Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT


TENTANG REGULASI DAN TATAKELOLA SIMRS

Oleh :

Vanny Claudia Putri _2213101021


Lutfiana Mardhatilla _2213101010
Rizki Janeldi _2213101016

Dosen Pengampu: Kamal Kasra, Ph.D

PRODI MAGISTER
ILMU FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan sangat penting dalam

masyarakat yaitu melakukan sebuah pelayanan harus berdasarkan melalui

pendekatan kesehatan (promotiv,preventif,kuratif dan rehabiltatif) dan dilaksanakan

menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Rumah sakit juga dituntut

untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Sebuah kualitas rumah sakit

dapat berpengaruh pada citra rumah sakit tersebut. Pada zaman yang sudah modern

ini dan globalisasi rumah sakit juga dituntut ntuk mengikuti perkembangan yang

telah ada dalam hal ini adanya kompetisi yang sangat ketat antar rumah sakit. Hal ini

berdampak pada manajerial rumah sakit yang mengembangkan strategis salah

satunya adalah peranan system informasi manajemen di rumah sakit. Dalam hal ini

teknologi saat ini berkembang sangat cepat dan berpengaruh pada system informasi

manajemen. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sumber daya organisasi

untuk mendukung proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat

manajemen, data dapat diolah menjadi informasi sesuai keperluan manajer sebagai

pimpinan manajemen. Informasi yang diperlukan manajemen dan manajer, maka

harus dirancang suatu SIM yang baik. Menurut Abdul Kadir (2003, p114) Sistem

Informasi Manajemen (SIM) adalah system informasi yang digunakan untuk

mendukung operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi biasanya, SIM menyediakan informasi untuk operasi organisasi. Menurut

Haag (2000, p 114) SIM juga sering disebut sebagai sistem peringatan manajemen
karena sistem ini memberikan peringatan kepada pemakai terhadap masalah

maupun peluang. Rumah Sakit juga mempunyai SIM yang biasanya disebut SIMRS.

Dalam hal ini masyarakat belum sama sekali mengenal akan SIMRS bias dikatakan

tingkat pengetahuan masyarakat sangat rendah maka dari itu perlunya masyarakat

untuk terbuka ataupun pasien.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

SIMRS merupakan himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan

dan saling berkaitan serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan

rencana dalam usaha menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai

kebutuhan guna menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan

keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan di RumahSakit. SIMRS saat

ini ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari penampilan

kerja RS, antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang

bersangkutan, pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja RS tersebut,

kajian dalam penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan kesehatan RS

oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi program RS, penyempurnaan laporan

RS sertauntuk kepentingan pendidikan dan penelitian.

B. Regulasi SIMRS

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013

tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, yang terdiri dari 11 Pasal.

1. Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. 2. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya

disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang

memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit

dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk


memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem

Informasi Kesehatan. 3. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan

yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan

sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk

mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung

pembangunan kesehatan 4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau

Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah. 5. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. 6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesehatan.

2. Pasal 2

Pengaturan SIMRS bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, profesionalisme,

kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit.

3. Pasal 3

Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS. (2) Penyelenggaraan

SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan aplikasi dengan

kode sumber terbuka (open source) yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan

atau menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit. (3) Aplikasi

penyelenggaraan SIMRS yang dibuat oleh Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh Menteri.

4. Pasal 4
Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS.

(2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi: a. kecepatan, akurasi, integrasi,

peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam

pelaksanaan operasional; b. kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan

kecepatan identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam

pelaksanaan manajerial; dan c. budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit,

pemahaman sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan

organisasi.

5. Pasal 5

(1) SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan

Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. (2)

Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk kemampuan

komunikasi data (interoperabilitas). (3) SIMRS harus memiliki kemampuan

komunikasi data (interoperabilitas) dengan: a. Sistem Informasi Manajemen dan

Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN); b. Pelaporan Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS); c. Indonesia Case Base Group’s (INACBG’s); d. aplikasi

lain yang dikembangkan oleh Pemerintah; dan e. sistem informasi manajemen

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. (4) Kemampuan komunikasi data

(interoperabilitas) dengan Sistem Informasi dan Manajemen Barang Milik Negara

(SIMAK BMN) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, paling sedikit

mencakup pengkodean barang.


6. Pasal 6

(1) Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas: a. kegiatan pelayanan utama

(front office); b. kegiatan administratif (back office); dan c. komunikasi dan

kolaborasi (2) Selain arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah

Sakit dapat mengembangkan SIMRS dengan menambahkan arsitektur pendukung

yang berupa Picture Archiver System (PACS), Sistem Manajemen Dokumen

(Document Management System), Sistem Antar Muka Peralatan Klinik, serta

Data Warehouse dan Bussines Intelegence.

7. Pasal 7

SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3 (tiga) unsur

yang meliputi keamanan secara fisik, jaringan, dan sistem aplikasi.

8. Pasal 8

Penyelenggaraan SIMRS harus dilakukan oleh unit kerja struktural atau

fungsional di dalam organisasi Rumah Sakit dengan sumber daya manusia yang

kompeten dan terlatih. 9. Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan SIMRS sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

10. Pasal 10

(1) Menteri melalui Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan urusan di

bidang Bina Upaya kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi melalui Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap penyelenggaraan SIMRS sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan

masing-masing. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditujukan untuk: a. meningkatkan mutu penyelenggaraan SIMRS; dan b.

mengembangkan penyelenggaraan SIMRS. (3) Pembinaan dan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a. advokasi dan

sosialisasi; b. pendidikan dan pelatihan; c. bimbingan teknis; dan/atau d.

pemantauan dan evaluasi.

11. Pasal 11

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua Rumah Sakit yang telah

menyelenggarakan SIMRS harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini

paling lambat 2 (dua) tahun.

12. Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

C. Tata Kelola SIMRS

Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS harus mampu

meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

yang meliputi:

1. Kecepatan , akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan

efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional;

2. Kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi

masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan

manajerial
3. Budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan

pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.

Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi dan

strategi organisasi. Secara umum fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun

1957),

1. Memberikan pelayanan Kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif

maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga

dan lingkungan,

2. Rumah Sakit merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk

penelitian biososial.

3. Rumah sakit merupakan pusat pelayanan rujukan medik spsialistik dan sub

spesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya

Kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitasi

pasien).

Ruang lingkup SIM RS Penyelenggaraan SIMRS dapat menggunakan aplikasi

dengan kode sumber terbuka (open source) yang disediakan oleh Kementerian

Kesehatan atau menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit. Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) harus meliputi hal hal sbb : •

Strategi • Proses Bisnis • Arsitektur Infrastruktur • Arsitektur Data • Arsitektur

Aplikasi • Keamanan Sistem Informasi • Interoperabilitas • Tata Kelola Proses

Bisnis SIMRS SIMRS harus selaras dengan bisnis utama (core bussines) dari

Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk informasi riwayat kesehatan pasien atau

rekam medis (tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional

(termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian


serta bank data. Keberhasilan implementasi sistem informasi bukan hanya

ditentukan oleh teknologi informasi tetapi juga oleh faktor lain, seperti proses

bisnis, perubahan manajemen, tata kelola IT dan lain-lainnya. Karena itu bukan

hanya teknologi tetapi juga kerangka kerja secara komprehensif sistem informasi

Rumah Sakit. Pada umumnya SIMRS awalnya berangkat dari pencatatan

pendapatan dan pengeluaran dana (finasial) yang didalamnya terlibat berbagai

komponen aktifitas yang dilaksanakan; misalnya obat, dokter, perlatan medik, dll.

Model Bisnis SIMRS

Selanjutnya berkembang bahwa beberapa aktifitas yang rumit dan volumenya

tinggi dimasukkan menjadi bagian dari sistem, dengan metoda seperti itu

penyelenggaraan SIMRS banyak yang eksis dan handal; namun banyak juga yang

mengalami kegagalan tidak mampu mengakomodasi proses proses yang ada; dan

muncul berbagai pengecualian.

Desain Proses Bisnis :

Maka untuk membangun Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS);

menjabarkan dari strategi dilanjutkan dengan mendesaian Proses Bisnis yang

berbasis pada transaksi finasial; namun harus memperhatikan setiap proses secara

utuh dan detail dan memperhitungkan semua komponen yang terlibat dalam

bentuk finansial. Komponen komponen tersebut adalah; a.l. : manusia, prosedur,

sarana dan perlatanan, material, data, software dan infrastruktur; dll. Proses

Bisnis merupakan bagian penting dari ruang lingkup dalam penyusunan dan

penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Sebagai contoh

proses pelayanan Rawat Jalan; mulai dari pasien sebelum masuk ke rumah sakit

melibatkan promosi, kerjasama (misalnya dengan perusahaan), pendaftaran


(keuangan dan rekam medik), pelayanan diagnosa dan pengobatan (dokter dan

tenaga medis), obat dan alkes (farmasi), pelayanan pasien pulang, dll.

Sehubungan rumah sakit dikelilingi oleh regulasi yang begitu banyak dan ketat,

dalam pengembangan sistem informasi yang baik adalah didasarkan pada suatu

desain Proses Bisnis yang sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah serta

memperhatikan peraturanperaturan yang berlaku[ disesuaikan dengan kondisi

rumah sakit saat ini dan rencana jangka panjang.

Proses Bisnis Pelayanan Utama (Front Office):

Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya),

tetapi secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama

yaitu proses pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang (seperti

pada gambar berikut).

Front Office SIMRS


Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan

pulang. Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya,

mendapat layanan dan tindakan dari unitunit seperti farmasi, laboratorium,

radiologi, gizi, bedah, invasive, diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut

mendapat order/pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi,

formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi dokter dan perawat sebagai

aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order berasal dari

mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order communation

system.

Proses Bisnis Pelayanan Administratif (Back-Office) :

Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang,

mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang

habis pakai dan sejenisnya).

Back Office SIMRS :


Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses umum,

diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory,

pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas,

buku besar dan lainnya). Proses back office ini berhubungan/link dengan proses

pada front office, digambarkan berikut ini. Proses-proses bisnis tersebut di atas

yang melibatkan data-data terstruktur, yang dapat dikelola dengan relational

database management system, selain itu terdapat proses bisnis yang melibatkan

data yang tidak terstruktur seperti alur kerja, surat diposisi, email, manajemen

proyek, kolaborasi, team work, manajemen dokumen dan sejenisnya.

Proses bisnis data tidak terstruktur:

Proses-proses bisnis tersebut di atas yang melibatkan data-data terstruktur, yang

dapat dikelola dengan relational database management system, selain itu terdapat

proses bisnis yang melibatkan data yang tidak terstruktur seperti alur kerja, surat

diposisi, email, manajemen proyek, kolaborasi, team work, manajemen dokumen

dan sejenisnya.

Strategi Penyelenggaran SIMRS :

Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi dan

strategi organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun

1957), memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif

maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga

dan lingkungan. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan

serta untuk penelitian biososial. Rumah sakit juga merupakan pusat pelayanan

rujukan medik spsialistik dan sub spesialistik dengan fungsi utama menyediakan

dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitasi pasien). Strategi Penyelenggaraan SIMRS merupakan


salah satu faktor penting dalam ruang lingkup Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit-SIMRS; agar dalam perancangannya sesuai dengan implementasi

yang diharapkan oleh semua stakeholder (institusi, pemerintah, masyarakat, dll).

Disaster Recovery Planning (DRP):

Disaster Recovery Planning (DRP) adalah proses, kebijakan, dan prosedur yang

berkaitan dengan persiapan untuk pemulihan atau kelanjutan dari infrastruktur

teknologi yang penting bagi organisasi setelah bencana, baik karena alam ataupun

ulah manusia. 1) Prevention (pra-bencana): Praperencanaan diperlukan (seperti

menggunakan server mirror, melakukan back up data, memelihara situs hot sites,

pelatihan tenaga pemulihan bencana) untuk meminimalkan dampak keseluruhan

bencana pada sistem dan sumber daya. Pra-perencanaan ini juga memaksimalkan

kemampuan sebuah organisasi untuk pulih dari bencana. 2) Continuity (saat

bencana): Proses pemeliharaan inti, mission-critical sistem dan sumber daya

“kerangka” (aset minimal yang dibutuhkan untuk menjaga sebuah organisasi

dalam status operasional) dan/atau menginisiasi hot sites sekunder selama

bencana. Langkah-langkah continuity menjaga sistem dan sumber daya

perusahaan. 3) Recovery (pasca bencana): Langkah-langkah yang diperlukan

untuk pemulihan dari semua sistem dan sumber daya untuk menjadi status

operasional normal. Organisasi dapat mengurangi waktu pemulihan dengan

berlangganan ke quick-ship programs (penyedia layanan pihak ketiga yang dapat

memberikan pra-konfigurasi penggantian sistem untuk setiap lokasi dalam jangka

waktu yang tetap) atau dapat juga disebut dengan vendor.

Struktur organisasi :

Rumah Sakit harus memiliki unit/instalasi informasi dan teknologi

yang terdiri dari:


1. Kepala Instalasi SIMRS

2. Staf informasi dan teknologi Fungsional

SDM informasi dan teknologi:

Sumber daya manusia informasi dan teknologi terdiri dari staf yang

memiliki kualifikasi dalam bidang:

1. Staf Analis System

2. Staf Programmer

3. Staf Hardware

4. Staff Maintanance Jaringan

Kerangka Kerja Tata Kelola Informasi Dan Teknologi Sangat di rekomendasikan

menggunakan kerangka kerja yang best practice seperti cobit.


BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Sistem informasi manajemen digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida

dimana lapisan dasrnya terdiri dari informasi untuk pengolahan transaksi,

penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber

informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan ketiga terdiri

dari sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan

pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen, dan lapisan puncak

terdiri dari sumber daya informasi untuk mendukung perencanaan dan perumusan

kebijakan oleh manajemen tingkat puncak.


BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 82 tahun 2013.

Abdul Kadir, 2003, Pengenalan Sistem Informasi, ANDI, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai