Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SENI BUDAYA

“ARTIKEL TENTANG SENIMAN SENI GRAFIS”

DISUSUN OLEH

Muhammad Ghiffaruzzacky

MTs Negeri 1 Kepulauan Meranti


Kata Pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................2
Pablo Piccaso....................................................................................................................................3
Emil Nolde.........................................................................................................................................4
Joan Miro...........................................................................................................................................5
Robert Indiana...................................................................................................................................6
Edward Ruscha.................................................................................................................................7
Chuck Close......................................................................................................................................8
Joseft Albert.......................................................................................................................................9
Ando Hiroshige..................................................................................................................................9
Hans Holbein...................................................................................................................................11
Kaboel Suadi...................................................................................................................................12
Pablo Piccaso
Di tahun 1903, saat Periode Biru berlangsung, Picasso melukis
"The Tragedy". Selama periode ini, sebagian besar lukisannya
didominasi warna biru yang menyiratkan kesengsaraan,
keputusasaan, dan kemuraman. Ia sendiri mengalami kondisi
emosional yang sulit dan menyalurkannya menjadi karya.

Lukisan ini menggambarkan tiga sosok yang meringkuk di tepi


pantai. Tidak ada petunjuk apa pun, kecuali raut muka yang terlihat
sedih. Lukisan ini bisa disaksikan di National Gallery of Art di
Washington DC.

Kemudian, di tahun 1907, Picasso selesai melukis "Les


Demoiselles d'Avignon" atau wanita muda Avignon. Awalnya,
Picasso berniat melukis adegan bordil dengan pelacur dan
pelanggan prianya. Namun, justru berakhir menjadi lukisan lima
wanita yang abstrak, mirip kolase, dengan gaya kubisme.

Ketika dipamerkan, lukisan ini menimbulkan kontroversi dan


perdebatan. Walau banyak pihak yang mengkritik dan bahkan
membenci, lukisan ini dianggap sebagai pionir dari gerakan seni
kubisme revolusioner. Jika ingin melihat lukisan ini, datanglah ke
Museum of Modern Art di New York City (NYC).
Emil Nolde
Emil Nolde adalah pelukis ekspresionis Jerman yang terkenal
karena karya keagamaannya. Ia lahir dari keluarga petani dan
menjalani hidupnya sebagai pemahat kayu. Nolde
menyelesaikan studinya sebagai desainer furnitur dan pemahat
kayu di Flensburg antara tahun 1884 dan 1888. Kemudian ia
bekerja di berbagai pabrik furnitur di Munich, Karlsruhe dan
Berlin. Ia bekerja sebagai guru di Gewerbemuseum di St Gallen
pada tahun 1892 sampai 1898. Ia mampu belajar seni secara
formal hanya ketika karya-karya awalnya direproduksi dan dijual
sebagai kartu pos. Di Paris Nolde mulai melukis karya-karya
impresionis. Pada tahun 1906 ia diundang untuk bergabung
dengan Die Bruce, sebuah organisasi berbasis seniman
ekspresionis. Selama tahun 1913 dan 1914 Nolde adalah
anggota ekspedisi etnologis yang mencapai Hindia. Kembali di
Eropa, kehidupan Nolde menjadi semakin tertutup di pantai
Baltik, Jerman. Saat itu, ia tertarik pada hal-hal mistis sehingga
menyebabkan karyanya, seperti Marsh Landscape memiliki
cakrawala yang rendah dan didominasi oleh awan-awan gelap.
Nolde juga merupakan advokat awal Partai Nasional Sosialis
Jerman.
Joan Miro
Salah satu seniman kelahiran Catalan yang paling berpengaruh di
abad 20, Joan Miró (1893-1983) berasal dari garis panjang
pengrajin pekerja keras sebelum akhirnya menjadi dirinya sendiri.
Lahir di Barcelona, ayahnya adalah seorang tukang perak dan
pembuat jam tangan dan ibunya putri seorang pembuat kabinet
dari Palma the Mallorca. Bahkan pada usia 82, dia masih bisa
menemukan lukisan jari di atelier-nya. Berikut ini adalah sembilan
fakta tentang salah satu artis paling berharga di Spanyol.

Ketika Joan Miró baru berusia tujuh tahun, kariernya sebagai seorang seniman sudah dimulai. Dia
umumnya melakukan sangat buruk di sekolah dasar, meskipun
tidak selama kelas menggambar yang dia hadiri, di mana dia
sudah menunjukkan tanda-tanda kemampuannya - tanggal
gambar paling awal yang selamat dari 1901! Beberapa tahun
kemudian, itu adalah gurunya yang akan mendorongnya untuk
bergabung dengan Lonja School of Fine Arts di Barcelona.

Orang tua Miró memberinya nasihat yang sama yang banyak


orang tua berikan kepada anak-anak mereka akhir-akhir ini:
menjadi seorang seniman tidak menjamin kehidupan yang mudah.
Berbeda dengan risiko yang terlibat, orang tuanya tidak ingin dia
menjadi seorang seniman. Ayahnya, Miquel Miró Adzerias, telah
menjadi pengrajin sendiri dan tahu kesulitannya. Mengikuti saran
orang tuanya, Miró mulai belajar di sekolah bisnis lokal dan
mendapat pekerjaan sebagai petugas akuntansi di apotek, tetapi
segera jatuh sakit dan menderita gangguan saraf. Menyadari
bahwa dia tidak cocok untuk jenis pekerjaan ini, dia memutuskan
untuk mengikuti kata hatinya dan mendedikasikan hidupnya untuk
seni - di 1912 dia bergabung dengan Akademi Seni Gali di
Barcelona.
Robert Indiana
Robert Indiana merupakan seorang seniman Amerika yang
merupakan tokoh sentral dalam gerakan pop art pada awal tahun
1960-an.

Dia banyak menghabiskan masa kecilnya di sekitaran Indianapolis.


Setelah dinas militer, ia melanjutkan sekolah ke School of the Art
Institute of Chicago dan berhasil lulus pada tahun 1953.

Dia kemudian mendapatkan beasiswa untuk belajar seni di


Edinburgh. Sekembalinya ke Amerika Serikat pada tahun 1954, ia
menetap di New York City.

Pada tahun 1958 dia mengubah nama belakangnya menjadi Indiana, untuk menunjukan
identitasnya sebagai seorang American Midwest.

Sejak lulus dari pendidikan dia kemudian mulai membuat karya


lukis pada tahun 1961.

Karakteristik lukisannya adalah berani, sensitive terhadap budaya


Amerika, dan memiliki bagian-bagian bertepi tajam dengan bidang
warna cerah.

Salah satu desainnya yang terkenal adalah LOVE yang dia lukis
pertama kali pada tahun 1966. Lukisan ini kemudian diwujudkan ke
dalam bentuk seni lain salah satunya adalah patung yang menjadi
ikon di tahun 1960an.

Bahkan ketika Hari Valentine pada 14 Februari 1973, layanan Pos


Amerika Serikat menerbitkan desain Indiana sebagai perangko
peringatan. Selain itu, karyanya menjadi subjek di banyak
pameran. Salah satunya adalah retrospektif, Rober Indiana:
Beyond Love yang diadakan di Museum Seni Amerika Whitney.

Indiana sendiri dari 1978 sampai kematiannya tinggal dan bekerja


di Vinalhaven, Maine. Kira-kira itulah perjalanan Indiana menjadi
seorang maestro.

Perlu diketahui, patung LOVE Indiana tidak hanya nampil di


Philadelphia saja melainkan juga di belahan Amerika lain seperti di
Pennsylvania, Washington, U.S. Stamp, dan Indiana.
Edward Ruscha
Edward Joseph Ruscha IV (/ruːˈʃeɪ/, roo-SHAY; lahir 16 Desember
1937) adalah seniman Amerika yang terkait dengan gerakan seni
pop. Dia telah bekerja di media lukisan, seni grafis, menggambar,
fotografi dan film. Dia juga terkenal karena membuat beberapa
buku artis. Karya-karyanya sering dikaitkan dengan gerakan Pop
Art. Ruscha

tinggal dan bekerja di Culver City, California.

Ruscha lahir dalam keluarga Katolik Roma di Omaha, Nebraska,


dengan seorang kakak perempuan, Shelby, dan seorang adik laki-
laki, Paul. Edward Ruscha, Sr. adalah seorang auditor di Hartford
Insurance Company. Ibu Ruscha mendukung tanda-tanda awal
keterampilan dan minat artistik putranya. Ruscha muda tertarik
pada kartun dan akan mempertahankan minat ini selama masa
remajanya. Meskipun lahir di Nebraska, Ruscha tinggal sekitar 15
tahun di Kota Oklahoma sebelum pindah ke Los Angeles pada
tahun 1956 di mana dia belajar di Institut Seni Chouinard
(sekarang dikenal sebagai Institut Seni California) di bawah Robert
Irwin dan Emerson Woelffer dari tahun 1956 hingga 1960. Selama
di Chouinard, Ruscha menyunting dan memproduksi jurnal Orb
(1959–60) bersama dengan Joe Goode, Emerson Woelffer,
Stephan von Huene, Jerry McMillan, dan lain-lain. Akibatnya, Orb
menjadi salah satu dari AS ' surat kabar alternatif pertama yang
tercatat.

Ruscha menghabiskan sebagian besar musim panas tahun 1961


berkeliling Eropa. Setelah lulus, Ruscha bekerja sebagai penata
letak di Carson-Roberts Advertising Agency di Los Angeles.

Pada awal 1960-an dia terkenal dengan lukisan, kolase, dan


fotonya, dan hubungannya dengan grup Galeri Ferus, yang juga
termasuk artis Robert Irwin, John Altoon, John McCracken, Larry
Bell, Ken Price, dan Edward Kienholz. Dia bekerja sebagai
desainer tata letak untuk majalah Artforum dengan nama samaran
"Eddie Russia" dari tahun 1965 hingga 1969 dan mengajar di
UCLA sebagai profesor tamu untuk pencetakan dan menggambar
pada tahun 1969. Dia juga teman seumur hidup gitaris Mason
Williams.
Chuck Close
MULAI awal tahun 2017, pengguna subway di New York akan
dikejutkan dengan karya seni luar biasa oleh seniman terkenal.
Setelah ditunda puluhan tahun, tahap pertama proyek Second
Avenue ini akhirnya akan bisa ditampilkan empat stasiun.

Karya-karya dari Chuck Close, Sarah Sze, Vik Muniz, dan Jean
Shin akan ditampilkan dalam instalasi seni publik terbesar dan
paling permanen dalam sejarah negara bagian New York. Untuk
dapat melihatnya, orang cukup membayar USD2,75 atau sama
dengan biaya untuk naik kereta bawah tanah.

“Second Avenue’ ini menyajikan museum baru di bawah tanah


New York. Ini juga bentuk penghormatan terhadap warisan kita.
Setiap anak yang belum pernah masuk ke museum atau galeri
seni bisa teredukasi dengan hanya berjalan-jalan di New York.
Itulah yang membuat New York spesial,” kata Gubernur New York,
Andrew Cuomo.

Terkenal dengan kerumitan di lukisan besarnya, seniman Chuck


Close membuat karya 'Subway Portraits' yang dipamerkan di
stasiun 86th Street. Dua belas karya setinggi sembilan kaki dibuat
dalam mosaik ubin keramik yang di antaranya menggambarkan
potret Lou Reed dan Kara Walker.

Lalu karya 'Perfect Strangers' Vik Muniz menggambarkan


kehidupan New York, juga dibuat dengan mosaik hidup yang
berwarna-warni, di 72nd Street. Sementara di Stasiun 96th Street,
'Blueprint for a Landscape' oleh Sarah Sze menyoroti benda asing
seperti lembar kertas, burung, dan pohon-pohon dalam angin
badai.

Proyek besar tersebut mencakup 14.000 kaki persegi dan


menggunakan hampir 4300 ubin porselen. Second Avenue kereta
bawah tanah ini akan selesai dalam empat tahap, dengan tahap
akhir meluas ke Financial District.
Joseft Albert
Joseft Albert (1825 - 1886) - fotografer dan penemu Jerman. Dia
mengembangkan collotype secara signifikan dan menemukan
Albertype (color collotype), gambar yang dicetak dari jenis piring .
Inovasi Albert adalah mengganti tembaga atau batu dengan kaca,
membangun mesin cetak, dan menutupinya berlapis gelatin yang
diproduksi dengan cara negatif fotografi dengan lapisan gel lain,
silikat dicampur dengan gelatin, untuk menghasilkan sekitar dua
ribu cetakan dari setiap piring menggunakan etsa dan rol tangan.
Proses baru ini diadopsi oleh penerbit yang membuat ribuan kartu
pos dan buku tampilan. Ukiran kayu, diterbitkan pada tahun 1893.

Ando Hiroshige
Kata Ukiyo-e memiliki arti sebuah dunia dan kehidupan yang selalu
bergerak dan berubah. Perkembangannya dimulai sekitar abad ke-
18. Aliran seni ini masuk bagian kelas atas seperti bangsawan dan
kaum terpelajar.  Seniman yang menerapkan aliran seni ini
berusaha untuk menggambarkan kehidupan biasa dari masyarakat
umum Jepang. Di mana, kebanyakan orang Jepang kehidupannya
terlihat indah dalam keteraturan.

Aliran seni Jepang Ukiyo-e juga disebut sebagai budaya pop


Zaman Edo. Setelah ada kemajuan pada teknologi percetakan,
cetakan yang memuat gambar aktor teater yang populer serta
model perempuan terkenal bisa diproduksi secara massal. Karya
ini pun menjadi mudah diakses oleh masyarakat umum.

Aliran seni yang satu ini nggak cuma berfokus pada gambaran
kehidupan rakyat jelata di Jepang saja, tapi juga bintang-bintang
terkenal saat itu. Ada banyak cetakan yang menggambarkan para aktor dan aktris terkenal pada
saat itu. Cetakan tersebut menjadi sangat populer dan menjadi versi pop-star.

Sub-genre Ukiyo-e kebanyakan menggambarkan wanita cantik. Ini merupakan salah satu karya
yang paling banyak dicari. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang datang mengunjungi
segala macam instansi agar bisa melihat keindahan seni aliran ini secara langsung di atas kertas.

Master Ukiyo-e yang sangat populer dari masanya adalah Katsushika Hokusai, Utagawa Hiroshige,
Kitagawa Utamaro dan Toshusai Sharaku. Karya-karya aliran seni Jepang Ukiyo-e mereka sangat
mempengaruhi opini publik secara besar-besaran.
Misalnya pada Era Edo ada Oiran, pelacur kelas atas dari
kalangan atas dan bangsawan, yang menjadi pemula tren tentang
fashion dan juga makeup.Penampilan dari Oiran tersebut
tertangkap pada cetakan-cetakan Ukiyo-e, didistribusikan kepada
masyarakat, dan kemudian dicontoh oleh perempuan biasa.

Ada kalanya dunia Barat yang awalnya focus


pada Renaissance beralih pada Realisme. Nah, pada saat Jepang
membuka perbatasan untuk pertama kalinya, para seniman Barat
sangat takjub dengan keindahan Ukiyo-e yang sangat sederhana
dan tak ada perspektif sama sekali.

Ukiyo-e memang dibuat untuk produksi massal dengan fokus


utama menangkap subjek sebaik mungkin dengan cara yang
sangat simpel. Warna yang hidup menjadi komposisi utama untuk
mendapatkan hasil keindahan maksimal.

Untuk sekarang ini karya seni Ukiyo-e bisa dinikmati


keindahannya di beberapa museum di Jepang bahkan di luar
negeri. Cetakan maupun gambar Ukiyo-e patut dibanggakan
karena memang memberikan dunia seni karya indah dan
berkelas.

Museum Memorial Kesenian Ukiyo-e Ota adalah tempat di mana


kamu bisa bebas menikmati keindahan aliran seni Jepang Ukiyo-
e. Museum satu ini menawarkan koleksi lebih dari 14.000 karya
Ukiyo-e, dari awal yang sederhana hingga masa penurunan pada
akhir abad ke-19.  Dalam museum ini setidaknya setiap satu bulan
sekali gambar yang dipajang akan diganti dengan yang baru. Jadi
bisa dipastikan setiap harinya akan memberi pengalaman baru
bagi para pengunjung.
Hans Holbein
Melalui mata Hans Holbein yang lebih muda kita melihat banyak
tokoh istana Henry VIII. Seperti van Dyck pada abad berikutnya, ia
dikenal sebagai dokumenter dari tokoh-tokoh Royal Court di
London. Namun karya-karya Holbein jauh lebih beragam daripada
ini. Lahir di Augsburg di 1497 dan dilatih oleh pelukis ayahnya,
Hans Holbein the Elder, karya-karyanya termasuk lukisan religius,
adegan mitologis, dan ukiran kayu untuk digunakan dalam teks
tercetak.

Pekerjaan awal Holbein dilakukan di Basel di Swiss. Kota ini


menjadi pusat penyebaran gagasan humanis dan kemudian
Protestan. Nya Tubuh Kristus di Makam adalah sebuah visi
humanis tentang Kristus, yang disusun mengikuti Penyaliban,
seolah-olah kita sedang melihat melalui sisi peti mati. Kristus itu
kurus kering dan kurus, luka-lukanya jelas, mata masih terbuka dan
mulutnya menganga. Inilah Kristus yang mati dan hidup sekaligus,
dengan kuasa untuk berbicara kepada manusia dan menawarkan
keselamatan. Kualitas luar biasa itu adalah Renaisans Utara, dan
mengikuti metode Matthias Grünewald. Holbein diyakini telah
menggunakan mayat diseret dari Rhine sebagai model.

Erasmus adalah sarjana humanis terbesar pada zaman itu. Dia


bekerja di Basel dari 1521, di mana dia harus bertemu dengan
Holbein. Dia membutuhkan gambar dirinya untuk dikirim ke para
pengikut akademis di seluruh Eropa sehingga dia beralih ke
Holbein untuk sebuah potret. Secara total, Holbein melukis
Erasmus tiga kali, namun ini adalah yang paling rumit dengan
pilaster berukir di latar belakang dan bulu-bulu yang digambarkan
secara rumit pada mantel ulama. Di sekelilingnya adalah alat-alat
perdagangannya - buku di tangannya terjemahannya dari bahasa
Yunani ke Latin dari Perjanjian Baru dan di rak di atasnya volume
dengan tulisan Latin mengatakan 'Saya Johannes Holbein, yang
lebih mudah untuk direndahkan daripada meniru'.

Erasmus adalah tokoh kunci dalam karier Holbein. Dia memberi


pelukis surat pengantar untuk Sir Thomas More di London. Dia
menuju ke sana di 1526 dan kemungkinan besar tinggal bersama
More sampai kembali ke Basel di 1528, bekerja pada potret
lingkaran ilmiahnya - orang-orang seperti Archbishop of
Canterbury, William Warham, kepada siapa potret Erasmus mungkin dikirim. Lebih banyak lagi
seorang filsuf, pengacara, penulis, Speaker of the Commons, dan martir Katolik di masa depan.
Holbein menunjukkannya di depan sebuah kain Yunani, jubahnya yang bersih yang dipangkas
dengan bulu dan lengan beludru digambarkan dengan verisimilensi luar biasa. Di lehernya ada
Collar of Esses, tanda jasa untuk Raja. Holbein juga melukis sebuah karya kelompok keluarga More,
meskipun ini telah hilang.
Kaboel Suadi
Kaboel Suadi (7 November 1935 – 27 September 2010),
adalahseorang pelukis dan seniman grafis Indonesia.

Pada 1964 Kaboel mulai menempuh pendidikannya di Jurusan


Arsitektur dan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung.
Pada 1969 ia mendapat kesempatan untuk memperdalam seni
grafis di Hochschule für bildende Künste di Berlin Barat, Jerman.

Kaboel mengajar di Institut Teknologi Bandung, dan pensiun


pada 2000. Pada 1990 ia memperoleh kesempatan mengajar di
Hochschule für bildende Künste (HBK) Braunschweig. Setelah
pensiun dari ITB, sejak tahun 2000 ia mengajar di Fakultas Seni
Rupa dan Desain di Universitas Trisakti, Jakarta.

Beberapa karyanya yang layak dicatat adalah:

 Monumen Perjuangan Rakyat di Indramayu


 Patung Mahkamah Agung RI pertama di Gedung Mahkamah
Agung
 Patung Menteri Kehakiman Pertama RI di Gedung Kehakiman
 12 Patung Pahlawan Nasional di Graha Pemuda, Senayan,
Jakarta
 Display Vitrin di Museum Artha Suaka, Bank Indonesia
 Patung di Museum Bank Rakyat Indonesia, Purwokerto
 Display Museum Negeri Jawa Barat
 Mural di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta
 Mural Gedung Djarum, Kudus
 Replika Kereta Paksi Naga Liman untuk Expo
Vancouver, Kanada
 Piala Sporta (Anugerah Insan Terbaik Olahraga Indonesia)
 Buku Sketsa Berlin Barat

Selain itu ia juga pernah berpameran lukisan dan grafis di


Indonesia, serta di berbagai kota di mancanegara seperti di Tokyo, Osaka, New
Delhi, Bangkok, Pusan, Paris, Amsterdam, New York, Berlin, Braunschweig, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai