Anda di halaman 1dari 4

Peraturan

 Keputusan Menteri Keuangan - 328/KMK.03/2011, 4 Okt 2011  Pencarian Peraturan

 
KEPUTUSAN MENTERI
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 328/KMK.03/2011

TENTANG

PENETAPAN TATA CARA PEMBAHASAN KEBERATAN DAN REVIU


ATAS KEPUTUSAN KEBERATAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka lebih memberikan rasa keadilan kepada


Wajib
Pajak dan guna
meningkatkan  kualitas hasil penelitian
keberatan
perlu melakukan penyempurnaan terhadap
mekanisme pembahasan dalam
rangka penyelesaian keberatan dengan melibatkan Tim
Pembahas Keberatan
dalam pembahasan keberatan;
b. bahwa dalam rangka melakukan pengawasan kinerja dan untuk
lebih
meningkatkan pelayanan
serta  kualitas dari proses penanganan
keberatan dan/atau banding yang dilakukan Unit
Pelaksana
Penelitian  Keberatan, perlu dilakukan reviu oleh Inspektorat
Jenderal Kementerian
Keuangan terhadap keputusan  keberatan
yang
diajukan banding dan diputus oleh Pengadilan
Pajak dengan putusan yang
mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a
dan huruf b, perlu
menetapkan  Keputusan Menteri Keuangan
tentang
Penetapan Tata Cara Pembahasan Keberatan
dan Reviu atas Keputusan
Keberatan;

Mengingat :

1. Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
(Lembaran  Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia  Nomor
3262)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009
Nomor
62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4999);
2. Peraturan
Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban  Perpajakan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata
Cara  Perpajakan
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007
Nomor
169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4797);
3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang
Standar Audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah;
6. Pearturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.09/2010 tentang
Pemberian Data dan Informasi
Dalam  Rangka Pengawasan oleh
Inspektorat Jenderal terhadap Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
Unit Eselon
I di Lingkungan Kementerian Keuangan;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN TATA CARA


PEMBAHASAN KEBERATAN DAN
REVIU ATAS KEPUTUSAN KEBERATAN.

PERTAMA :

Menugaskan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan pembahasan terhadap


hasil penelitian dari
Tim Peneliti Keberatan atas pengajuan keberatan
oleh Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :

1. Pengajuan
keberatan mengandung sengketa yang terkait dengan Transfer Pricing
dan/atau
penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B);
2. Pengajuan
keberatan diajukan oleh Wajib Pajak yang melakukan Penanaman
Modal di bidang-
bidang  usaha tertentu yang berprioritas tinggi
dalam
skala nasional yang ditetapkan Menteri
Keuangan;
3. Pengajuan
keberatan atas 1 (satu) surat ketetapan pajak dengan nilai sebesar :

a. di atas Rp 75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima miliar


rupiah)
untuk Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Besar;
b. di atas Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) untuk
Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta
Khusus ;
c. di
atas Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) untuk Kantor
Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak di dalam wilayah Jakarta;dan
d. di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
untuk
Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak di luar wilayah
Jakarta.

4. Pengajuan
keberatan oleh Wajib Pajak yang terhadapnya dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan
lebih dari satu ketetapan pajak dengan
ketentuan :

a. salah satu ketetapan pajaknya memenuhi kriteria


sebagaimana dimaksud pada angka
1, angka 2, atau angka 3; dan
b. ketetapan pajak lainnya juga termasuk yang dilakukan
pembahasan keberatan;atau

5. Pengajuan
keberatan selain sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2,
angka 3, dan angka
4, yang kriterianya ditetapkan oleh
Direktur
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.

KEDUA :

Dalam rangka menjalankan tugas  untuk melakukan pembahasan


sebagaimana dimaksud dalam
Diktum PERTAMA, Direktur Jenderal Pajak
menugaskan Direktur Keberatan dan Banding dan Kepala
Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak untuk menunjuk Tim Pembahas Keberatan.

KETIGA :

Tim Pembahas Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA,


melakukan pembahasan
bersama-sama dengan Tim Peneliti Keberatan sebelum
diterbitkan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir
(SPUH).

KEEMPAT :

Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA dapat


digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi Tim Peneliti
Keberatan untuk menyampaikan hasil telaahan dan
menentukan usul, saran
dan/atau pendapat dan/atau telaahan dalam rangka pemecahan
permasalahan
dan/atau penyelesaian keberatan.

KELIMA :

Struktur keanggotaan Tim Pembahas Keberatan sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KEDUA
ditetapkan sebagai berikut :

1. Tim
Pembahas Keberatan terdiri dari Ketua dan Anggota.
2. Penunjukan
keanggotaan Tim Pembahas Keberatan dimaksud pada angka 1, dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk
Kantor Wilayah sebagai Unit Pelaksana Penelitian Keberatan;

1) Keanggotaan
Tim Pembahas Keberatan terdiri dari unsur-unsur :

a) Kepala
Seksi dan Penelaah Keberatan pada bidang pengurangan
keberatan  dan
banding pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau
bidang  keberatan dan
banding pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor
Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Khusus;
b) Pegawai
Negeri Sipil yang dipandang ahli di bidang tertentu
dan/atau  fungsional
pemeriksa pajak dan/atau fungsional
penilai
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak.
2) Kepala
Seksi dan Penelaah Keberatan sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf
a),  tidak termasuk dalam Tim Peneliti Keberatan yang melakukan
pemrosesan
keberatan yang sedang dilakukan pembahasan.
b. Untuk
Direktorat Keberatan dan Banding sebagai Unit Pelaksana Penelitian
Keberatan :

1) Keanggotaan
Tim Pembahas Keberatan terdiri dari unsur-unsur :

a) Kepala
Seksi dan Penelaah Keberatan pada Sub Direktorat
Pengurangan  dan
Keberatan Direktorat Keberatan dan Banding;
b) Pegawai
Negeri Sipil yang dipandang ahli di bidang tertentu
dan/atau  fungsional
pemeriksa pajak dan/atau fungsional
penilai
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak.
2) Kepala
Seksi dan Penelaah Keberatan sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf
a),  tidak termasuk dalam Tim Peneliti Keberatan yang melakukan
pemrosesan pengurangan dan keberatan yang sedang dilakukan
pembahasan.

KEENAM :

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Tim Pembahs Keberatan,


dapat dibentuk
Sekretariat yang membantu Tim Pembahas Keberatan, yang
terdiri dari :

1. Sekretariat Tim Pembahas Keberatan pada Bidang Pengurangan


Keberatan dan Banding atau
Bidang Keberatan dan Banding, jika
Unit
Pelaksana Penelitian Keberatan adalah Kantor Wilayah;
2. Sekretariat Tim Pembahas Keberatan pada Sub Direktorat
Pengurangan dan Keberatan
Direktorat  Keberatan dan Banding,
jika
Unit Pelaksana Penelitian Keberatan adalah Direktorat
Keberatan
dan Banding.

KETUJUH :

Tata cara pelaksanaan pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Diktum


PERTAMA, tugas dan
mekanisme pembahasan oleh Tim Pembahas Keberatan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUA dan Diktum KETIGA, serta
penunjukan keanggotaan dan tugas Sekretariat sebagaimana
dimaksud dalam
Diktum KEENAM ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

KEDELAPAN :

Menugaskan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan untuk melakukan


reviu secara uji petik
terhadap keputusan keberatan yang diajukan
banding dan diputus oleh Pengadilan Pajak dengan
putusan yang
mengabulkan sebagian atau seluruhnya.

KESEMBILAN :

Hasil reviu terhadap keputusan keberatan sebagaimana dimaksud pada


Diktum KEDELAPAN
disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
Pajak dan tembusan kepada unit di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak
yang terkait.

KESEPULUH :

Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti penyampaian hasil reviu


terhadap keputusan keberatan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEMBILAN dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak hasil
reviu diterima.

KESEBELAS :

Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan dalam rangka melaksanakan tugas


untuk melakukan
reviu atas keputusan keberatan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDELAPAN menyampaikan
laporan kepada Menteri Keuangan.

KEDUABELAS :

Tata cara pelaksanaan reviu keputusan keberatan dan format bentuk


penyampaian hasil reviu
ditetapkan dengan Keputusan Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan.

KETIGABELAS :

1. Pembahasan oleh Tim Pembahas Keberatan terhadap hasil


penelitian
dari Tim Peneliti Keberatan
atas  pengajuan keberatan oleh
Wajib
Pajak, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ini,
dilakukan terhadap permohonan keberatan yang diajukan sejak
tanggal 1 September 2011.
2. Pelaksanaan reviu secara uji petik terhadap keputusan
keberatan
yang diajukan banding,
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
ini
dilakukan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

KEEMPATBELAS :

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada :

1. Wakil Menteri Keuangan;


2. Sekretaris Jenderal;
3. Inspektur Jenderal;
4. Direktur Jenderal Pajak;
5. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan.

Ditetapkan di Jakarta

pad tanggal 04 Oktober 2011

MENTERI KEUANGAN

ttd

AGUS D.W. MARTOWARDOJO

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara ekslusif untuk www.ortax.org dan
TaxBase

back to top

Anda mungkin juga menyukai