Disusun oleh:
Silvira Nur Anggraeni (KHGB21056)
Riska Tilasya (KHGB21068)
Seni Nur Oktaviani (KHGB21070)
Putri Jameela (KHGB21063)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah “Mutu
Pelayanan Kebidanan Bentuk Program Menjaga Mutu Perspektif (Lisensi)”. Penulis menyadari
bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis
selanjutnya. Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta penulis berharap agar
makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh
International Confederation of Midwives (ICM). Dalam menjalankan tugasnya, bidan harus
memiliki kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktik. Praktik pelayanan bidan swasta
merupakan penyedia layanan kesehatan yang memiliki konstribusi cukup besar dalam memberikan
pelayanan khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Agar masyarakat pengguna
jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, maka perlu
adanya regulasi pelayanan praktik bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan
pelayanan praktik seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktik, dan kelengkapan
administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.
Setelah bidan melaksanakan pelayanan dilapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan
dari layanan bidan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Pihak
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan Indonesia memiliki kewenangan
untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktik perlu melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dalam hal ini, pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai registrasi
dan praktik bidan dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 yang berasal dari revisi Peraturan Menteri Kesehatan
No.572/MENKES/PER/VI/1996. (Safrudin, 2007)
Registrasi merupakan proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi syarat minimal komperensi inti atau standar tampilan
minimal yang ditetapkan. Bidan yang baru lulus dapat mengajukan permohonan untuk
memperoleh STR dengan mengirimkan kelengkapan ijazah bidan.
Kelengkapan registrasi bidan diantaranya meliputi:
1. Photocopy transkip nilai akademik.
2. Surat keterangan sehat dari dokter
3. Pas photo ukuran 4x6 (sebanyak 2 lembar).
Registrasi praktik berpedoman pada Permenkes No. 900/SK/VII/2002 yang terkandung
dalam beberapa pasal, diantaranya sebagai berikut:
PASAL 2
1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib menyampaikan laporan secara tertulis
kepada Dinas Kesehatan Provinsi mengenai peserta didik yang baru lulus selambat-
lambatnya 1 bulan setelah dinyatakan lulus.
2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercampur dalam formulir
terlampir.
PASAL 3
1) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan
registrasi kepada kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana institusi pendidikan
berada, guna memperoleh STR selambat-lambatnya 1 bulan setelah menerima
ijazah bidan.
2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain:
a. Photocopy ijazah bidan.
b. Photocopy transkip nilai akademik.
c. Surat keterangan sehat dari dokter.
d. Pas photo ukuran 4x6 (2 lembar).
3) Bentuk permohonan STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
formulir 2 terlampir.
PASAL 4
1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 untuk
menerbitkan STR.
2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikeluarkan oleh kepala Dinas
Kesehatan Provinsi atas nama Menteri Kesehatan dalam waktu selambat
lambatnya 1 bulan sejak permohonan di terima dan berlaku secara nasional. 3)
Bentuk dan isi STR sebagaimana tercantum dalam formulir 3 terlampir.
PASAL 5
1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi harus membuat pembukuan registrasi
mengenai STR yang telah diterbitkan.
2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan secara berkala kepada
Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal C.Q kepala Biro Kepegawaian
Departeman Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi profesi mengenai
STR yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan
dalam buku registrasi nasional.
PASAL 6
1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi
persyaratan mendapatkan STR.
2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan
yang telah terakreditasi yang ditunjuk pemerintah.
3) Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi diberikan surat keterangan
sesuaiadaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan.
4) Untuk melakukan adaptasi, bidan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melampirkan sebagai
berikut:
a. Photocopy ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
b. Photocopy transkip nilai akademik yang bersangkutan.
6) Kepada Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan permohonan sebagimanadimaksud
pada ayat (4) menerbitkan rekomendasi untuk pelaksanaan adaptasi.
7) Bidan yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 dan pasal 4.
8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang tercantum dalam
formulir IV terlampir.
PASAL 7
1) STR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk
menerbitkan STR.
2) Pembahasan STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dimana bidan praktik dengan melampirkan sebagai
berikut::
a. STR yang telah habis masa berlakunya. b. Surat keterangan sehat dari dokter.
c. Pas photo ukuran 4x6 (2 lembar). (Permenkes, 2002)
KEPMENKES 1464/2010
Ketentuan Umum
Pasal 11
A. Pengertian Lisensi
Lisensi dalam pengertian umum dapat diartikan memberi izin. Pemberian lisensi
dapat dilakukan jika ada pihak yang memberi lisensi dan pihak yang menerima lisensi, hal
ini termasuk dalam sebuah perjanjian. Definisi lain, pemberian izin dari pemilik
barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan barang atau jasa yang
dilisensikan.(wikipedia).
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang te registrasi
untuk pelayanan mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.(IBI).
B. Tujuan umum
Melindungi masyarakat dan pelayanan profesi.
C. Tujuan khusus
1. Memberikan kejelasan batas wewenang.
2. Menetapkan sarana dan prasarana. 3. Meyakinkan klien (Nurmawati, 2010)
D. Lisensi Konselor
Dalam dunia profesi, kemampuan seseorang tenaga profesi atau lembaga yang
bersangkut paut dengan profesi diuji dan kepadanya diberikan tanda bukti bahwa yang
bersangkutan benar-benar diyakini dan dapat diberi kepercayaan untuk melaksanakan
tugas dalam bidang profesi. Oleh karena itu, untuk mencapai standar mutu konselor dan
perlindungan profesi diperlukan konselor yang memiliki kualifikasi dan sertifikasi sesuai
dengan kewenangan serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidik an
nasional. Untuk mewujudkannya diperlukan pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi dan ijin melaksanakan tugas
sebagai konselor atau lisensi konselor.
Lisensi merupakan ijin yang diberikan oleh lembaga pemerintah atau lembaga
lisensi kepada individu untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah dibuktikan bahwa
individu yang bersangkutan memenuhi persyaratan kompetensi sehingga keamanan,
kesejahteraan, atau kesehatan masyarakat terlindungi (Shimberg, 1987). Di Amerika
Serikat, undang-undang lisensi diberlakukan pada akhir tahun 1800-an, diawali oleh
profesi kesehatan (dokter, dokter gigi, farmasi). Pada saat itu, masyarakat mulai cemas
karena siapapun boleh berpraktik dalam bidang tersebut, tanpa persyaratan pendidikan atau
pelatihan tertentu. Para profesi terkait, bersama-sama dengan masyarakat, kemudian
memperjuangkan peraturan perundangan lisensi sehingga memungkinkan aparat
keamanan mencegah individu yang tidak berkualifikasi untuk berpraktik. Dengan
demikian lisensi berfungsi ganda, kecuali untuk penjaminan mutu juga untuk proteksi
profesi.
Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 35 tentang Standar Nasional pendidikan yang
menyatakan bahwa tenaga kependidikan harus memenuhi standar nasional, sebagai
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan. (Wijoyo DJ. 2008)
Tujuan Program Lisensi Konselor Untuk Mencapai:
1. Penjaminan mutu konseling. Profesi konseling merupakan proses layanan publik,
artinya setiap warganegara berhak memperolehnya. Konseling diperuntukan bagi
semua individu yang sedang berkembang tanpa memandang usia, sekolah, suku,
bangsa, jenis kelamin, agama, dsb. Orang tua harus mendapat jaminan bahwa anak-
anaknya memperoleh pelayanan konseling sebagai bagian dari pendidikan yang
bermutu oleh konselor, yang secara khusus mempunyai kompetensi yang
dipersyaratkan.
2. Perlindungan profesi konselor. Profesi konselor perlu dilindungi dengan kekuatan
hukum untuk menghindarkan praktik oleh pihak yang tidak berhak.
3. Peningkatan Profesi konselor. Profesi konseling perlu ditegakkan, konselor harus
selalu meningkatkan diri melalui berbagai kegiatan profesional, dan peningkatan itu
harus dapat dievaluasi secara obyektif. (Wijoyo DJ. 2008)
E. Manfaat Lisensi
1. Bagi Konselor
Lisensi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kinerja, memberikan kemungkinan
mengikuti perkembangan IPTEK yang mutakhir, melindungi profesinya sebagai
konselor serta meningkatkan penghargaan dan epercayaan dari masyarakat.
2. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Memudahkan LPTK
menetapkan relevansi dan mutu programnya serta mengendalikan mutu pendidikan
konseling sesuai standar nasional sebagai bentuk akuntabilitas publik dalam
penyelenggaraan pendidikan.
3. Bagi Pemerintah
Akan lebih mudah menetapkan penghargaan kepada konselor karena standar kinerja
konselor dapat diketahui secara transparan dan sistematik untuk pencapaian standar
nasional.
4. Bagi Masyarakat
Dengan adanya lisensi kepentingan orang tua dan masyarakat dapat terlindungi selain
itu masyarakat memperoleh jaminan bahwa mutu pelayanan konseling sebagai bagian
program pendidikan yang diikuti oleh anak-anaknya memenuhi standar nasional
sehingga kompetensi lulusan sesuai dengan standar tersebut.
Lisensi konselor diharapkan berlaku untuk rentang waktu tertentu, baik bagi yang tidak
langsung memparktekannya di dunia profesi maupun yang langsung berpraktek. Bagi
konselor yang berlisensi tetapi tidak mempratekannya, masa berlakunya lebih pendek dari
yang berpraktek. Maksudnya, agar keterampilan dan kompetensi profesi konseling dapat
tetap terjaga dan kelayakannya dapat tetap dipertanggungjawabkan. Bagi konselor
berlisensi dan bekerja pada profesinya, yang masa berlakunya lisensi berakhir, diwajibkan
untuk memperbaharui lisensinya kembali untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman
sesuai dengan standar kompetensi mutakhir kompetensi konselor.
Pada dasarnya yang menjadi sasaran penyelenggaraan lisensi konselor adalah semua
konselor atau yang ingin memilih karir sebagai konselor di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, baik sebagai WNI maupun WNA. Tujuannya untuk
menjamin mutu layanan konselor, sehingga standar nasional pendidikan dapat
dipertahankan, dan bahkan ditingkatkan. Uji kompetensi dalam proses lisensi dapat
dilaksanakan, secara konvensional (paper and pencil tests) dan/atau secara audit
kompetensi (portofolio, performance based assessment, atau authentic assessment).
(Wijoyo DJ. 2008)
F. Masa Berlaku
Suatu tanda bukti sertifikasi, akreditasi, dan lisensi hanya berlaku untuk kurun waktu
tertentu, hal ini berarti bahwa tanda bukti tersebut setiap kali harus diperbaharui. Tuntutan
untuk diperbaharuinya bukti kemampuan ini mengarah kepada penyegaran dan
peningkatan kemampuan tenaga profesi yang sekaligus menjaga dan meningkatkan
keprofesian profesi yang dimaksud. Dengan cara demikian, belajar sepanjang hayat
(lifelong learning) bagi tenaga profesi dapat terus-menerus dirangsang, yang semuanya itu
seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang konseling.
Untuk penilaian kembali kemampuan tenaga profesi konselor perlu diperhatikan dua hal
pokok berikut:
1. Asesmen dan pertimbangan ulang dilakukan untuk memperoleh tanda bukti sertifikasi,
akreditasi, dan lisensi yang baru. Asesmen dan pertimbangan ulang ini terfokus kepada
data tentang perkembangan dan peningkatan kemampuan tenaga profesi konseling yang
bersangkutan, seperti peningkatan kualifikasi pendidikan, penelitian dan akses kepada
jurnal profesi, kegiatan kreatif dan dinamis dalam profesi, kegiatan kolaboratif profesi,
partisipasi aktif dalam organisasi profesi, dan ketaatan kepada kode etik profesi.
2. Masa berlakunya suatu tanda bukti sertifikasi, akreditasi, dan lisensi serta cara
memperolehnya kembali diatur oleh pihak berwenang bersama organisasi profesi. Untuk
itu dibentuk lembaga yang representatif dan kuat.
3. Otoritas yang dapat melakukan kegiatan sertifikasi, akreditasi, dan lisensi adalah sesuai
dengan arah dan sifat kemampuan dan kewenangan yang melekat pada sertifikasi,
akreditasi, dan lisensi itu. Sesuai dengan arah dan sifat substansi yang dimaksudkan itu
otoritas yang mungkin adalah:
G. Contoh Lisensi
1. Ijin praktik perawat diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. lisensi mengatur komunikasi radio (Untuk izin untuk mendirikan stasiun dari dua stasiun
3. Lisensi Praktik Kebidanan Atau SIPB Surat Ijin Praktik Bidan
(Pohan, Imbalo. 2002)Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB
(Surat Ijin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada
tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Fotokopi STR yang masih berlaku Fotokopi ijasah bidan
Surat persetujuan atasan
Surat keterangan sehat dari dokter
Rekomendasi dari organisasi profesi
Pas foto 4 x 6 sebanyak 2 lembar
Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan.Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah
yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang
mengurus SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji
coba di beberapa wilayah, namun terdapat beberapa propinsi yang menerapkan
kebijaksanaan daerah untuk penyelenggaraan uji kompetensi dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan bidan, misalnya Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta dan beberapa
propinsi lainnya, dengan menempatkan uji kompetensi pada tahap pengajuan STR. Uji
kompetensi sedang dalam pembahasan termasuk mengenai bagaimana dasar hukumnya.
Dengan diselenggarakannya uji kompetensi diharapkan bahwa bidan yang
menyelenggarakan praktik kebidanan adalah bidan yang benar-benar kompeten. Upaya ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, mengurangi medical
error atau malpraktik dalam tujuan utama untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.Dalam rancangan uji kompetensi apabila bidan tidak lulus uji kompetensi, maka bidan
tersebut menjadi binaan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat.Materi ujikompetensi
sesuai 9 area kompetensi dalam standar profesi bidan Indonesia.Namun demikian uji
kompetensi belum di bakukan dengan suatu dasar hukum,sehingga baru pada tahap draft
atau rancangan.Menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 SIPB berlaku
sepanjang STR belum habis masa berlakunya dan dan dapat diperbaharui kembali.
Bentukpermohonan SIPB dapat dilihat pada lampiran.Sekalipun standarisasi telah
terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan kesehatan selalu dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk mencegah pelayanan. kesehatan yang tidak bermutu, standarisasi perlu
diikuti dengan perizinan yang lazimnya ditinjau secara berkala. Izin menyelenggamkan
pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana
yang memenuhi persyaratan. Lisensi adalah proses administasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwewenang berupa surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
Syarat Lisensi:
1. Fotokopi STR yang masih berlaku
2. Fotokopi ijasah bidan3. Surat keterangan sehat dari dokter
4. Rekomendasi dari organisasi profesi
5. Pas foto 4 x 6 sebanyak 2 lembar
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lisensi dalam pengertian umum dapat diartikan memberi izin. Pemberian lisensi
dapat dilakukan jika ada pihak yang memberi lisensi dan pihak yang menerima lisensi, hal
ini termasuk dalam sebuah perjanjian. Definisi lain, pemberian izin dari pemilik
barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan barang atau jasa yang
dilisensikan.(wikipedia).
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang te registrasi
untuk pelayanan mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.(IBI).
Lisensi merupakan ijin yang diberikan oleh lembaga pemerintah atau lembaga
lisensi kepada individu untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah dibuktikan bahwa
individu yang bersangkutan memenuhi persyaratan kompetensi sehingga keamanan,
kesejahteraan, atau kesehatan masyarakat terlindungi (Shimberg, 1987). Di Amerika
Serikat, undang-undang lisensi diberlakukan pada akhir tahun 1800-an, diawali oleh
profesi kesehatan (dokter, dokter gigi, farmasi). Pada saat itu, masyarakat mulai cemas
karena siapapun boleh berpraktik dalam bidang tersebut, tanpa persyaratan pendidikan atau
pelatihan tertentu. Para profesi terkait, bersama-sama dengan masyarakat, kemudian
memperjuangkan peraturan perundangan lisensi sehingga memungkinkan aparat
keamanan mencegah individu yang tidak berkualifikasi untuk berpraktik. Dengan
demikian lisensi berfungsi ganda, kecuali untuk penjaminan mutu juga untuk proteksi
profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurmawati, 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan, Jakarta: Trans Info Media Peraturan
Menteri Kesehatan No.161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
Jakarta IBI Pusat dan IBI Cabang.Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta.Safrudin, SKM, M.Kes dan
Hamidah, S.Pd, M.Kes. 2007. "Kebidanan Komunitas".Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.Wijoyo DJ. 2008. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya. http://eprints.undip.ac.id/23741/1/Dadang
Hermanto.pdf Diakses pada tanggal 28 Agustus 2014