Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS SKALA PENAMBANGAN NIKEL PADA PT DMS 77

KABUPATEN KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

KERJA PRAKTEK

OLEH :
NAMA : NAZRINA SRI BATENAM
NIM : R1B118027

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan

Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita, sehingga praktikan dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Program Magang Kerja

Praktek yang dilaksanakan di PT DMS 77 SITE MANDIODO.

Penyusunan Laporan Magang adalah untuk memenuhi

salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah KKL 3 yaitu

Studi kasus Sekaligus untuk menambah pengetahuan khususnya

dilingkungan pekerjaan dan perusahaan. Begitu banyak

pelajaran yang telah diperoleh. Berbagai tantangan dan

kendala pun dihadapi praktikan dalam proses penyusunan

Laporan Praktik Kerja Lapangan. Ucapan terima kasih praktikan

tujukan kepada pihak-pihak yang telah memberi dorongan

semangat, bimbingan, dan arahan kepada praktikan. Praktikan

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala anugerah dan karuniaNya yang begitu

luar biasa.

2. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang telah memberi semangat,

motivasi, doa dan nasehat yang luar biasa dalam pencapaian

penulis menjalankan pendidikan tinggi.


3. Bapak Fitra Saleh. S.Pi., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Geografi

Fakultas Ilmu dan teknologi kebumian Universitas Halu Oleo

4. Bapak Jufri karim. S.P., M.Sc selaku Wakil Ketua Jurusan


Geografi Fakultas Ilmu dan teknologi kebumian Universitas
Halu Oleo
5. Bapak Ahmad Hidayat
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu oleo yang telah memberi bimbingan dan

semangat kepada praktikan.

7. Bapak Damsus Antameng selaku Direktur Utama PT. DMS 77

yang telah memberi kesempatan kepada praktikan untuk

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

8. Bapak Ant rivan. K Selaku Project Manager PT. DMS 77 yang

selalu memberikan masukan dan nasehat kepada praktikan

9. Bapak Paimun selaku HRD PT. DMS 77 yang telah memberikan

arahan kepada praktikan

8. Bapak Silvandi KIA selaku Grade Control PT DMS 77 sekaligus

pembimbing praktikan selama kegiatan Praktik Kerja

Lapangan.

9. Bapak Uky selaku Quality Control PT DMS 77 yang telah

memberikan masukan kepada praktikan

10. Teristimewa Bapak Sugandi selaku Jr. FM, GC yang telah

setia dan memberi semangat, Dan dukungan dalam keadaan

apapun kepada praktikan selama mengerjakan laporan.


11. Seluruh karyawan PT DMS 77

12. Teman-teman Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu oleo atas segala dukungan dan semangat yang

telah dicurahkan kepada praktikan.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan

dalam penulisan Laporan Program Magang Kerja Lapangan ini

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun.

Semoga Laporan Program Magang Kerja Lapangan ini dapat

memberi manfaat bagi para pembaca.

NAZRINA SRI BATENAM


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................5

DAFTAR TABEL.............................................................................6

DAFTAR GAMBAR..........................................................................7

BAB I.............................................................................................7

PENDAHULUAN.............................................................................7

1.1 Latar Belakang......................................................................7

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek.......................................9

1.3 Kompetensi Yang Ditargetkan.............................................10

1. 4 Materi Kerja Praktek..........................................................10

BAB II..........................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................10

BAB III.........................................................................................11

METODE PELAKSANAN...............................................................11

3.1 Waktu dan Tempat..............................................................11

3.2 Tahap Pelaksanaan Kerja Praktek.......................................13

BAB IV.........................................................................................17
TEMPAT DAN LOKASI KERJA......................................................17

4.1 Profil (Visi dan Misi)............................................................17

4.2 Unit Kerja...........................................................................17

4.3 Struktur Organisasi............................................................17

BAB V..........................................................................................18

HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................18

5.1 Ringkasan Logbook.............................................................18

5.2 Keterkaitan Tema kegiatan dengan Mata Kuliah.................19

BAB VI.........................................................................................20

PENUTUP.....................................................................................20

6.1 Kesimpulan.........................................................................20

6.2 Saran..................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................23
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 5.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan
pengerjaan sample
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 5.1 Penyambutan Mahasiswa magang

Gambar 5.2 Briefing/P5M

Gambar 5.3 proses Hauling ore /nikel

Gambar 5.4 Proses pengolahaan sampel

Gambar 5.5 proses pesai

Gambar 5.6 proses ore getting dan cara penulisan sampel produksi

Gambar 5.7 mempelajari penggunaan HT

Gambar 5.8 Tespit ( cek lahan/ lokasi)

Gambar 5.9 Pengenalan kegiatan kerja ( administrasi)

Gambar 5.10 proses striping OB (over bourden

Gambar 5.11 Pengenalan Alat ( Niton XL2)

Gambar 5.12 proses barging dan pengambilan sampel barging


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti kata pepatah, Pengalaman merupakan guru Terbaik.

Begitupun dalam dunia pekerjaan. Dewasa ini, pelamar yang lebih

berpengalaman dalam dunia kerja pasti lebih diutamakan oleh

perusahaan yang sedang mencari karyawan baru. Oleh karena itu,

pengalaman menjadi salah satu kriteria penting yang harus

dimiliki oleh pelamar pekerjaan. Terlebih lagi pada perusahaan-

perusahaan yang sudah bonafit.

Program Magang Kerja Peraktek yang diselenggarakan

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, membuka kesempatan

kepada mahasiswa untuk langsung masuk ke dalam dunia

pekerjaan sehingga memperoleh pengalaman berharga yang dapat

menunjang kesiapan lulusan sebelum memasuki dunia

kerja.Selama melakukan kegiatan Program Magang Kerja

Peraktek, mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang di

dapat selama masa perkuliahan dan dapat membandingkan teori

tersebut terhadap realita yang ada pada dunia kerja. Begitu

banyak manfaat yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan

Program Magang Kerja Peraktek ini.


Pada pelaksanaannya, mahasiswa juga dapat meningkatkan

kreatifitas melalui pemecahan masalah yang dihadapi. Seperti

teori trial and eror yang dicetuskan oleh Thorndike, belajar dapat

dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error). Mencoba-

coba dilakukan bila seseorang tidak tahu bagaimana

harus memberikan respons atas sesuatu kemungkinan

akan berkomunikasi mahasiswa. Penilaian kemampuan siswa

dalam berkomunikasi bukan hanya dilakukan ditemukan

respons yang tepat berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.

Selain belajar dari pengalaman secara langsung, kegiatan

ini juga menambah relasi dan melatih kemampuan mahasiswa,

namun juga dilakukan oleh lingkungan kerja mahasiswa.

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek

1. Memperoleh wawasan mengenai suatu bidang pekerjaan

yang berada pada kondisi nyata dalam perusahaan.

2. Memperoleh pengalaman dari pekerjaan nyata yang sesuai

dengan teori yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan.

3. Menyiapkan diri untuk menjadi sumber daya manusia

berkualitas yang memiliki pengetahuan, keterampilan,

serta keahlian yang sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab praktikan dalam

melaksanakan tugas sehingga diharapkan dapat menjadi

lulusan yang siap terjun di dunia kerja.


5. Untuk memperoleh data dan informasi PT. DMS 77 yang

berguna sebagai bahan pembuatan laporan Magang.

6. Memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah KKL 3

Studi kasus

1.3 Kompetensi Yang Ditargetkan


Adapun kompetensi yang ditargetkan oleh praktikan selama

melakukan praktek kerja (magang) yaitu untuk mengetahui

Proses-proses menambang, Untuk mengetahui SOP dalam

menambang, Untuk mengetahui cara kerja Niton dan Untuk

mengetahui cara pengolahan sampel dilaboratorium preparasi

1. 4 Materi Kerja Praktek


Adapun materi kerja praktek yang didapat selama praktikan

melakukan praktek kerja (magang) yaitu sebagai berikut :

 Untuk mengetahui Proses-proses menambang

 Untuk mengetahui SOP dalam menambang

 Untuk mengetahui cara kerja Niton

 Untuk mengetahui cara pengolahan sampel dilaboratorium

preparasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penambangan

Penambangan sistem terbuka nampak bahwa apabila

penanganan kurang hati-hati permasalahan yang mungkin terjadi

adalah perubahan bentang lahan, rusaknya struktur tanah, dan

hilangnya tanah lapisan atas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa lahan bekas penambangan rakyat sistem terbuka memiliki

permukaan lahan tidak teratur, kesuburan tanah rendah, dan

rawan erosi, sehingga daya dukung tanah untuk tanaman rendah

(Subardja, 2009).

Ada dua aspek yang menyebabkan tetap berlangsungnya

kegiatan masyarakat menambang secara terus menerus dan

cenderung turun temurun. Pertama, sifat kegiatan tersebut dapat

menghasilkan uang secara cepat (instant money) dan kadangkala

dalam jumlah yang cukup signifikan sehingga menimbulkan

harapan bagi yang ingin mengubah nasibnya dengan cepat. Kedua,

kegiatan tersebut tidak memerlukan pengetahuan dan keahlian

yang tinggi, tetapi lebih berdasarkan pengalaman dengan

bermodalkan tenaga dan keberanian. Kedua hal tersebut yang

menyebabkan kegiatan menambang menjadi salah satu pilihan

yang sangat menarik untuk dijadikan mata pencaharian, terutama


bagi mereka yang berpendidikan terbatas dan memiliki kondisi

fisik yang cukup kuat. Kegiatan menambang merupakan

kehidupan yang mereka nikmati dan jalani untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi sepanjang kehidupannya (Zulkarnain, 2010).

Teknik pemodelan banyak diterapkan dalam industri

pertambangan. Teknik ini pada umumnya telah dilakukan secara

computerisasi dan kegiatan ini biasanya dilakukan setelah

tahapan eksplorasi dilakukan. Adapun kegunaan dari kegiatan

pembuatan model yaitu membuat model sehingga arah sebarannya

dapat diketahui. Test pit merupakan salah satu kegiatan

eksplorasi yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan galian

secara garis besar.Pembuatan cross section merupakan salah satu

metode untuk mengkorelasian masing masing titik test pit

sehingga gambaran ketebalannya bisa kita lihat. (Nurliah Jafar,

2017).

Reklamasi adalah suatu kegiatan pengelolaan tanah yang

mencakup perbaikan kondisi fisik tanah (overburden) agar tidak

terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air

asam tambang yang beracun, yang kemudian harus dilajutkan

dengan melakukan revegetasi. Pada dasarnya reklamasi dan

revegetasi merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk

memperbaiki kondisi lahan pasca penambangan (Pujawati, 2009).


2.2 Mineral

Nikel merupakan salah satu komoditas tambang utama dari

negara Indonesia. Pada dasarnya sumber bahan galian nikel di

alam dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu nikel primer yang

berasal dari pembekuan magma yang bersifat ultra basis dan nikel

sekunder yang dihasilkan oleh proses pengkayaan sekunder di

bawah zona water table. Di Indonesia sumber nikel hanya

dijumpai dalam bentuk nikel sekunder atau yang disebut juga

sebagai nikel laterit. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Istilah

“laterite” bisa diartikan sebagai endapan yang kaya oksida besi,

miskin unsur silika dan secara intensif ditemukan pada endapan

lapukan pada iklim tropis. Ada juga yang mengartikan nikel laterit

sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara

ekonomis dapat ditambang. Batuan induk endapan Nikel laterit

adalah batuan ultrabasa; umumnya dari jenis harzburgit (peridotit

yang kaya unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang

lain. Endapan nikel laterit ini ditemukan di daerah Indonesia

bagian timur seperti Pulau Sulawesi, pulau-pulau di Maluku Utara

maupun di daerah Papua. Di daerah Maba, Pulau Halmahera,

Maluku Utara dijumpai deposit nikel laterit dengan sebaran yang

cukup luas ( A. Isjudardo, 2013).

Nikel terbentuk dari batuan yang berkomposisi kimia basa

atau dikenal juga sebagai batuan peridotit. Berdasarkan teori


tektonik lempeng, daerah yang banyak batuan periodit terutama di

zona tumbukan lempeng benua dan samudera. Melalui proses

pelapukan, batuan ultrabasa mengurai dalam bentuk mineral

yang terlarut (koloid) seperti (magnesium, besi, nikel, kobalt,

silikatdan magnesium oksida) dan tidak terlarut (residu) seperti

(besi, aluminium, mangan, sebagian nikel, sebagian kobalt,

berbagai oksida dan senyawa nikel-kobalt). Jenis sifat dan

komposisi mineral laterit sangat tergantung dari batuan asalnya

misalnya lateritic bauksit sebagai bahan dasar pembuatan

alumunium berasal dari pelapukan batuan granit, sedangkan

lateritic nikel berasal dari hasil pelapukan batuan ultrabasa,

periodit, yang secara umum terbentuk di dalam jalur tektonik di

kawasan benua (Sudrajat A, 1999).

kadar Fe dan dalam bijih nikel saprolit sebesar 10- 15%

sedangkan kadar Nikel adalah adalah 1,5- 2%. Perolehan yang

didapat tidak menyerupai literatur karena memang sampel saprolit

raw yang digunakan berada pada kondisi dan lingkungan yang

berbeda (Pratama, 2011).

2.3 Alat Penguji Kadar

Spektrometer XRF adalah salah satu alat uji yang terdapat

di laboratorium IRM-PTBN yang digunakan untuk menganalisis

unsur dalam bahan secara kualitatif maupun kuantitatif. Alat XRF

saat ini dalam keadaan tidak berfungsi sehingga menyebabkan


terhentinya pengujian sampel. Pengujian menggunakan XRF

mempunyai keunggulan tidak memerlukan preparasi bahan uji

yang rumit dan waktu pengujian yang singkat. Keunggulan

tersebut menjadikan alat tersebut digunakan sebagai langkah awal

dalam analisis bahan sebelum dilakukan analisis unsur dalam

bahan lebih lanjut menggunakan alat uji yang lain. Dalam rangka

pelaksanaan perbaikan alat dilakukan analisisi kerusakan pada

XRF. Analisis kerusakan dilakukan melalui 2 tahap yaitu

pengamatan secara visual dan melakukan pengukuran langsung

( Jamaludin A dan, Adiantoro, 2012).

Untuk mengetahui struktur Kristal bahan digunakan

karakterisasi XRD, komposisi penyusun bahan digunakan

karakterisasi XRF. Sedangkan untuk menguji kekerasan bahan

dengan mempertimbangkan bahwa batuan nikel pada dasarnya

dapat dianggap sebagai material yang getas dan rapuh, maka

karakterisasi sifat mekaniknya lebih cocok menggunakan

pengujian kekerasan Vickers. Dalam hal ini digunakan indentor

piramida intan dan hasil pengukurannya selanjutnya dikonversi

menjadi angka kekerasan Vickers dan diberi notasi VHN (Callister,

& David, 2010).

Pembagian domain laterit berdasarkan hasil logging dan di

cross check menggunakan data assay. Terdapat 4 domain, yaitu

tanah penutup (TP), limonit (L), saprolit (S), dan bedrock (BR).
Domain tanah penutup dan bedrock ditentukan berdasarkan data

hasil logging pengeboran serta core, karena sulit dipisahkan

menggunakan data assay. Sedangkan domain limonit dan saprolit

dapat di cross check dan dipisahkan menggunakan data assay

dengan melihat unsur-unsur Fe, MgO, dan SiO2. Analisis assay

menggunakan X-Ray Fluorescent (XRF) dengan minimum 6 unsur

(Ni, Co, Fe, MgO, SiO2, dan CaO). Tahapan domaining

berdasarkan data assay untuk penentuan domain limonit dan

saprolite adalah: QAQC data assay, Exploratory Data Analysis

(EDA), Generalisasi domain dilakukan dengan metode profiling

yaitu melihat sekuen kelimpahan unsur hasil analisis geokimia

sebelumnya secara vertikal pada masing - masing bor (Muhammad

dan Arnazt, 2020).

Beberapa cara dapat dilakukan untuk menganalisis logam

dalam mineral batuan seperti Spektrofotometer Serapan Atom

(AAS), Spektrofotometer UV-VIS dan lain-lain. dilakukan analisis

dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Metoda ini

merupakan suatu metode analisis unsur secara kuantitatif yang

pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya pada panjang

gelombang tertentu oleh atom dalam keadaan bebas. Pengukuran

dengan metode ini memiliki ketepatan dalam analisis dan tidak

memerlukan pemisahan terlebih dahulu karena tiap-tiap logam

memiliki lampu katoda khusus. Kelebihan metoda ini adalah


memiliki kepekaan dan keselektifan yang tinggi serta pelaksanaan

yang relatif sederhana (Yulvi dkk, 2012).

XRF merupakan salah satu metode analisis yang tidak

merusak sampel, dapat digunakan untuk analisis unsur dalam

bahan secara kualitas dan kuantitas. Hasil analisis kualitatif

ditunjuk kan oleh puncak spektrum yang mewakili jenis unsur

sesuai dengan energi sinar-X karakteristiknya, sedangkan analisis

kuan titatif diperoleh dengan cara membanding kan intensitas

sampel dengan standar. Prinsip pengukuran XRF berdasarkan

terjadinya proses eksitasi elektron pada kulit atom bagian dalam

ketika atom suatu unsur tersebut dikenai sinar-X, kekosongan

elektron tersebut akan diisi oleh elektron bagian luar dengan

melepaskan energi yang spesifik untuk setiap unsur. Elektron dari

kulit yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan tersebut. Per

bedaan energi dari dua kulit itu muncul sebagai sinar-X yang

dipancarkan oleh atom spektrum sinar-X selama proses tersebut

menunjukkan puncak yang karakteristik, dimana setiap unsur

akan menunjukkan puncak karakteristik yang merupakan

landasan dari uji kualitatif untuk unsur-unsur yang ada (Saksono,

2002).
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu kerja praktek Magang dilaksanakan selama 2+- (dua)

bulan, terhitung sejak tanggal 29 Maret s.d. 15 Juni 2021. Dalam

melaksanakan praktik tersebut, waktu kerja praktikan ditentukan

dan diatur oleh pihak PT DMS 77.

Praktikan melaksanakan kegiatan Praktek kerja (magang) di

PT DMS 77 (Praktikan ditempatkan pada Site Mandiodo PT

DMS 77), Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara.

Berikut adalah identitas PT DMS 77 tempat pelaksanaan

kerja praktek (magang) yang dilakukan :

Nama Perusahaan : PT DMS 77


Alamat : Jl. Laute kompleks Balai Kota Green Platinum

Blok. C8, Mandonga, Kendari, Sulawesi

Telepon : (0401) 3413354


Email : devenmineralsinergi77@yahoo.com

Adapun yang menjadi bahan pertimbangan praktikan dalam

melaksanakan program praktek kerja (magang) pada PT DMS 77 ,

yakni sebagai langkah implementasi ilmu yang didapat selama

duduk di bangku perkuliahan. Praktikan memilih PT DMS 77

sebagai tempat melaksanakan kegiatan magang dikarenakan

PT DMS 77 merupakan Perusahaan yang terdapat di Daerah


Konawe Utara yang bergerak di bidang pertambangan Nikel.

Praktikan tertarik untuk mengetahui pendidikan dan pelatihan

apa saja yang didapat oleh karyawan PT DMS 77 sehingga

karyawan memiliki motivasi dalam bekerja. Selain itu

praktikan juga tertarik untuk mengetahui perbedaan yang

dimiliki antara pendidikan dan pelatihan di dalam perusahaan

dengan pendidikan dan pelatihan yang terdapat di Kampus.

Praktikan tertarik untuk mempelajari secara lebih mendalam

mengenai kegiatan yang ada pada memasarkan barang yang

tidak sembarangan diperjual belikan, yaitu Nikel dan hasil

tambang lainnya. Selain itu praktikan juga tertarik

untuk mengetahui perbedaan yang dimiliki antara pendidikan

dan pelatihan di dalam perusahaan dengan pendidikan dan

pelatihan yang terdapat Kampus. Oleh karena itu, praktikan

tertarik untuk mempelajari secara lebih mendalam mengenai yang

ada pada PT. DMS 77.

3.2 Tahap Pelaksanaan Kerja Praktek

Adapun perincian dalam tiap tahapan kegiatan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan kegiatan Praktek kerja magang,

praktikan melakukan persiapan dengan membuat surat izin

magang diBAAK (Biro Administrasi Akademik dan


Kemahasiswaan). Surat izin tersebut dibuat dengan cara

melakukan pengajuan melalui surat pengantar yang

diperoleh dari bagian administrasi kemahasiswaan fakultas.

Pengajuan tersebut dilakukan pada bulan Maret 2021.

Selanjutnya, praktikan memberikan surat izin tersebut

kepada bagian HO ( Head Office) PT. DMS 77 pada awal bulan

maret 2021. Praktikan memperoleh konfirmasi dari pihak

perusahaan bahwa praktikan diizinkan untuk melaksanakan

briefing pada tanggal 27 Maret 2021, dan melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan mulai tanggal 29 Maret 2021 selama 2

bulan.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja ( magang) yang dilaksanakan sejak

tanggal 29 s.d 15 juni 2021 dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di PT

DMS 77

b. Memegang teguh kerahasiaan Perguruan Tinggi dan

Perusahaan.

c. Bersikap jujur, ramah, sopan santun, bertanggungjawab,

disiplin, terampil, berinisiatif, dan kreatif dalam

melaksanakan kegiatan Praktik Kerja (magang).

d. Hadir di PT. DMS 77 sekurang-kurangnya 15 menit

sebelum kerja dimulai, jam kerja:


Senin- Minggu : 07.00 WIB s.d 17.00 WIB istrahat

12.00 s.d 13.00 WIB

e. Menandatangani daftar kehadiran setiap datang dan

akan pulang Memberitahukan pada waktu datang dan

mohon diri pada saat akan pulang setelah melaksanakan

tugas

f. Bila sakit atau berhalangan hadir segera

memberitahukan/mengabari (bisa melalui telepon) kepada

Pembimbing Praktik Kerja Lapangan

g. Memberitahukan Pimpinan atau Pembimbing

jika tidak melaksanakan tugas atau bermaksud

meninggalkan tempat tugas Segera memusyawarahkan

dengan Pembimbing atau Instruktur Perusahaan jika

menemui kesulitan.

h. Membersihkan dan mengatur kembali peralatan kerja

yang telah digunakan secara rapi, bersih, dan tertib.

i. Menggunakan dan menjaga kebersihan toilet

dengan baik serta tidak membuang sampah ditempat

sembarang.

j. Di minggu terakhir Praktik Kerja Lapangan, diwajibkan

presentasi mengenai apa yang didapatkan selama magang

di PT. DMS 77.


3. Tahap Pelaporan

Praktikan mulai melakukan penyusunan laporan Praktik

Kerja Lapangan yang menjadi salah satu syarat untuk memenuhi

mata kuliah KKL 3 ( Studi Kasus ), setelah selesai melakukan

Praktik Kerja ( Magang ).

BAB IV

TEMPAT DAN LOKASI KERJA

4.1 Profil (Visi dan Misi)


4.2 Unit Kerja
4.3 Struktur Organisasi
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ringkasan Logbook


a. Penyambutan mahasiswa magang oleh PT. DMS 77

Gambar 5.1
(penyambutan mahasiswa magang)

Penyambutan mahasiswa magang pada tanggal 29 Maret

2021 pada jam 13.30 yang dilakukan oleh pihak PT. DMS 77 Site

Mandiodo Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara yang

dilakukan secara terbuka dan disambut oleh HRD PT. DMS 77 dan

meminta surat balasan dari kantor Utama yang terletak di Kota

Kendari dan membahas tentang bagaiamana kegiatan yang akan

dilakukan besok hari, setelah selesai membahas kegiatan untuk


besok, Mahasiswa magang dipersilahkan untuk istrahat ditempat

yang telah disediakan oleh pihak PT. DMS 77.

b. Briefing/P5M

Gambar 5.2
( Briefing/P5M )
“Briefing adalah suatu pengarahan atau proses membahas

yang ada di depan ataupun sesuatu yang belum terjadi. Briefing

harus diberikan setiap saat kepada para karyawan dan bawahan

untuk mensosialisasikan aturan-aturan yang telah di buat” (Liong,

2013).

Briefing/P5M yang dilakukan oleh pihak PT. DMS 77 setiap

pagi jam 07.00 yang diikuti oleh karyawan PT. DMS 77 sebelum

melakukan kegiatan kerja bagi karyawan, biasanya yang sering

memimpin barisan dipagi hari adalah Pengawas lapangan dan

jajarannya yang memberikan arahan dan masukan serta

keselamatan dalam bekerja, serta S.O.P yang harus diikuti dalam

bekerja.
c. Melihat proses Hauling ore (nikel)

Gambar 5.3
(proses Hauling ore (nikel)

Kegiatan hauling yang dilakukan di PT Deven Mineral Sinergi 77

merupakan proses pengangkutan material Ore dari pit

penambangan menuju tempat penyimpanan. Kegiatan hauling

dibagi menjadi dua kegiatan yaitu:

1. Hauling material Ore dimulai dari Pit penambangan ke stockpile

atau ETO ( Expotable Transito Ore) dan melakukan Triming

atau menumpuk Ore menjadi DOME, yang disatukan sesuai

kadar Ni ( Nikel)

2. Hauling material Ore yang sudah dipisahkan dari pengotornya

dimulai dari stockpile atau ETO ( Expotable Transito Ore)

menuju EFO (Expotable Final Ore ) untuk melakukan loading

ore dan dibawa menuju jetty (pelabuhan), selanjutnya

dumptruck melakukan dumping di area tongkang, dimana

kegiatan ini dilakukan pada saat Barging (pengapalan).


Kegiatan hauling merupakan salah satu kegiatan produksi Ore

yang berhubungan langsung dengan lalu lintas karena kegiatan ini

berlangsung di area jalan angkut atau haul road. Jalan tambang

yang ada di area tambang, PT Deven Mineral Sinergi 77 berjarak

sejauh ± 2 KM yang dimulai dari KM 0 di Jetty (pelabuhan) dan

berujung pada KM 2 di stockpile. Jalan yang digunakan dan dilalui

oleh sarana atau alat – alat angkut dalam kegiatan mengambil dan

mengangkut material Ore. Dalam kegiatan pengakutan

perusahaan menggunakan alat angkut dumptruck Hino 500 E.2 6

x 4 FM 260 JD yang memiliki kapasitas muatan 25 ton. Unit

dumptruck tersebut digunakan untuk proses pengangkutan

material (Ore) maupun overburden. Untuk alat loading yang

digunakan yaitu, Excavator SANY tipe SY -215 C dengan kapasitas

bucket 0,9 m³ yang dioperasikan oleh seorang operator yang

berpengalaman dan berkompeten untuk mengoperasikan unit

yang akan mereka gunakan. Seorang operator unit dumptruck atau

alat berat juga harus memiliki KIMPER (Kartu Ijin Mengemudi

perusahaan) sesuai dengan jenis unit yang akan digunakan serta

harus mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalu lintas di jalan

tambang.

a. Bahaya Pada Kegiatan Loading Point

Bahaya Permukaan Tanah di Area Loading Lunak (Soft)


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas

safety dan operator unit, pada proses loading di pit penambangan

terdapat bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan

pekerja. Bahaya pada permukaan tanah yang lunak (soft) dapat

menyebabkan dumptruk amblas. Bahaya ini dapat terjadi

dikarenakan setiap harinya area loading dilalui dumptruck dan

diguyur hujan sehingga permukaan tanah tersebut mudah

membuat dumptruck amblas. Dampak yang ditimbulkan dari

bahaya tersebut yaitu, risiko kerusakan pada unit dumptruck,

tumbang, cidera pada operator dan loading berikutnya menjadi

terganggu. Kemungkinan terjadinya dumptruk amblas di area

loading point termasuk dalam katagori sering karena kegiatan

loading yang dilakukan hampir setiap hari.

Bahaya Bucket Excavator Berdekatan Dengan Bak Dumptruck

Bahaya lain yang teridentifikasi pada proses loading adalah

jarak bucket unit excavator berdekatan dengan bak (vessel)

dumptruck. Bahaya ini dapat terjadi karena pada saat melakukan

loading atau swing, unit excavator berada terlalu dekat dengan

unit dumptruck dan kurangnya komunikasi antar operator alat

loading dengan operator unit dumptruck, sehingga bucket excavator

dapat mengenai bak dumptruck. Komunikasi dapat dilakukan

dengan dua arah menggunakan klakson unit. Dampak yang

ditimbulkan dari bahaya tersebut yaitu, risiko dumptruck


tumbang, kerusakan pada unit dan cidera pada operator dumptruk

maupun operator excavator. Kemungkinan terjadinya bahaya

tersebut termasuk dalam katagori jarang terjadi karena adanya

pengawasan dari pihak pengawas sehingga pada saat melakukan

kegiatan loading tidak terjadi bahaya pada operator dumptruk

maupun operator excavator.

Bahaya Dumptruck Tidak Mampu Menanjak

Pada aktivitas loading juga teridentifikasi bahaya dumptruck

tidak mampu menanjak di area loading. Setelah loading dumptruck

akan menuju stockpile, pada saat itu posisi dumtruck berada

dipermukaan tanah yang tidak rata atau di tempat yang sedikit

menanjak serta muatan dumptruck terisi penuh sehingga beban

yang dibawa dumptruck bertambah berat. Dampak yang

ditimbulkan dari bahaya tersebut yaitu, risiko dumptruck tumbang

pada saat termundur, menabrak alat loading yang dibelakangnya

dan kerusakan pada operator dumptruck mapun operator

excavator.

Bahaya Operator Berdiri di Dekat Dumptruck Pada Saat

Loading

Selama proses loading di pit penambangan terdapat juga

bahaya yang mengacam keselamatan operator dumptruck, yaitu


operator dumptruck berdiri didekat unit dumptruck pada saat

loading. Prilaku operator ini terjadi dikarenakan proses loading

memakan waktu yang cukup lama sehingga operator dumptruck

keluar dari cabin unit. Dampak yang ditimbulkan dari bahaya

tersebut dapat berisiko operator dumptruck tertimpa material dan

cidera pada operator dumptruck.

b. Bahaya Saat Dumping di stockpile

Bahaya Lock Tutup Bak Dumptruck Tidak Terlepas

Pada saat unit dumptruck melakukan dumping terdapat

potensi bahaya yang dapat terjadi pada lock tutup bak (vessel)

dumptruck tidak terlepas dengan benar. Apabila lock bak

dumptruck tidak terlepas maka tutup bak dumptruck akan

menghambat material keluar dari bak pada saat dumping. Dampak

yang ditimbulkan dari bahaya tersebut dapat berisiko pada

dumptruck standing, terbalik, cidera pada pekerja dan kerusakan

pada unit.

Bahaya Dumptruck Bersenggolan Keluar Masuk di stockpile

Sesudah melakukan dumping unit dumptruck kembali

menuju pit penambangan untuk melakukan loading. Pada proses

dumptruck keluar dari area stockpile terdapat bahaya yang dapat

terjadi yaitu, bahaya antar unit dumptruck bersenggolan keluar

masuk di area stockpile. Unit dumptruck dapat bersenggolan

dikarenakan operator unit dumptruck yang tidak sabar untuk


kembali loading, unit dumptruck maneuver dengan sembarangan

dan banyaknya unit dumpturck yang antri untuk melakukan

dumping. Dampak yang ditimbulkan pada saat unit dumpruck

keluar masuk stockpile yaitu, risiko kerusakan pada unit dan

cidera pada operator unit.

Bahaya Pekerja Berkeliaran di Area Dumping stockpile

Bahaya lain yang teridentifikasi ada pada pekerja yang

berkeliaran di area dumping. Bahaya ini dapat terjadi dikarenakan

kurangnya pengawasan dan kurangnya pengetahuan para pekerja

terhadap potensi bahaya yang ada di area dumping. Dampak yang

ditimbulkan dari prilaku pekerja tersebut dapat berisiko pekerja

terlindas unit dumptruck dan cidera pada pekerja.

1. Bahaya Loading di stockpile

a. Bahaya Jarak Antar Dumptruck Terlalu Dekat Pada Saat

Antri

Bersumber pada jarak antar unit dumptruck yang terlalu

dekat pada saat antri di area loading, hal tersebut dikarenakan

banyaknya unit dumptruck yang antri untuk melakukan loading,

sehingga membuat parkir antrian dumptruck menjadi padat

dengan jarak yang tidak beraturan. Dampak yang ditimbulkan

yaitu, risiko bersenggolan dan kerusakan pada unit dumptruck

ketika maju ke arah alat loading.


b. Bahaya Area Loading Basah dan Licin

Pada saat loading di area yang basah dan licin dapat

berpotensi bahaya yang berakibat risiko pada unit dumptruck

tergelincir dan Area loading yang basah disebabkan dari tumpahan

material Ore yang keluar dari tutup bak (vessel) unit dumptruck

yang tidak tertutup dengan rapat. Kemungkinan terjadinya bahaya

tersebut termasuk dalam katagori sedang karena kegiatan loading

dilakukan setiap hari dan kurangnya maintenance.

c. Bahaya Area Loading Bergelombang

Bahaya lain yang teridentifikasi pada aktivitas loading di

stockpile adalah bahaya di area loading yang bergelombang. Area

loading bergelombang disebabkan karena permukaan tanah yang

lunak dan dilalui unit dumptruck setiap hari. Dampak yang

ditimbulkan pada saat loading di area yang bergelombang dapat

berisiko dumptruck amblas, tumbang dan aktivitas loading

selanjutnya menjadi terganggu. Kemungkinan terjadinya bahaya

tersebut termasuk dalam katagori sedang.

2. Bahaya Pada Saat Hauling

a. Bahaya Lampu Utama dan Lampu Rotary Tidak Menyala

Unit dumptruck diwajibkan menyalakan lampu pada saat

beroperasi, jika lampu utama dan lampu rotary unit dumptruck

tidak menyala dapat berpotensi bahaya pada unit dumptruck


tersebut maupun unit lain yang ada dijalan hauling, karena

operator unit dumptruck kesulitan dalam melihat jarak aman

dengan unit lainya ketika berjalan beriringan dan pada saat

melewati tikungan. Dampak yang ditimbulkan dari lampu unit

dumptruck yang tidak menyala saat beroperasi dapat

menyebabkan risiko tabrakan antar unit dumptruck, kerusakan

pada unit dan cidera pada operator dumptruck.

Kemungkinan terjadinya bahaya tersebut termasuk dalam katagori

sering karena hampir setiap hari terdapat unit yang tidak

menyalakan lampu, sehingga nilai likelihoodnya sebesar 4.

Dampak yang ditimbulkan termasuk dalam katagori parah, maka

nilai

b. Bahaya Debu di Jalan Hauling

Bahaya selanjutnya yang teridentifikasi adalah bahaya debu

dijalan hauling. Pada saat unit dumptruck melakukan hauling akan

membuat debu yang ada dijalan hauling terangkat dikarenakan

kurangnya penyiraman oleh unit watertank. Dampak yang

ditimbulkan berisiko gangguan pernapasan dan tabrakan antar

unit dumptruck karena operator unit dumptruck kesulitan untuk

melihat jarak aman dan jarak pandang yang terbatas akibat dari

debu tersebut.

Kemungkinan terjadinya bahaya tersebut termasuk dalam katagori

sering, dampak yang ditimbulkan termasuk dalam katagori sering.


c. Bahaya Jalan Hauling Bergelombang

Selain bahaya debu di jalan hauling juga terdapat bahaya

pada jalan yang bergelombang. Jalan hauling yang bergelombang

dikarenakan kurangnya maintanance jalan yang dilalui unit

dumptruck setiap hari. Dari potensi bahaya tersebut dapat berisiko

pada unit dumptruck terbalik dan kerusakan pada unit.

d. Bahaya Jalan Hauling Licin

Dalam kegiatan hauling teridentifikasi pula adanya potensi

bahaya pada saat hujan sehingga jalan hauling menjadi licin.

Apabila kondisi jalan hauling licin dapat menimbulkan risiko pada

unit dumptruck tergelincir, tumbang, menabrak tanggul,

kerusakan pada unit dan cidera pada operator unit.

3. Bahaya Pada Kegiatan di Area Jetty

a. Bahaya Antri Dumping di Area Bergelombang

Hasil observasi pada area jetty teridentifikasi bahaya pada

saat antri dumping di area bergelombang yang berisiko pada unit

dumptruck tumbang, kerusakan pada unit dan cidera pada

operator unit. Hal ini disebabkan karena lamanya proses dumping

sehingga antrian di area jetty menyebabkan permukaan tanah

bergelombang karena banyaknya beban dan kurangnya

maintenance diarea jetty.

Kemungkinan terjadinya bahaya tersebut termasuk dalam katagori

jarang.
b. Bahaya Jarak Antar Dumptruck Terlalu Dekat Saat Dumping

Terdapat juga potensi bahaya jarak antar unit dumptruck

terlalu dekat dikarenakan banyaknya unit dumptruck yang antri

untuk melakukan dumping. Dampak yang ditimbulkan dapat

berisiko pada antar unit dumptruck bersenggolan, tumbang dan

kerusakan pada unit.

Untuk memperkecil risiko pada kegiatan hauling maka

dilakukan pengendalian risiko dengan cara :

a) Pada kegiatan di loading point dengan rekayasa teknis seperti

merancang tempat loading agar lebih padat dengan

maintenance secara rutin, sehingga kemungkinan risiko

dumptruck amblas, tumbang, kerusakan pada unit dumptruck

dan cidera pada operator unit tidak terjadi. Pengendalian

administratif seperti memperketat pengawasan penggunaan

seatbelt dan alat pelindung diri dan memberikan sangsi tegas

apabila ada yang melanggar. Sangsi yang dilakukan dengan

membolongkan KIMPER pekerja yang melanggar peraturan.

Pengendalian alat pelindung diri (APD) yaitu, selalu

menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan bidang

pekerjaan seperti helmet, sepatu safety, dan rompi.

b) Pada kegiatan dumping di stockpile dengan pengendalian

administratif dengan memperketat pengawasan di area

stockpile dan membuat peraturan jarak aman pada unit yang


beroperasi serta mewajibkan penggunaan alat pelindung diri

dengan lengkap seperti helmet, sepatu safety dan rompi yang

memiliki reflector.

c) Pada kegiatan loading di stockpile dengan pengendalian

rekayasa teknis seperti merancang saluran air agar pada saat

ada gedangan air bisa mengalir ke tempat yang sudah

disiapkan seperti kolam dan menimbun area loading yang

basah sehingga pada saat loading unit dumptruck tidak

mengalami kecelakaan. Pengendalian administratif seperti

membuat aturan jarak antrian antar unit dumptruck dan

memberikan pelatihan bagi para operator unit dumptruck.

d) Pada kegiatan hauling dengan pengendalian rekayasa teknis

seperti melakukan penyiraman terhadap jalan yang berdebu,

sehingga pada saat dumptruck melewati jalan hauling tidak

berdebu. Pengendalian administratif melakukan pemasangan

rambu-rambu dijalan hauling, pemeriksaan dan perawatan

harian (P2H) pada setiap unit yang akan beroperasi, sehingga

apabila terdapat unit dumptruck yang lampu utamanya tidak

menyala dapat diperbaiki terlebih dahulu sebelum unit

dumptruck operasi. Alat Pelindung Diri (APD) seperti

menggunakan helmet, masker, rompi, dan sepatu safety saat

berkerja.
e) Pada kegiatan di area jetty dengan pengendalian rekayasa teknis

seperti maintenance, menggreder dan menimbun area yang

bergelombang dengan menggunakan unit excavator.

Pengendalian administratif seperti memberikan pelatihan

kepada para operator unit agar antri ditempat yang aman dan

untuk mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi jika

dumping di area yang bergelombang.

f) Berdasarkan hasil analisis manajemen risiko dengan

mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko pada kegiatan

hauling menunjukan sistem manajemen keselamatan

pertambangan di PT Deven Mineral Sinergi 77 berjalan dengan

baik akan tetapi tetap ada resiko karena masih terdapat potensi

bahaya yang masuk dalam katagori low risk dengan

Pengendalian risiko dilakukan untuk menurunkan nilai tingkat

risiko menjadi low risk ataupun medium risk agar sistem

manajeman keselamatan pertambangan di PT Deven Mineral

Sinergi 77 dapat berjalan dengan baik.

d.Pengenalan pengolahan sampel di Lab preparasi


Gambar 5.4
(Proses pengolahaan sampel)
1. Pertama dilakukan yaitu dengan Hand sorting atau pemecahan

manual menggunakan palu-palu.

2. Mixing memakai sekop sebanyak 3 kali.

3. Matrix 4x5 menggunakan skop 30 D

4. Mixing menggunakan skop Sebanyak 3 kali

5. Matrix 4x5 menggunakan Skop 25 D

6. Mixing menggunakan sekop Sebanyak 3 kali

7. Matrix 4x5 menggunakan Sekop 10 D

8. Mixing menggunakan sekop Sebanyak 3 kali

9. Matrix 4x5 menggunakan Sekop 5 D

10. Sample di masukan ke dalam kuali drying (OVEN 105°C

selama ± 30 menit)

11. Kemudian digiling secara manual hingga setengah halus


12. Kemudian diayak untuk memisahkan material kasar dan

halus

13. Kemudian dimixing dan dimasukkan kedalam toples / plastik

agar tercampur merata

14. Kemudian dimatrix 4x5, kemudian dimasukkan kedalam

plastic menggunakan sendok ukuran 1 D dan dipadatkan

15. Kemudian finishing ditembak menggunakan alat pembaca

kadar yaitu Niton Xl2


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PREPARATION SAMPLE

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan

pengerjaan sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan

pengerjaan sample :

No Alat kegunaan
1 Ayakan 20 mm Untuk mengayak sampel halus 20 mm
2 Palu-palu Untuk memecahkan sampel secara
manual
3 Sekop mixing Untuk mencampurkan sampel
4 Sekop matrix
 sekop 30 D
 sekop 25 D Untuk mengambil perwatakan dari tiap-
 sekop 10 D tiap material sampel
 sekop 5 D
 sekop 1 D
5 Ayakan -200# Untuk mengayak sampel halus hingga -
mesh 200# mesh
6 Jaw crusher Untuk menghancurkan sampel hingga -
10
7 Oven Untuk mengeringkan sampel di suhu
105°C
8 Double roll Untuk menghaluskan sampel hingga
3mm
9 Pulvelizer Untuk memperkecil ukuran sampel
10 Talang Untuk wadah penyinpanan sampel

11 Sampel Untuk diolah di preparasi


TAHAP PENGERJAAN

START

STEP 5
Matrix 4x5 menggunakan
STEP 1
skop 30 D
Sample dibagi 5 increment.

STEP 2 STEP 6
Proses pengayakan sample Mixing menggunakan skop
menggunakan ayakan 20 mm. Sebanyak 3 kali

STEP 3 JAW CRUSHER STEP 7


Hand sorting atau pemecahan Menghancurkan batuan Matrix 4x5 menggunakan
manual menggunakan palu-palu. Dengan ukuran 10mm Skop 25 D

STEP 8
STEP 4 Mixing menggunakan sekop
Mixing memakai sekop sebanyak 3 Sebanyak 3 kali
kali.
STEP 9
Matrix 4x5 menggunakan
Sekop 10 D STEP 15 Sisa matrix jadi arsip
Matrix 4x5 menggunakan kering
Sekop 1 D

STEP 10
Mixing menggunakan sekop STEP 16
Sebanyak 3 kali PULVERIZER selama 12 menit

Sisa matrix jadi arsip basah STEP 17


STEP 11 Pengayakan sample
Matrix 4x5 menggunakan menggunakan ayakan 200# mesh
Sekop 5 D
Sample di bagi menjadi 4
talang agar waktu
pengeringan tidak lama STEP 18
STEP 12 Mixing menggunakan plastik
Sample di masukan ke sample selama 2 menit
dalam drying OVEN 105°C
selama ± 30 menit
STEP 19
Matrix 4x6 menggunakan sekop
STEP 13 1D
DOUBLE ROLL crusher 3mm

STEP 14 FINISH
Mixing sebanyak 3 kali
d. PSI ( cek cargo) dan cara penulisan sampel PSI

Gambar 5.4

Gambar 5.5
( proses pesai )
Pesai adalah proses pengambilan sampel analisis pada cargo

milik IUP atau PT milik orang lain yang dilakukan dengan cara

menggali dome yang telah siap dikapalkan. Agar dapat memiliki

cargo tersebut sesuai kadar dan hasil yang ingin didapatkan oleh

pembeli cargo (buyer)

Proses PSI yang dilakukan oleh PT. DMS 77 adalah sebagai berikut :

 Digali menggunakan exsa sesuai petunjuk dari pengawas PSI


 Disendok menggunakan sekop dari depan, samping, kiri dan

kanan sebanyak tiga titik untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat

 Kemudian diberi tanda pita untuk menandai diambilnya

sampel cargo, adapun penulisan sampel untuk PSI yaitu

dengan menulis pada pita. contoh PSI–DOME-INC, dan sesuai

petunjuk pengawas PSI

 Kemudian dimasukkan kedalam karung untuk dibawah

kepreparasi untuk di kerjakan dan menunggu hasil analisa

dari dome tersebut.


f. Melihat proses ore getting dan cara penulisan sampel produksi

Gambar 5.6
(proses ore getting dan cara penulisan sampel produksi)

Proses ore getting adalah proses penggalian material, dimana

material yang dipisahkan adalah material antara ore dan OB

(overbourden) atau limonit sesuai target sampel analisa. Didalam

melakukan proses ore getting operator yang telah dipilih oleh

pengawas lapangan adalah operator yang sudah mahir dalam

melakukan proses ore getting. Dan jika sudah mendapatkan material

ore maka siap untuk produksi ore. Sebelum mendapatkan material


ore ada beberapa lapisan material yang akan ditemui yaitu silica,

garnierite, saprolit, limonit dan masih banyak material yang lainnya.

Agar hasil analisa akurat maka digunakan cara pengambilan sampel

produksi per 12 bucket untuk 1 incramen. Dan cara penulisan

sampel produksi kebanyakan menggunakan kode ST (Sampel

Tumpukan) dan SM (Sampel Meaning), contoh ST-01-K1-PIT-1 di

sesuaikan dengan kode seperti lokasi tempat ore getting, kedalaman

nomor sampel, dan nomor incramen. Selanjutnya dikirim kebagian

persiapan conto untuk kemudian dipreparasi guna keperluan analisa

kimia.

g. Mempelajari penggunaan HT (Handy Talkie )

Gambar 5.7
(Mempelajari penggunaan HT (Handy Talkie )

HT ( Handy Talkie ) adalah alat komunikasi genggam yang

dapat digunakan untuk berkomunikasi dua orang atau lebih dengan

menggunakan gelombang radio, Handy Talkie adalah pesawat


penerima dan pemancar (transreceiver) yang bekerja pada frequensi

VHF ataupun UHF yang ditentukan dengan bentuk dan kemampuan

daya pancar yang paling kecil dibandingkan dengan perangkat

lainnya, dengan tujuan agar mudah dibawa dan dipergunakan

sebagai alat komunikasi dilapangan (handheld), pesawat ini

menggunakan battray sebagai sumber tenaganya dan dilengkapi

dengan single charger untuk pengisian ulang baterai.

Penggunaan HT pada kayawan PT. DMS 77 diberikan satu unit

perorang untuk melakukan komunikasi, pemberian perunit untuk

operator ekxavator, driver DT, Pengawas, ceker, HRD, dan Admin.


h. Tespit ( cek lahan/ lokasi)

Gambar 5.8
(Tespit ( cek lahan/ lokasi))
Tespit merupakan salah satu kegiatan pengecekan lahan atau

lokasi untuk dijadikan pit penambangan, apakah memungkinkan

untuk dijadikan lokasi menambang yang sesuai dengan yang

diharapkan. Pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan

survey lapangan terlebih dahulu untuk melihat apakah ada

penyebaran laterit pada daerah tersebut atau tidak ada, jika ada

maka akan langsung di lakukan lengklering/pengupasan hutan

menggunakan alat berat yaitu ekxavator untuk diambil sampel


checknya, adapun pengambilan sampel check diambil pertiap meter

satu analisa, dan biasanya pengawas lapangan mengambil sampel

dinding untuk mengetahui karakter visual masing-masing. Pada

gambar diatas operator membuat bandslop untuk mencegah

terjadinya longsor pada permukaan, dan pembuatan bandslop

tergantung dari kadar MC atau kadar air, jika kadar MCnya rendah

maka pembuatan bandslop sekitar 7m, dan jika tinggi maka

pembuatan bandslop sekitar 4m.


i. Pengenalan kegiatan kerja ( administrasi)

Gambar 5.9
(Pengenalan kegiatan kerja ( administrasi)
Pada kegiatan kerja administrasi yang dilakukan adalah

menginput data karyawan, P2H ( program pemeriksaan harian), SPL

(surat perintah lembur), logistik, dan gaji karyawan. Jika selesai di

input maka data-data yang telah diselesaikan akan di scan dan

dikirim ke kantor utama yaitu di Kendari.


j. Melihat secara langsung proses striping OB (over bourden)

Gambar 5.10
(proses striping OB (over bourden)

Striping OB (over bourden) atau pengupasan material dan

lapisan tanah atau top soil biasanya 1-2m, dan dimeter ke 3-8m

mendapatkan OB (over bourden) dan di meter 8- 14 memasuki zona

limonit dan transisi atau zona peralihan biasanya transisi

mempunyai kadar Ni yang lebih tinggi, dan di m 14-19m adalah zona

saprolit.

Proses pertama dalam pembentukan nikel laterit di awali

dengan adanya proses pelapukan. Pelapukan ini berlangsung pada

batuan peridotit yang banyak mengandung olivin, magnesium silikat

dan besi silikat yang mengandung 0,3% Ni. Batuan ini mudah

mengalami pelapukan lateritik yang dapat memisahkan nikel dari

silikat dan asosiasi mineral lainnya. Air resapan yang mengandung

CO2 yang berasal dari udara meresap ke bawah sampai ke


permukaan air tanah menindi mineral primer yang tidak stabil

seperti olivin, serpentin dan piroksen. Air meresap secara perlahan

sampai batas antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian

mengalir secara lateral, lebih banyak didominasi oleh transportasi

larutan secara horizontal. Proses ini menghasilkan Ca dan Mg yang

larut disusul dengan Si yang cenderung membentuk koloid dari

partikel-partikel silika yang sangat halussehingga mem ungkinkan

terbentuknya mineral baru melalui pengendapan kembali unsur-

unsur tersebut. Semua hasil pelarutan ini terbawa turun ke bagian

bawah mengisi celah-celah dan pori-pori batuan. Unsur-unsur Ca

dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa ke bawah

sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai dolomit dan

magnesit yang mengisi rekahan-rekahan pada batuan induk.

Adapun urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara

zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar

pelapukan (root of weathering). Fluktuasi muka air tanah yang

berlangsung secara kontinyu akan melarutkan unsur-unsur Mg dan

Si yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di zona saprolit,

sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam. Zona

saprolit dalam hal ini semakin bertambah ke dalam demikian pula

ikatan-ikatan yang mengandung oksida MgO sekitar 30-50 % berat


dan SiO2 antara 35-40 % berat yang masih terkandung pada

bongkah-bongkah di zona saprolit akan mengalami pencucian dan

ikut bersama-sama dengan aliran air tanah, sehingga sedikit demi

sedikit zona saprolit atas akan berubah porositasnya dan akhirnya

menjadi zona limonit.

Untuk bahan-bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan

tinggal pada tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama

larutan sebagai larutan koloid. Bahan-bahan seperti Fe, Ni, dan Co

akan membentuk konsentrasi residu dan konsentrasi celah pada

zona yang disebut dengan zona saprolit, berwarna coklat kuning

kemerahan. Batuan asal ultramafik pada zona ini selanjutnya

diimpregnasi oleh Ni melalui larutan yang mengandung Ni, sehingga

kadar Ni dapat naik hingga mencapai 7% dari total berat. Dalam hal

ini, Ni dapat mensubtitusi Mg dalam serpentin atau juga mengendap

pada rekahan bersama dengan larutan yang mengandung Mg dan Si

sebagai garnierit dan krisopras. Untuk Fe yang berada di dalam

larutan akan teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hidroksida,

membentuk mineral-mineral seperti geothite, limonite dan hematite

yang dekat permukaan. Bersama mineral - mineral ini selalu ikut

serta unsur Co dalam jumlah kecil. Semakin ke bawah, menuju

batuan dasar maka Fe dan Co akan mengalami penurunan kadar.


Pada zona saprolit Ni akan terakumulasi di dalam mineral garnierite.

Akumulasi tersebut terjadi akibat sifat Ni yang berupa larutan pada

kondisi oksidasi dan berupa padatan pada kondisi silika.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan tingkat

pelapukan kimia yang dialami tiap batuan sangat beragam dan akan

mempengaruhi pembentukan endapan serta profil laterit dari tiap

tempat. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

a. Iklim, Curah Hujan dan Vegetasi

Iklim yang sesuai dalam pembentukan endapan laterit adalah

iklim tropis dan sub tropis, terkait curah hujan dan sinar matahari

memegang peranan penting dalam proses pelapukan dan pelarutan

unsur-unsur yang terdapat pada batuan asal. Curah hujan akan

mempengaruhi jumlah air yang melewati tanah, yang mempengaruhi

intensitas pelarutan dan perpindahan komponen yang dapat

dilarutkan. Dengan iklim dan curah hujan yang mendukung maka

vegetasi yang tumbuh pada kawasan ini sangat beragam dan lebat.

vegetasi ini akan membantu proses penetrasi sebagian air menuju

lebih dalam dengan mengikuti jalur akar pepohonan, selain

membantu proses pelapukan vegetasi juga menjaga suatu batuan

dari erosi (pelapukan mekanis).


b. Topografi

Kondisi relief dan lereng akan mempengaruhi proses penetrasi

dan sirkulasi air serta reagen-reagen lain. Adapun pada daerah yang

curam, air hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak yang

mengalir sebagai runoff dibandingkankan air yang meresap kedalam

tanah, sehingga pelindian dan transportasi unsur-unsur oleh air

tanah tidak banyak terjadi. Pada daerah ini sedikit terjadi pelapukan

kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis. Sedangkan

pada daerah yang landai, air mempunyai kesempatan untuk

mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan- rekahan atau

pori-pori batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan kimiawi

secara intensif. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-

daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan

bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi.

c. Batuan asal

Komposisi dan stuktur dari batuan asal akan mempengaruhi

kandungan yang terendapkan serta tingkat pelapukan yang terjadi

pada batuan. Batuan asal merupakan jenis batuan ultra basa dengan

kadar Ni 0.2 - 0.3 %


d. Kontrol Struktur

Adanya kontrol struktur dalam pembentukan endapan nikel

laterit dapat memungkinkan terjadinya pelapukan lebih lanjut akibat

adanya pelarutan oleh air dan unsur unsur hasil pencucian.

e. Waktu

Pelapukan yang berlangsung dalam waktu lama pada

umumnya akan menghasilkan endapan yang relatif lebih tebal,

sedangkan pelapukan yang berlangsung dalam waktu singkat akan

membentuk endapan yang tipis. Adapun waktu yang diperlukan

dalam pembentukan nikel laterit dipengaruhi oleh kontrol

pembentukan lainnya, misalnya adanya struktur akan membantu

dalam proses pelindian dan pelapukan, adanya vegetasi yang lebat

juga akan mempercepat proses penetrasi air hujan yang mengandung

CO2 dari atmosfer dan juga asam humus yang membantu pelapukan

dalam proses kimia. Pada dasarnya seluruh komponen control

pembentuk nikel laterit akan saling berkaitan dalam suatu

pembentukan nikel laterit.

Eksplorasi Nikel

Eksplorasi adalah kegiatan lanjutan dan prospeksi dengan

tujuan untuk menentukan secara akurat jumlah cadangan kadar,

sifat fisik kimia, letak dan bentuk endapan bahan galian. Pemboran
eksplorasi nikel laterit dilakukan dengan pola persegi dan grid

density (derajat kerapatan jarak interval antar titik bor) yang terus

bertambah pada tiap tahapan. Pemboran nikel laterit pada tahap

awal dimulai dengan interval 200m, dan akan semakin merapat pada

tahapan eksplorasi lebih lanjut yang menjadi 100m, 50m dan 25m.

Hasil pemboran dengan spasi 25 meter inilah yang digunakan

sebagai acuan untuk menghitung cadangan nikel. Apabila diperlukan

lagi maka dapat dilakukan inpit drilling (pemboran produksi) yang

digunakan sebagai petunjuk dalam membuat rencana penambangan

dengan mempersingkat jarak antar titik bor menjadi 12,5m.

Ditinjau secara umum proses pengambilan conto (sample)

dimaksudkan untuk mengambil sebagian kecil dari suatu massa

yang besar, dimana diharapkan sebagian kecil massa tersebut cukup

representatif untuk mewakili keseluruhan massa yang diwakilinya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemboran, dari cara

pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran

bijih nikel secara vertikal sedangkan penyebaran secara horizontal

dapat diperoleh dengan menggabungkan beberapa titik. Sampel dari

hasil kegiatan eksplorasi atau kegiatan pemboran disusun dalam core

box menurut kedalaman satu meter. Setelah selesai pemboran

sampel dibawa ke rumah sampel dan kemudian dimasukan kedalam


kantong sampel dan diberikan kode seperti lokasi tempat

pengeboran, kedalaman titik bor, nomor sampel, dan nomor titik bor.

Selanjutnya dikirim kebagian persiapan conto untuk kemudian

dipreparasi guna keperluan analisa kimia.

k. Pengenalan Alat ( Niton XL2)

Gambar 5.11

Pengenalan Alat ( Niton XL2)


XRD = X-Ray Diffraction, salah satu teknik analisa untuk

stuktur suatu mineral, garam, logam, bahkan senyawaan organik

seperti DNA, vitamin dan drugs. Jika ingin mengetahui mineral apa

saja yang terkandung dalam suatu bahan tambang dan assosiasinya

apa saja, teknik ini cukup tepat karena XRD bisa memberikan

informasi mengenai bentuk molekul dan berapa sudut kristalnya.

XRD bekerja berdasarkan difraksi sinar X yang dihamburkan oleh


sudut kristal material yang dianalisa. Akan tetapi, kelemahannya,

XRD kurang tepat jika digunakan untuk analisa quantitatif (jumlah

atau kadarnya). Walaupun banyak orang mengklaim bahwa XRD bisa

memberikan informasi tentang "berapa kandungannya" namun masih

kurang valid jika dibandingkan dengan teknik analisa lainnya di

laboratorium. Umumnya XRD digunakan untuk analisa jumlah yang

membutuhkan waktu cepat tapi tidak perlu akurat.

Salah satu alat yang digunakan dalam analisa material pada

PT. DMS 77 adalah Niton XL2. Pada pembacaan kandungan mineral

seperti Ni, Fe, Cr, Bal, Mn, dan Zn. Adapun cara penggunaan alat

analisa adalah sebagai berikut :

 Pertama tekan tombol ON/OF pada alat analisa ( niton

xl2)

 Kemudian Sambungkan ke alat PC untuk melihat

tampilan pada alat analisa ( niton xl2)

 Kemudian klik Log on pada PC klik enter

 Masukkan kode/sandi yang diminta pada alat analisa

( niton xl2)

 Kemudian akan muncul tampilan pada layar komputer

kemudian klik advance


 Kemudian klik system check kemudian menunggu hingga

100%

 Kemudian akan muncul tampilan ready to test

 klik data entry dan masukkan nama sampel ex : PIT-2-

ST-57 15 INC

 kemudian klik return

 kemudian tampilkan video untuk melihat sampel analisa

 kemudian klik info

 kemudian klik start dan menunggu hingga alat analisa

membaca kadar sampel hingga 60 detik dan kadar

sampel akan terbaca

 kemudian klik tanda panah dan klik log off

 klik disconnect dan PC dan alat analisa tidak

tersambung, kemudian matikan komputer dan alat

analisa jika tidak digunakan.


k. melihat proses barging dan cara pengambilan sampel barging

Gambar 5.12

( proses barging dan pengambilan sampel barging)


Proses barging adalah pemuatan material ore dari stockpile ke

tongkong menggunakan alat di stockpile exacavator sebagai alat

untuk mengangkut material ore ke dumptruck sebanyak 10-12

bucket tergantung pada kondisi medan jalan yang dilalui dan circle

time atau rentang waktu yang digunakan dalam suatu pekerjaan di

area tambang dengan menggunakan satu alat yaitu 10-15 menit

dengan jarak antara stockpile ke jetty 1,8 KM dengan muatan 20,9


ton, biasanya DT yang digunakan dalam jarak seperti ini

menggunakan 8-10 unit untuk pemuatan ke tongkang. Muatan

tongkang biasanya adalah 8.000 M/T dengan nama tongkang Taurus

dan proses pengisian tongkang berkisaran 2-3 hari dalam kondisi

cuaca normal.

Pengambilan sampel pada tongkang memakai jasa independen

(carsurin) sebanyak dua orang sebagai perantara Buyer dan pemilik

barang, dan carsurin juga yang mengeluarkan hasil kadar pada

muatan ditongkang adapun pengerjaan sampel pada carsurin

nantinya tiap sublot 50 inc atau 100 rit dan berat perinc 10-15 kg.

tiap sub lot akan dibagi menjadi 3 yaitu :

 Independen ( carsurin )

 Perusahaan yang memiliki barang

 Pabrik selaku buyer

Adapun hasil yang keluar dari pihak carsurin perusahaan dan

buyer mengacu pada hasil tersebut untuk pembayaran, biasanya

hasil pemuatan disebut juga COA ( Certifikat of Analisys ).


5.2 Keterkaitan Tema kegiatan dengan Mata Kuliah

Pada kegiatan praktek kerja ( magang) praktikan, mengambil

tema yang berkaitan dengan mata kuliah yaitu Hasil Produksi Nikel

Yang Akan Dipasarkan Pada Pabrik dan mata kuliah yang berkaitan

yaitu Mata Kuliah Industri Dan Perdagangan.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Magang pada PT

DMS 77 dari tanggal 29 sampai dengan 15 JUNI 2021, praktikan

memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman baru khususnya

dibidang pendidikan serta pelatihan yang diperuntukkan bagi

karyawan perusahaan. Melalui kegiatan yang dilakukan praktikan

sehari-hari, praktikan dapat melihat pengaplikasian dari teori

yang didapatkan di perkuliahan, bahkan dapat mempelajarinya

lebih dalam. Misalnya seperti kegiatan perencanaan produksi,

administrasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh PT

DMS 77 untuk memenuhi karyawan yang berkualitas sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. PT DMS 77 juga memberikan kesempatan

bagi praktikan untuk terjun langsung dalam kegiatan harian, seperti

mendata perusahaan yang menyediakan pelatihan yang sesuai

dengan kebutuhan karyawan sesuai dengan bidang kerja karyawan,

melakukan pengetikan, pengolahan sampel, belajar analisa sampel,

dan terjun langsung kelapangan. Selain menambah pengetahuan,

kegiatan Praktek kerja (Magang) juga melatih kemampuan

praktikan dalam bersosialisasi dalam lingkungan kerja. Praktikan


juga dapat belajar bertanggung jawab dan disiplin dalam

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

6.2 Saran
Dari pelaksanaan Praktek kerja (Magang) yang telah dijalani,

praktikan memiliki beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai

acuan bagi pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Praktik Kerja

(Magang).

1. Saran Untuk Fakultas Ilmu dan Teknologi kebumian


Fakultas Ilmu dan Teknologi kebumian sebaiknya

memberikan informasi waktu dan prosedur pengajuan hingga

pelaporan Praktek kerja (Magang), baik ke Fakultas maupun ke

Perusahaan.

2. Saran Untuk Praktikan

a) Mencari dan mengajukan surat permohonan Praktek kerja

(Magang) pada perusahaan sekurang-kurangnya satu bulan

sebelum pelaksanaan Praktek kerja (Magang).

b) Menaati setiap tata tertib dan aturan yang diberlakukan

perusahaan.

c) Praktikan sebaiknya teliti dan bertangggung jawab

penuh dalam melakukan pekerjaan, agar tidak terjadi

kesalahan.
3. Saran Untuk PT DMS 77
a) PT DMS 77 sebaiknya membuat job description yang jelas

untuk praktikan agar praktikan tidak merasa kebingungan

dalam melaksanakan program Praktek kerja (Magang).

b) PT DMS 77 sebaiknya melengkapi alat komuikasi seperti ( HT,

obat-obatan,
DAFTAR PUSTAKA

Dadang, d., & heriyanto, f. (2020). Pengaruh briefing kerja dan peran
supervisor terhadap kinerja karyawan pada pt. Gmf
aeroasia tbk. Dynamic management journal, 4(1).

Isjudarto, a. (2013). Pengaruh morfologi lokal terhadap pembentukan


nikel laterit. Retii.

Jafar, n. (2017). Identifikasi sebaran nikel laterit berdasarkan hasil


test pit kecamatan kabaena kabupaten bombana provinsi
sulawesi tenggara. Jurnal geomine, 5(2).

Oktorina, s. (2017). Kebijakan reklamasi dan revegetasi lahan bekas


tambang (studi kasus tambang batubara indonesia). Al-
ard: jurnal teknik lingkungan, 3(1), 16-20.
Panjaitan, g., & syafrianto, m. K. Analisis penerapan manajemen
risiko hauling bauksit dalam sistem manajemen
keselamatan pertambangan mineral dan batubara (smkp
minerba) pada pt dinamika sejahtera mandiri kabupaten
sanggau provinsi kalimantan barat. Jurnal mahasiswa
teknik sipil universitas tanjungpura, 7(1).

Prasetyo, a. B., setiawan, i., & meyta, m. (2016). Analisis xrd dan sem
terhadap hasil kalsinasi pada bijih nikel laterit jenis
saprolit. Prosiding semnastek.

Pratama, b. E. (2011). Bioleaching nikel dari bijih limonit pulau gag


dengan memanfaatkan bakteri mixotrof.
Rm, m. C., & adryanto, a. P. (2020). Mempersiapkan sdm
pertambangan yang unggul menuju indonesia maju 2045
evaluasi sumberdaya dan cadangan subdomaining
lapisan saprolit–site moronopo, maluku utara. Prosiding
temu profesi tahunan perhapi, 65-72.

Sari, r. K. (2017). Potensi mineral batuan tambang bukit 12 dengan


metode xrd, xrf dan aas. Eksakta, 2, 13-23.

Sari, y. A. (2013). Penentuan kadar nikel dalam mineral laterit melalui


pemekatan dengan metode kopresipitasi menggunakan cu-
pirolidin dithiokarbamat (doctoral dissertation, universitas
negeri semarang).

Subowo, g. (2011). Penambangan sistem terbuka ramah lingkungan


dan upaya reklamasi pascatambang untuk memperbaiki
kualitas sumberdaya lahan dan hayati tanah. Balai
penelitian tanah, bogor.

Sudrajat, a. 1999. Teknologi dan manajemen sumberdaya mineral.


Bandung: itb.

Sulista, s. (2019). Tambang inkonvensional: peran masyarakat dan


daya tarik ekonomi bagi penambang. Jurnal teknologi
mineral dan batubara, 15(1), 63-75.

Sujiono, e. H., & diantoro, m. (2014). Karakteristik sifat fisis batuan


nikel di sorowako sulawesi selatan. Jurnal pendidikan
fisika indonesia, 10(2), 163-167.

Yulvi, d., amrin, a., & nasra, e. (2012). Analisis kandungan besi (fe)
dan nikel (ni) dalam bijih mangan di daerah taming tonga
kabupaten pasaman barat secara spektrofotometri
serapan atom. Periodic, 1(2), 9-12.

Anda mungkin juga menyukai