TENTANG
A. Umum
Tahun 2017 merupakan bagian dari tahun pelaksanaan Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dan Tahun Rekonsiliasi
sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ/2015 tentang Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019.
Pada masa pelaksanaan Pengampunan Pajak, kegiatan pemeriksaan dilakukan untuk mendorong
masyarakat mengikuti Pengampunan Pajak, sedangkan setelah masa Pengampunan Pajak berakhir,
pengujian kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan diprioritaskan kepada
Wajib Pajak yang tidak mengikuti program Pengampunan Pajak selama masa Pengampunan Pajak
berlangsung.
Penyusunan dan penetapan Daftar Sasaran Prioritas Pemeriksaan untuk menyiapkan bahan baku
pemeriksaan, manajemen penyelesaian Pemeriksaan SPT Lebih Bayar Restitusi, optimalisasi Petugas
Pemeriksa Pajak, pemeriksaan khusus paska Pengampunan Pajak dan pemeriksaan tematik secara
nasional dan regional adalah beberapa hal yang menjadi pokok strategi pemeriksaan yang dibutuhkan
dalam rangka mengamankan target extra effort pemeriksaan dan penagihan pada tahun 2017.
Untuk mengakomodir pelaksanaan beberapa hal di atas, Direktur Jenderal Pajak perlu menetapkan
Surat Edaran tentang Rencana, Strategi dan Pengukuran Kinerja Pemeriksaan Tahun 2017 untuk
meningkatkan pemeriksaan yang efektif dan kepatuhan Wajib Pajak yang berkelanjutan dalam rangka
menyukseskan pelaksanaan Pengampunan Pajak dan pengamanan penerimaan Tahun 2017.
1. Maksud
Maksud diterbitkan Surat Edaran ini adalah untuk meningkatkan pemeriksaan yang efektif
melalui suatu rencana, strategi, dan pengukuran kinerja pemeriksaan sehingga dapat
meningkatkan penerimaan dari pemeriksaan dan memberikan efek penggentar (deterrent
effect) dalam rangka mewujudkan kepatuhan Wajib Pajak secara berkelanjutan.
2. Tujuan
Surat Edaran ini diterbitkan sebagai pedoman untuk:
a. meningkatkan pemeriksaan yang efektif guna mewujudkan kepatuhan Wajib Pajak
secara berkelanjutan;
b. mengukur kinerja pemeriksaan;
c. mendukung dan menindaklanjuti pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pengampunan Pajak; dan
d. memperkuat fungsi pemeriksaan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
kepercayaan Wajib Pajak terhadap Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
C. Ruang Lingkup
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
(Undang-Undang KUP).
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Undang-Undang PPh)
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 (Undang-Undang PPN).
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Undang-Undang
Pengampunan Pajak).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015.
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti
Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2016.
11. Keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ/2015 tentang Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Pajak Tahun 2015-2019.
12. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2016 tentang Kebijakan Pemeriksaan.
E. Materi
1. Rencana Pemeriksaan
a. Target Pemeriksaan
1) Target Extra Effort
Target extra effort Pemeriksaan dan Penagihan adalah komponen dari target
pemeriksaan dan penagihan yang harus dicapai oleh setiap Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) yang dikoordinasikan serta dikendalikan oleh Kantor Wilayah
(Kanwil) DJP dan Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan. Realisasi penerimaan
extra effort hasil pemeriksaan dan penagihan adalah jumlah penerimaan pajak
yang dapat dicairkan (direalisasikan) yang berasal dari pembayaran atau
pelunasan atas SKPKB/SKPKBT/STP yang terbit pada tahun 2017, serta
pembayaran atau pelunasan atas SKPKB/SKPKBT/STP yang terbit pada tahun
2016 dan tahun-tahun sebelumnya.
Target extra effort hasil pemeriksaan dan penagihan untuk tahun 2017
ditetapkan dengan Surat Direktur Jenderal Pajak.
b. Fokus Pemeriksaan
1) fokus pemeriksaan ditetapkan untuk periode pemeriksaan yang dilakukan pada
masa berlakunya Pengampunan Pajak yaitu sampai dengan 31 Maret 2017 dan
periode setelah berakhirnya Pengampunan Pajak;
2) fokus pemeriksaan terdiri dari Fokus Pemeriksaan Nasional, Fokus Pemeriksaan
Kanwil DJP, dan Fokus Pemeriksaan KPP, dan
3) penetapan fokus pemeriksaan ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
2. Strategi Pemeriksaan
Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas pemeriksaan yang efektif guna mencapai
kepatuhan Wajib Pajak yang berkelanjutan diperlukan adanya strategi yang meliputi:
a. Daftar Sasaran Prioritas Pemeriksaan (DSPP)
1) Dalam rangka memastikan pencapaian target pencairan Surat Ketetapan Pajak
(SKP) tahun 2017 yang telah ditetapkan, Kepala KPP wajib menyusun DSPP
sesuai dengan rencana fokus pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
huruf E angka 1 huruf b sesuai dengan contoh format dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
2) DSPP sebagaimana dimaksud pada angka 1) dibahas dan ditetapkan secara
bersama-sama oleh Kepala KPP dan Kepala Kanwil DJP serta disampaikan
kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
3) Dalam melakukan pembahasan dan penetapan DSPP, Kepala KPP dan Kepala
Kanwil DJP harus meyakini bahwa terdapat data yang menunjukkan adanya
potensi pajak yang belum dilaporkan dengan benar oleh Wajib Pajak yang
diusulkan dalam DSPP.
4) Penerbitan instruksi pemeriksaan khusus atas Wajib Pajak yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada angka 2) dilakukan dengan ketentuan:
a) apabila penerbitan instruksi dilakukan sebelum 1 April 2017 maka
penerbitannya dilakukan sesuai dengan Instruksi Direktur Jenderal
Pajak Nomor INS-12/PJ/2016; dan
b) apabila penerbitan instruksi dilakukan setelah 31 Maret 2017 maka
penerbitannya dilakukan sesuai dengan SE-06/PJ/2016.
4) Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap SPT Masa PPN Lebih Bayar (LB)
Restitusi yang terdapat kompensasi dari masa-masa pajak sebelumnya dan
atas masa pajak yang menyatakan LB kompensasi tersebut juga sedang
dilakukan pemeriksaan, maka penyelesaian pemeriksaan LB kompensasi
tersebut diselesaikan sebelum penyelesaian pemeriksaan LB restitusi.
d. Strategi pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mengikuti Pengampunan Pajak dan
Wajib Pajak yang tidak mengikuti Pengampunan Pajak.
1) Setelah berlakunya Undang-Undang Pengampunan Pajak, maka perlu
dibedakan antara kebijakan dan strategi pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
yang telah mengikuti Pengampunan Pajak maupun Wajib Pajak yang tidak
mengikuti Pengampunan Pajak.
3) Kebijakan dan strategi pemeriksaan untuk Wajib Pajak yang tidak mengikuti
Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:
a) Wajib Pajak yang tidak mengikuti Pengampunan Pajak dapat dilakukan
pemeriksaan pajak untuk masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun
pajak yang belum daluwarsa penetapan;
b) dalam hal Wajib Pajak yang tidak mengikuti Pengampunan Pajak
sedang dilakukan pemeriksaan maka pemeriksa pajak sekaligus
melakukan penelusuran harta (asset tracing) untuk menemukan harta
Wajib Pajak yang belum dilaporkan pada SPT Tahunan PPh dalam
rangka pelaksanaan Pasal 18 Undang-Undang Pengampunan Pajak;
c) penelusuran harta sebagaimana dimaksud pada huruf b) dapat
menggunakan data dan/atau informasi yang berasal dari Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak maupun berdasarkan kondisi
lapangan, yang menunjukkan Wajib Pajak mempunyai harta yang
belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh;
d) apabila pada saat pemeriksaan diperoleh data dan/atau informasi
berupa harta yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh maka
Pemeriksa Pajak harus memproduksi data tentang harta yang belum
dilaporkan tersebut dan dikirimkan kepada Direktorat Potensi,
Kepatuhan, dan Penerimaan; dan
e) apabila KPP memperoleh data dan/atau informasi berupa harta yang
belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh baik yang berasal Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak maupun berdasarkan kondisi
lapangan maka data dan/atau informasi berupa harta tersebut setelah
dilakukan penelitian, digunakan sebagai dasar untuk mengusulkan
pemeriksaan khusus berdasarkan keterangan lain berupa data Harta
Bersih sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pengampunan
Pajak dan aturan pelaksanaannya.
e. Revitalisasi kegiatan pemeriksaan pada KPP di lingkungan Kanwil DJP Wajib Pajak
Besar, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus, dan KPP Madya di seluruh
Indonesia.
1) Sebagai KPP penentu penerimaan secara nasional, kegiatan pemeriksaan pada
KPP tersebut perlu direvitalisasi dalam rangka optimalisasi penyelesaian
pemeriksaan restitusi PPN, penyelesaian pemeriksaan rutin seluruh jenis pajak,
pemeriksaan khusus berdasarkan analisis risiko, dan pemeriksaan oleh Petugas
Pemeriksa Pajak.
b. Pengendalian
1) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dan Kepala Kanwil DJP melakukan
pengendalian terhadap kinerja pemeriksaan.
2) Pengendalian dilakukan melalui:
a) Pembentukan tim bimbingan teknis, reviu, dan penelaahan sejawat
oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP.
b) Bimbingan teknis dilakukan sesuai dengan SE-06/PJ/2016.
c) Reviu dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-83/PJ/2009 tentang Reviu (Penelaahan) dan Penelaahan
Sejawat (Peer Review).
d) Ruang lingkup materi reviu mengacu pada rencana pemeriksaan
(audit plan) yang telah disetujui oleh Kepala UP2.
e) Penelaahan sejawat (Peer Review) dilakukan sesuai dengan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-49/PJ/2012 tentang
Penelaahan Sejawat (Peer Review) Pemeriksaan.
3) Pengendalian dilakukan mulai pada tahap persiapan (penyusunan rencana
pemeriksaan/audit plan dan program pemeriksaan/audit program),
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan.
F. Penutup
1. Kebijakan pemeriksaan yang tidak diatur secara khusus dalam Surat Edaran ini tetap mengacu
pada kebijakan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-06/PJ/2016.
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 April 2017
DIREKTUR JENDERAL,
ttd.
KEN DWIJUGIASTEADI
NIP 195711081984081001