PELAYANAN
ANESTHESI
LOKAL
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kata Anestesi pertama kali diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes
yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena
pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Sedangkan Analgesia ialah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran pasien.
Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan
kesehatan agar memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu,
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, peningkatan
mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang.
profesional dan berkualitas. Sejalan dengan upaya tersebut, agar para
tenaga kesehatan di rumah sakit dapat memberikan pelayanan prima bagi
para pasiennya, diperlukan adanya suatu pedoman pelayanan kesehatan
yang dapat digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Pelayanan Anestesiologi di Rumah Sakit merupakan salah satu
bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring
dengan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi dibidang anesthesia,
sehingga peningkatan kebutuhan tenaga anestesiologi meningkat pula.
Dimana Tenaga Anestesiologi Di Rumah Sakit Umum Daerah Pratama
Tambu masih belum berimbang dengan Pelayanan yang ada.
Pelayanan anestesiologi di rumah sakit antara lain meliputi pelayanan
anestesia/analgesia (lokal) di kamar bedah dan di luar kamar bedah,
pelayanan kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis,
resusitasi jantung paru dan otak dan pelayanan kegawatdaruratan.
Jenis pelayanan yang diberikan oleh setiap rumah sakit akan berbeda,
tergantung dari fasilitas, sarana, dan sumber daya yang dimiliki oleh rumah
sakit tersebut. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
anesthesia di Rumah Sakit, disusunlah Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi Lokal di Rumah Sakit.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari adanya pedoman pelayanan
Anestesiologi Lokal adalah sebagai berikut :
2
1. Memberikan pelayanan Anestesiologi menyeluruh disemua unit Rumah
Sakit, pelayanan anestesi lebih terprosedur berdasarkan pedoman
Anestesiologi Lokal.
2. Memberikan pelayanan anestesi lokal yang aman, efektif,
berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani
pembedahan, prosedur medik atau trauma yang menyebabkan rasa
nyeri, kecemasan dan stress psikis lain.
3. Melakukan resusitasi jantung, paru, dan otak (bantuan hidup dasar,
lanjutan dan jangka panjang) pada kegawatan yang mengancam nyawa
dimanapun pasien berada (ruang rawat jalan, ruang gawat darurat,
kamar bedah, ruang pulih)
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan anestesi lokal adalah tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter umum dalam kerjasama tim meliputi penilaian para operatif (pra
anastesia), intra anastesia dan pasca anastesia serta gawat darurat
dan penatalaksanaan nyeri akut dan kronis.
2. Resusitasi jantung paru adalah Pelayanan tindakan resusitasi meliputi
bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Nomor 29 tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran
4. Standar Dan Pedoman Pelayanan Anestesiologi Indonesia 2008.
3
BAB II
PENGORGANISASIAN
A. Struktur Organisasi
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan anestesi
lokal perlunya di tata pengorganisasian pelayanan dengan tugas, tanggung jawab, dan
hubungan kerja yang jelas meliputi bidang administrative maupun secara tehnis medis
disesuaikan dengan jenis dan kelas RSUD Pratama Tambu, Sarana dan Pra sarana serta
sumber daya manusia yang tersedia.
2. Perawat
a. Tugas
1) Melakukan asuhan keperawatan pra-anastesi yang
meliputi:
a) Pengkajian keperawatan pra – anastesi lokal
b) Pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien
4
c) Pemeriksaan tanda-tanda vital
d) Persiapan administrasi pasien
e) Analisis hasil pengkajian dan merumuskan malasah
pasien.
f) Evaluasi tindakan keperawatan pra anastesi secara
mandiri dan kolaborasi.
g) Mendokumentasikan hasil penilaian anamneses/
pengkajian.
h) Persiapan alat anastesi lokal secara menyuluruh setiap
kali akan digunakan.
i) Memastikan monitor dalam keadaan baik dan siap
pakai.
j) Pengontrolan penyediaaan obat-obatan dan cairan
setiap hari.
k) Memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat
anastesi maupun obat emergensi tersedia sesuai
standar RSUD Pratama Tambu
l) Memastikn tersedianya sarana pra sarana anastesai
berdasarkan jadwal, waktu dan jenis operasi tersebut.
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter umum, meliputi :
a) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
perencanaan.
b) Membantu pelaksanaan anastesi sesuai dengan
instruksi dokter umum.
c) Membantu pemasangan alat monitoring non invasive.
d) Mengatasi penyulit yang timbul.
e) Pemeliharaan jalan nafas
f) Pengakhiran tindakan anastesi
g) Pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan
secara baik dan benar.
3) Melakukan asuhan keperawatan pasca anastesi lokal meliputi :
a) Merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan
anastesi lokal.
b) Pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri
c) Pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat
kesehatan yang dipakai.
d) Pemeliharaan peralatan agar siap dipakai pada
5
tindakan anastesi selanjutnya
b. Tanggung jawab
1) Perawat bertanggung jawab langsung kepada dokter
umum.
2) Menjamin terlaksananya pelayanan/asuhan keperawatan
anastesi lokal.
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan anastesi lokal
sesuai standar.
b. Tanggung jawab
1) Pelaksanaan tata persuratan dan kearsipan, rumah tangga
dan bendahara yang baik.
2) Pelaksanaan system dokumentasi dan pelaporan
pelayanan anastesi.
6
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
b. Pemeriksaan Fisik
1) Berat badan untuk menentukan dosis obat yang akan digunakan.
9
2) Pemeriksaan vital sign : tensi, nadi, respiratory rate, dan suhu.
2. Pra Induksi
Asesmen pra induksi diilakukan di ruang penerimaan pasien oleh dokter
umum dan minimal satu perawat. Tujuan dari asesmen pra induksi lebih
berfokus pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi
sesaat sebelum induksi anestesi.
3. Sign In
Dilakukan di kamar operasi, dihadiri minimal oleh perawat dan dokter
umum. Dilakukan kembali anamnesa ulang pada pasien dalam kondisi
sadar penuh.
Konfirmasi pasien meliputi :
a. Identitas : nama pasien, dengan cara menanyakan langsung pada
pasien nama dan tanggal lahir pasien.
b. Gelang identitas, apakah sudah sesuai.
c. Persetujuan operasi dan persetujuan anestesi lokal : apakah sudah
ditanda tangani oleh pasien dan wakil keluarga pasien.
d. Pasien di cek dengan pulse oksimeter untuk mengetahui saturasi
oksigen dan tekanan darah sebelum dilakukan tindakan anestesi
lokal.
6. Pasca Anestesi
a. Monitoring di ruang pemulihan meliputi :tekanan darah, suhu, nadi,
SpO2, nyeri, perdarahan.
b. Pasien akan dipulangkan jika kondisi stabil (nyeri dan perdarahan
teratasi).
11
BAB V
LOGISTIK
Pengadaan obat dan bahan medis habis pakai anestesi lokal adalah prosedur
penyediaan obat habis pakai ke bagian logistik RS. Prosedur pengadaan obat
dan bahan medis anastesi habis pakai yaitu sebagai berikut:
Gudang Logistik :
1. Petugas adiministrasi kamar bedah mengajukan permintaan alat yang
dibutuhkan di kamar bedah secara tertulis.
2. Daftar permintaan tersebut ditanda tangani oleh Penanggung Jawab
Kamar Bedah kemudian diserahkan kepada petugas gudang logistik
untuk mendapat realisasi.
3. Setelah terealisasi, bagian administrasi kamar bedah akan mengambil
barang di bagian logistik beserta lembar serah terima.
4. Bagian administrasi akan mengecek barang yang diterima dengan
lembar permintaan dan menandatangani lembar penyerahan.
12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Identifikasi Pasien
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk memastikan ketepatan
identitas pasien dan ketepatan jenis layanan. Dilakukan pada saat serah
terima pasien:
1. mengecek identitas pasien yang tercantum di gelang identitas dengan
rekam medis pasien.
2. Memastikan ketepatan identitas pasien dengan cara :
a. Pada pasien yang kompeten dalam berkomunikasi : tanyakan
langsung kepada pasien ; nama lengkap, tanggal lahir / umur.
b. Pada pasien yang tidak kompeten dalam berkomunikasi : tanyakan
identitas pasien kepada keluarga dan atau petugas yang mengantar
pasien.
c. Mencocokkan jawaban pasien / keluarga / petugas yang mengantar
dengan identitas yang tertera pada gelang yang akan dipakai (nama
lengkap, tanggal lahir / umur).
E. Resiko Infeksi
Dalam Five Momment for Hand Hygiene semua Petugas harus melakukan
prosedur cuci tangan Asepstik sesuai Kebijakan Kebersihan Tangan RS.
14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
15
BAB VIII
PENYELENGARAAN PELAYANAN ANESTESI LOKAL
A. Alur Pasien
Pasien yang membutuhkan pelayanan anestesi lokal di Rumah Sakit dapat berasal
dari unit rawat jalan.
Pasien
URJ
Farmasi
Unit Bedah
Kasir
Pulang
B. Pembiayaan
Pembiayaan Penyelenggaraan pelayanan Anestesi lokal bagi Rumah Sakit dapat
diperoleh dari :
a. APBD
b. Jamkesmas / KIS
c. Sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
C. Pengendalian Limbah
Pengendalian limbah di Rumah Sakit meliputi pengelolaan limbah padat, cair, bahan
gas yang bersifat infeksius yang diolah secara terpisah.
D. Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan perubahan-perubahan dan kejadian yang terkait dengan persiapan dan
pelaksanaan pengelolaan pasien selama pra-anestesi, pemantauan durante
anestesi dan pasca anestesia diruang pulih dicatat secara kronologis dalam
catatan anestesia yang disertakan dalam rekam medik pasien. Catatan anestesi
ini dilakukan verifikasi dan ditanda tangani oleh dokter penanggung jawab pasien
yang melakukan tindakan anestesia lokal dan bertanggung jawab atas semua
yang dicatat tersebut.
16
BAB IX
PENGEMBANGAN PELAYANAN
17
BAB X
PENUTUP
18
19