Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMORPER-31/BC/2017
TENTANG
STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 34


angka 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK 258/PMK.04/2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011 tentang Audit
Kepabeanan dan Audit Cukai, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Standar Audit
Kepabeanan dan Audit Cukai,
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1995 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661),
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor
76 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3613) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 105 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4755):
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011
tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
258/PMK.04/2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011 tentang Audit
Kepabeanan dan Audit Cukai,
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI


TENTANG STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI.
BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud


dengan:
1. Audit adalah audit di bidang kepabeanan dan/atau audit
di bidang cukai. |
2. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan
tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan

Undang-Undang Kepabeanan dan/atau Undang-Undang


Cukai.
3. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dani
Cukai.
4. Direktur adalah Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai.
Tim Audit adalah tim yang diberi tugas untuk
melaksanakan Audit Kepabeanan dan/atau Audit Cukai
berdasarkan surat tugas atau surat perintah.
6. Auditee adalah perseorangan atau badan hukum yang

diaudit oleh Tim Audit.


7. Laporan Hasil Audit yang selanjutnya disebut LHA adalah
laporan pelaksanaan Audit Kepabeanan dan/atau Audit
Cukai yang disusun oleh Tim Audit sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan Audit.
8. Auditor adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang telah memperoleh sertifikat keahlian sebagai
auditor yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab
untuk melaksanakan Audit Kepabeanan dan/atau Audit
Cukai.
Sisa
9. Standar Audit Kepabeanan dan Audit Cukai yang
selanjutnya disebut dengan Standar Audit adalah
pedoman auditor dalam melaksanakan penugasan audit
kepabeanan dan audit cukai.
10. Kertas Kerja Audit yang selanjutnya disebut KKA adalah
catatan yang dibuat oleh Tim Audit mengenai prosedur
yang digunakan, pengujian yang dilakukan, informasi
yang diperoleh, dan kesimpulan yang didapatkan selama
penugasan.

BABII

STANDAR AUDIT

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2

(1) Audit dilaksanakan berdasarkan Standar Audit.


(2) Standar Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. standar umum,

b. standar pelaksanaan, dan


c. standar pelaporan.
(3) Standar Audit digunakan sebagai ukuran untuk menjamin
mutu Audit.
Bagian Kedua
Standar Umum

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas Audit, seorang Auditor harus


memenuhistandar umum yang meliputi:

a. Telah mendapat pendidikan dan memenuhi kompetensi


teknis serta memiliki keterampilan, pengetahuan dan
keahlian sebagai Auditor,
b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara, dan
c. Menggunakan keterampilannya dan kemampuannya secara
cermat dan seksama.
Bagian Ketiga
Standar Pelaksanaan
Pasal 4

Pelaksanaan Audit dalam rangka menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban kepabeanan dan cukai harus dilakukan
sesuai standar pelaksanaan meliputi:
a. dilakukan persiapan pelaksanaan Audit sesuai dengan
tujuan Audit,
Audit dilaksanakan berdasarkan metode Audit dan teknik
Audit sesuai dengan program Audit yang telah disusun,
Temuan hasil Audit harus didasarkan pada bukti yang
kompeten dan cukup berdasarkan data yang terukur dan
sesuai dengan Undang-Undang Kepabeanan dan Undang-
Undang Cukai.
Audit dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, tempat tinggal atau tempat kedudukan Auditee,

tempat kegiatan usaha atau pekerjaan Auditee, dan/atau


tempat lain yang dianggap perlu oleh Tim Audit pada jam
kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam

kerja.
KKA harus disusun dengan baik, dapat menggambarkan
keseluruhan proses Audit, dan digunakan sebagai dasar
pelaporan pelaksanaan Audit.

Bagian Keempat
Standar Pelaporan
Pasal 5

Hasil pelaksanaan kegiatan Audit dilaporkan dalam bentuk LHA


yang disusun sesuai standar pelaporan yang meliputi:

@. LHA disusun, ditandatanganioleh Auditor dan diberi nomor


dan tanggal serta disampaikan kepada auditee dan/atau
pihak yang terkait.
LHA disusun secara ringkas dan jelas, dengan memuat
paling sedikit:
1) ruang lingkup dan butir-butir yang diperiksa sesuai
dengan tujuan Audit,
2) kesimpulan Tim Audit yang didukung temuan Audit
terkait dengan tingkat kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan Kepabeanan dan Cukai: dan
3) rekomendasi Tim Audit.
kesimpulan dan/atau rekomendasi harus jelas dan objektif
sehingga mudah dipahami.
pelaporan hasil Audit dapat mengungkapkan prosedur yang
tidak atau belum dapat diselesaikan selama proses Audit
dengandisertai alasan yang jelas.
pelaporan hasil Audit harus memuat pernyataan bahwa
audit telah dilakukan sesuai dengan StandarAudit.
dalam hal pelaporan hasil Audit menyatakan bahwa Audit
tidak dapat dilakukan sesuai dengan Standar Audit, Tim
Audit harus mencantumkan alasannya pada LHA.
tanggung jawab Auditor terbatas pada kesimpulan
dan/atau rekomendasi, sedangkan kebenaran data audit

merupakan tanggung jawab Auditee dan pihak terkait.

BABIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 6
(1) Pelaksanaan dan pelaporan Audit mengacu pada
peraturan Direktur Jenderal yang mengatur tentang tata
laksana audit.

Auditor tidak dapat dikenai sanksi dalam hal pelaksanaan

Audit telah sesuai dengan Standar Audit, berdasarkan


itikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan Kepabeanan dan Cukai.

Penjelasan lebih lanjut tentang:


a. standar umum,
b. standar pelaksanaan, dan
c. standar pelaporan,

sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal
ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku,


Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
PER-7/BC/2012 tentang Standar Audit Kepabeanan dan Audit
Cukai dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 13 November 2017
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-ttd-

HERU PAMBUDI,

Salinan sesuai dengan aslinya


Sekretaris Direktorat Jenderal

. WahjudiAdrij anto
NIP19700412 198912 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
NOMORPER-31/BC/2017
TENTANG
STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN
AUDIT CUKAI

Standar Audit Kepabeanan Dan Audit Cukai

Standar Audit terdiri dari :

1. Standar Umum
a. Telah mendapat pendidikan dan memenuhi kompetensiteknis serta memiliki
keterampilan, pengetahuan dan keahlian sebagai Auditor,

1) Telah mendapat pendidikan dan memenuhi kompetensi teknis serta


memiliki keterampilan, pengetahuan dan keahlian sebagai Auditor.

2) Auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di


bidang kepabeanan dan cukai, akuntansi, dan audit.
Auditor diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang lingkungan dan
proses bisnis auditee.
Auditor harus memiliki keterampilan berkomunikasi secara jelas dan
efektif, baik secara lisan maupuntulisan.
Auditor harus memelihara dan meningkatkan keahlian, pengetahuan dan
kompetensinya untuk menjamin keahlian, pengetahuan dan
kompetensinya sesuai dengan kebutuhan Audit.

6) Auditor harus memiliki sertifikat keahlian ditandatangani oleh Direktur


Audit atas nama Direktur Jenderal.
b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara, dan

1) Auditor dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan tercela serta
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun
golongan.

2) Auditor harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3) Dalam pelaksanaan Audit, Auditor harus bebas dalam sikap, mental dan
penampilan dari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensinya.

4) Hal-hal berikut termasuk dalam mengganggu independensi Auditor:


i. memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan Auditee.
ii. memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan Auditee.
iii. pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan
dengan masalah kepabeanan dan cukai, perpajakan, akuntansi,
ataupun keuangan kepada Auditee dalam kurun waktu 2 (dua)
tahun terakhir.
iv. memiliki teman dekat/keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil
Auditee yang diperiksa, atau
v. keadaan, kondisi, dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut
pertimbangan auditor dapat mengganggu independensi
S) Auditor harus memberitahukan kepada penerbit Surat Tugas/Surat
Perintah apabila mendapati atau mengalami gangguan independensi.
6) Dalam pelaksanaan Audit, Auditor harus menjaga kerahasiaan informasi
yang diperoleh dan dilarang memberitahukan informasi tersebut kepada
pihaklain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Menggunakan keterampilannya dan kemampuannya secara cermat dan
seksama.
1) Auditor harus mampu menggunakan teknik audit sesuai dengan ruang
lingkup penugasan audit.
2) Auditor harus menggunakan keterampilan dan kemampuannya secara
profesional, cermat dan seksama, objektif, independen, dan selalu

menjaga integritas.
3) Auditor dianggap telah menggunakan keterampilan dan kemampuannya
secara cermat dan seksama apabila dalam melaksanakan Audit
didasarkan pada itikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangandibidang Kepabeanan dan Cukai.

2. Standar Pelaksanaan

a. Dilakukan persiapan pelaksanaan Audit sesuai dengan tujuan Audit,

Pelaksanaan Audit harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai


dengan tujuan Audit Kepabeanan dan Cukai. Kegiatan persiapan Audit
tersebut yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan
mempelajari data Auditee, menyusun Rencana Kerja Audit, dan menyusun
Program Audit, serta mendapat supervisi dan pengawasan yang seksama.

1) Kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data auditee, meliputi:


a. Mempelajari profil dan proses bisnis auditee
b. Mempelajari dan memahamipengendalian internal auditee
Menganalisis data keuangan auditee
2 p

Mempelajari data lain yang relevan, baik dari Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai maupun dari pihak lain.
2) Penyusunan RencanaKerja Audit
a. RencanaKerja Audit disusun oleh Ketua Auditor.
b. Rencana Kerja Audit disusun berdasarkan identifikasi masalah yang
dilakukan Ketua Auditor atas data Auditee yang telah dikumpulkan
dan dipelajari.
Rencana Kerja Audit harus ditelaah oleh Pengendali Teknis Audit (PTA)
dan mendapat persetujuan dari PMA. .
d. Rencana Kerja Audit dapat dilakukan perubahan jika Tim Audit
menemukan kondisi yang berbeda saat melakukan Audit terhadap
Auditee dengan kondisi awal yang dijadikan pertimbangan saat
membuat Rencana Audit.
. Perubahan Rencana Kerja Audit dapat disetujui atau ditolak
berdasarkan pertimbangan PMA.
Perubahan Rencana Kerja Audit harus memperhatikan jangka waktu
Audit.
Realisasi Rencana Kerja Audit di evaluasi oleh Pengendali Teknis Audit
(PTA).
3) Penyusunan Program Audit
a. Program Audit disusun oleh Ketua Auditor berdasarkan Rencana Kerja
Audit
Program Audit sekurang-kurangnya menyatakan Metode Audit, Teknik
Audit, dan Prosedur Audit yang dilakukan oleh Tim Audit.
Program Audit diperiksa oleh Pengendali Teknis Audit (PTA) dan
disetujui oleh PMA
. Dalam hal terdapat perubahan Rencana Kerja Audit berupa
penambahan sasaran audit yang akan diperiksa maka harus dibuat
Perubahan Program Audit.
&. Realiasi Program Audit dievaluasi oleh PMA.
4) Supervisi dan Pengawasan yang Seksama
a. Supervisi berupa bimbingan, pengarahan dan pengendalian terhadap
auditor dilakukan dengan seksama oleh Pengendali Teknis Audit (PTA)
dan PMA dalam setiap penugasan
b. Supervisi dilakukan untuk memastikan bahwa:
1. auditor memahamitujuan dan rencana audit
ui. audit dilaksanakan sesuai dengan Standar Audit,
iii. rencana kerja audit dan program audit telah diikuti,
iv. kertas kerja audit memuat dokumentasi bukti-bukti yang mendukung
kesimpulan, dan rekomendasi,
v. tujuan audit telah tercapai, dan
vi. LHA memuat kesimpulan dan rekomendasi.

b. Audit dilaksanakan berdasarkan metode Audit dan teknik Audit sesuai


dengan program Audit yang telah disusun.
CG. Temuanhasil Audit harus didasarkan pada bukti yang kompeten dan cukup
berdasarkan data yang terukur dan sesuai dengan Undang-Undang
Kepabeanan dan Undang-Undang Cukai.

1) Bukti kompeten adalah bukti yang valid dan relevan.


a. Valid berarti bukti dapat diandalkan untuk menyimpulkan suatu fakta.
Tingkat validitas bukti dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal sebagai berikut:
i. Independensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti.
Bukti yang diperoleh dari pihak yang independen tingkat
validitasnya lebih tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh dari
pihak yang tidak independen. Selain independensi, perlu juga
memperhatikan hubungan pihak yang memberikan bukti dengan
bukti yang diberikan.
ii. Kondisi bukti diperoleh.

Tingkat kesulitan mendapatkan bukti yang dipengaruhi situasi


dan/atau kondisi dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukantingkatvaliditas bukti.
iii. Cara bukti diperoleh
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh Tim Audit (misalnya
observasi) tingkat validitasnya lebih tinggi dibandingkan bukti
yang diperoleh secara tidak langsung (misalnya bukti yang
disediakan oleh Auditee), Cara memperoleh bukti juga harus
memperhatikanlegalitas cara perolehan bukti.

b. relevan adalah bahwa bukti harus berkaitan dengan butir-butir yang


akan diperiksa sebagaimana tercantum dalam Program Audit.
2) Bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk mendukung temuan
hasil Audit. Kecukupan terkait dengan pertimbangan profesional Tim
Audit.
. Audit dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
tempat tinggal atau tempat kedudukan Auditee, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan Auditee, dan/atau tempatlain yang dianggap perlu oleh Tim Audit
pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
e. KKA harus disusun dengan baik, dapat menggambarkan keseluruhan proses
Audit, dan digunakan sebagai dasar pelaporan pelaksanaan Audit.

1) KKA wajib disusun, direview dan disetujui oleh Auditor dan berfungsi
sebagai:
a. bukti bahwa Audit telah dilaksanakan sesuai Standar Pelaksanaan:
b. bahan dalam melakukan pembahasanakhir hasil Audit dengan Auditee
mengenai temuan hasil Audit,
c. dasar pembuatan LHA,
. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding
yang diajukan oleh Auditee, dan
€. referensi untuk pelaksanaan Audit berikutnya '
2) KKA harus memberikan gambaran mengenai:
a. Prosedur Audit yang dilaksanakan,
b. data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh,
pengujian yang telah dilakukan, dan
O

kesimpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan


&

dengan Audit.
3) KKA harus ditelaah oleh Pengendali Teknis Audit (PTA) untuk meyakini
bahwa:

a. Audit telah dilakukan sesuai dengan Rencana Kerja Audit dan


perubahannya:
Pemilihan Metode Audit, Teknik Audit, Prosedur Audit telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Kepabeanan dan
Cukai. |
4) KKA harus diparaf oleh Auditor yang menyusun, mereview dan menyetujui

KKA.
5) KKA dapat berbentuk hardcopy dan/atau softcopy.

3. Standar Pelaporan
Hasil pelaksanaan kegiatan Audit harus dilaporkan dalam bentuk LHA yang
disusun sesuai standar pelaporan yang meliputi hasil Audit, yaitu:
a. LHA disusun, ditandatangani oleh Auditor dan dengan diberi nomor dan
tanggal serta disampaikan kepada auditee dan/atau pihak-pihak yang
berkepentinganterkait.
b. LHA disusun secararingkas danjelas, yang dengan memuatpaling sedikit:
1) ruang lingkup dan butir-butir yang diperiksa sesuai dengan tujuan Audit:
2) simpulan Kesimpulan Tim Audit yang didukung temuan Audit terkait
dengan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Kepabeanan dan Cukai: dan
3) rekomendasi Tim Audit.
4) pengungkapaninformasilain yang terkait dengan Audit.
c. Kesimpulan dan/atau rekomendasi yang disampaikan kepada Auditee
dan/atau harus jelas dan objektif sehingga kesimpulan dan/atau
rekomendasitersebut dapat mudah dipahamioleh auditee.
d. Pelaporan hasil Audit dapat mengungkapkan prosedur yang tidak atau belum
dapat diselesaikan selama proses Audit dengan disertai alasan yang jelas.
e. Pelaporan hasil Audit harus memuat pernyataan bahwa audit telah
dilakukan sesuai dengan Standar Audit.
f. Dalam hal pelaporan hasil Audit menyatakan bahwa Audit tidak dapat
dilakukan sesuai dengan Standar Audit, Tim Audit harus mencantumkan

alasannya pada LHA.


g. Tanggung jawab Auditor terbatas pada kesimpulan dan/atau rekomendasi,
sedangkan kebenaran data audit merupakan tanggung jawab Auditee dan
pihak terkait.

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-ttd-

Salinan sesuai dengan aslinya HERU PAMBUDI


Sekretaris Direktorat Jenderal

3 22

. NX WahjudiAdrijanto
1 P:19700412 198912 1 001

Anda mungkin juga menyukai