Anda di halaman 1dari 16

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum

Pada dasarnya dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa,

bangunan didesain untuk hancur sesuai dengan level kerusakan yang telah

ditentukan. Dengan kata lain bangunan diizinkan hancur tetapi tidak menimbulkan

korban jiwa sehingga ketika terjadi gempa, manusia dapat melakukan tindakan

evakuasi. Adapun tujuan bangunan tahan gempa adalah untuk membatasi

kerusakan bangunan atau gedung akibat beban gempa sedang sesuai dengan

ketentuan sehingga masi bisa diperbaiki secara ekonomis dan juga untuk

menghidari jatuhnya korban jiwa akibat runtuhnya gedung karena adanya beban

gempa yang kuat. Pada struktur bangunan tahan gempa, perpindahan

(displaccement) merupakan hal yang paling mendasar untuk suatu struktur tahan

gempa, umumnya kerusakan struktur diakibatkan oleh besarnya perpindahan yang

terjadi. Oleh karena itu, struktur harusnya bersifat daktail untuk mengakomodasi

besarnya perpindahan yang terjadi

B. Perencanaan gempa berbais kinerja

Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan dengan prosedur yang

ditulis dalam peraturan perencanaan bangunan (building codes). Peraturan dibuat

untuk menjamin keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mi=ungkin

terjadi, dan untuk menghindari atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta

benda tehadap gempa sedang yang sering terjadi. Meskipun demikian, prosedur
7

yang digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat ecara langsung menunjukan

kinerja bangunan terhadap suatu gempa yang sebenarnya, kinerja tadi tentu terkait

dengan resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan investasi yang dibelanjakan

terkait dengan resiko yang di ambil.

Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performanco-base seismic

design) memrupakan proses yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan

baru maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang suda ada, dengan pemahaman

yang realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai (ocucupancy) dan

kerugian harta benda (economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang

akan datang.

Gambar 1. Ilustrasi reayasa gempa berbasis kinerja (ATC58)

Proses perencaan gempa berbasi kinerja dimulai dengan membuat model

rencana bangunan kemudian melakukan simulasi kinerjanya terhadap berbagai

kejadian gempa. Setiap informasi memberikan informasi tingkat kerusakan (level

of damage), ketahatan struktur sehingga dapat memperkirakan berapa besar


8

keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda

(ecomonic loss) yang akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat mengatur ulang

resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko biaya yang

dikeluarkan.

Hal penting dari perencanaan berbassis kinerja adalah sasaran kinerja

dari bangunan terhadap gempadinyatakan secara jelas, sehingga pemilik penyewa,

asusransi, pemerintahan atau penyandang dana mempunyai kesempatan untuk

menetapkan kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapat terebut digunakan

insinyur perencana sebagai pedomannya.

Sasaran kinerja terjadi dari kejadian gempa rencana yang ditentukan

(earthquake hazard), dan taraf kerusakan yang diizinkan atau level kinerja

(performance level) dari bangunan terhadap kejadian gempa tersebut. Mengacu

pada FEMA-273 (1997) yang memjadi acuan klasik bagi perencanaan berbasis

kinerja maka kategori kinerja struktur, adalah:

- Segera dapat dipakai (IO =immediate occupancy)

- Keselamatan penghuni terjamin (LS = life safety)

- Terhidar dari keruntuhan total (CP = Collapse Prevention)

Gambar 1 menjelaskan secara kualitatif level kinerja (performance

levels) FEMA 273 yang digambarkan bersM dengan suatu kurva hubungan gaya-

perpindahan yang menunjukan perilaku struktur secara menyeluruh (global)

terhadap pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan dari analisis statik non-

linear khusus yang dikenal sebagai analis pushover, sehigga disebut juga sebagai
9

analisa pushover. Sedangkan titik kinerja (performance point) merupakan besaran

perpindahan titik pada atap pada saat mengalami gempa rencana, dapat dicari

menggunakan metoda yang dijelaskan pada bab berikutnya.

Selanjutnya diatas kurva pushover dapat digambarkan secara kualitatif

kondisi kerusakan yang terjadi pada level kinerja yang ditetapkan agar awam

mempunyai bayangan seberapa besar kerusakan itu terjadi. Selain itu dapat juga

dikorelasikan dibawahnya beberapa persentase biaya dan waktu yang diperlukan

untuk perbaikan. Informasi itu tentunya sekedar gambaran perkiraan, meskipun

demikian sudah mencukupi untuk mengambil keputusan apa yang sebaiknya

harus dilakukan terhadap hasil analisis bangunan tersebut.

C. Spektrum respons desain (SNI 03-1726-2019)

Spektrum reespons desain merupakan kurva respon spektrum yang

disajikan dalam bentuk grafik (lihat Gbr. 1) dimana absisnya merupakan periode

getar struktur, T, dan ordinatnya merupakan respon maksimum berupa percepatan

maksimum (spectral acceleration, Sa) yang didapat dari rumusan sebagai

berikut :

a. Untuk, T < T o, maka spektrum respon percepatan (Sa) desain harus diambil

persamaan :

[
Sa=S DS 0,4+ 0,6
T
T0 ] Pers. 1

b. Untuk, T ≥ T o dan ≤ T s, maka spektrum respon percepatan desain (Sa) sama

dengan S DS
10

c. Untuk, T > T s, tetapi ≤ T L maka spektrum respon percepatan desain (Sa)

harus diambil persamaan :

SD 1
Sa= Pers. 2
T

d. Untuk, T > T L maka spektrum respon percepatan desain (Sa) harus diambil

persamaan :

SD 1. T L
Sa= 2 Pers. 3
T

Dimana,
S DS = Parameter respon spektral percepatan disain pada perioda pendek
SD1 = Parameter respon spektral percepatan disain pada perioda 1,0 detik
SD 1
T = 0,2
S DS
SD 1
TS =
S DS
Kemudian data-data yang didapat dari rumusan diatas diplotkan kedalam

kurva respon spektrum desain seperti pada gambar 2.


11

Gambar 2. Disain Respon Spektrum (SNI 03-1726-2019)

Agar dapat membuat disain respon spektra diperlukan beberapa

parameter untuk mendapatkan SDS, SD1, TO, dan TS. Parameter-parameter

tersebut adalah SS, S1, Fa dan Fv, dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Parameter Percepatan Terpetakan

Parameter SS (percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan S1

(percepatan batuan dasar pada periode 1 detik) harus ditetapkan masing-masing

dari respons spektra perceptan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah

seismik seperti yang ada pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 dengan kemungkinan

2 persen terlampui dalam 50 tahun (MCE R, 2 % dalam 50 tahun) dan dinyatakan

dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi (g).

Gambar 3. SS, Peta respons spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar SB
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun dengan redaman 5%.
12

Gambar 4. S1, Peta respons spektra percepatan 1 detik di batuan dasar SB untuk
probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun dengan redaman 5%.

b) Kelas Situs

Untuk memberikan kriteria desain seismik berupa faktor-faktor

amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan

tanah untuk suatu lokasi atau suatu situs, maka lokasi tersebut harus

diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan kecepatan rambat gelombang geser,

Nilai SPT, atau kuat geser niralir.

Berdasarkan SNI 1726 2019 pasal 5.3 klasifikasi kelas situs dibagi

menjadi 6 diantaranya SA, SB, SC, SD, SE dan SF. Kelas situs tersebut meliputi

batuan keras, batuan, tanah keras, sangat padat dan batuan lunak, tanah sedang,

tanah lunak, dan tanah khusus yang membutuhkan investigasi geoteknik dan

analisis respon spesifik. Kelas situs tersebut didefinisikan seperti pada Tabel 2.1.
13

Tabel 1. Klasifikasi Kelas Situs

Kelas Situs V̄̅ S (m/detik) N̅ atau N̅ ch S̅u ( kPa)


SA (Batuan Keras) > 1500 N/A N/A
SB (Batuan) 750 Sampai 1500 N/A N/A
SC (Sangat Keras, Sangat
350 Sampai 750 > 50 > 100
Padat dan batuan Lunak)
SD ( Tanah Sedang) 175 Sampai 350 15 Sampai 50 50 Sampai 100
SE (Tanah Lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari
3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks Kapasitas, PI > 20,
2. Kadar Air w > 40%,
3. Kuat Geer Niralir, S̅u < 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
atau lebih dari karakteristik berikut:
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
SF ( tanah khuus, yang beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
membutuhkan investigasi sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
geoteknik spesifik dan - Lempung sangat organik dan/atau gambut
analisis repons spesifik- (ketebalan H > 3 m)
situs yang mengikuti 0) - Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan
H > 7,5 m dengan indeks plasitisitas PI > 75 )
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan
ketebalan H > 35 m dengan S̅u < 50 kPa
CATATAN: N/A = tidak dapat dipakai

c) Koefisien-koefisien Situs dan Parameter-parameter Respon Spektral


Percepatan Gempa Maksimum yang dipertimbangkan Resiko Tertarget
(MCER)

Berdasarkan SNI 03-1726-2019, untuk penentuan respon spektral

percepatan gempa MCER dipermukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi

seismik pada perioda 0,2 detik dan 1,0 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor

amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) pada

Tabel 2.2. dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran

perioda 1,0 detik (Fv) pada Tabel 2.3. Parameter spektrum respons percepatan
14

pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1,0 detik (S M1) yang disesuaikan dengan

pengaruh klasifkasi situs, harus ditentukan dengan rumusan berikut :

S MS=Fa . S S Pers. 4

S M 1=FV . S1 Pers. 5

Dimana,

Ss = Parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda

pendek

S1 = Parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda

1 detik

Tabel 2. Koefisien situs, Fa (SNI 1726-2019)

Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang


Kelas
dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada periode
situs
pendek, T = 0,2 detik, Ss
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss = 1,25 Ss = ≥ 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
SF SS
Catatan :
a. Untuk nulai Ss didapat dengan melakukan interpolasi
b. SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respons situs-spesifik
15

Tabel 3. Koefisien situs, Fv (SNI 1726-2019)

Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang


Kelas
dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada periode 1
situs
detik, S1
S1 ≤ 0,25 S1 = 0,5 S1 = 0,75 S1 = 1,0 S1 = 1,25 S1 = ≥ 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF SS

Catatan :
a. Untuk nulai Ss didapat dengan melakukan interpolasi
b. SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respons situs-spesifik

d) Parameter Percepatan Spektral Desain


Berdasarkan SNI 03-1726-2019 parameter percepatan spektral desain

untuk perioda, SDS dan pada perioda 1,0 detik SD1, harus ditentukan melalui

perumusan sebagai berikut :

S DS=2/3. S MS Pers. 5

S D 1=2/3. S M 1 Pers. 6

D. Kategori Resiko Struktur Bangunan Dan Faktor Keutamaan Gempa

Berdasarkan SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan

Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung Pasal 4.1.2,

untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan no gedung,

pengaruh gempa rencananya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan

gempa Ie.
16

Tabel 4. Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa

Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan
I
perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap III
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
17

- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan
unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori
risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan
atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah
meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas IV
yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang
memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor
18

polisi, serta garasi kendaraan darurat


- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin
badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi
dan fasilitas lainnyauntuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya
yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Sruktur tambahan (Temasuk menara telekomunikasi,
tangki pengimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun lisstrik, tangki air pemadam kebakaran
atau atau struktur rumah atau struktur pendukung air
atau matetial atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan beropperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.

Adapun faktor keutamaan gempa (Ie) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Tabel Keutamaan Gempa

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie


I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50

E. Analisis Statik Nonlinear (Pushover)

Analisis statik nonlinier merupakan prosedur analisa untuk mengetahui

perilaku keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisa

Pushover atau analisa beban dorong statik. Analisis dilakukan dengan

memberikan beban lateral statik pada struktur, yang kemudian secara bertahap
19

ditingkatkan dengan faktor pengali sampai satu target perpindahan lateral dari

suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik tersebut adalah titik pada atap, atau lebih

tepat lagi adalah pusat massa atap (Dewobroto, 2005).

Analisis ini memerlukan program komputer untuk merealisasikannya

pada bangunan nyata. Beberapa program komputer komersil yang tersedia adalah

SAP2000, ETABS, GTSdrudl, Adina. Analisis pushover menghasilkan kurva

pushover (Gambar 2.1), kurva yang menggambarkan hubungan antara geser dasar

(V) versus perpindahan titik acuan pada atap (D). Pada proses Pushover, struktur

didorong sampai mengalami leleh satu atau lebih lokasi distruktur tersebut. Kurva

kapasitas akan memperlihatkan suatu kondisi linear sebelum mencapai kondisi

leleh dan selanjutnya berperilaku nonlinear. Kurva pushover dipengaruhi oleh

pola distribusi gaya lateral yang digunakan sebagai beban dorong.

Tujuan dari analisis pushover adalah untuk memperkirakan gaya

maksimum dan deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh informasi bagian

mana saja yang kritis. Selanjutnya dapat didefinisikan bagian-bagian yang

memerlukan perhatian khusus untuk pendetailan atau stabilitanya. Cukup banyak

studi menunjukan bahwa analisa statik pushover dapat memberikan hasil

mencukupi (ketika dibandingkan dengan hasil analisa dinamik nonlinear) untuk

bangunan reguler dan tidak tinggi.

Analisa pushover dapat digunakan ssebagai alat bantu perencanaan tahan

gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada, yaitu :


20

 Hasil analisa pushover maih berupa suatu pendekatan, karena bagaimanapun

perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu

siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisa pushover adalah

statik monotonik.

 Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisa adalah sangat

penting.

 Untuk membuat model analisa nonlinear akan lebih rumit dibandingkan model

analisa linear.

F. Tahapan Utama Dalam Analisis Pushover

Tahapan utama dalam analisa pushover adalah:

1. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besaran perpindahan

struktur. Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser

dasar digunakan untuk menyusun kurva pushover.

2. Membuat kurva pushover dari berbagai pola distribusi gaya lateral

yang ekivalen dengan diistribusi gaya inertia, sehingga diharapkan

deformasi yang terjadi hampir sama dengan gempa sebenarnya.

Karena gempa sifatnya tidak pasti, perlu dibuat beberapa pola

pembebanan lateral.

3. Estimasi besarnya target perpindahan. Titik kontrol didorong sampai

target terebut, yaitu suatu perpindahan maksimum yang diakibatkan

oleh intensitas gempa rencana yang ditentukan.

4. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada

pada target perpindahan : merupakan hal utama dari perencanaan


21

berbasis kinerja. Komponen struktur dianggap memuaskan jika

memenuhi persyaratan deformasi dan kekuatan. Karena yang

divaluasi komponen yang jumlahnya relatif sangat banyak maka

proses harus dikerjakan oleh komputer (fasilitas pushover dan

evaluasi kinerja yang terdapat secara built-in pada program SAP2000,

mengacu pada FEMA– 356). Oleh karena itulah mengapa

pembahasan perencanaan berbasis kinerja banyak mengacu pada

dokumen FEMA.

Anda mungkin juga menyukai