DINAS KEBUDAYAAN
BIOGRAFI TOKOH
RATU AGENG
TEGALREJO
segenap tim peneliti yang tidak lelah dalam sumbangsih tenaga dan
AGENG TEGALREJO.................................................................................... 25
A. Kondisi Geopolitik................................................................................. 26
(1755-1793) ................................................................................................ 39
DI YOGYAKARTA.......................................................................................... 59
LAMPIRAN..................................................................................................... 75
1
Sejarah kerajaan di Jawa sejak Mataram kuno dalam
[1] Titi Surti Nastiti, Perempuan Jawa : Kedudukan Dan Peranannya Dalam
Masyarakat Abad VIII-XV (Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 2016); Risa Herdahita
Putri, “Perempuan Penguasa Masa Mataram Kuno,” Historia - Majalah Sejarah
Populer Pertama di Indonesia, December 9, 2017, https://historia.id/kuno/
articles/perempuan-penguasa-masa-mataram-kuno-PyJzZ.
2
peran dalam kepemimpinan antara lain; Ratu Pakubuwono dan
Serat Ambiya.
3
Ageng Datuk Sulaiman atau dikenal sebagai Kiai Sulaiman
4
yaitu Pangeran Diponegoro sebagai pemuda yang diasuhnya.
Diponegoro.
bukan saja sebagai istri Raja yang lemah lembut, dia merupakan
Yogyakarta.
5
kemampuan spiritual yang tinggi. Ia dikenal sebagai salah satu
ilmu tasawuf dan ilmu agama dari orang tua dan kakeknya yang
tenggara Keraton.
6
waktunya tepat bersamaan dengan meletusnya gunung Merapi.
Suasana saat itu menjadi sangat tegang dan penuh duka setelah
Tegalrejo.
7
1. Bagaimana sejarah kehidupan Ratu Ageng Tegalrejo ?
dan tulisan tentang Ratu Ageng Tegalrejo. Selain itu juga (2)
8
lebih lengkap. Sehingga, sejarah Yogyakarta tidak hanya
lain:
lokal.
9
Termasuk belum ada pembahasan yang lebih detail mengenai
memang tidak fokus pada Ratu Ageng, tetapi ada catatan yang
[6] Dahlan Abubakar, “Pangeran Diponegoro: Buyut dari Bima, Makam di Makassar,” Kahaba.net,
April 9, 2020, https://kahaba.net/opini/76131/pangeran-diponegoro-buyut-dari-bima-makam-
di-makassar.html; “Nyai Ageng Tegalrejo, Nenek di Balik Kepahlawanan Diponegoro,” Republika
Online, May 1, 2020, https://republika.co.id/share/q9n6uf483; Agung Purwandono, “Wasiat
Ratu Ageng Tegalrejo, Memperbenderang Sosok Samar-Samar Melalui Literasi Digital,” KRJogja,
February 11, 2020, https://www.krjogja.com/hiburan/seni-dan-budaya/wasiat-ratu-ageng-
tegalrejo-memperbenderang-sosok-samar-samar-melalui-literasi-digital/.
[7] Carey, The Power of Prophecy; Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-
1855.; Peter Carey, “Waiting for the ‘Just King’: The Agrarian World of South-Central Java from
Giyanti (1755) to the Java War (1825–30),” Modern Asian Studies 20, no. 1 (February 1986): 59–137,
doi:10.1017/S0026749X00013603; Peter Carey, Sisi Lain Diponegoro: Babad Kedung Kebo Dan
Historiograi Perang Jawa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017).
[8] M. C Ricklefs, Jogjakarta under Sultan Mangkubumi, 1749-1792: A History of the Division of Java
(London; New York: Oxford University Press, 1974).
10
terkait situasi keraton terutama dalam pemerintahan yang
ruang bagi tradisi lokal dan pemaknaan yang luas atas nilai
11
sejarah. Dari konteks ini, Ratu Ageng Tegalrejo lebih mendapat
12
sosial, tokohnya dan mencari sebab musababnya dengan
kasultanan tersebut.
[9] Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992).
13
sebagainya yang telah terkristalisasi. Selanjutnya mentifact
kontribusi manusia pada masa lalu dalam hal ini adalah Ratu
[10] Lois W. Banner, “Biography as History,” The American Historical Review 114, no. 3 (2009): 579–
86, https://www.jstor.org/stable/30223919.
14
hasil karya yang berkembang di suatu masyarakat tertentu.
15
konteks teori ini muncul berlatar belakang Eropa (Inggris dan
[12] Pamela McCallum, “Misogyny, the Great Man, and Carlyle’s ‘The French Revolution’: The Epic as
Pastiche,” Cultural Critique, no. 14 (1989): 153–78, doi:10.2307/1354296.
[13] Lewis A. Coser, “Social Conflict and the Theory of Social Change,” The British Journal of Sociology
8, no. 3 (1957): 197–207, doi:10.2307/586859.
16
kedua, melihat status quo sebagai kondisi ketidak-adilan dan
mungkin.
17
metode atau penelitian sejarah adalah sebagai berikut:
dipertanggungjawabkan.
[14] Wasino dan Endah Sri Hartatik, Metode Penelitian Sejarah: Dari Riset Hingga
Penulisan (Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018).
[15] Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994).
18
1. Heuristik
19
desa dan tokoh sekitar. Sedangkan wawancara dilakukan
analisis penelitian.
2. Verifikasi
asli atau palsu dan apakah isinya dapat dipercaya atau tidak.
20
kebenaran dan keabsahan sumber sejarah yang teruji melalui
asli atau turunan karya orang lain, dari tahap ini akan didapat
21
Kritik ekstern merupakan bentuk kritik terhadap
22
kedua sumber tersebut dapat dilihat dari pengarang, tahun,
digunakan.
Tegalrejo.
3. Interpretasi
23
menafsirkan sumber dan data yang didapatkan oleh peneliti,
4. Historiografi
24
BAB II
KONDISI YOGYAKARTA
DAN TEGALREJO
PADA MASA RATU
AGENG TEGALREJO
25
A. Kondisi Geopolitik
Banyuwangi).
https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/sultan-agung)
26
pada palihan negeri, Perjanjian Giyanti. Perseteruan yang
27
Raden Mas Said meskipun sempat menjadi menantu dari
28
Yogyakarta kemudian tumbuh menjadi wilayah yang maju
menjadi pusat gerakan kelompok santri. Dalam hal ini, lima masjid
[18] Ofita Purwani, ‘Javanese power : silent ideology and built environment of Yogyakarta and
Surakarta’, Disertasi (Edinburgh: The University of Edinburgh, 2014), pp. 115–25
[19] Oman Fathurahman, Shattariyah Silsilah in Aceh, Java, and the Lanao Area of Mindanao (To-
kyo: Research Institute for Languages and Cultures of Asia and Africa Tokyo University of Foreign
Studies, 2016)
29
Ageng saat itu mulai membangun sebuah masjid untuk menampung
30
Tegalrejo menjadi salah satu daerah penting dalam jaringan
31
Ngalaga, Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah.
dunia.[22]
32
BAB III
KEHIDUPAN RATU
AGENG TEGALREJO
Mas Rara Juwati lahir sekitar tahun 1734 di Madjan atau kini
ayah bernama Kiai Wiroyudo dan salah satu putri Kraeng Naba
adalah Kiai Ageng Datuk Sulaiman adalah putra dari salah satu
34
Gambar 4. Silsilah Ratu Ageng Tegalrejo. (Sumber : Peter Carey, The Power
of Prophecy; Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-
1855. (Leiden; Boston: Brill, 2008), 765; Serat Salasilah Para Leloehoer Ing
Kadanoerejan, tanpa tahun, 125–27.)
bin Abdul Kahir (1601) atau Kiai Sulaiman Bekel Jamus putra
35
Sedangkan di sumber lain[26] menuliskan bahwa Ratu
keraton Madura saat itu. Mengingat bahwa saat itu ada koalisi
[26] M. Hilir Ismail, Peran Kasultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara,
Cet. 1 (Mataram: Lengge bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan
The Ford Foundation, 2004), 99.
[27] Carey, Kuasa Ramalan, 3:89. Footnote no 26.
36
menceritakan bahwa makam Kiai Derpoyudo di dukuh Madjan
penjudi.
37
Sepoy 1812 beberapa Pangeran melarikan diri dari keraton
sana.[30]
mengenai Islam saat itu melalui sastra lama (suluk) yang ditulis
38
B. Periode Menjadi Permaisuri Sultan Hamengkubuwono I
(1755-1793)
Ratu Ageng diakui sebagai perempuan yang tangguh
dan kepemimpinan.
39
Ageng pernah menjadi komandan pertama prajurit estri[34].
real.[35] Yang menarik dari pasukan ini adalah pada awal Perang
40
estri yang tergabung dalam pasukan Diponegoro masih dengan
41
Sultan Hamengkubuwono V akibat makin kuatnya pengaruh
pratameng langenkusuma
Artinya :
Pesanggrahan Madyaketawang
menyaksikan
42
menuju tempat latihan di ibukota
melalui empat jalur. Jalur pertama adalah dari Kiai Mufid dari
yang belajar dari Syekh Haji Abdullah, yang belajar pada Shaikh
‘Abd al-Muhyi pada waktu itu. Jalur kedua terhubung mulai dari
belajar pada Shaikh Bojong, dan yang belajar pada Syaikh ‘Abd
[38]Yuwono Sri Suwito, Zulkifli Akbar, and Pandu Dewanata, Prajurit Kraton
Yogyakarta: filosofi dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya (Yogyakarta:
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, 2009), 9.
43
lalu pada Kiai Mas Nida Muḥammad, yang belajar pada Shaikh
Muhyi al-Din, yang belajar dari Kiai Mas Bagus Dalem Bojong,
Artinya :
Ratu Ageng
dengan putra-putranya.
lahan baru:
45
sana.
[41] BD (Manado) II:116, XIV (Sinom) 49–50. Peter Carey, Kuasa Ramalan. Pangeran Diponegoro
dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855.Jilid 1 Jakarta (Kepustakaan Populer Gramedia, 2011),
94.
[42] Carey and Houben, ’Perempuan-Perempuan Perkasa Di Jawa Abad Ke-XVIII Dan
XIX, 71.
[43] Carey, Kuasa Ramalan, 3:94.
46
Tegalrejo merupakan perluasan sawah dari wilayah
Gambar 6. Peta Tegalrejo Tahun 1830 (Sumber: Carey, Kuasa Ramalan, 3:98)
[44] Carey and Houben, ’Perempuan-Perempuan Perkasa Di Jawa Abad Ke-XVIII Dan XIX, 67.
47
Gambar 7. Tegalrejo (I) dan Keraton (II), tahun 1925. (Sumber:
“Jogjakarta En Omstreken,” Topografi (Yogyakarta, 1925), https://
ubl.webattach.nl/cgi bin/iipview?krtid=9706&name=03868.
48
tani sekitar Tegalrejo dan banyak santri yang tertarik datang ke
pengetahuan agamanya.[46]
49
suatu keterangan yang terasa dalam kisah otobiografinya.[48]
kinarya namurpuniki
lampahira gèn brongta marang
Yang Sukma.
Artinya :
Sukma
[48]
Carey 1981a:78–9, 271 catatan 145
50
51 […]
Artinya :
51 [...]
[49] BD (Manado) II:116 XIV (Sinom) 50-51. Peter Carey, Kuasa Ramalan.
Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855.Jilid 1
Jakarta (Kepustakaan Populer Gramedia, 2011)
51
berjumlah 74 amet (1 amet=240 kati=150 kilogram) beras,
52
Tegalrejo.[52] Kemudian hal ini dikaitkan dengan peristiwa
53
Gambar 8. Denah makam Raja-Raja yang ada di Imogiri, Yogyakarta (Sumber:
java-today/mataram-Kasultanan/imogiri-pemakaman-burial-complex-
sultan-jawa-tengah)
54
neneknya hanya sampai tempat pertemuan di alun-alun selatan
55
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang awalnya ditulis
Gambar 9. Menak Amir Hamza, British Library, Add. 12309, ff. 335v-336r
(Sumber: Annabel Teh Gallop, “The Largest Javanese Manuscript in the
World? Menak Amir Hamza,” March 6, 2019, https://blogs.bl.uk/asian-and-
african/2019/03/the-largest-javanese-manuscript-in-the-world-menak-
amir-hamza.html )
56
Gambar 10. Menak Amir Hamza dengan 1520 halaman, British Library,
Add. 12309 Sumber: (Annabel Teh Gallop, “Menak Amir Hamza, the Javanese
Version of the Hamzanama,” September 28, 2018, https://blogs.bl.uk/asian-
and-african/2018/09/menak-amir-hamza-the-javanese-version-of-the-
hamzanama.html )
57
Sepoy, hingga sekarang arsipnya masih ada di British Library,
London.
2. Serat Ambiya
Serat Ambiya ini dimulai pada manuskrip dalam
bahasa Jawa dalam aksara Arab (pegon) menyebutkan bahwa
pemiliknya: Hādhā (Arab, ‘ini’) surat Ambiya kagungan-dalĕm
Kangjeng Ratu Agĕng (yaitu nenek buyut Dipanĕgara) yang
ceritanya diakhiri dengan kisah dari Muhammad Hanafiah.
[55] “Add MS 12309,” Digitised Manuscripts British Library, accessed October 15,
2021, http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?ref=Add_MS_12309.
[56]“MSS Jav 78,” Serat Ambiya, Digitised Manuscripts British Library, accessed
October 15, 2021, http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?ref=MSS_
Jav_78&index=6.
58
BAB IV
PERAN RATU AGENG
BAGI KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI
YOGYAKARTA
59
A. Bidang Politik Militer
60
B. Bidang Sosial Ekonomi
61
silsilah tarekat Syattariyah yang berada di lingkungan keraton.
yaitu Kanjeng Raden Ayu Kilen yang merupakan istri dari Sultan
hingga dewasa.
62
meskipun bidang dan periodenya masih terbatas pada kurun
etika, karena saat itu sudah menjadi salah satu pengikut tarekat
63
BAB V
KESIMPULAN
64
Akhirnya sampailah pada kesimpulan bahwa Ratu
65
Ratu Ageng meninggalkan istana pasca mangkatnya
66
napas terakhir dan jenazah dimakamkan di pemakaman
67
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer
68
and Agrarian Affairs. 2 vols. Oxford: Oxford University
Press, 2000.
Sumber Sekunder
69
1986): 59–137. doi:10.1017/S0026749X00013603.
70
bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The
Ford Foundation, 2004.
71
Uddin, Baha`, and Dwi Ratna Nurhajarini. “Mangkubumi Sang
Arsitek Kota Yogyakarta.” Patrawidya 19, no. 1 (2018).
Sumber Internet
72
———. “The Largest Javanese Manuscript in the World? Menak
Amir Hamza,” March 6, 2019. https://blogs.bl.uk/
asian-and-african/2019/03/the-largest-javanese-
manuscript-in-the-world-menak-amir-hamza.html.
73
republika.co.id/share/q9n6uf483.
74
LAMPIRAN
1. Serat kekancingan sebagai bukti silsilah Ratu Ageng dan
makamnya di Imogiri.
75
2. Peta Tegalrejo Tahun 1830
76
3. Tegalrejo (I) dan Keraton (II), tahun 1925
77
4. Pohon beringin sebagai penanda letak pendopo lama
78
5. Relief Perang Diponegoro tanpa ada jejak cerita Ratu
Ageng Tegalrejo
79
6. Replika gambar pangeran Diponegoro sewaktu kecil dan dewa-
sa dalam Webinar Kuliah Umum Defense Heritage bersama Prof.
Peter Carey Jumat, 26 November 2021
80
7. Naskah kuno Babad Diponegoro yang di tulis di Manado tahun
1831-1832 dari Prof. Peter Ceray
81
82