Untitled
Untitled
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Patrialis Lintang A 22001052007
Firmansyah 22001052020
Deaz Rangga Abi S 22001052082
Dafit Prasetyo 22001052047
Luckas Virmanda S 22001052084
Maulana Syafa Aditya 22001052030
Rifal Maulana Akbar 22001052059
Moch Richo Prasetyo 22001052031
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Fenomena Dasar Mesin (FDM). Adapun penyusunan laporan praktikum fenomena
dasar mesin ini merupakan tugas program Akademik di Jurusan Mesin Fakultas
Teknik Universitas Islam Malang yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa
mesin sebagai salah satu pengetahuan aplikasi yang sangat diperlukan didunia
industri dan kontruksi.
Dengan terselesainya penyusunan laporan praktikum fenomena dasar mesin
ini, penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, kepada
yang terhormat:
1. Bapak Ir. H. Warsito, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Islam Malang.
2. Bapak Nur Robbi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Islam Malang.
3. Dr. Ena Marlina, ST., MT. selaku pembimbing praktikum dan pemberi
masukan dalam penyusunan laporan fenomena dasar mesin.
4. Bapak Cepi Yazirin, S.Pd., M.T. selaku Koord. Lab. Teknik Mesin Universitas
Islam Malang.
5. dan Robin Van Haude selaku Asisten Praktikum yang telah membantu dan
membimbing dalam penyelesaian laporan fenomena dasar mesin ini.
Semoga laporan praktikum fenomena dasar mesin ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan yang menyusun laporan praktikum fenomena dasar mesin di masa
mendatang.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 4
|iii
METODE PRAKTIKUM ................................................................................... 11
BAB IV ................................................................................................................. 20
iv
4.1.8 Hubungan Massa dengan Konstanta Peredaman pada (k) = 1,22
kN/m; m = 4,1 Kg ........................................................................................ 37
4.1.9 ............................................................................................................... 38
LAMPIRAN ......................................................................................................... 65
|v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 4. 7 Grafik hubungan variasi jarak beban terhadap lendutan (End Load
Point) ..................................................................................................................... 43
Gambar 4. 8 Grafik hubungan variasi ketebalan (h) terhadap lendutan (Center
Load Point) ........................................................................................................... 48
Gambar 4. 9 Grafik hubungan variasi lebar (b) terhadap lendutan (Center Load
Point)…………………………………………………………………………..…50
|vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Hubungan antara massa dan frekuensi pada konstanta Pegas 0,47 kN/m
= 470 N/m beban berubah katup tetap tanpa peredam .......................................... 20
Tabel 4. 3 Hubungan antara massa dan frekuensi pada konstanta Pegas 3,3 kN/m =
3300 N/m beban tetap katup tetap tanpa peredam ................................................ 22
Tabel 4. 4 Perhitungan Konstanta Pegas (k) Dengan Defleksi Statis pada m= 2,4 kg
Tanpa Peredam ...................................................................................................... 23
Tabel 4. 5 Perhitungan Konstanta Pegas (k) Dengan Defleksi Statis pada m = 4,1
kg Tanpa Peredam ................................................................................................. 27
Tabel 4. 6 Perhitungan Konstanta Pegas (k) Dengan Defleksi Statis pada m = 6,5
kg Tanpa Peredam ................................................................................................. 30
Tabel 4.9 Perhitungan putaran katup pada konstanta peredaman m = 6,5 kg ....... 35
Tabel 4. 12 Hubungan variasi beban terhadap lendutan (center load point) ......... 40
Tabel 4. 14 Hubungan variasi jarak beban terhadap lendutan (End Load Point) 49
Tabel 4. 15 Hubungan Variasi ketebalan (h) terhadap lendutan (Center Load Point)
............................................................................................................................... 53
Tabel 4. 16 Hubungan Variasi lebar (b) terhadap lendutan (Center Load Point) 57
viii
DAFTAR GRAFIK
|ix
DAFTAR SIMBOL
x
h Tebal Mm
L Panjang Mm
k Konstanta Pegas kN/m
a Jarak Beban Mm
Besar & Jenis
P N
Pembebanan
W Massa Beam Kantilever Kg
T Periode S
t Waktu S
|xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Simple Vibration Apparatus :
1. Untuk mengetahui hubungan antara konstanta pegas dengan defleksi
statis dengan beberapa pemberian pembebanan berbeda tanpa peredam
2. Untuk mengetahui hubungan berbagai putaran katup dengan kostanta
menggunakan peredaman.
2
mm, E = 2,1 x 107 N/m2.
e. Pada pengujian Beam Defflection Apparatus variasi jarak beban terhadap
lendutan (end load point) dengan L = 355 mm, B = 15 mm, H = 3 mm, P =
500 gr, E = 2,1 x 107 N/m2.
f. Pada pengujian Beam Defflection Apparatus variasi ketebalan h terhadap
lendutan (center load point) dengan L = 335 mm, P = 500 gr.
g. Pada pengujian Beam Deflection Apparatus variasi lebar b terhadap
lendutan (center load point) L = 400 mm, P = 500 gr.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Getaran bebas dan alamiah dari sistem dengan satu derajat kebebasan
m
m
4
setimbang dan gaya pegas –kx yang bekerja pada benda akan cenderung
menahannya pada posisi setimbang.
Persamaan dari gerak :
𝑑2 𝑥 𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 = 𝑚 𝑑𝑡 2 atau + 𝑊𝑛2 𝑥 = 0
𝑑𝑡 2
𝑘
dengan 𝑊𝑛2 = 𝑚
m
m
5
Gaya pegas –kx yang bekerja pada benda akan cenderung
menahannya pada kedudukan setimbang dan gaya peredaman yang
cenderung melawan gerakan adalah:
𝑑𝑥
−𝑐 𝑑𝑡
𝜁<1
𝜁>1
𝜁=1
Respon untuk sebuah langkah input untuk sistem yang ditunjukkan adalah :
Jika 𝜁 < 1 maka sistem adalah Underdemper
Jika 𝜁 = 1 maka sistem adalah Criticallydemper
Jika 𝜁 > 1 maka sistem adalah Overdemper
Perhatikan sistem ketika 𝜁 > 1
6
𝑥 = 𝐴𝑒 −𝑊𝑛𝜁𝑡
𝑥1 𝑥2 t
𝑥2 = 𝑥1 𝑒 −𝑊𝑛𝜁(𝑡2−𝑡1) atau
𝑥2 = 𝑥1 𝑒 −𝑊𝑛𝜁𝑇 dengan T adalah periode
𝑥1
log 𝑑𝑒𝑐𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝛿 = 𝑙𝑜𝑔𝑒
𝑥2
𝛿 𝛿 1 𝑥
dan 𝜁 = √4𝜋2 ≈ untuk harga 𝛿 yang kecil maka 𝜁 = 2𝜋 𝑙𝑜𝑔𝑒 𝑥1
+𝛿 2 2𝜋 2
7
lendutan merupakan penyimpangan vertikal.
Banyak alasan bahwa perlu adanya penentuan lendutan dan sudut
kemiringan pada suatu sistem, mungkin yang paling umum adalah balok atau
1
beamkantilever pendukung beton tidak boleh melendut lebih besar dari 360
(a)
P
(b) P
𝛿
l
8
a. Tumpuan sederhana dengan beban terpusat ditengah (center point load)
½l P
h
l
b
b. Beam kartilever dengan jarak titik beban berubah (intermediate load point)
P
a
h
l
b
h
l
b
9
Pada sistem pembebanan ini, terjadi defleksi akibat beban P di ujung
kartilever, sehingga defleksi maksimum dapat dihitung dengan rumus 𝛿 =
𝑃𝑙3 1
, di mana momen inersia l bahan adalah 𝑙 = 12 𝑏ℎ3
3𝐸𝑙
P
a b
h
l
b
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
11
B. Beam Deflection Apparatus
Alat yang digunakan untuk mempelajari ilmu mekanika teknik
pada pokok bahasan defleksi atau lendutan.
12
D. Spidol
Spidol digunakan untuk menggambar grafik getaran
13
F. Bandul
Alat ini digunakan untuk beban ukur kelenturan pada
percobaan Beam Deflection Apparatus
14
H. Jangka sorong
Alat ini digunakan untuk mengukur tebal, lebar dan panjang dari
bahan yang digunakan.
15
J. Dial Indikator
Alat ini digunakan untuk mengukur besar lendutan pada plat setelah
dikenai beban.
16
B. Plat Pengujian Beam Deflection Apparatus
Plat ini digunakan untuk pengujian Beam Deflection Apparatus
17
3.4 Pelaksanaan Praktikum
Pada praktikum ini dilakukan dua pengujian yaitu pengujian Simple
Vibration Apparatus dan pengujian Beam Deflection Apparatus.
3.4.1 Langkah – langkah pengujian Simple Vibration Apparatus
1) Pengujian tanpa Peredam
Pada pengujian tanpa peredam dilakukan langkah – langkah
sebagai berikut:
a. Aturlah paper strip pada roll sehingga siap digunakan.
b. Pasanglah pena pada penjepit pena.
c. Pasang pegas sesuai dengan konstanta yang akan dicoba.
d. Tekan pegas sampai pada dasar, sebelum dilepas pastikan motor
dalam posisi hidup sehingga roller berputar, kemudian lepaskan
pegas.
e. Catat hasil osilasi yang terjadi sesuai tabel.
f. Tambahkan beban, kemudian ulangi percobaan seperti point d.
2) Pengujian dengan Peredam
a. Pasang peralatan damper.
b. Aturlah putaran sesuai dengan bukaan yang dikehendaki.
c. Ulangi percobaan seperti keterangan nomer 4 diatas.
d. Tambahkan beban dan ulangi percobaan.
e. Lakukan percobaan dengan teliti dan benar.
3.4.2 Langkah – langkah pengujian Beam Deflection Apparatus
Pada percobaan defleksi Beam Deflection Apparatus dilakukan langkah
– langkah sebagai berikut:
a. Letakkan beban pada tumpuan jepit atau sederhana pada Beam
Deflection Apparatus.
b. Aturlah baut pada pencekam agar lurus searah sumbu X
(horizontal).
c. Berikan beban pada titik jarak yang telah ditentukan.
d. Ukurlah lendutan yang terjadi menggunakan dial indikator pada
titik yang ditentukan.
e. Catat hasil yang terbaca pada dial indikator ada tabel
18
3.5 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Pelaksanaan Praktikum
Perhitungan
Ya
Analisa
Selesai
19
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS
= 2,22 Hz
𝑣
1 𝑘 𝑓′2 = ( )
𝑓2 = ( ) √( )
2 𝑚 0,3𝑚/𝑠
= ( )
0,48 𝑚
1 470𝑁
= ( ) √( ) = 0,625 Hz
2 4,1𝑘𝑔
= 1,70 Hz
𝑣
1 𝑘 𝑓′3 = ( )
𝑓3 = ( ) √( )
2 𝑚 0,3𝑚/𝑠
= ( )
0,046𝑚
1 470𝑁
= ( ) √( ) = 0,652 Hz
2 5,8𝑘𝑔
= 1,43 Hz
20
Tabel 4. 2 Hubungan antara massa dan frekuensi pada konstanta Pegas 1220
N/m tanpa peredaman
= 3,58 Hz
𝑣
1 𝑘 𝑓′2 = ( )
𝑓2 = ( ) √( )
2 𝑚 0,3𝑚/𝑠
= ( )
0,26 𝑚
1 1220𝑁
= ( ) √( ) = 1,15 Hz
2 4,1𝑘𝑔
= 2,74 Hz
𝑣
1 𝑘 𝑓′3 = ( )
𝑓3 = ( ) √( )
2 𝑚 0,3𝑚/𝑠
= ( )
0,42𝑚
1 1220𝑁
= ( ) √( ) = 0,71 Hz
2 5,8𝑘𝑔
= 2,30 Hz
21
Tabel 4. 2 Hubungan antara massa dan frekuensi pada konstanta Pegas 3,3
kN/m = 3300 N/m beban tetap katup tetap tanpa peredam
= 5,90 Hz
𝑣
1 𝑘 𝑓′2 = ( )
𝑓2 = ( ) √( )
2 𝑚 0,3𝑚/𝑠
= ( )
0,18 𝑚
1 3300𝑁
= ( ) √( ) = 1,6 Hz
2 4,1𝑘𝑔
= 4,51 Hz
𝑣
1 𝑘 𝑓′3 = ( )
𝑓3 = ( ) √( )
2 𝑚 0,3𝑚/𝑠
= ( )
0,16𝑚
1 3300𝑁
= ( ) √( ) = 1,87 Hz
2 5,8𝑘𝑔
= 3,79 Hz
Analisa:
Hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada konstanta pegas (k) dengan
variasi konstanta pegasnya adalah 0,47kN/m; 1,22kN/m dan 3,3kN/m. Frekuensi
22
adalah banyaknya getaran tiap detik. Konstanta pegas adalah kemampuan pegas
untuk menahan defleksi saat diberi pembebanan.
Pada percobaan getaran bebas, dari hasil pengujian tanpa peredam dengan
massa 0,47kN/m; 1,22kN/m dan 3,3kN/m dapat dilihat bahwa adanya perbedaan
yang besar antara nilai frekuensi secara teoritis dengan nilai frekuensi aktual.
Perbedaan yang besar ini dapat dilihat pada masing-masing nilai frekuensi aktual
dan frekuensi secara teoritis yang mempunyai range yang cukup jauh. Hal ini
menunjukkan hasil pengujian yang tidak akurat dan disebakan beberapa faktor.
Kondisi alat uji yang tidak bekerja dengan baik sehingga nilai konstanta
pegas tidak sesuai lagi dengan nilai yang sesungguhnya ini dapat dilihat ketika
diberi simpangan pegas kembali keposisi sebelumnya dengan tidak sempurna,
ketika sebelum pegas diberi simpangan dan masih dibebani massa pegas jarak
kawat pegas rapat, lalu pada saat pegas diberi simpangan dan kembali ke posisi
semula dimana posisi kesetimbangannya jarak antar kawat tersebut terjadi
perbedaan yaitu semakin besar, hal ini dapat dikatakan pegas sudah tidak presisi
sehingga nilai konstanta pegas tidak sesuai lagi dengan nilai sebenarnya.
4.1.1 Hubungan Konstanta Pegas (k) dengan Defleksi Statis pada m = 2,7
kg; g = 9,8 m/s2;
Keterangan : X = Konstanta Pegas; Y = Defleksi Statis
Tabel 4. 3 Perhitungan Konstanta Pegas (k) Dengan Defleksi Statis pada
m= 2,4 kg Tanpa Peredam
No. X Y Y’ XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 (Y-i-jx-kX2)2
1 0,47 0,0293 0,05 0,0137 0,2209 0,1038 0,0487 0,0064 0,000428 3,9918x10-8
2 1,22 0,0218 0,01 0,0265 1,4884 1,8158 2,2153 0,0324 0,000139 5,92344x10-5
3 3,3 0,02 0,0071 0,066 10,89 35,937 118,5921 0,2178 0,000166 8,89103x10-5
5 0,0711 0,0671 0,1062 12,5993 37,8566 120,8561 0,2566 0,000733 0,000148
Defleksi Aktual (m = 2,7 kg)
𝑌1 = 𝐿1 − 𝐿0 = 180 − 150,7 = 29,3 𝑚𝑚 = 0,0293 𝑚
𝑌2 = 𝐿1 − 𝐿0 = 155 − 133,1 = 21,9 𝑚𝑚 = 0,0218 𝑚
𝑌3 = 𝐿1 − 𝐿0 = 220 − 200 = 20 𝑚𝑚 = 0,02 𝑚
Defleksi Teoritis (m = 2,4 kg)
m.g 2,4 .9,8
𝑌′1 = = = 0,05 m
𝑘 470
23
m.g 2,4 .9,8
𝑌′2 = = = 0,01 m
𝑘 1220
m.g 2,4 .9,8
𝑌′3 = = = 0,0071 𝑚
𝑘 3300
Y 0,0711
𝑦= = = 0,0237
𝑛 3
Regresi Polynominal (𝑌 = 𝑖 + 𝑗𝑋 + 𝑘𝑋 2 )
Σ𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗Σ𝑋 + 𝑘Σ𝑋 2
Σ𝑋𝑌 = 𝑖Σ𝑋 + 𝑗Σ𝑋 2 + 𝑘Σ𝑋 3
Σ𝑋 2 𝑌 = 𝑖Σ𝑋 2 + 𝑗Σ𝑋 3 + 𝑘Σ𝑋 4
0,0711 =3i +5𝑗 + 12,5993k (I)
0,1062 = 5𝑖 + 12,5993𝑗 + 37,8566𝑘 (II)
0,2566 = 12,5993𝑖 + 37,8566k + 120,8561 𝑘 (III)
24
Eliminasi pers. II dan III
0,1062 = 5𝑖 + 12,5993𝑗 + 37,8566𝑘 X 2,51986
0,2566 = 12,5993𝑖 + 37,8566𝑗 + 120,8561𝑘 X 1
25
Σ(𝑌 − 𝑦)2 − Σ(Y − i − jX − k𝑋 2 )2 (0,000733) − (0,000148)
𝑟2 = = = 0,798
Σ(𝑌 − 𝑦)2 (0,000733)
0.05
0.04
0.0293
0.03
0.0218 0.02
0.02
0.01
0.0071
0.01
0
0.47 1.22 3.3
Konstanta Pegas (X)
26
4.1.2 Hubungan Konstanta Pegas (k) dengan Defleksi Statis pada m = 4,1 kg; 9,8
m/s2;
Keterangan : X = Konstanta Pegas; Y = Defleksi Statis
Tabel 4. 4 Perhitungan Konstanta Pegas (k) Dengan Defleksi Statis pada m = 4,1
kg Tanpa Peredam
(Y-i-j.X-
No. X Y Y’ XY X2 X3 X4 X2 Y (Y-y)2
k.X2)2
1 0,47 0,0278 0,087 0,4978 0,2209 0,1038 0,0487 0,0130 0,035 0,245
2 1,22 0,01084 0,0033 1,2308 1,4884 1,8158 2,2153 0,0132 5,6851 0,160
3 3,3 0,03813 0,0012 3,3381 10,89 35,937 118,5921 1,2582 0,0013 6,561
5 0,0767 0,0915 5,0667 12,5993 37,8566 120,8561 1,4032 5,7214 6,966
Y 0,0711
𝑦= = = 0,0237
𝑛 3
Regresi Polynominal (𝑌 = 𝑖 + 𝑗𝑋 + 𝑘𝑋 2 )
Σ𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗Σ𝑋 + 𝑘Σ𝑋 2
Σ𝑋𝑌 = 𝑖Σ𝑋 + 𝑗Σ𝑋 2 + 𝑘Σ𝑋 3
Σ𝑋 2 𝑌 = 𝑖Σ𝑋 2 + 𝑗Σ𝑋 3 + 𝑘Σ𝑋 4
27
0,0767 = 3𝑖 + 5𝑗 + 12,5993k (I)
5,0667 = 5𝑖 + 12,5993𝑗 + 37,8566𝑘 (II)
1,4032 = 12,5993𝑖 + 37,8566𝑗 + 120,8561 𝑘 (III)
28
Subitusi nilai i dan j ke pers. I
0,0 767 = 3𝑖 + 5𝑗 + 12,5993
0,0767 = 3i + 5(0,6647) + 5(-0,446)
i = 0,338i
(Y-i-j.x-k.x21)2
(0,0278 - 0,338 – 0,6047 x 0,47 – (-0,446) x (0,2209))2 =0,245
(0,01084 - 0,338 – 0,6047 x 1,22 – (-0,446) x (1,4884))2 =0,160
(0,03813 - 0,338 – 0,6047 x 3,3 – (-0,446) x (10,89))2 =6,561
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1 0.077 0.08
29
Dikarenakan pegas 0,47 dan 1,22 tidak normal maka bisa dipastikan nilai
defleksi aktual tidak akurat, karena beban yang di berikan melebihi kemampuan
pegas tersebut maka nilai defleksi aktual jauh melebihi nilai teoritis. Pada pegas 3,3
dikarenakan pegas berfungsi normal maka bisa dipastikan nilai defleksi aktual dan
defleksi teoritis nilai nya hampir sama.
4.1.3 Hubungan Konstanta Pegas (k) dengan Defleksi Statis pada m = 6,5
kg; 9,8 m/s
Keterangan : X = Konstanta Pegas; Y = Defleksi Statis
Tabel 4. 5 Perhitungan Konstanta Pegas (k) Dengan Defleksi Statis pada m
= 6,5 kg Tanpa Peredam
(Y-i-jx-
No. X Y Y’ XY X² X3 X4 X2𝑌 (Y − y)2
kx2)2
1 0,47 0,02 0,1355 0,0094 0,2209 0,1038 0,0487 0,0044 0,0133 27,9
2 1,22 0,08 0,0518 0,0976 1,4884 1,8158 2,2153 0,1190 0,0007 195,3
3 3,3 0,28 0,0193 0,924 10,89 35,937 118,5921 3,0492 0,0075 1466,7
𝚺 5 28,1 0,2066 1,031 12,5993 37,8566 120,8561 3,1726 0,0215 1689,9
Defleksi Aktual (m = 6,5 kg)
𝑌1 = 𝐿1 − 𝐿0 = 170,7 − 150,7 = 20 𝑚𝑚 = 0,02 𝑚
𝑌2 = 𝐿1 − 𝐿0 = 213,1 − 133,1 = 80 𝑚𝑚 = 0,08 𝑚
𝑌3 = 𝐿1 − 𝐿0 = 480 − 200 = 280 𝑚𝑚 = 0,28 𝑚
Defleksi Teoritis (m = 6,5 kg)
m.g 6,5 𝑥 9,8
𝑌′1 = = = 0,1355 m
𝑘 470
m.g 6,5 𝑥 9,8
𝑌′2 = = = 0,0518 m
𝑘 1220
m.g 6,5 𝑥 9,8
𝑌′3 = = = 0,0193 𝑚
𝑘 3300
Y 0,0711
𝑦= = = 0,0237
𝑛 3
Regresi Polynominal (𝑌 = 𝑖 + 𝑗𝑋 + 𝑘𝑋 2 )
Σ𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗Σ𝑋 + 𝑘Σ𝑋 2
Σ𝑋𝑌 = 𝑖Σ𝑋 + 𝑗Σ𝑋 2 + 𝑘Σ𝑋 3
30
Σ𝑋 2 𝑌 = 𝑖Σ𝑋 2 + 𝑗Σ𝑋 3 + 𝑘Σ𝑋 4
28,1 = 3𝑖 + 5𝑗 + 12,5993k (I)
1,031 = 5𝑖 + 12,5993𝑗 + 37,8566𝑘 (II)
3,1726 = 12,5993𝑖 + 37,8566𝑗 + 120,8561 𝑘
(III)
31
Subsitusi nilai i ke dalam pers. IV
137,407 = -12,7979j + -50,5733k
137,407 = -127979j + -50,5733 (0,022)
J = -10,82362j
Subitusi nilai i dan j ke pers. I
28,1 = 3𝑖 + 5𝑗 + 12,5993k
28,1 = 3i + 5(0,022) + 5(-0,446)
I = 10,073i
(Y-I-J.X-K.X21)2
(0,02 - 10,073 - (-10,82362) x 0,47 - 0,022 x 0,2209)2 =27,9
(0,02 - 10,073 - (-10,82362) x 1,22 - 0,022 x 1,4884)2 =195,3
(0,02 - 10,073 - (-10,82362) x 3,3 - 0,022 x 10,89)2 =1466,7
Σ(𝑌 − 𝑦)2 − Σ(Y − i − jX − k𝑋 2 )2 (5,7214) − (6,966)
𝑟2 = = = −0,21
Σ(𝑌 − 𝑦)2 (5,7214)
0.25
0.2
0.15
0.098
0.1 0.08
0.0518
0.05 0.02 0.0193
0
0.47 1.22 3.3
Konstanta Pegas (X)
Defleksi Aktual (Y) Defleksi Teoritis (Y')
32
sampai defleksi teoritis, pada pegas 3,3 defleksi teoritis menurun dan defleksi aktual
lebih besar dengan beban 6,5 kg dikarenakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi.
Dengan massa yang berbeda beda menghasilkan grafik yang berbeda juga.
Pada grafik penggunaan massa 6,5 kg lebih besar/berada di atas dari massa yang
lainnya. Hal ini dikarenakan dengan massa yang semakin besar maka pertambahan
panjang suatu pegas semakin besar sehingga defleksinya juga semakin besar. Dan
dapat di simpulkan bahwa suatu besaran atau konstanta berbanding terbalik dengan
defleksi statisnya dan suatu besaran massaberbanding lurus dengan defleksi
statisnya.
4.1.4 Hubungan Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada (k) =
0,47 kN/m ; m = 2,4 kg
Keterangan : X = Putaran Katup; Y = Konstanta Peredaman; SAE : 10
Tabel 4. 6 Perhitungan putaran katup terhadap konstanta dengan
peredaman m = 2,4 kg
No. X Y XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 (Y-i-jX-kX2)2
1 1 0,150 0,028 1 1 1 0,15 0,000004 -0,132
2 2 0,152 0,216 4 8 16 0,092 0 7,96
3 3 0,155 0,762 9 27 81 0,216 0,000009 -0,223
6 0,457 1,006 14 36 98 0,458 0,000013 7,605
Y 0,457
𝑦= = = 0,152
𝑛 3
Regresi Polynominal (𝑌 = 𝑖 + 𝑗𝑋 + 𝑘𝑋 2 )2
Σ𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗Σ𝑋 + 𝑘Σ𝑋 2
Σ𝑋𝑌 = 𝑖Σ𝑋 + 𝑗Σ𝑋 2 + 𝑘Σ𝑋 3
Σ𝑋 2 𝑌 = 𝑖Σ𝑋 2 + 𝑗Σ𝑋 3 + 𝑘Σ𝑋 4
0,457 = 3𝑖 + 6𝑗 + 14𝑘 (I)
1,006 = 6𝑖 + 14𝑗 + 36𝑘 (II)
0,458 = 14𝑖 + 36𝑗 + 98𝑘 (III)
33
2,742 = 18𝑖 + 36𝑗 + 84𝑘
3,018 = 18𝑖 + 42𝑗 + 188𝑘 -
-0,276 = 0𝑖 + 6𝑗 − 24𝑘 (IV)
Eliminasi pers. II dan III
1,006 = 6𝑖 + 141𝑗 + 36𝑘 x 2,3
0,458 = 141𝑖 + 36𝑗 + 98𝑘 x1
34
Σ(𝑌 − 𝑦)2 − Σ(Y − i − jX − k𝑋 2 )2 (0,000013) − (7,605)
𝑟2 = =
Σ(𝑌 − 𝑦)2 (0,000013)
= −584999
4.1.5 Hubungan Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada (k) =
1,22 kN/m; m = 4,1 kg
Keterangan : X = Putaran Katup; Y = Konstanta Peredaman; SAE : 10
35
Putaran Katup
0.165 0.162
0.16 0.161
Konstanta Peredaman 0.16 0.157 0.157 0.157
0.155
0.155 0.152
kN/m
0.15
0.15
0.145
0.14
1 2 3
M = 2,4 Kg M = 4,1 Kg M = 6,5 Kg
Grafik 4. 4 Hubungan putaran katup dengan konstanta peredaman pada (k) = 0,47
kN/m ; m = 2,4 kg, (k) = 1,22 kN/m ; m = 4,1 kg, dan (k) = 3,3 kN/m ; m = 6,5 kg
Analisa grafik :
Grafik diatas adalah grafik hubungan Putaran katup dengan konstanta
peredam pada k = 0,47 kN/m dengan variasi putaran katup. Putaran katup adalah
pengatur jarak antara lempeng peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang
menentukan besar/gaya hambat yang arahnya berlawanan dari pegas.
Pada grafik hubungan antara putaran katup dengan massa yang berbeda
dapat di lihat bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi adalah dengan
massa 6,5 kg. Semakin besar massa dengan konstanta yang tetap maka nilai
konstanta peredaman lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman
yang diatur oleh putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman
mengakibatkan semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin sulit
bagi fluida peredaman (oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng peredam
bagian bawah. Karena volume di antara kedua lempeng semakin kecil
mengakibatkan nilai perbandingan x1 dan x2 semakin kecil.
Pada putaran katup yang sama tapi massanya berbeda didapatkan konstanta
peredaman naik, Hal ini karena dengan naiknya massa pegas akan menempuh jarak
yang lebih lama untuk membuat satu panjang gelombang sehingga menyebabkan
konstanta peredaman naik sesuai rumus dimana massa pembebanan pegas
berbanding lurus dengan konstanta peredaman. dapat disimpulkan bahwa semakin
besar putaran katup maka semakin besar pula konstanta peredamannya dan semakin
36
besar massa pada putaran katup yang sama maka konstanta peredamannya juga
semakin besar. Nilai viskositas oli juga mempengaruhi dari banyaknya gelombang,
semakin kental oli maka gelombang semakin rendah.
37
4.1.9 Hubungan Massa dengan Konstanta Peredaman pada (k) = 3,3
kN/m; m = 6,5 Kg
Keterangan: X = Massa; Y = Konstanta Peredaman; SAE: 10
Tabel 4. 10Perhitungan massa pada konstanta peredaman m = 6,5 Kg
No. X Y XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 (Y-i-jX-kX2)2
1 2,4 0,28 0,67 5,76 13,82 33,17 0,864 0,00057 2520,44
2 4,1 0,108 0,44 16,81 68,92 282,57 2,555 0,0219 13209,36
3 6,5 0,381 2,47 42,25 274,62 1785,08 6,5487 0,0156 4185,96
6 0,769 3,58 64,82 357,36 2100,82 9,9677 0,0380 19915,76
0.35
0.3 0.28
0.25
kN/m
0.2 0.157
0.15 0.157
0.152 0.157
0.155
0.15 0.108
0.1
0.05
0
M = 2.4 Kg M = 4.1 Kg M= 6.5 Kg
Grafik 4. 5 Hubungan massa dengan konstanta peredaman pada (k) = 0,47 kN/m;
m = 2,4 kg, (k) = 1,22 kN/m ; m = 4,1 kg, dan (k) = 3,3 kN/m ; m = 6,5 kg
Analisa grafik :
Grafik diatas adalah grafik hubungan massa dengan konstanta peredam pada
k = 0,47 kN/m, k = 1,22 kN/m, dan k = 3,3 kN/m dengan massa. Massa adalah
pengatur jarak antara lempeng peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang
menentukan besar/gaya hambat yang arahnya berlawanan dari pegas.
Pada grafik hubungan antara massa dengan konstanta peredaman dapat di
lihat bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi adalah dengan massa 6,5
38
kg. Semakin besar massa dengan konstanta yang tetap maka nilai konstanta
peredaman lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman yang diatur
oleh putaran katup. Semakin banyak beban massa pada peredaman mengakibatkan
semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi fluida
peredaman (oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng peredam bagian
bawah. Karena volume di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai
perbandingan x1 dan x2 semakin kecil.
Pada massanya berbeda didapatkan konstanta peredaman naik, Hal ini
karena dengan naiknya massa pegas akan menempuh jarak yang lebih lama untuk
membuat satu panjang gelombang sehingga menyebabkan konstanta peredaman
naik sesuai rumus dimana massa pembebanan pegas berbanding lurus dengan
konstanta peredaman. dapat disimpulkan bahwa semakin besar putaran katup maka
semakin besar pula konstanta peredamannya dan semakin besar massa pada putaran
katup yang sama maka konstanta peredamannya juga semakin besar. Nilai
viskositas oli juga mempengaruhi dari banyaknya gelombang, semakin kental oli
maka gelombang semakin rendah.
39
4.2 Beam Deflection Apparatus
4.2.1 Hubungan Variasi Beban Terhadap Lendutan (center load point)
Keterangan; X = Variasi beban; Y= Lendutan aktual; Y’ = Lendutan
teoritis
Tabel 4. 11 Hubungan variasi beban terhadap lendutan (center load point)
(Y-
X Y Y’
No XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 a- (Y-i-jx-kX2)2
(Gr) (mm) (mm)
bX)2
1 300 0,41 0,51 123 90000 27000000 8100000000 36900 0,0001 0,4 1,76728x1025
2 100 0,25 0,17 25 10000 100000000 100000000 2500 0,0025 0,2 1,37177x1022
3 200 0,33 0,34 66 40000 80000000 1600000000 20800 0,0009 0,3 3,49443x1024
4 400 0,52 0,69 208 160000 64000000 25600000000 83200 0,0004 0,5 1,50974x1025
5 500 0,75 0,86 375 250000 125000000 62500000000 187500 0,022 0,6 7,6661x1025
1500 2,26 2,57 797` 550000 225000000 97900000000 330900 0,026 2 11293,93477x1022
′
𝑃𝑙 3 300 x (350)3
𝑌 = = = 0,51 mm
24𝐸𝑙 24 x 2,1. 107 x 49,1
100 x (350)3
= = 0,17 mm
24 x 2,1. 107 x 49,1
200 x (350)3
= = 0,34 mm
24 x 2,1. 107 x 49,1
400 x (350)3
= = 0,69 mm
24 x 2,1. 107 x 49,1
500 x (350)3
= = 0,86 mm
24 x 2,1. 107 x 49,1
40
a) Regresi linier (Y= a+bX)
(∑ 𝑌)(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌)
𝑎=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
(2,26) (550000) − (1500) (797)
= = 0,09
5(550000) − (1500)2
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 5(797) − (1500) (2,26)
b= = = 0,001
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 5(550000) − (1500)2
𝑌 = 0,09 + 0,001 (300) = 0,4
𝑌 = 0,09 + 0,001 (100) = 0,2
𝑌 = 0,09 + 0,001 (200) = 0,3
𝑌 = 0,09 + 0,001 (400) = 0,5
𝑌 = 0,09 + 0,001 (500) = 0,6
2
∑(𝑌 − 𝑦)2 − ∑(𝑌 − 𝑎 − 𝑏𝑋)2 (0,025)2 − (2)2
𝑟 = = = −79
(0,025)
∑(𝑌 − 𝑦) 2
b) Regresi Polinomial (Y= I + jX + kX2)
∑𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗 ∑ 𝑋 + 𝑘 ∑ 𝑋 2
∑ 𝑋𝑌 = 𝑖 ∑ 𝑋 + 𝑗 ∑ 𝑋 2 + 𝑘 ∑ 𝑋 3
∑ 𝑋2𝑌 = 𝑖 ∑ 𝑋2 + 𝑗 ∑ 𝑋3 + 𝑘 ∑ 𝑋4
2,26 = 5i + 1500j + 550000𝑘 (I)
797 = 1500i + 550000j + 225000000k (II)
330900 = 550000i + 225000000j + 97900000000 k (III)
41
678 = 1500i + 450000j + 165000000k
797 = 1500i + 5500000j + 2250000000k _-
-119 = 100000 j - 60000000k (IV)
• Eliminasi Pers. II dan III
797 = 1500i + 550000j + 225000000k X 366,7
330900 = 550000i + 225000000j + 97900000000𝑘 X1
42
-1353873187,03
Y = i + (j.x3) + (k. X23)
Y = -1353873194,5 + (-2801103,3 (200)) + (4668,5655) (40000) =
-1727351234,5
Y = i + (j.x4) + (k. X24)
Y = -1353873194,5 + (-2801103,3 (400)) + (4668,5655) (160000) =
-1727344034,5
Y = i + (j.x5) + (k. X25)
Y = -1353873194,5 + (-2801103,3 (500)) + (4668,5655) (250000) =
-1587283469,5
(0,41 – (-1774033289,5)² = 3147194112254190810,66
(0,25 – (-1353873187,03)² = 1832972606558769360,47
(0,33 – (-1727351234,5)² = 29837442287328673990,58
(0.52 – (-1727344034,5)² = 2983717413522737190,77
(0,75 – (-1587283469,5)² = 2519468812547957431
403207952322212328783,48
2
∑(𝑌 − 𝑦)2 − ∑(𝑌 − 𝑖 − 𝑗 − 𝑘𝑋 2 )2
𝑟 =
∑(𝑌 − 𝑦)2
0,025 − 403207952322212328783,48
= = −323,828
0,025
43
Analisa Grafik:
Pada grafik di atas dapat disimpulkan bahwa Defleksi aktual (Y) nilai
tertinggi terdapat pada percobaan ke -5 dengan pembebanan 500 gr yaitu 0,86 mm,
sedangkan Defleksi teoritis (Y’) juga sama terdapat Nilai tertinggi pada percobaan
ke 5 dengan pembebanan 500 gr yaitu 0,75 mm. Hal ini dikarenakan variasi beban
center load point semakin besar pembebanan maka semakin besar lendutan. Untuk hasil
percobaan ke-5 terdapat nilai teoritis yang terpaut agak jauh dari nilai aktual. Hal
ini dipengaruhi oleh alat yang tidak akurat dalam menujukan hasil.
4.2.2 Hubungan Variasi Jarak Beban Terhadap Lendutan (Intermediate Load
Point)
Keterangan; X = Variasi Jarak; Y= Lendutan aktual; Y’ = Lendutan
teoritis
44
200. 1402 (350 − 140)
= = 1,30mm
3 x 2,1. 107 x 10
200. 1802 (350 − 180)
= = 1,74 mm
3 x 2,1. 107 x 10
a) Regresi linier (Y= a+bX)
(∑ 𝑌)(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌)
𝑎=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
(0,28) (82800) − (620) (188)
= = −3,15
5(82800) − (620)2
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 5(188) − 620 (1,42)
b= = = 0,002
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 5(82800) − (620)2
𝑌 = −3,15 + 0,002 (80) = -2,99
𝑌 = −3,15 + 0,002 (100) = -2,95
𝑌 = −3,15 + 0,002 (120) = -2,91
𝑌 = −3,15 + 0,002 (140) = -2,87
𝑌 = −3,15 + 0,002 (180) = -2,79
45
b) Regresi Polinomial (Y= I + jX + kX2)
∑𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗 ∑ 𝑋 + 𝑘 ∑ 𝑋 2
∑ 𝑋𝑌 = 𝑖 ∑ 𝑋 + 𝑗 ∑ 𝑋 2 + 𝑘 ∑ 𝑋 3
∑ 𝑋2𝑌 = 𝑖 ∑ 𝑋2 + 𝑗 ∑ 𝑋3 + 𝑘 ∑ 𝑋4
1,42 = 5i + 620j + 82800𝑘 (I)
188 = 620i + 82800j + 11355200k (II)
31456,1 = 82800i + 11355200j + 1781970000k (III)
46
-11,9 = -5920 j - 1088000k(-210851296)
J = -229406210042068,1
• Masukan nilai k dan j kedalam pers. I
1,4 = 5i + 620j+ 82800𝑘
1,4 = 5i + 620(-229406210042068,1)+82800(-210851296)
I = 28449861742678204,6
Dari persamaan I,II,III dapat di peroleh :
i =28449861742678204,6; j =-229406210042068,1; k=-210851296
Y = i + (j.x1) + (k. X21)
Y = 28449861742678204,6+ (-229406210042068,1 (80)) + (-210851296)
(6400)
= 10096015491018356,6
Y = i + (j.x2) + (k. X22)
Y =28449861742678204,6 + (-229406210042068,1 (100)) +
(-210851296) (10000)
= 5507132225511394,6
Y = i + (j.x3) + (k. X23)
Y = 28449861742678204,6 + (-229406210042068,1 (120)) +
(-210851296) (14400)
= 918080278967632,6
Y = i + (j.x4) + (k. X24)
Y = 28449861742678204,6 + (-229406210042068,1 (140)) +
(-210851296) (19600)
= -3671140348612929,4
Y = i + (j.x5) + (k. X25)
Y = 28449861742678204,6 + (-229406210042068,1 (180)) +
(-210851296) (32400)
= -12850087646884453,4
(0,18 – (10096015491018356,6))² = 1,0193x1032
(0,28 – (5507132225511394,6))² = 3,03285x1031
(0,30 – (918080278967632,6))² = 8,42871x1029
(0,32 – (-3671140348612929,4))² = 1,34773x1031
47
(0,36 – (-12850087646884453,4))² = 1,65125x1032
= 3,11704x1032
∑(𝑌 − 𝑦)2 − ∑(𝑌 − 𝑖 − 𝑗 − 𝑘𝑋 2 )2
𝑟2 =
∑(𝑌 − 𝑦)2
50,56 − 3,11704x1032
=
50,56
= −6,16503 x1030
1.5 1.3
1.05
1 0.8
0.54
0.5 0.28 0.3 0.32 0.36
0.18
0
80 100 120 140 180
Variasi Jarak Beban (mm)
Lendutan aktual (Y) Lendutan Teoritis (Y')
48
4.2.3 Hubungan Variasi Jarak Beban Terhadap Lendutan (End Load point)
Keterangan ; X = Variasi Jarak Beban; Y= Lendutan Aktual; Y’ = Lendutan
Teoritis
Tabel 4. 13 Hubungan variasi jarak beban terhadap lendutan (End Load Point)
X Y Y'
No. XY X2 X3 X4 X2 Y (Y-y)2 (Y-a-bX)2 (Y-i-j-kX2)2
(mm) (mm) (mm)
1 120 0,40 0,018 48 14400 1728000 207360000 5760 3,13 0,052 0,1580
2 140 0,60 0,029 84 19600 2744000 384160000 11760 3,9 0,0009 0,5543
3 160 0,80 0,043 128 25600 4096000 655360000 20480 4,7 0,32 0,9507
4 200 1,40 0,085 280 40000 8000000 16000000000 56000 5,6 0,13 1,7441
5 280 3,54 0,23 991,2 78400 21952000 6416560000 277536 3,3 0,02 3,3330
900 6,74 0,405 1531,2 178000 38520000 23008080000 371536 20,63 0,522 6,7401
i = -2,2162; j =0,01976; k = 2,09489x10−7
∑ 𝑌 13,15
𝑦= = = 2,63
𝑛 5
L = 450 mm ; B = 34 mm ; H = 3,2 mm
1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = 𝑥 34 x (3,2)3 = 92,84mm4
12 12
𝑃𝑙 3 500 x (120)3
𝑌′ = = = 0,018 mm
24𝐸𝑙 24 x 2,1. 107 x 92,84
500 x (140)3
= = 0,029 mm
24𝑥2,1.107 𝑥92,84
500 x (160)3
= = 0,043 mm
24 x 2,1. 107 x 92,84
500 x (200)3
= = 0,085 mm
24 x 2,1. 107 x 92,84
500 x (280)3
= = 0,23 mm
24 x 2,1. 107 x 92,84
a) Regresi linier (Y= a+bX)
(∑ 𝑌)(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌)
𝑎=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
(6,74) (178000) − (900) (1531,2)
= = −2,23
5(178000) − (900)2
49
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 5(1531,2) − (900) (6,74)
b= = = 0,02
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 5(17803) − (900)2
𝑌 = −0,23 + (0,02)(120) = 2,17
𝑌 = −0,23 + (0,02)(140) = 2,57
𝑌 = −0,23 + (0,02)(160) = 2,97
𝑌 = −0,23 + (0,02)(200) = 3,77
𝑌 = −0,23 + (0,02)(280) = 5,37
(0,40 – 2,17)2 = 3,13
(0,60 – 2,57)2 = 3,9
(0,80 – 2,97)2 = 4,7
(1,40 – 3,77)2 =5,6
(3,54 – 5,37)2 =3,3
(𝑌 − 𝑎 − 𝑏𝑋)2
(0,40-(-2,23)-0,02(120))2 =0,052
(0,60-(-2,23)-0,02(140))2 =0,0009
(0,80-(-2,23)-0,02(160))2 =0,32
(1,40-(-2,23)-0,02(200))2 =0,13
(3,54-(-2,23)-0,02(280))2 =0,02
50
6,74 = 5i + 900j + 178000𝑘 X 180
371536 = 900i + 178000j + 35820000k X1
51
= 0,1580
Y = i + (j.x2) + (k. X22)
Y = -2,2162 + (0,01976 (140)) + ((2,09489x10−7 ) (19600))
= 0,5543
Y = i + (j.x3) + (k. X23)
Y = -2,2162 + (0,01976 (160)) + ((2,09489x10−7 )) (25600))
= 0,9507
Y = i + (j.x4) + (k. X24)
Y = -2,2162 + (0,01976 (200)) + ((2,09489x10−7 )) (40000))
= 1,7441
Y = i + (j.x5) + (k. X25)
Y = -2,2162 + (0,01976 (280)) + ((2,09489x10−7 )) (78400))
= 3,3330
2
∑(𝑌 − 𝑦)2 − ∑(𝑌 − 𝑖 − 𝑗 − 𝑘𝑋 2 )2
𝑟 =
∑(𝑌 − 𝑦)2
20,63 − 6,7401
=
20,63
= 0,6732
3
Defleksi (𝛿)
2 1.4
0.6 0.8
1 0.4
0.018 0.029 0.043 0.085 0.23
0
120 140 160 200 280
Variasi Jarak Beban (mm)
Lendutan Aktual (Y) Lendukan Teoritis (y')
Grafik 4. 8 Hubungan variasi jarak beban terhadap lendutan (End Load Point)
52
Analisa Grafik:
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi aktual (Y), nilai
tertinggi terdapat pada percobaan ke 5 yaitu 3,54. Defleksi teoritis (Y’) nilai
tertinggi terdapat di percobaan ke 5 yaitu 0,23. Hal ini dikarenakan variasi jarak
beban (end load point), karena semakin jauh jarak beban dari titik tumpuan maka
defleksinya semakin besar. Hasil nilai aktual lebih besar dari pada nilai teoritis
dikarenakan plat sudah sering di uji dalam praktikum sebelumnya, sehingga
kekuatan dari plat sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Nilai kekuatan sudah
berubah dengan nilai yang belum diketahui.
4.2.4 Hubungan Variasi Ketebalan (h) Terhadap Lendutan (intermediate load
point) L= 350 mm; P = 200 gr.
Hubungan Variasi ketebalan (h) terhadap lendutan (center load point) L=
350 mm; P = 200 gr.
Keterangan; X = Variasi Tebal; Y= Lendutan aktual; Y’ = Lendutan
teoritis
Tabel 4. 14 Hubungan Variasi ketebalan (h) terhadap lendutan (Center
Load Point)
No Tebal h (mm) Inersia I (X) (mm) Lendutan 𝛿 (Y) (mm) Lebar b (mm)
1 2 10 0,00044 15
2 3 33,75 0,00099 15
3 3,4 49,13 0,00127 15
53
1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = 𝑥 15 x (2)3 = 10 mm4
12 12
C2: l = 350 mm ; h = 3 mm ; b = 15 mm
1
momen inersia I bahan adalah 𝐼 = 12 𝑏ℎ3
1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = 𝑥 15 x (3)3 = 33,75 mm4
12 12
C3: l = 350 mm ; h = 3,4 mm ; b = 15 mm
1
momen inersia I bahan adalah 𝐼 = 12 𝑏ℎ3
1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = 𝑥 15 x (3,4)3 = 49,13 mm
12 12
′
𝑃. 𝑥 2 . (𝐿 − 2) 200 x (22 )(350 − 2)
C1(𝑌 ) = = = 0,00044 𝑚𝑚
3. 𝐸𝐼 3 x 2,1. 107 x 10
𝑃. 𝑥 2 . (𝐿 − 2) 200 x (32 )(350 − 3)
C2(𝑌 ′ ) = = = 0,00099 mm
3. 𝐸𝐼 3 x 2,1. 107 x 10
𝑃. 𝑥 2 . (𝐿 − 2) 200 x (3,42 )(350 − 3,4)
𝐶3(𝑌 ′ ) = = = 0,00127mm
3. 𝐸𝐼 3 x 2,1. 107 x 10
a. Regresi Linier (Y= a + bX)
(∑ 𝑌)(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌)
𝑎=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
(3,35) (24,56) − (8,4) (8,48)
=
3(24,56) − (8,4)2
= 3,5397
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 3(8,48) − (8,4) (3,35)
𝑏= = = 0,8653
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 3 (24,56) − (8,4)2
𝑌𝑐1 = 𝑎 + 𝑏𝑋 = 21,25+( -6,923).2 = 7,40
𝑌𝑐2 = 𝑎 + 𝑏𝑋 = 21,25+(-6,923).3 = 0,48
𝑌𝑐3 = 𝑎 + 𝑏𝑋 = 21,25+(-6,923).3,4 = -2,28
𝐶1 = (𝑌 − 𝑎 − 𝑏𝑋)2 = (4,24 − 21,25 − (−6,923). 2)2 = 10,01
𝐶2 = (𝑌 − 𝑎 − 𝑏𝑋)2 = (0,86 − 21,25 − (−6,923). 3)2 = 0,14
𝐶3 = (𝑌 − 𝑎 − 𝑏𝑋)2 = (0,5 − 21,25 − (−6,923). 3,4)2 = 7,77
= 17,92
∑(𝑌 − 𝑦)2 − ∑(𝑌 − 𝑎 − 𝑏𝑋)2 17,84 − 17,92
𝑟2 = = = −0,00448
∑(𝑌 − 𝑦)2 17,84
54
b. Regresi Polinomial (Y= i + jX + kX2)
∑𝑌 = 𝑛𝑖 + 𝑗 ∑ 𝑋 + 𝑘 ∑ 𝑋 2
∑ 𝑋𝑌 = 𝑖 ∑ 𝑋 + 𝑗 ∑ 𝑋 2 + 𝑘 ∑ 𝑋 3
∑ 𝑋2𝑌 = 𝑖 ∑ 𝑋2 + 𝑗 ∑ 𝑋3 + 𝑘 ∑ 𝑋4
9,6 = 3i + 8,4j +24,56𝑘 (I)
8,48 = 8,9i +24,56j + 74,304k (II)
22,412 = 24,56i + 74,304j + 230,636k (III)
• Eliminasi Pers. I dan II
5,6 = 3i + 8,4j + 24,56𝑘 X 2,8
8,48 = 8,4i +24,56j + 74,304k X1
15,68 = 8,4i + 23,52j + 69,88k
8,48 = 8,4i +24,56j + 74,304k _ -
7,2 = -1,04j - 4,424k (IV)
• Eliminasi Pers. II dan III
8,48 = 8,4i +24,56j + 74,304k X 2,92
22,412 = 24,56i + 74,034j + 230,63k X1
55
5,6 = 3i + 8,4j(-10,35) + 24,56 ( 0,848)
i = 23,90
Dari persamaan I,II,III dapat di peroleh :
i = 23,90 j= -10,35 ; k= 0,848
Y = 1 + (J.X1) + ( K.X21)
Y = 23,90(-10,35(2))+(0,848(4))
= -491,338
Y = 1 + (J.X2) + ( K.X22)
Y = 23,90(-10,35(3))+(0,848(9))
= -734,463
Y = 1 + (J.X3) + ( K.X23)
Y = 23,90(-10,35(3,4))+(0,848(11,56))
= -831,238
(4,24-(-491,338))2 = 24,55
(0,86-(-734,463))2 = 54,91
(0,5-(-831,238))2 = 69,10
= 148,56
∑(𝑌 − 𝑦)2 − ∑(𝑌 − 𝑖 − 𝑗 − 𝑘𝑋 2 )2 17,84 − 148,56
𝑟2 = = = −7,327
∑(𝑌 − 𝑦)2 17,84
2
1.5
0.69
0.675 0.809
0.8
1
0.5
0
3 2.8 2
Variasi Ketebalan X
Lendutan aktual Lendutan teoritis
Grafik 4. 9 Hubungan variasi ketebalan (h) terhadap lendutan (Center Load
Point)
56
Analisa Grafik:
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi aktual (Y), nilai
terendah terdapat pada percobaan ke 1 pada ketebalan 3 mm yaitu dengan nilai
defleksi: 0,69 mm. Sedangkan defleksi teoritis (Y’) nilai terendah terdapat di
percobaan ke 3 pada ketebalan 3 mm yaitu 0,675 mm. hasil dari pengujian
menunjukkan bahwa semakin besar ketebalan beam maka akan mengasillkan
defleksi yang semakin kecil. Hasil nilai aktual lebih besar dari pada nilai teoritis
dikarenakan plat sudah sering di uji dalam praktikum sebelumnya, sehingga
kekuatan dari plat sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Nilai kekuatan sudah
berubah dengan nilai yang belum diketahui.
4.2.5 Hubungan Variasi Lebar b Terhadap Lendutan (Center Load Point) L =
400 mm; P= 500 gr
Hubungan Variasi lebar (b) terhadap lendutan (center load point) L = 400
mm; P= 500 gr. Keterangan ; X = Variasi Inersia; Y= Lendutan aktual; Y’ =
Lendutan teoritis
Tabel 4. 15 Hubungan Variasi lebar (b) terhadap lendutan (Center Load Point)
(Y-a-
No X Y Y’ XY X2 X3 X4 X2Y (Y-y)2 2
(Y-i-jx-kX2)2
bX)
1 20 0,56 0,0002 11,2 400 8000 160000 224 5,4756 219,2 0,000000444628
2 15 2,74 0,0006 41,1 225 3375 50625 616,5 5,8685 120,6 0,000000295832
35 3,4 0,0008 52,3 625 83375 210625 840,5 11,3441 339,8 0,00000074046
∑𝑌 3,4
Y= = = 1,7
𝑛 2
CI = 400 mm h =20 mm b = 15 mm
1 1
1►1=12 bh3 =12 𝑥 15 (20)3 =10000 mm4
C2 = 400 m h = 15 mm b=15 mm
1 1
1►1 = 12 bh3 =12 𝑥 15 (15)3 = 4218,75 mm4
𝑃13 200 𝑥 (400)3
C1 (Y1) = 24𝐸1 = 24 𝑥 2,1 𝑥 104 𝑥10000 = 0,0002
57
𝑃13 200 𝑥 (400)3
C1 (Y1) = 24𝐸1 = 24 𝑥 2,1 𝑥 107𝑥 4218,75 = 0,0006
a. Regresi linier (Y = a + bx )
(𝛴𝑌) (𝛴𝑋 2 ) – (𝛴𝑋) (𝛴𝑋𝑌)
𝑎 = 𝑛 𝛴𝑋 2 − (𝛴𝑋)2
(3,4) (625) – (35) (52,3)
= 2 (625) – (35)2
= 11,73
𝑛 𝛴𝑋𝑌 – (𝛴𝑋) (𝛴𝑌)
𝑏 = 𝑛 𝛴𝑋 2 – (𝛴𝑋)2
= −0,576
58
52,3 = 35i + 625J + 88375K -
7,2 = -12,5J – 77437K = IV
II dan III
52,3 = 35i + 625J + 83375K
840,05 = 625i + 83375J + 210625K
933,55 = 625i + 11156J + 1488243K
840,5 = 625i + 83375J + 210625K -
93,05 = -72219J + 1277618K = V
IV dan V
7,2 = -12,5J – 77437K
93,05 = -72219J + 1277618K
41,598 = -72219J – 447393816K
93,05 = -72219J + 1277618K -
-51,452 = -448671434K
K = 1,1467
Nilai J ke pers IV
7,2 = -12,5J – 77437K
7,2 = -12,5J – 77437(1,146)
J = 88797
Nilai i ke pers V
3,4 = 2i + 35J + 625K
3,4 = 2i + 35(-143,80) + 625(4,0689)
I = 1246,66
I = 1246,66 , J = -143,80 , K = 4,0689
Y1 = I + ( J . X1 ) + ( K . X2 )
Y1 = 1246,66 + (-143,80 . 20 ) + ( 4,0689 . 400 )
Y1 = - 1,78
Y2 = 1246,66 + (-143,80 . 15 ) + ( 4,0689 . 225 )
Y2 = 5,1625
( Y – Y1 ) = ( 0,56 – (-1,78 ) )2 = 5,4756
( Y – Y2 ) = ( 2,74 – ( 5,1625) )2 = 5,8685 +
59
11,3441
2
∑(𝑌−𝑦)2 −∑(𝑌−𝑖−𝑗−𝑘𝑋 2 )
𝑟2 = ∑(𝑌−𝑦)2
0,244 −11,3441
= 0,244
= 49, 643
2.5
Defleksi (𝛿)
2
1.5
1
0.56
0.5
0.0002 0.0006
0
20 15
Variasi Lebar (b)
Grafik 4. 10 Hubungan variasi lebar (b) terhadap lendutan (Center Load Point)
Analisa Grafik:
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi aktual (Y), nilai
terendah terdapat pada percobaan ke 2 pada variasi lebar 15 mm yaitu dengan nilai
defleksi 2,74 mm. Sedangkan defleksi teoritis (Y’) nilai terendah terdapat di
percobaan ke 1 pada variasi lebar 20 mm yaitu dengan nilai defleksi 0,0006 mm.
Hal ini dikarenakan variasi Lebar (b) terhadap penampang beam Semakin lebar
suatu penampang maka lendutan akan semakin besar dan berpengaruh pada
lendutan terpusat di tengah (center load point). Hasil nilai actual lebih kecil dari
pada nilai teoritis dikarenakan plat sudah sering di uji dalam praktikum
sebelumnya, sehingga kekuatan dari plat sudah tidak sesuai dengan spesifikasi
awal. Nilai kekuatan sudah berubah dengan nilai yang belum diketahui.
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan frekuensi getaran bebas, dari hasil pengujian tanpa
peredam dengan massa 0,47kN/m; 1,22kN/m dan 3,3kN/m dapat dilihat bahwa
adanya perbedaan yang besar antara nilai frekuensi secara teoritis dengan nilai
frekuensi aktual. Perbedaan yang besar ini dapat dilihat pada masing-masing
nilai frekuensi aktual dan frekuensi secara teoritis yang mempunyai range yang
cukup jauh. Hal ini menunjukkan hasil pengujian yang tidak akurat dan
disebakan beberapa faktor.
Pada pegas 0,47 dan 1,22 dapat dilihat bahwa kualitas dan kondisi pegas
mempengaruhi defleksi sehingga defeksi actual dan teoritis terlampau jauh,
sedangkan pada pegas 3.3 hampir setiap beban mendekati hasil yang sama
dengan defleksi teoritis dan dapat disimpulkan jika pegas 3,3 tersebut berfungsi
dengan normal.
Pada putaran katup yang sama tapi massanya berbeda didapatkan
konstanta peredaman naik, Hal ini karena dengan naiknya massa pegas akan
menempuh jarak yang lebih lama untuk membuat satu panjang gelombang
sehingga menyebabkan konstanta peredaman naik sesuai rumus dimana massa
pembebanan pegas berbanding lurus dengan konstanta peredaman. Dapat
disimpulkan bahwa semakin besar putaran katup maka semakin besar pula
konstanta peredamannya dan semakin besar massa pada putaran katup yang
sama maka konstanta peredamannya juga semakin besar. Nilai viskositas oli
juga mempengaruhi dari banyaknya gelombang, semakin kental oli maka
gelombang semakin rendah.
Semakin besar massa dengan konstanta yang tetap maka nilai konstanta
peredaman lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman yang
diatur oleh putaran katup. Semakin banyak beban massa pada peredaman
mengakibatkan semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin
61
sulit bagi fluida peredaman (oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng
peredam bagian bawah.
Pada grafik di atas dapat disimpulkan bahwa Defleksi aktual (Y) nilai
tertinggi terdapat pada percobaan ke -5, hal ini dikarenakan variasi beban center
load point semakin besar pembebanan maka semakin besar lendutan. Untuk hasil
percobaan ke-5 terdapat nilai actual yang terpaut jauh dari nilai teoritis. Hal ini
dipengaruhi oleh alat yang tidak akurat dalam menujukan hasil.
Dapat disimpulkan Defleksi aktual (Y) (Intermediate Load Point) nilai
tertinggi terdapat pada percobaan ke 5 yaitu 1,74 mm, sedangkan Defleksi
teoritis (Y’) terdapat Nilai tertinggi pada percobaan ke 5 yaitu 0,36 mm. Hal ini
dikarenakan variasi jarak beban jika pembebanan berada ditengah-tengah titik
tumpu maka lendutan semakin besar. Hasil nilai aktual lebih besar dari pada
nilai teoritis dikarenakan plat sudah sering di uji dalam praktikum sebelumnya,
sehingga kekuatan dari plat sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Nilai
kekuatan sudah berubah dengan nilai yang belum diketahui.
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi aktual (Y), nilai
tertinggi terdapat pada percobaan ke 5. Hal ini di karenakan variasi jarak beban
(end load point), karena semakin jauh jarak beban dari titik tumpuan maka
defleksinya semakin besar. Hasil nilai aktual lebih kecil dari pada nilai teoritis
dikarenakan plat sudah sering di uji dalam praktikum sebelumnya, sehingga
kekuatan dari plat sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Nilai kekuatan
sudah berubah dengan nilai yang belum diketahui.
Pada grafik variasi ketebalan terhadap lendutan (Center Load Point)
diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi aktual (Y), nilai terendah terdapat pada
percobaan ke 1 pada ketebalan 3 mm yaitu dengan nilai defleksi :0,69 mm.
Sedangkan defleksi teoritis (Y’) nilai terendah terdapat di percobaan ke 3 pada
ketebalan 3 mm yaitu 0,675 mm. hasil dari pengujian menunjukkan bahwa
semakin besar ketebalan beam maka akan mengasillkan defleksi yang semakin
kecil.
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi aktual (Y), nilai
terendah terdapat pada percobaan ke 1. Hal ini dikarenakan variasi Lebar (b)
terhadap penampang beam Semakin lebar suatu penampang maka lendutan
62
akan semakin besar dan berpengaruh pada lendutan terpusat di tengah (center
load point). Hasil nilai actual lebih kecil dari pada nilai teoritis dikarenakan plat
sudah sering di uji dalam praktikum sebelumnya, sehingga kekuatan dari plat
sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Nilai kekuatan sudah berubah
dengan nilai yang belum diketahui.
5.2 Saran-saran
a. Menggunakan peralatan yang sesuai.
b. Diharapkan melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap alat dan
bahan yang akan digunakan.
c. Sebelum dan sesudah praktikum, semua peralatan haruslah dalam
kondisi bersih dan harus disimpan dengan baik.
d. Konsentrasi selama praktikum berlangsung haruslah oleh praktikan agar
didapatkan hasil praktikum yang maksimal.
e. Disiplin waktu selama praktikum berlangsung harus benar-benar
diperhatikan oleh praktikan karena keterbatasan waktu.
f. Kerjasama antar praktikan dalam satu kelompok juga harus diperhatikan
dan ditingkatkan.
Dari pelaksanaan praktikum dan adanya laporan ini diharapkan mahasiswa
mampu mengenal dan memahami sacara langsung/praktek maupun teori tentang
semua proses yang dijelaskan di atas, dasar laporan ini berguna bagi mahasiswa
Teknik mesin untuk mengetahui tentang proses simple vibration apparatus dan
beam deflection apparatus, laporan ini juga berguna untuk menambah wawasan
tentang Fenomena Dasar Mesin yang telas dipelajari waktu kuliah, Diharapkan
laporan ini mahasiswa dapat paham apa yang telah dipelajari saat kuliah dan
mengerti apa fungsi teori ini untuk diterapkan di lapangan.
Praktikum tersebut bisa dijadikan sarana pelatihan dan pembinaan serta
penerapan teori-teori yang didapat mahasiswa dibangku kuliah. Demikianlah
laporan kami buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan kami tidak lupa
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini karena keterbatasan kemampuan kami, sekali lagi semoga kita selalu
dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, Amiiin.
63
DAFTAR PUSTAKA
Putra et al. Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin, Universitas Islam Malang.
2013.
PENGANTAR MATERIAL TEKNIK, Bondan T. Sofyan
Fisika dasar, Muhammad Farchani Rosyid, Eko Firmansah, Yusuf Dyan Prabowo
Laporan pratikum fenomena dasar 2012, unisma
2012, Laporan “Simple Vibration Apparatus”, Laboratorium Fenomena Dasar
Mesin UB
2014, Laporan “Simple Vibration Apparatus”, Laboratorium Fenomena Dasar
Mesin UB
Buku Pedoman Praktikum Fenomena Dasar Mesin
64
LAMPIRAN
Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Pengujian Simple Vibration Apparatus
65
Sumber : Laboratorium Teknik Mesin UNISMA
66