Guna memudahkan kita memahami terkait dengan persoalan Perangkat Desa, berikut
ini saya petik dan kumpulkan seluruh aturan yang terkait dengan Perangkat Desa.
Selanjutnya mari kit baca dan cermati bersama.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Bagian Kelima
Perangkat Desa
Pasal 48
Pasal 49
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Desa
setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota.
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.
Pasal 53
(2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c karena:
a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
b. berhalangan tetap;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa; atau
d. melanggar larangan sebagai perangkat Desa.
Pasal 118
(5) Perangkat Desa yang tidak berstatus pegawai negeri sipil tetap melaksanakan
tugas sampai habis masa tugasnya.
(6) Perangkat Desa yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil melaksanakan
tugasnya sampai ditetapkan penempatannya yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
3. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Bagian Kedua
Perangkat Desa
Paragraf 1
Umum
Pasal 61
Pasal 62
(1) Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi
pemerintahan.
(2) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri
atas 3 (tiga) bidang urusan.
(3) Ketentuan mengenai bidang urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 63
Pasal 64
(1) Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai pelaksana
tugas operasional.
(2) Pelaksana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri
atas 3 (tiga) seksi.
(3) Ketentuan mengenai pelaksana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Pengangkatan Perangkat Desa
Pasal 65
(1) Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;
b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;
c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
d. syarat lain yang ditentukan dalam peraturan daerah kabupaten/kota.
(2) Syarat lain pengangkatan perangkat Desa yang ditetapkan dalam peraturan
daerah kabupaten/kota harus memperhatikan hak asal usul dan nilai
sosial budaya masyarakat.
Pasal 66
b. kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau sebutan lain mengenai
pengangkatan perangkat Desa;
c. camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis yang memuat mengenai
calon perangkat Desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan
d. rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan dasar oleh kepala
Desa dalam pengangkatan perangkat Desa dengan keputusan kepala Desa.
Pasal 67
(1) Pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat yang akan diangkat menjadi
perangkat Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian.
(2) Dalam hal pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terpilih dan diangkat menjadi perangkat Desa, yang bersangkutan
dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi perangkat Desa tanpa
kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.
Paragraf 3
Pemberhentian Perangkat Desa
Pasal 68
(1) Perangkat Desa berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan.
(2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c karena:
a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
b. berhalangan tetap;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa; atau
d. melanggar larangan sebagai perangkat Desa.
Pasal 69
Pasal 70
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, sekretaris Desa yang berstatus
sebagai pegawai negeri sipil tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(1) Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat
yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan.
(2) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri
atas 3 (tiga) bidang urusan.
(3) Ketentuan mengenai bidang urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.
16. Ketentuan ayat (3) Pasal 64 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 64
(1) Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai pelaksana
tugas operasional.
(2) Pelaksana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri
atas 3 (tiga) seksi.
(3) Ketentuan mengenai bidang urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pemerintahan dalam negeri.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kepala Desa dan perangkat Desa diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pemerintahan dalam negeri.
5. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan
kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat Desa, dan unsur
pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam
bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan.
(1) Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa dari warga Desa yang telah
memenuhi persyaratan umum dan khusus.
(2) Persyaratan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
(3) Persyaratan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah persyaratan
yang bersifat khusus dengan memperhatikan hak asal usul dan nilai sosial budaya
masyarakat setempat dan syarat lainnya.
(4) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.
Pasal 3
Bagian Kedua
Mekanisme Pengangkatan
Pasal 4
(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Tim sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diatur dalam Peraturan Kepala Desa.
(3) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena:
a. Usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
b. Dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. Berhalangan tetap;
d. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Perangkat Desa; dan
e. Melanggar larangan sebagai perangkat desa.
(4) Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dan huruf b, ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa dan disampaikan kepada
Camat atau sebutan lain paling lambat 14 (empat belas) hari setelah ditetapkan.
(5) Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
wajib dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Camat atau sebutan lain.
Bagian Kedua
Pemberhentian Sementara
Pasal 6
(2) Pemberhentian sementara Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
karena:
a) Ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan;
b) Ditetapkan sebagai terdakwa;
c) Tertangkap tangan dan ditahan;
d) melanggar larangan sebagai perangkat desa yang diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
BAB IV
KEKOSONGAN JABATAN PERANGKAT DESA
Pasal 7
(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Perangkat Desa maka tugas Perangkat
Desa yang kosong dilaksanakan oleh Pelaksana Tugas yang memiliki posisi
jabatan dari unsur yang sama.
(2) Pelaksana Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala
Desa dengan Surat Perintah Tugas yang tembusannya disampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui Camat paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
surat penugasan.
(3) Pengisian jabatan Perangkat Desa yang kosong selambat- lambatnya 2 (dua)
bulan sejak Perangkat Desa yang bersangkutan berhenti.
BAB V
UNSUR STAF PERANGKAT DESA
Pasal 8
(2) Unsur staf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk membantu Kepala
Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Kewilayahan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan keuangan desa.
BAB VI
PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PERANGKAT DESA
Pasal 9
Pakaian dinas dan atribut perangkat desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota
yang berpedoman dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR DESA
Pasal 10
(2) Jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari APBDes
dan sumber lain yang sah;
(1) Perangkat Desa dan staf Perangkat Desa yang telah diangkat dengan
Keputusan Kepala Desa wajib mengikuti pelatihan awal masa tugas dan
program- program pelatihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa.
(2) Biaya pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibebankan
pada APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, dan APBDesa, dan sumber
lain yang sah.
Perangkat Desa yang diangkat sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini tetap
melaksanakan tugas sampai habis masa tugas berdasarkan surat keputusan
pengangkatannya.
(1) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa.
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Sekretariat Desa;
b. Pelaksana Kewilayahan;dan
c. Pelaksana Teknis.
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan sebagai
unsur pembantu Kepala Desa.
Pasal 3
(1) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dipimpin
oleh Sekretaris Desa dan dibantu oleh unsur staf sekretariat.
(2) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri atas
3 (tiga) urusan yaitu urusan tata usaha dan umum, urusan keuangan, dan urusan
perencanaan, dan paling sedikit 2 (dua) urusan yaitu urusan umum dan
perencanaan, dan urusan keuangan.
(3) Masing-masing urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh
Kepala Urusan.
Pasal 4
(1) Pelaksana Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b
merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan.
(2) Jumlah unsur Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan
dengan kemampuan keuangan desa serta memperhatikan luas wilayah kerja,
karakteristik, geografis, jumlah kepadatan penduduk, serta sarana prasarana
penunjang tugas.
(4) Pelaksana Kewilayahan dilaksanakan oleh kepala dusun atau sebutan lain yang
ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Bupati/Walikota dengan
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Pasal 5
(1) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c
merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.
(2) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri atas
3 (tiga) seksi yaitu seksi pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi pelayanan,
paling sedikit 2 (dua) seksi yaitu seksi pemerintahan, serta seksi kesejahteraan
dan pelayanan.
(3) Masing-masing seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh Kepala
Seksi.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 6
(1) Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a) menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan
masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan dan
pengelolaan wilayah.
b) melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan.
c) pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan,
dan ketenagakerjaan.
d) pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.
e) menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya
Pasal 7
(2) Sekretaris Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi
pemerintahan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), Sekretaris
Desa mempunyai fungsi:
a) Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat
menyurat, arsip, dan ekspedisi.
b) Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat
desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan
rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan
umum.
c) Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,
administrasi sumber- sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi
administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan
Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
d) Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana
anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data
dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program,
serta penyusunan laporan.
Pasal 8
(2) Kepala urusan bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan
administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.
Pasal 9
(2) Kepala seksi bertugas membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional.
Pasal 10
(1) Kepala Kewilayahan atau sebutan lainnya berkedudukan sebagai unsur satuan
tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan
tugasnya di wilayahnya.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala
Kewilayahan/Kepala Dusun memiliki fungsi:
a) Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya
perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan
pengelolaan wilayah.
b) Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
c) Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan
kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
d) Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
(2) Desa Swasembada wajib memiliki 3 (tiga) urusan dan 3 (tiga) seksi.
(3) Desa Swakarya dapat memiliki 3 (tiga) urusan dan 3 (tiga) seksi.
(4) Desa Swadaya memiliki 2 (dua) urusan dan 2 (dua) seksi. (5) Klasifikasi jenis
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
BAB IV TATA KERJA
Pasal 12
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
Bagan struktur Organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa sebagaiman dimaksud
dalam Pasal 2 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 15
Pengaturan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan tata kerja pemerintah
desa dan perangkat desa ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun.