diberikan terhadap kemampuan
mengontrol objek atau tubuh anak didik. Kedua, tahap mengkombinasikan dua atau
lebih skill secara terkoordinasi. Pada tahap ini penekanan diberikan pada penguasaan
kombinasi skill, yang diperhatikan pada gerak transasi dengan berbagai cara sesuai
dengan kebutuhan permainan. Ketiga, tahap belajar dasar-dasar strategi menyerang dan
bertahan. Pada tahap ini lebih menekankan pada perolehan penguasaan strategi
permainan yang sifatnya elementer, baik strategi penyerangan maupun pertahanan. Dan
keempat, tahap melakukan permainan dan olahraga tim dengan menggunakan strategi
dan aturan yang kompleks. Pada tahap ini lebih menekankan pada perolehan penguasaan
strategi permainan yang sifatnya lanjutan.
Apabila kita mendaftar satu persatu permainan dan olahraga maka akan banyak
sekali dan kemungkinan tidak dapat termuat dalam daftar kurikulum. Untuk itu, sangat
perlu dilakukan pengembangan dan modifikasi permainan dan olahraga. Adapun bentuk
modifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan yang sebenarnya hingga
pembelajaran filosofi (strategi dasar) bermain dapat diterima dengan relatif mudah oleh
anak didik atau siswa. Pengurangan struktur permainan lebih ditekankan pada
penguasaan filosofi bermain. Pengurangan struktur tersebut dapat dilakukan terhadap
factor-faktor: ukuran lapangan; bentuk, ukuran, dan jumlah peralatan yang digunakan;
jenis skill yang digunakan; aturan; jumlah pemain; organisasi pemain; dan tujuan
permainan (Yoyo dan Adang, 2000; 31-32).
Modifikasi Permainan Softball dalam Pendidikan Jasmani

Belakangan ini eksistensi pendidikan jasmani sedang mengalami keterlantaran yang


berakar pada lemahnya pandangan, penghargaan, dan perlakuannya terhadap peserta
didik yang masih parsial, tidak utuh bahkan kurang manusiawi (Yusuf Hidayat,
2003:78). Pendidikan jasmani hanya menekankan pada aspek jasmaniah tanpa
memperhatikan aspek-aspek yang lain, seperti intelektual, emosional maupun moral
spiritual. Hal ini sangat bertentangan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nichols
(1994: 15) bahwa seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami
perubahan yang dramatis selama 6-7 tahun masa belajar pada tingkat Sekolah Dasar.
Dengan demikian pendidikan jasmani seharusnya dapat menjadikan siswa SD
mengalami perubahan yang luar biasa selama masa pendidikan. Pendidika jasmani
memberikan sumbangan yang penting bagi perkembangan anak secara menyeluruh
(Thomas, Lee, dan Thomas,1988: 5) dan memberikan kesempatan anak untuk tumbuh
dan berkembang secara selaras dan menyeluruh.
Untuk menghadapi keterlantaran pendidikan jasmani diperlukan upaya yang
konstruktif melalui ancangan modifikasi olahraga ke dalam pendidikan jasmani
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 83
Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
khususnya pada tingkat sekolah dasar. Menurut Gusril (2004: 49) ancangan modifikasi
olahraga ke dalam pendidikan jasmani efektif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui aktivitas belajar dan kesenangan, serta dapat mengatasi

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 84


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

kekurangan sarana dan prasarana pembelajaran. Dengan demikian modifikasi olahraga


ke dalam pendidikan jasmani harus dapat meningkatkan kualitas pem- belajaran
terutama pada aspek-aspek lain di samping aspek jasmaniah, dan dapat mengatasi
kekurangan sarana dan prasarana.
Modifikasi permainan baseball atau softball sudah banyak dilakukankhususnya
untuk anak-anak, yaitu berupa permainan yang dikenal dengan nama “T”-ball (Golden,
1982: 232). “T”-ball merupakan permainan baseball atau softball, dimana tidak
menggunakan pelempar (pitcher), sehingga perlu alat bantu untuk meletakkan bola
agar siap dipukul. Alat tersebut dinamakan batting tee (Baseball Canada, 1987: 26-
27). Di Indonesia permainan ini juga sudah sering dimainkan terutama di kota-kota
besar, seperti Jakarta dan Bandung. Bahkan di Jakarta telah diselenggarakan kejuaraan
rutin setiap tahun “T”-ball antar sekolah dasar.
Permainan kasti merupakan permainan yang cukup familier dimainkan di tingkat
sekolah dasar. Hal ini bisa di lihat di sekolah-sekolah dasar yang terdapat di seluruh
negeri ini. Kita ketahui bersama dalam kurikulum pendidikan jasmani sekolah dasar
terdapat bentuk permainan bola kecil yang harus diberikan. Permainan kasti meru-
pakan salah satu bentuk permainan bola kecil yang dianjurkan. Seperti halnya per-
mainan softball, permainan kasti juga didominasi dengan teknik dasar melempar,
menangkap, dan memukul bola.
Dalam kurikulum pendidikan jasmani terdapat ruang lingkup materi mata pelajaran
pendidikan jasmani untuk semua jenjang (DEPDIKNAS, 2003: 10). Permainan kasti
dan softball termasuk di dalamnya. Untuk permainan kasti diberikan mulai kelas IV
SD sampai kelas III SMP, sedangkan untuk permainan softball diberikan juga mulai
kelas IV SD sampai dengan kelas III SMA. Dengan demikian sangat memungkin
memasukkan kedua bentuk permainan tersebut ke dalam mata pelajaran pendidikan
jasmani di sekolah dasar, berupa penggabungan atau pemodifikasian dua jenis
permainan ini ke dalam satu bentuk permainan.
Berangkat dari pemikiran tentang modifikasi olahraga ke dalam pendidikan
jasmani tersebut, permainan kasti yang sangat menyebar di tingkat sekolah dasar
dan persamaan teknik dasar yang dimainkan antara permainan kasti dan softball,sangat
memungkinkan penerapan modifikasi permainan softball, dengan meng- gunakan
peralatan dan perlengkapan permainan kasti. Pertama dari modifikasi sarana dan
prasarana, terutama pada perlengkapan dan peralatan permainan softball yang relatif
banyak dan mahal, hanya cukup menggunakan peralatan dan perlengkapan permainan
kasti yang hanya membutuhkan bola dan tongkat pemukul. Permainansoftball ini tidak
begitu rumit karena cikal bakal permainan ini adalah permainan kasti yang biasa
dimainkan anak-anak di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Kedua dari modifikasi peraturan permainan hasil adopsi dari permainan softball,
yang merupakan peraturan permainan yang relatif baru sehingga dapat mengem-
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 85
Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
bangkan aspek-aspek lain selain jasmaniah, terutama aspek kognitif. Seperti
diungkapkan oleh Winfield (1990: 186) bahwa melatih anak-anak harus memper-
timbangkan bagaimana mereka bisa menikmati permainan baseball atau softball,

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 86


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

sehingga penekanan pada teknik belum maksimal tetapi mulai menanamkan bagai-
mana permainan itu dimainkan.
Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

Modifikasi permainan softball menggunakan peralatan dan perlengkapan


permainan kasti tetapi dengan peraturan permainan yang diadobsi dari permainan
softball. Sehingga permainan ini dapat mudah diterapkan pada tingkat sekolah- sekolah,
khususnya sekolah dasar, karena peralatan yang murah, mudah dan sudah tersedia di
tiap-tiap sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan jasmani di
sekolah dasar, yaitu mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai
macam permainan dan olahraga (DEPDIKNAS, 2003: 6). Adapun sebagai law of
the game atau official rule secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut.
Alat dan Fasilitas

Lapangan berbentuk diamond dengan menempatkan tempat hinggap (base) untuk


pelari pada tiga sudut dan satu sudut untuk rumah (home). Panjang antar tiap-tiap
sudut sejauh 10 meter. Tempat hinggap (base) dan rumah (home) berbentuk lingkaran
dengan diameter satu meter. Luas lapangan ke belakang tidak terbatas disesuaikan
dengan lokasi yang ada, tetapi ada perpanjangan garis pada tempat hinggap pertama
(base 1) dan tempat hinggap ketiga (base 3) dari rumah (home). Secara lebih jelas
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Base 2

Base 3 Base 1

Home

Gambar 1. Lapangan Modifikasi Permainan Softball


Perlengkapan pemain dan alat yang dipergunakan adalah peralatan dan alat milik
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 87
Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

permainan kasti, meliputi, tongkat pemukul dan bola. Pemukul terbuat dari kayu dengan
ukuran panjang minimal 50 cm dan maksimal 60 cm. Bola adalah bola kasti merah atau
dapat menggunakan bola tenis bekas.
Pemain dan pergantian

Jumlah pemain 12 siswa, dengan penempatan posisi masing-masing.


Pembagian posisi meliputi 1 pemain yang jaga di belakang rumah (home), 6 pemain
penjaga tempat hingga (base) dimana tiap-tiap tempat hingga (base) dijaga oleh 2
siswa, dan 5 pemain penjaga luar diamond. Posisi pemain tidak menetap, sehingga
dimungkinkan terjadi pergantian posisi pemain. Posisi demikian adalah komposisi
pada saat regu tersebut melakukan pertahanan. Sedangkan pada saat melakukan
serangan, keduabelas pemain diurutkan secara tetap untuk memukul bola. Pergantian
pemain dilakukan secara bebas dengan tetap sesuai dengan urutan pemukul.
10

9 11
8 12

5 4
6 3

7 2

1
Gambar 2. Posisi atau letak pemain yang melakukan pertahanan
Aturan Permainan

Permainan berlangsung dengan sistem inning, berlangsung sebanyak 5 inning.


Pergantian inning dilakukan apabila regu yang bertahan telah mematikan 5 pemain
dari regu yang menyerang. Cara mematikan dengan dua cara, yaitu membakar tempat
hinggap yang akan dituju pelari dan penjaga dapat menangkap bola hasil pukulan
pemain secara langsung tanpa menyentuh tanah terlebih dahulu.
Regu yang menang adalah regu yang mampu membuat poin (run) lebih banyak

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 88


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
dari regu yang lain. Poin (run) dapat tercipta apabila pemain setelah dapat memukul,

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 89


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

kemuadian berlari menuju tempat hinggap (base) yang telah disediakan, dari pertama,
kedua dan ketiga, kemudian berhasil kembali ke rumah (home). Kemampuan pemain
setelah memukul dan kembali ke rumah (home) setelah melewati tempat-tempat
hinggap mendapatkan poin (run) satu.
Pemukul dan Pelari

Pemukul atau pemain yang melakukan pukulan, menggunakan teknik pukulan fungo
(www.bostonbaseball.com, 2005), yaitu memukul bola secara backhand dengan
melambungkan bola sendiri. Pemukul diberikan kesempatan memukul sebanyak 3kali
sampai bola hasil pukulan jatuh di tempat permainan yang sah, yaitu sektor antara
tempat hinggap pertama (base 1) dan tempat hinggap ketiga (base 3) yang pada kedua
tempat tersebut ditarik garis maya dari rumah (home). Apabila pemukul setelah diberi
kesempatan 3 kali tetap tidak bisa memukul, maka pemukul tersebut dinyatakan mati
Setelah pemain memukul bola, berlari menuju tempat hingga pertama.
Pemain yang telah memukul langsung lari ke tempat hinggap pertama, apabila selamat
sampai di tempat hinggap pertama, pemain tersebut dimanakan sebagai pelari. Pelari
harus selalu berada di tempat hingga dan tidak boleh meninggalkan tempat hingga
sebelum bola berhasil dipukul oleh pemukul. Pelari harus berlari dari home dan kembali
ke home, setelah melewati tempat hinggap (base) secara berurutan. Setelah dari tempat
hingga pertama, pelari menuju tempat hinggap kedua, seterusnya ke tiga dan akhirnya
ke rumah (home). Di dalam tempat hinggap tidak boleh terdapat pelari lebih dari satu,
atau setiap tempat hinggap (base) hanya boleh ditempati oleh satu pelari.
Bola dalam permainan

Bola dalam permainan atau permainan dapat berjalan apabila bola yang dipukul jatuh
dalam sektor antara tempat hinggap pertama (base 1) dan ketiga (base 3) yang pada
kedua tempat tersebut ditarik garis maya dari rumah (home) sampai bola dipegang oleh
pemukul berikutnya. Apabila terjadi selain dari kondisi tersebut permainan tidak dapat
dijalankan atau kembali ke situasi semula.
Kesimpulan

Permainan softball merupakan cabang olahraga permainan sercara tim yang belum
mampu memasyarakat seperti cabang olahraga sepakbola, bolavoli, atau bola basket.
Hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat umum bahwa permainan softball
merupakan permainan olahraga yang mahal dan pemahaman filosofi bermain softball
lebih sulit dibandingkan penguasaan skill (teknik dasar) permainan. Untuk itu permainan
softball harus diberikan sedini mungkin, namun mengingat ketersediaan perlengkapan
dan peralatan perlu diupayakan ancangan modifikasi permainan softball dengan
permainan kasti.

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 90


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
Permaian sotball yang dimodifikasi dengan permainan kasti, merupakan bentuk
permainan yang bisa diberikan di lingkungan sekolah dasar. Modifikasi permainan
ini menggunakan peralatan dan perlengkapan permainan kasti tetapi dengan

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 91


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

peraturan permainan yang diadobsi dari permainan softball. Sehingga permainan ini
dapat mudah diterapkan pada tingkat sekolah-sekolah, khususnya sekolah dasar, karena
peralatan yang murah, mudah dan sudah tersedia di tiap-tiap sekolah.
Pemikiran tentang modifikasi permainan softball, dengan menggunakan peralatan
dan perlengkapan permainan kasti ke dalam pendidikan jasmani, karena dua
pertimbangan pokok. Pertama dari modifikasi sarana dan prasarana, terutama pada
perlengkapan dan peralatan permainan softball yang relatif banyak dan mahal, hanya
cukup menggunakan peralatan dan perlengkapan permainan kasti yang hanya
membutuhkan bola dan tongkat pemukul. Kedua dari modifikasi peraturan permainan
hasil adopsi dari permainan softball, yang merupakan peraturan permainan yang relatif
baru sehingga dapat mengembangkan aspek-aspek lain selain jasmaniah, terutama aspek
kognitif.
Pemikiran modifikasi permainan softball di tingkat sekolah dasar ini merupakan
pemikiran yang masih terlalu dini atau awal, sehingga masih diperlukan pemikiran-
pemikiran lanjutan. Dari pemikiran-pemikiran lanjutan tersebut, diharapkan terjadi
perubahan, baik pengurangan maupun penambahan, guna penyempurnaan modifi-
kasi permainan tersebut. Pada akhirnya penulis sangat berharap kepada para pendidik
atau guru pendidikan jasmani di sekolah dasar untuk mencoba memainkan modifikasi
permainan softball ini. Penulis juga tidak keberatan apabila ada penambahan atau
pengurangan dalam penerapan permainan tersebut. Let try this game at the class.

Daftar Pustaka
PB.PERBASASI. (1994). Official Rule of Softball (terjemahan). Jakarta: PB.PERBASAI
Nichols, Beverly. (1994). Moving and Learning: The Elementary School Physical
Education Experience. 3rd ed. St. Louis: Mosby Year Books, Inc.
Sukadiyanto. (2005). Kajian Artikel: Keterampilan Mahasiswa Dalam Memukul Pada
Olahraga Sotball. Jurnal Olahraga Majalah Ilmiah, volume 11, Nomor 1,April
2005. Hal 117-130.
Gusril. (2004). Efektifitas Ancangan Modifikasi Olahraga Ke dalam Pendidikan Jasmani. Jurnal
Nasional Pendidikan Jasmani dan Ilmu Keolahragaan Volume 3, Nomor 1, April 2004.
Hal 42-50.
Yusuf Hidayat. (2003) “Keterlantaran Pendidikan Jasmani dan Strategi Intervensi Dari
Perspektif Psikologi Humanisme”. Majalah Ilmiah Olahraga Volume 9 Edisi
Agustus 2003 . Hal 78-99.
Thomas, J.R., Lee, A.M., dan Thomas, K.T. (1988). Physical Education or Children.
‘Champaign, Illinois: Human Kinetics.
Winfield, Dave. (1990). The Complete Baseball Player. New York: Avon Books. Baseball
Canada. (1987). Advanced Coaching Manual. Ottawa: Provincial Baseball
Associations
Golden, Ron. (1982). The Official Baseball Instructional Service. Ohio: Stull Printing
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 92
Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar
www.bostonbaseball.com/whitesox/baseball_extras/fungo.html (Figuring Out Fungo).

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 93


Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar

Departemen Pendidikan Nasional. (2003) Kurikulum 2003 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: DEPDIKNAS.
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman.(2000). Prinsip-
Prinsip Pengembangan dan Medofikasi
Cabang Olahraga. Jakarta: Dirjen
PENDASMEN

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005 94

Anda mungkin juga menyukai