Anda di halaman 1dari 7

MATERI KD 3.15 / 4.

15 REKONSILIASI FISKAL
Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak
sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang
pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).

Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun


biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.

Perbedaan Laporan keuangan Komersial dan Laporan keuangan Fiskal disebabkan oleh
adanya :
1. Perbedaan prinsip Akuntansi
2. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi
3. Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya
4. Perbedaaan perlakuan penghasilan dan biaya

A. Perbedaan Prinsip Akuntansi


Beberapa Standar Akuntansi Keuangan ( SAK) yang telah diakui secara umum dalam
dunia bisnis dan profesi tetapi tidak diakui oleh fiskal, meliputi
a. Prinsif konservatisme : dengan dibentuknya penyisihan atau cadangan kerugian
piutang atau piutang tak tertertagih dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakui
dalam perhitungan laba – rugi secara fiskal
b. Prinsip Harga Perolehan ( Cost ) : Dalam Akuntansi komersial, penentuan harga
pokok untuk barang yang diproduksi dapat dimasukkan unsur biaya yang beupa
kenikmatan Natura yang diberikan kepada tenaga kerja. Dalam fiskal,
pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai pengurangan / biaya.

B. Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi


a. Metode penilaian persediaan
Dalam Akuntansi Komersial beberapa metode penilaian persediaan yang diakui
adalah : Average, FIFO, LIFO, pendekatan laba bruto, pendekatan harga eceran
Dalam Akuntansi Fiskal metode penilaian persediaan yang diakui adalah :
Average dan FIFO

b. Metode Penyusutan dan Amortisasi


Metode penyusutan dan amortisasi yang diakui oleh akuntansi komersial adalah :
Metode garis lurus, Metode Jumlah angka tahun, metode saldo menurun, metode
saldo menurun ganda, metode jam mesin, metode jumlah satuan produksi, dll.
Dalam akuntansi fiskal metode penyusutan yang digunakan adalah Metode garis
lurus, Metode saldo menurun dan metode satuan produksi.

c. Metode penyisihan piutang tak tertagih


Dalam akuntansi komersial dibentuk penyisihan piutang ragu – ragu / tak tertagih,
tetapi dalam akuntansi perpajakan / fiskal beban piutang tak tertagih tidak dapat
diakui sebagai beban.
Piutang yang benar – benar tidak dapat ditagih setelah dilakukan penagihan aktif
baru dapat diakui sebagai beban dalam penghitungan laba rugi fiskal, tetapi
pembentukan cadangan tak tertagih untuk industri bank, sewa guna usaha dengan
hak opsi , asuransi dapat diakui sebagai beban dalam peraturan perpajakan.
C. Perbedaan perlakuan dan pengakuan penghasilan dan beban
a. Penghasilan yang telah dikenakan pajak final, seperti : bunga, deposito, bunga
tabungan, laba penjualan saham di bursa efek, persewaan tanah dan bangunan ,
dsbnya, ; penghasilan tersebut dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak
( koreksi fiskal negatif )
b. Pengeluaran yang diakui dalam akuntansi komersial sebagai biaya tetapi tidak
diakui dalam akuntansi fiskal , misalnya : sumbangan, cadanagn piutang ragu-ragu
( kecuali untuk industri perbankan, leasing dengan hak opsi, asuransi) sanksi
pajak, pajak penghasilan dan biaya lainnya, harus dikeluarkan dari penghasilan
(koreksi fiskal positif)
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Beda tetap.
Yaitu penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba neto untuk akuntansi
komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak.
Contoh penghasilan : sumbangan, Penghasilan bunga deposito.
Contoh biaya : biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan., biaya kerugian piutang

b. Beda waktu
Yaitu penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial, tetapi tidak
dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena perbedaan metode pengakuan.
Contoh penghasilan : pendapatan laba selisih kurs
Contoh biaya : biaya penyusutan, biaya sewa

Jenis koreksi fiskal adalah sebagai berikut :


a. Koreksi fiskal positif
Yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang.
Contoh : Biaya PPh, Biaya kerugian piutang, beban sumbangan, beban lain - lain

b. Koreksi fiskal Negatif


Yaitu koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh terutang.

Contoh : Penghasilan bunga deposito.

B. Jenis-Jenis Koreksi Fiskal :

Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis-jenis perbedaan antara akuntansi komersial
dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 jo UU Nomor 17 Tahun 2000), yaitu
terdiri dari :

1. Beda Tetap :

– Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh


bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia.

– Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh


telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final)
sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan penghasilan lainnya dalam menghitung
PPh yang terutang. Misalnya : penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya yang
telah dipotong PPh Final oleh Bank sebesar 20%.

Adapun contoh cara menghitung penghasilan dapat digambarkan pada bagan sebagai
berikut :

Perusahaan Dagang

Penjualan Bruto …………………………………………Rp

-/- Retur …………………………………………………Rp (-)

Penjualan Netto ………..….…………………………… Rp

Harga Pokok Penjualan:

Persediaan awal tahun ….… Rp__________

Pembelian ……………… Rp _ (+)

Tersedia untuk dijual ……. Rp _

Persediaan akhir tahun … Rp (-)

Harga Pokok Penjualan ……………………………………. Rp (-)

Laba Bruto Usaha ………………………………………… Rp____________

Biaya administrsi dan Umum …………………………… Rp (-)

Penghasilan Netto Usaha ………………………………… Rp____________

Penghasilan Di Luar Usaha ………… Rp…………………..

Biaya Di Luar usaha …………………… Rp……………..

Penghasilan netto luar usaha ………………………….. Rp …………………_

Jumlah Penghasilan Neto (Komersial).………………… Rp===========

Dari jumlah penghasilan neto komersial tersebut, kemudian dilakukan penyesuaian-


penyesuaian (adjust-ment), yang didasarkan pada aturan-aturan perpajakan untuk
memperoleh penghasilan neto fiskal, yakni penghasilan neto yang didasarkan pada
perhitungan yang diakui secara fiskal. Penyesuaian-penyesuaian tersebut disebut
KOREKSI FISKAL. Koreksi fiskal ada dua macam, yakni koreksi fiskal POSITIF dan
koreksi fiskal NEGATIF.

Pengertian Rekonsiliasi Fiskal


Karena terjadi perbedaan pengakuan dalam menyusun laporan keuangan antara komersil
dengan perpajakan maka perlu dilakukan penyesuaian atau rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi
fiskal adalah suatu mekanisme penyesuaian pelaporan keuangan wajib pajak badan
menurut ketentuan komersial diubah menjadi menurut ketentuan perpajakan atau fiskal.

Rekonsiliasi fiskal adalah sebuah lampiran SPT tahunan PPh Badan berupa kertas kerja
yang berisi penyesuaian antara laba/rugi sebelum pajak menurut komersial dengan
laba/rugi menurut SPT Tahunan (perpajakan).

Untuk melakukan penghitungan PPh Badan, harus diketahui laba fiskal dalam tahun pajak
yang didapat dari rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur
penyusunan laporan laba rugi, meliputi pendapatan dan biaya, secara ringkas rekonsiliasi
fiskal dilakukan terhadap :
1. Wajib pajak yang memiliki penghasilan final
2. Wajib pajak yang memiliki penghasilan yang bukan objek pajak
3. Wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan (pasal 9 UU PPh)
4. Wajib pajak mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang (biaya fiskal) tetapi
metode pengakuan biaya tersebut diatur oleh ketentuan fiskal
5. Wajib pajak mengeluarkan biaya yang dikeluarkan bersama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh final

Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal. Dimana koreksi fiskal ini terdiri dari
koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi positif adalah koreksi yang mengakibatkan
laba fiskal bertambah atau rugi fiskal berkurang. Koreksi negatif adalah koreksi yang
mengakibatkan laba fiskal berkurang atau rugi fiskal bertambah.

a. Koreksi Fiskal Positif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang
menghasilkan Laba Fiskal lebih besar dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih
kecil dari pada Rugi Komersial).

Contoh:

Uraian Komersial Fiskal Keterangan


Pemberian sembako untuk pegawai diakui Tidak diakui Harus dikoreksi
Pemberian fasilitas rekreasi u/ pegawai diakui Tidak diakui Harus dikoreksi
Pemberian fasilitas tempat tinggal u/pegawai diakui Tidak diakui Harus dikoreksi

Akibat dari adanya koreksi ini maka biaya yang dihitung secara fiskal menjadi lebih kecil
dari pada biaya yang dihitung secara komersial. Akibat selanjutnya laba yang dihitung
secara fiskal menjadi lebih besar dari pada laba yang dihitung secara komersial. Karena
laba yang dihitung secara fiskal menjadi lebih besar maka disebut koreksi fiskal positif.

b. Koreksi Fiskal Negatif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang
menghasilkan Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih
besar dari pada Rugi Komersial).

Contoh:

Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi menggunakan Metode Garis Lurus untuk jangka
waktu lima tahun untuk aset senilai Rp100.000.000. Perhitungan penyusutan Komersial-
nya adalah sbb:

Harga perolehan Rp100.000.000


Penyusutan tahun pertama 20% Rp20.000.000

Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi Fiskal menggunakan Metode Sado Menurun
dengan tarif 25% dari Nilai Sisa Buku. Perhitungan penyusutan Fiskalnya adalah sbb:

Harga perolehan Rp100.000.000


Penyusutan tahun pertama 25% Rp25.000.000

Penyusutan tahun pertama adalah 25% dari nilai perolehan, karena pada tahun pertama
nilai bukunya sama dengan nilai perolehan.

Jika diperbandingkan antara penyusutan komersial dengan penyusutan komersial akan


tampak sebagai berikut:

Uraian Komersial Fiskal Keterangan


Penyusutan Rp20.000.000 Rp25.000.000 Harus dikoreksi sebesar Rp5.000.000

Penyusutan fiskal pada contoh tersebut diatas lebih besar Rp5.000.000 dari pada
penyusutan komer-sial. Karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih
besar maka akibatnya penghasilan secara fiskal menjadi lebih kecil. Karena laba secara
fiskal menjadi lebih kecil (atau rugi secara fiskal menjadi lebih besar), maka disebut
koreksi fiskal negatif.

Selanjutnya dari dari bagan perhitungan Laba Rugi dengan hasil akhir Jumlah penghasilan
Neto Komersial tersebut dimuka, dapat diteruskan sebagai berikut:

Penghasilan Neto Komersial …………………. Rp………………….


Koreksi Positif …………… Rp…………………..

Koreksi Negatif …………. Rp…………………..

Saldo Koreksi ……………………………………… Rp………………….. + (-)

Laba/Rugi Fiskal …………………………………. Rp…………………..

– Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan PPh
tidak dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), misalnya ;

– Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan obyek pajak
atau pengenaan pajaknya bersifat final.

– Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam


bentuk natura atau kenikmatan.

– Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.

– Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak
memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnya ; daftar nominatif biaya entertainment, daftar
nominatif atas peghapusan piutang).

2. Beda Waktu :

Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial
dengan ketentuan fiskal, misalnya ;

– Metode penyusutan

– Metode penilaian persediaan

– Penyisihan piutang tak tertagih

– Rugi-laba selisih kurs

– Dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai