Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KORPRI

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


NOMOR :

TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)


RUMAH SAKIT KORPRI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DENCAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT


KORPRI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Menimbang a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 52 ayat (1)
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, setiap rumah sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan semua kegiatan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem
informasi manajemen rumah sakit;;
b. Bahwa dalam Upaya melaksanakan optlmalisasi
fungsi pelayanan rumah sakit, maka diperlukan
Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) yang bermutu tinggi;

c. bahwa pembentukan sistem informasi manajemen


rumah sakit dilakukan dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan rumah sakit
di Indonesia;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan
Direktur RUMAH SAKIT KORPRI Provinsi Kalimantan
Timur tentang Kebijakan Penerapan Sistem Informasi
Kesehatan di Rumah
Sakit Mata Provinsi Kalimantan Timur.
Mengingat 1 . Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/Menkes/PER/l/2010 tentang Perizinan Rumah
Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/Menkes/PER/lIl/2010 tentang Klasifıkasi Rumah
Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2013
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 92 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam
Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi;

MEMUTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DİREKTUR RUMAH SAKIT KORPRI


PROVINSI KALIMANTAN TİMUR TENTANG KEBIJAKAN
PENERAPAN SİSTEM INFORMASI MANAJEMEN (SİM)
RUMAH SAKIT KORPRI PROVINSI KALIMANTAN
TİMUR

Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan
1. Rumah Sakit adalah RUMAH SAKIT KORPRI Provinsi Kalimantan
Timur
2. Direktur adalah Pimpinan Tertinggi RUMAH SAKIT KORPRI Provinsi
Kalimantan Timur.
3. Pimpinan adalah Pejabat yang berada langsung dibawah direktur di
garis struktur organisasi RUMAH SAKIT KORPRI Provinsi
Kalimantan Timur.
4. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan
dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat
dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
5. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang
meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat,
dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara
terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna
dalam mendukung pembangunan kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan SIMRS bertujuan untuk meningkatkan efısiensi, efektivitas,
profesionalisme, kinerja serta akses dan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 3
(1) RUMAH SAKIT KORPRI Provinsi Kalimantan Timur wajib
menyelenggarakan SIMRS
(2) Penyelenggaraan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dibuat oleh Rumah Sakit.
(3) Dalam faktor tertentu, Rumah Sakit dapat bekerja sama dengan pihak
lain dalam pembuatan SIMRS namun kepemilikannya adalah 10096
milik Rumah Sakit.
(4) Aplikasi SIMRS yang dibuat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
ayat (3), harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh
ketentuan yang berlaku.

Pasal 4
(1) RUMAH SAKIT KORPRI Provinsi Kalimantan Timur harus
melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS secara
mandiri.
(2) Dalam faktor tertentu, pelaksanaan pengembangan SIMRS
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat menggunakan pihak
namun kepemilikannya adalah 100% milik Rumah Sakit.
(3) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mampu meningkatkan dan
mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi

a. Kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan
efısiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional;
b. Kecepatan mengambil keputusan, akuraasi dan keepatan identifikasi
masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam
peaksanaan manajerial;
c. Budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman
sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan
organisasi.

Pasal 5
(1) SIMRS harus dapat mengintegrasikan data dan informasi klinis dan non
klinis untuk pengambilan keputusan.
(2) SIMRS juga harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Kementrian Kesehatan, Badan dan/atau
instansi lain serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan
(3) Pengintegrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data
(interoperabilitas).
(4) SIMRS harus memiliki kemampuan komunikasi data (interoperabilitas)
dengan
a. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS);
b. Aplikasi milik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan
c. Indonesia Case Base Group's (INACBG's);
d. Aplikasi lain yang dikembangkan oleh pemerintah;
e. Sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
dan
f. Sistem lain sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
(5) Dalam hal kemampuan komunikasi data (Interoperabilitas), seluruh
aplikasi yang akan di integerasikan dengan SIMRS Rumah Sakit harus
mendapatkan persetujuan dari Direktur.

Pasai 6
(1) Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas
a. Kegiatan pelayanan utama (front office);
b. Kegiatan administrative (back office); dan
c. Komunikasi dan kolaborasi.
(2) Selain arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah sakit
dapat mengembangkan SIMRS sesuai dengan kebutuhan dan
kapasitas rumah sakit.

Pasal 7
(1) SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3
(tiga) unsur keamanan yang meliputi •
a. Keamanan fisik;
b. Keamanan jaringan; dan
c. Keamanan sistem aplikasi.
(2) Sehubungan dengan unsur keamanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Rumah Sakit mendukung serta memfasilitasi kebutuhan
tersebut.
Pasai 8
Penyelenggaraan SIMRS dilakukan oleh unit kerja struktural atau
fungsional di dalam organisasi Rumah Sakit dengan sumber daya manusia
yang kompeten dan terlatih yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur.

Pasal 9
Ketentuan lebih anjut mengenai penyelenggaraan SIMRS sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur ini,

Pasai 10
(1) Pimpinan melakukan pembinaan
dan pengawasa terhadap
penyelenggaraan SIMRS.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditunjuk untuk
a. Meninigkatkan mutu penyelenggaraan SIMRS; dan
b. Mengembangkan penyelenggaraan SIMRS.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui :
a. Advokasi dan sosialisasi;
b. Pendidikan dan pelatihan;
c. Bimbingan teknis; dan/atau
d. Monitoring dan evaluasi.
Pasal 10
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dan akan
ditinjau sesuai dengan kebutuhan.

Ditetapkan di : Samarinda
Pada Tanggal :
DIREKTUR,

dr. E. Harleni Aroma, M.Adm.Kes.


Pembina / IV.a

Anda mungkin juga menyukai