Anda di halaman 1dari 3

Nama : jelia omaiza

NIM : 21101155310464
Kelas : manajemen 10

Silahkan di jawab pertanyaan berikut untuk memberikan pemahaman suadara mengenai hukum
perlindungan konsumen

1. Bagaimana prosedur perpanjangan jangka waktu perlindungan hak merek? Bagaimana jika
terlambat perpanjang perlindungan hak merek? Apa saja faktor yang menyebabkan
perlindungan hak merek tidak dapat diperpanjang? Jelaskan!
Jawaban:
Prosedur :
pesan kode billing di http://simpaki.dgip.go.id/
 Pilih 'Merek dan Indikasi Geografis' pada jenis pelayanan
 Pilih 'Perpanjangan Jangka Waktu Perlindungan Merek'
 Pilih sisa jangka waktu pelindungan Merek anda
 Masukkan Data Pemohon dan Data Permohonan (nama, alamat lengkap, email dan nomor
ponsel, dll)
 Lakukan pembayaran PNBP melalui ATM/internet banking/m-banking

Log in pada akun merek https://merek.dgip.go.id/


 Pilih ‘Pasca Permohonan Online’
 Langkah 1 : Pilih tipe permohonan ‘Perpanjangan Jangka Waktu Perlindungan Merek’ (sesuai
dengan sisa jangka waktu pelindungan merek anda), masukkan Kode billing yang telah
dibayarkan, klik tombol ‘Tambah Permohonan’ (pojok kiri bawah), masukkan Nomor
Permohonan
 Langkah 2 : masukkan Data Pemohon
 Langkah 3 : diisi jika permohonan dengan kuasa (konsultan ki)
 Langkah 4 : klik ‘Tambah’, lampirkan dokumen persyaratan
 Langkah 5 : Preview (pastikan seluruh data anda sudah benar)
 Langkah 6 : Catatan Untuk Petugas (jika ada)
 Klik ‘Selesai’

Jika selama 6 bulan setelah jangka waktu perlindungan hak merek berakhir (10 tahun) maka kita tidak
dapat melakukan perpanjangan lagi, dan merek yang kita pakai bukan lagi milik kita. Dan merek
tersebut dapat didaftarkan oleh orang atau badan hukum lain.

Faktor yang meneyebabkan hak merek tidak dapat diperpanjang adalah:


 Memiliki persamaan dengan indikasi geografi
 Bertentangan dengan ideologi Negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama,
kesusilaan, dan keterlibatan umum
 Memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya tradisional, warisan budaya
takbenda, nama atau logo yang sudah menjadi tradisi turun temurun.
2. Apakah membuat karakter kartun menjadi sebuah bentuk (boneka, patung, miniatur dan lain
sebagainya) merupakan pelanggaran hak desain industri?
Jawaban: dalam membuat karakter kartun menjadi sebuah bentuh boneka,miniatur dan lain sebagainya
belum saya jumpai artikel yang membahas ini.
Apabila membuat karakter kartun menjadi merek atau menjadikan gambar hiasan produk merupakan
pelanggaran hak desain industri apabila pemilik merek tersebut menjual produknya tanpa izin dari
pemegang hak cipta, maka pemilik merek tersebut dapat dianggap melakukan dugaan pembajakan
sebagaimana ketentuan UUHC. Dan setelah trbukti melakukan pembajakan atau pelanggaran hak
ekonomi lainnya yang tercantum dalam pasal 9 ayat (1) UUHC, maka pelaku dapat dikenakan sanksi
yang terdapat pada pasal 113UUHC berupa:
 Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i UUHC untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100 juta.
 Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h UUHC untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500 juta.
 Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g UUHC untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp1 miliar.
 Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada angka 3 yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4 miliar.

3. Apakah meniru komposisi yang tertera di belakang kemasan merupakan pelanggaran dari hak
perlindungan rahasia dagang?Jelaskan

Jawaban:
Apabila secara nyata suatu produk meniru komposisi yang tertera di belakang kemasan maka hal
tersebut dapat dikatan sebagai ketentuan rahasia dagang.
Sanksi bagi pihak yang melanggar ketentuan Rahasia Dagang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UU
Rahasia Dagang:

 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak lain atau
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2(dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga
ratus juta Rupiah).

 Pasal 13 UU Rahasia Dagang berbunyi:


Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan
Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak
tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan.

 Pasal 14 UU Rahasia Dagang berbunyi:


Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau
menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai