Anda di halaman 1dari 3

Terjerat Narkoba, Remaja di Surabaya

Sampai Jual Tabung Elpiji


Kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja semakin
meningkat tiap tahunnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2018, setidaknya ada
2,2 juta remaja dari 13 provinsi di Indonesia yang menggunakan
narkoba.
Tak hanya menyasar remaja, narkoba kini juga membidik kalangan
anak-anak dengan jenjang sekolah dasar.
"Pasien yang saya tangani ada yang berusia 12 tahun. Jadi narkoba
sekarang sudah menyasar kalangan anak dan remaja," ujar dr. Lila
Nurmayanti, Sp.KJ, Kepala Instalasi NAPZA RSJ Menur Surabaya,
kepada Basra, Senin (21/9).
Anak dan remaja, lanjut dr. Lila, menjadi sasaran paling
menguntungkan bagi para pengedar narkoba. Ini karena mereka
merupakan kastamer dengan usia yang lebih panjang untuk
pemakaiannya.
Tak hanya jumlah pemakai di kalangan anak dan remaja yang
meningkat. Jenis dan bentuk dari narkoba juga kian beragam
mengikuti tren di kalangan anak muda. Sekarang ada narkoba jenis
baru disebut dengan sebutan New Psychoactive Substances (NPS),
yaitu narkoba jenis baru hasil sintesis.
Untuk memperoleh narkoba, kata dr. Lila, juga kian mudah seiring
dengan perkembangan teknologi. Harga narkoba pun relatif kian
mudah dijangkau anak dan remaja. 
"Di era digital, pemasaran narkoba juga dilakukan secara online jadi
makin mudah dapatnya. Secara harga juga kian murah, misalnya
untuk jenis sabu sekarang satu bungkusnya dijual sekitar Rp100.000
dan sudah bisa dipakai 3 orang," jelasnya. 
Berbagai faktor dapat membuat anak-anak dan remaja mengonsumsi
narkoba. Selain faktor lingkungan, faktor keturunan juga menjadi
salah satu faktor risiko penyalahgunaan narkoba pada anak dan
remaja.
"Kalau orang tuanya mengonsumsi narkoba maka 50 persen peluang
anaknya akan terpapar narkoba," imbuhnya.
Sedangkan faktor lingkungan dari teman sebaya merupakan faktor
risiko tertinggi penyalahgunaan narkoba pada anak dan remaja.
Dikatakan dr. Lila, usia 12 hingga 20 tahun merupakan fase pencarian
jati diri. Mereka akan mencari orang-orang yang mensupport
sekaligus membuatnya nyaman.

"Nah, pada fase pencarian jati diri itu mereka lebih mengedepankan
perasaan jadi belum bisa mengukur baik buruk tindakan yang
dilakukan. Jadi kalau mereka intens berinteraksi dengan teman yang
tak lain adalah pemakai narkoba maka nantinya akan terpapar juga.
Apalagi kalau latar belakang keluarganya tidak kondusif, ya sudah
akan terjerat (narkoba)," paparnya.
Sementara itu, bagi anak-anak dan remaja yang sudah terpapar
narkoba, tukas dr. Lila, bisa diketahui secara fisik.Misalnya mata
merah dan pupil mata yang mengecil atau membesar, kemudian
perubahan pola makan atau pola tidurnya. Penurunan atau
peningkatan berat badan yang drastis dalam waktu singkat juga dapat
menjadi indikasi anak dan remaja terpapar narkoba.
Selain gejala fisik, pengguna narkoba juga bisa menunjukkan
beberapa tanda dan gejala psikologis seperti lebih tertutup dan
terlihat seperti merahasiakan sesuatu. Perubahan suasana hati secara
tiba-tiba, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang disukai
sebelumnya, dan tampak lesu maupun cemas.
"Tidak hanya gejala psikologis, seorang remaja yang kecanduan
narkoba juga sering kali berperilaku buruk, seperti mencuri atau
menjual barang-barang hanya untuk membeli narkoba. Pernah ada
pasien saya yang sampai jual elpiji mamanya hanya untuk beli
narkoba," pungkas dr. Lila. 

Anda mungkin juga menyukai